BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE THORIQATU TAKRIRY AL-QIRAATI AL-JUZ I VERSI AL-QOSIMI DALAM PEMBELAJARAN TAHFIDZ AL-QUR AN DI SDIT FAJRUL ISLAM KAMPIL WIRADESA A. Analisa Metode Thoriqotu Takriry Al-Qiraati Al-Juz i Versi Al-Qosimi dalam Pembelajaran Tahfidz Al-Qur an di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa Sesuai judul penelitian ini, maka data yang akan dianalisa tidak berupa angka tetapi berupa informasi, dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif sehingga menghasilkan analisis sebagai berikut: Metode Thariqatu Takriry al- Qiraati al-juz i versi Al-Qosimi di SDIT Fajrul Islam yaitu dengan menghafal empat ayat per hari secara berulangulang dan disertai dengan modifikasi. Caranya dengan pemandu tahfidz membacakan ayat pertama dan ditirukan oleh siswa, diulangi sampai lima kali. Kemudian siswa mengulangi kembali secara bersama-sama sampai lima kali juga. Setelah hafal semua, setiap siswa dites satu-satu mengulang ayat satu tersebut sampai lima kali juga. Selanjutnya dilanjut ke ayat berikutnya sampai empat ayat. 1 Modifikasi ini bertujuan agar murid membaca ayat-ayat yang diajarkan sebanyak-banyaknya tanpa terasa olehnya dan menghilangkan rasa jenuh atau 1 Hasil Observasi di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa, Tanggal 17 Februari 2015. 66
bosan. Modifikasi sangat membantu murid untuk menghafal dengan baik, karena kemungkinan besar mereka tidak akan melihat mushaf. Selain itu pengulangan ayat sebanyak-banyaknya akan menguatkan hafalan, sehingga hafalan tidak cepat lepas. Jikapun lepas atau hilang hafalan tersebut akan mudah dihafal kembali. 2 B. Analisa Implementasi Metode Thoriqotu Takriry Al-Qiraati Al-Juz i Versi Al-Qosimi dalam Pembelajaran Tahfidz Al-Qur an di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa. Dalam proses pendidikan Islam, metode memiliki kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana yang membermaknakan materi yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami atau diserap oleh anak didik menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dan efesien dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan. 3 Metode tahfidz Al-Qur an di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa menggunakan metode Thariqatu Takriry al-qiraati al-juz i versi Al-Qosimi, yaitu metode menghafal Al-Qur an dengan cara melafalkan secara bersama- 2 Khusnul Khotimah, Peserta Pelatihan Metode Al-Qosimi, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 26 November 2014. 3 Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, cet. II, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), hlm. 163.
sama ayat atau surat dalam Al-Qur an yang telah ditentukan menurut kelompoknya masing-masing. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadz Rosyid, pemandu tahfidz Al-Qur an kelompok 5 bahwa metode ini adalah metode menghafal dengan cara diulang-ulang dan disertai modifikasi. 4 Pembelajarannya dengan Pertama-tama siswa dengan ustadz pemandu mengulang kembali surat/ayat yang pernah dihafalnya. Setelah itu membaca bersama-sama 4 ayat yang akan dihafal. Baru kemudian ustadz pemandu membacakan ayat pertama yang akan dihafalkan dan ditirukan siswa-siswanya sampai 5 kali. Kemudian siswanya disuruh untuk mengulangi kembali ayat pertama tersebut secara bersama-sama sampai 5 kali. Disamping itu ustadz juga membenarkan makhroj atau tajwid yang masih kurang benar/salah. Setelah hafal semua baru kemudian masing-masing siswa dites untuk hafalan dengan menyebut nomor surat juga. Kemudian dilanjut dengan menghafal ayat ke empat, caranya seperti menghafal pada ayat pertama hanya saja, ketika mengulang bersama-sama siswa disuruh mengulang dari ayat pertama dan ayat ke empat tersebut, dengan menyebut nomor ayat. Setelah hafal semua siswa dites satu-satu untuk mengulang ayat pertama dan ke empat dengan menyebut nomor ayat. lalu dilanjut dengan dengan menghafal pada ayat dua dan ayat tiga. Setelah semuanya hafal dites satu-satu untuk mengulang ayat pertama sampai ayat ke empat dengan nada murotal dan menyebut nomor ayat. 5 4 Ust. Rosyid, Pemandu Tahfidz Al-Qur an kelompok 5 di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 24 Februari 2015. 5 Hasil Observasi di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa, Tanggal 22-23 Februari 2015.
