FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH Desi Liana Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh D-III Kebidanan ABSTRAK Menurut survey dengan cara wawancara ibu nifas yang ada di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin sebanyak 10 ibu nifas, 8 diantaranya mengatakan tidak ada pengaruh yang dirasakan sehubungan menyusui dengan penurunan Tinggi Findus Uteri. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan Tinggi Fundus Uteri pada post partum di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitian ini bersifat Analitik untuk menentukan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas, dan jumlah sampel tersebut di tentukan dengan menggunakan rumus lameshow sebanyak 38 responden. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian ini telah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin pada tanggal 21 Agustus s/d 25 Agustus 2013. Hasil penelitiannya dari 22 responden yang ada inisiasi menyusui dini sebanyak (81,8%) tinggi fundus uteri, dari 20 responden yang bukan primipara pada paritas sebanyak (60%) rendah fundus uteri, dan dari 34 responden yang elastis pada usia ternyata sebanyak (75,9%) tinggi fundus uteri. Maka dapat di simpulkan bahwa ada Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini dengan penurunan Tinggi Fundus Uteri pada post partum di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan p value 0,005, ada pengaruh paritas dengan penurunan Tinggi Fundus Uteri pada post partum di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan p value 0,017, ada pengaruh usia dengan penurunan Tinggi Fundus Uteri pada post partum di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan p value 0,001. Kata kunci : TFU, IMD, Paritas, Usia, Post partum PENDAHULUAN Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa Latin, yaitu puer yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan, masa nifas berangsur kurang lebih 6 minggu. Perawatan masa nifas dalam (SDKI 2007) penting baik untuk ibu maupun bayinya karena bisa mengatasi komplikasi yang timbul pasca persalinan dan untuk memberikan informasi penting kepada ibu tentang cara merawat diri dan bayinya (Saleha, 2009). Involusi uterus merupakan suatu proses dimana uterus akan mengalami pengecilan (involusi) secara berangsur-angsur dan kembali ke kondisi sebelum hamil atau pada keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009). Proses pemulihan kesehatan pada masa nifas merupakan hal yang sangat penting bagi ibu setelah melahirkan. Sebab selama masa kehamilan dan
persalinan telah terjadi perubahan fisik dan psikis. Perubahan fisik meliputi ligament-ligament bersifat lembut dan kendor, otot-otot teregang, uterus membesar, postur tubuh berubah sebagai kompensasi terhadap perubahan berat badan pada masa hamil, serta terjadi bendungan pada tungkai bawah. Pada saat persalinan dinding panggul selalu teregang dan mungkin terjadi kerusakan pada jalan lahir, serta setelah persalinan otot-otot dasar panggul menjadi longgar karena diregang begitu lama pada saat hamil maupun bersalin (Sarwono, 2002). Dalam masa nifas alat-alat genetalia internal maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahanperubahan alat genital dalam keseluruhannya disebut involusi. Salah satu komponen involusio adalah penurunan fundus uteri. Di samping involusi, terjadi juga perubahan-perubahan penting yakni laktasi dan gangguan laktasi merupakan salah satu penyebab penurunan fundus uteri terganggu. Apabila proses involusi ini tidak berjalan dengan baik maka akan timbul suatu keadaan yang disebut sub involusi uteri yang akan menyebabkan terjadinya perdarahan yang mungkin terjadi dalam masa 40 hari, hal ini mungkin disebabkan karena ibu tidak mau menyusui, takut untuk mobilisasi atau aktifitas yang kurang (Hanifa, 2005). Menurut evidence based yang baru telah diperbaharui oleh WHO (world health organization) dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam pertama, salah satu dari pernyataan yaitu bayi harus mendapatkan kontak langsung dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam, bayi dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dini (Ambarwati dan Wulandari, 2009). Menurut sumber data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pusdatin jakarta 2011 jumlah ibu nifas di indonesia sebanyak 4,830,609 jiwa, dan yang memperoleh kunjungan masa nifas dengan cakupan 73, 38%.Di negara berkembang seperti Indonesia, masa nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi setelah persalinan, dan 50% diantaranya terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirardjo, 2006). Masa nifas hari pertama adalah masa kritis yang rentan sekali terjadi perdarahan, karena kontraksi uterus yang lemah akibat berkurangnya kadar oksitosin yang di sekresi oleh kelenjar hipofise posterior, maka asuhan masa nifas pada masa ini sangat di perlukan. Salah satu merangsang oksitosin adalah dengan cara rangsangan pada puting atau menyusui. Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama yang sebagian basar disebabkan karena perdarahan post partum (Abdul Bari, 2002). Menurut hasil Laporan Dinas Kesehatan Propinsi Aceh tahun 2011 jumlah sasaran ibu nifas di provinsi Aceh sebanyak 100.486 jiwa, Berdasarkan data di RSUZA tahun 2012, diketahui jumlah ibu nifas tahun 2010-2011 yaitu ada 8725 orang. dan yang mengalami mastitis berjumlah 108 orang. Dimana hal ini berkaiotan dengan pemberian ASI seperti diketahui salah satu manfaat Air Susu Ibu (ASI) bagi sang bayi yang diberikan oleh ibu pada saat bayi berusia 0 2 tahun adalah untuk melindungi bayi terhadap infeksi seperti infeksi gastro-intestinal, pernafasan dan virus (Dinkes Provinsi Aceh, 2011). Menurut survey yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin pada tanggal 21 Februari 2013, Terdapat 9743 ibu yang
berkunjung ke Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang diantaranya ibu hamil 8614 (88, 41%) dan ibu bersalin serta nifas 1129 (11,58%). Dengan persalinan normal 633 (56,06%) dan SC 496 (43,93%). Menurut survey dengan cara wawancara ibu nifas, pada ibu nifas yang ada di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin sebanyak 10 ibu nifas, 8 diantaranya mengatakan tidak ada pengaruh yang dirasakan sehubungan menyusui dengan penurunan tinggi findus uteri. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Parrtum Di Rumah Sakit Umum dr.zainoel Abidin banda Aceh. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Ada Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh? TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh Inisiasi Menyusui Dini terhadap penurunan tinggi fundus uteri Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. b. Untuk mengetahui pengaruh Paritas terhadap penurunan tinggi fundus uteri Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. c. Untuk mengetahui pengaruh Usia terhadap penurunan tinggi fundus uteri Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. d. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Responden Bagi ibu Memberi pedoman bagi ibu atau masukan bahwa faktor-faktor yang dapat berfungsi untuk mempercepat involusio uterus. 2. Bagi peneliti Dapat menambah pengetahuan tentang Faktor-Faktor Ynag Mempengaruhi Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum. 3. Bagi institusi Dapat menambah kepustakaan atau literatur tentang Faktor-Faktor Ynag Mempengaruhi Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum. KERANGKA KONSEP Dalam masa nifas alat-alat genetalia internal maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahanperubahan alat genital dalam keseluruhannya disebut involusi. Salah satu komponen involusi adalah penurunan fundus uteri. Di samping involusi, terjadi juga perubahan-perubahan penting yakni laktasi, umur, dan paritas merupakan salah satu penyebab penurunan fundus uteri terganggu (Sarwono 2002). Berdasarkan teori tersebut, maka secara skematis kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada bagian di bawah ini.
Vaeriabel Independen Inisiasi Menyusui Dini Paritas Usia HIPOTESA Variabel Dependen Tinggi Fundus Uteri dr. Zainoel Abidin. Sampel tersebut di tentukan dengan menggunakan rumus Lameshow yaitu 38 responden dengan tehnik accidental sampling TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin. Penelitian ini telah dilakasanakan pada tanggal 21 Agustus s/d 25 Agustus 2013. ANALISA DATA Ha: Ada Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Ha: Ada Pengaruh Paritas Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Ha : Ada Pengaruh Usia Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Analisa univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi Analisa Bivariat merupakan analisa hasil dari veriabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan veriabel terikat. HASIL PENELITIAN Tabel 5.1 Distibusi Frekuensi Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 JENIS PENELITIAN No Tinggi Fundus Uteri F (%) Penelitian ini bersifat Analitik untuk menentukan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan pendekatan cross sectional, artinya mengumpulkan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi. Kemudian dari efek tersebut ditelusuri penyebabnya atau variabel-variabel yang mempengaruhi akibat tersebut (Notoatmodjo, 2005). POPULASI DAN SAMPEL Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas pada saat penelitian di Rumah Sakit Umum 1 Tinggi 23 60,5 2 Rendah 15 39,5 Total 38 100 Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa dari 38 responden mayoritas pada kategori tinggi mengalami penurunan tinggi fundus uteri pada post partum yaitu sebanyak 23 responden (60,5%).
a. Inisiasi Menyusui Dini Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Inisiasi Menyusui Dini Pada Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 No Inisiasi F (%) Menyusui Dini 44,7 1 IMD 22 55,3 2 Tidak IMD 16 Total 38 