Hasil observasi diatas, sama seperti yang diterapkan oleh Abu Hurri Al- Qosimi yaitu sebagai berikut: 1. Guru membaca ayat pertama, murid menirukan. 2. Guru membaca ayat pertama, murid menirukan. 3. Guru membaca ayat pertama, murid menirukan. 4. Murid mengulangi ayat pertama minimal tiga kali. 5. Modifikasi (murid diminta membaca ayat pertama sambil melihat bendabenda disekitarnya, kemudian ditunjuk salah satu atau beberapa murid untuk mengulangi ayat tersebut). 6. Guru membaca ayat kedua, murid menirukan. 7. Guru membaca ayat kedua, murid menirukan. 8. Guru membaca ayat kedua, murid menirukan. 9. Murid mengulangi ayat kedua tiga kali. 10. Modifikasi (murid diminta membaca ayat kedua sambil melihat bendabenda disekitarnya, kemudian ditunjuk salah satu atau beberapa murid untuk mengulangi ayat tersebut). 11. Guru membaca ayat ketiga, murid menirukan. 12. Guru membaca ayat ketiga, murid menirukan. 13. Guru membaca ayat ketiga, murid menirukan. 14. Murid mengulangi ayat ketiga minimal tiga kali. 15. Modifikasi (murid diminta membaca ayat ketiga sambil melihat bendabenda disekitarnya, kemudian ditunjuk salah satu atau beberapa murid untuk mengulangi ayat tersebut).
16. Guru membaca ayat pertama sampai ayat ketiga (per ayat berhenti), murid menirukan. 17. Murid mengulangi ayat pertama sampai ayat ketiga minimal tiga kali. 18. Modifikasi (murid diminta membaca ayat pertama sampai ayat ketiga sambil melihat benda-benda disekitarnya, kemudian ditunjuk salah satu atau beberapa murid untuk mengulangi ayat-ayat tersebut). 19. Guru membaca ayat keempat, murid menirukan, sampai 3 kali. 20. Murid mengulangi ayat keempat minimal 3 kali. 21. Modifikasi (murid diminta membaca ayat keempat sambil melihat bendabenda disekitarnya, kemudian ditunjuk salah satu atau beberapa murid untuk mengulangi ayat tersebut). 22. Guru membaca ayat keempat dan kelima (per ayat berhenti), murid menirukan. 23. Murid mengulangi ayat keempat dan kelima, 3 kali. 24. Modifikasi (murid diminta membaca ayat keempat dan kelima sambil melihat benda-benda di sekitarnya, kemudian ditunjuk salah satu atau beberapa murid untuk mengulangi ayat-ayat tersebut). 25. Guru membaca ayat pertama sampai ayat kelima (per ayat berhenti), murid menirukan. 26. Murid mengulangi ayat pertama samapi ayat kelima, minimal 5 kali.
27. Modifikasi (murid diminta membaca ayat pertama sampai ayat kelima sambil melihat benda-benda disekitarnya, kemudian ditunjuk salah satu atau beberapa siswa untuk mengulangi ayat-ayat tersebut. 6 Walaupun tidak sama persis, namun intinya sama yaitu sistem hafalan yang diulang-ulang dengan disertai modifikasi. Dalam hal ini modifikasinya sebagai berikut: 1. Memodifikasi dengan dibuat kelompok-kelompok kecil Karena situasi dan kondisi suatu tempat ikut mendukung tercapainya program menghafal Al-Qur an. Suasana yang bising, kondisi lingkungan yang tak sedap dipandang mata, penerangan yang tidak sempurna dan polusi udara yang tidak nyaman akan menjadi kendala berat terhadap terciptanya konsentrasi. Oleh karena itu, untuk menghafal diperlukan tempat yang ideal untuk terciptanya konsentrasi. 7 Dalam hal ini pembelajaran dilaksanakan terkelompok-kelompok maka akan lebih terfokus, sehingga siswa yang kurang hafal maupun yang belum hafal bisa terlihat dan bisa dengan mudah teratasi. Dan bertempat di masjid agar pembelajarannya lebih enjoy serta lebih fres, sehingga dalam proses menghafalnya tidak menjenuhkan. 2. Memodifikasi dengan metode bermain Tahfidz Al-Qur an tidak mustahil akan menjadi mata pelajaran yang menjenuhkan bagi siswa. Adapun yang dilakukan oleh pemandu tahfidz 6 Abu Hurri AL-Qosimi, Cepat dan Kuat Hafal Juz Amma Metode Al-Qosimi (Solo: Al- Hurri, 2010), hlm. 57-58. 7 Ahsin Wijaya Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Alquran, Cet ke 5 (Jakarta:Amzah, 2009), hlm.61.
SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa adalah memodifikasi metode tahfidz yang ditetapkan menjadi tidak menjenuhkan bagi siswa. Diantara permainan yang dilakukan dalam proses penggunaan metode Thariqatu Takriry al-qiraati al-juz i versi Al-Qosimi di antaranya adalah sebagai berikut: Siswa dan guru bermain tebak nomor ayat siswa yang salah akan mendapat hukuman membaca ayat yang akan dihafalkan secara bersamasama. Yaitu dengan cara siswa disuruh untuk duduk dengan berbaris lalu ustadz menunjuk satu-satu siswa untuk menyebutkan ayat tersebut dengan acak. Atau dengan cepat-cepatan menebak ayat tersebut. Jadi bagi anak yang hafalannya kuat dengan hafal nomor ayat maka ia yang sering menjawabnya. Jika diamati secara teliti, maka metode bermain yang digunakan dalam tahfidz Al-Qur an sangat tepat sekali mengingat siswa yang diajar adalah anak usia sekolah dasar yang umumnya menyukai permainan. 3. Memodifikasi dengan nada-nada muri-q dan mengucapkan makhrojul khuruf yang benar. Dengan menghafal ayat/surat menggunakan nada-nada muri-q, dalam hal ini misal ketika menghafal surat Al-Qolam menggunakan nada dari hafidz Sa ud. Maka, siswa akan menjadi mudah menghafal dan tertarik untuk selalu menghafal karena itu bisa menjadi media yang menarik untuk menghafal bagi anak-anak, walaupun tanpa menggunakan media yang
memadai, karena hanya dari keahlian ustadz-ustadz pemandu masingmasing kelompok. Selanjutnya adalah evaluasi (penilaian) tahfidz Al-Qur an di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa berupa tes lisan yang dilakukan dalam dua tahap, yaitu: 1. Tes harian Dalam tahap setoran tiap pertemuan, siswa akan menghafal empat ayat kepada ustadz pemandu tahfidz menurut masing-masing kelompok. Ustadz pemandu akan menentukan siswa layak atau tidak layak untuk menambah hafalannya dengan indikator penilaian yang telah ditetapkan. Tahap setoran tiap pertemuan termasuk dalam bentuk evaluasi sumatif. Abuddin Nata menjelaskan, Evaluasi ini ditunjukkan untuk mengetahui hasil kegiatan akhir belajar mengajar yang telah ditentukan oleh guru dan dicapai oleh peserta didik. Evaluasi ini dilakukan, karena manusia memiliki kelemahan. 8 2. Tes mingguan Tes mingguan dilakukan setiap hari kamis yang biasa disebut dengan sema an, caranya dengan menyetorkan hafalan dari ayat pertama yang ia hafal sampai ayat terakhir yang ia hafal. Seseorang yang menghafal Al- Qur an harus selalu menghadap guru untuk takrir hafalan yang sudah diajukan. Melakukan takrir di hadapan guru/ instruktur sangat bermanfaat untuk menguatkan hafalan yang sudah ada dalam memori otak kita. hlm. 310. 8 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 1999),
Disamping itu, bermanfaat juga untuk mengevaluasi benar/tidaknya bacaan. 9 Selain menggunaan metode, media dan evaluasi dalam tahfidz Al-Qur an hal lain yang dilakukan oleh SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa agar tahfidz bisa mencapai keberhasilan adalah melakukan kerja sama dengan tua siswa. Bentuk kerjasama dari orang tua adalah perhatian orang tua siswa untuk selalu melakukan pengecekan hafalan anaknya agar hafalan anaknya tersebut selalu terjaga (tidak terlupakan). Untuk mempermudah hal itu, SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa akan memberikan blanko tahfidz Al-Qur an yang nantinya akan diserahkan kembali kepada pihak SDIT Fajrul Islam melalui guru/ pemandu tahfidz masing-masing kelompok. Dalam blanko tersebut orang tua diharapkan untuk selalu mengisinya dalam bentuk pengecekan/ muroja ah hafalan anaknya. C. Analisa Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembelajaran Tahfidz Al-Qur an di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa. Dalam proses belajar menghafal Al-Qur an di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat. 1. Faktor pendukung a. Adanya motivasi dari diri siswa Motivasi merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung kelancaran suatu aktivitas ataupun kegiatan. Dengan adanya motivasi 9 Sa adulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Alquran ( Jakarta: Gema Insani, 2008), hlm.66.
maka seseorang akan lebih bersemangat dalam melaksanakan suatu aktivitas dan lebih cepat dalam mencapai apa yang diinginkan. Begitu pula siswa SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa sangat termotivasi untuk menjadi seorang hafidz/ hafidzah. Juga adanya dorongan dari pemandu tahfidz dengan memberikan motivasi bagi siswa yang mulai mengendur semangatnya, agar menjadi bersemangat kembali untuk menghafal Al-Qur an. b. Kerjasama orang tua siswa Keberhasilan tercapainya kegiatan tahfidz Al-Qur an di SDIT Fajrul Islam dikarenakan perhatian orang tua yang ikut andil dalam mendidik anak dan meningkatkan hafalan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Ketika siswa tidak berada di sekolah, maka pendidikan anak murni menjadi tanggung jawab keluarga, dalam hal ini adalah orang tua. Termasuk dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas tahfidz Al- Qur an siswa. Di rumah orang tua selalu mengecek (muroja ah) hafalan yang dimiliki anak mereka guna menjadikan hafalan yang dimiliki anak tidak terlupakan. c. Guru tahfidz (ustadz pemandu) yang profesional Guru yang profesional adalah guru yang mengajar dengan sepenuh hati. Sepenuh hati maksudnya: di dalam hatinya tertanam kecintaan kepada anak dan masa depannya. Dengan kecintaan ini maka guru
akan mengerahkan segala kemampuan untuk menjadi agent of change bagi murid-muridnya. 10 Diantara ciri-ciri guru yang profesional adalah: 1. Pendidik memposisikan dirinya sebagai sahabat bagi anak. 2. Mengetahui hak dan kewajiban 3. Menciptakan rasa nyaman 4. Memahami gaya belajar anak Pada hakikatnya metode Thariqatu Takriry al-qiraati al-juz i versi Al-Qosimi adalah sama seperti metode menghafal Al-Qur an yang biasa digunakan oleh para penghafal Al-Qur an. Jadi penggunaan metode ini membutuhkan kretifitas dan pengembangan dari guru yang bersangkutan. Sehingga menjadikan proses kegiatan tahfidz Al-Qur an lebih menarik dan memunculkan antusiasme siswa. 2. Faktor penghambat a. Orang tua yang kurang perhatian Walaupun banyak orang tua yang perhatian terhadap hafalan anaknya, namun ada juga orang tua yang kurang memperhatikan hafalan anaknya, ia tidak mengecek hafalan maupun menambah hafalan anaknya. Sehingga anak akan mudah lupa terhadap hafalannya. Orang yang menghafalkan Al-Qur an, pasti sangat membutuhkan motivasi dari orang-orang terdekat, kedua orang tua, keluarga dan sanak kerabat. Dengan adanya motivasi, ia akan bersemangat dalam 10 Sobari Sutarip, Menghafal Al-Qur an dengan Cepat dan Ceria, Metode Fahim Qur an, Fast, Active, Happy, Integrated in Memorizing the Qur an, cet. I, (Jakarta: Iqra Kreativ, 2009), hlm. 33.
menghafal Al-Qur an. Tentunya, hasilnya akan berbeda jika motivasi yang didapatkan kurang. 11 b. Faktor kecerdasan Sedangkan secara garis besar kecerdasan siswa memang mempengaruhi banyak sedikitnya materi hafalan yang dimiliki. Akan tetapi hal ini tidak berdampak signifikan terhadap proses kegian tahfidz Al-Qur an karena pada dasarnya otak manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda, ini merupakan sesuatu yang lumrah dalam proses pembelajaran Kecerdasan merupakan salah satu faktor penghambat dalam menjalani proses menghafalkan Al-Quran. Setiap individu mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda. Sehingga, cukup mempengaruhi terhadap proses hafalan yang dijalani. 12 Ada anak yang mudah menghafal ada juga anak yang sudah diulang berkali-kali tapi tetap saja sulit untuk hafal. c. Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang untuk pembelajaran tahfidz Al-Qur an. Dimana sarana dan prasarana itu sangat penting sekali untuk memudahkan dan memperlancar kegiatan belajar mengajar. Abu Bakar Muhammad berpendapat bahwa kegunaan alat/media itu antara lain adalah: 1) Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit. 11 Wiwi Alawiyah Wahid,Cara Cepat Bisa Menghafal Alquran, cet ke 7 (Jogjakarta: Diva Press, 2014) hlm. 141. 12 Ibid., hlm 139.
2) Mampu mempermudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran lebih hidup dan menarik. 3) Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari sesuatu. 4) Menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan) mempertajam indera, melatihnya, memperluas perasaan dan cepat belajar. 13 Karena pembelajaran tahfidz dilaksanakan di masjid, dari kelompok 1 sampai kelompok 9. Maka dalam pelaksanaannya kurang kondusif, terkadang kelompok yang satu terganggu dengan kelompok lainnya. 191. 13 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. IV, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), hlm. 190-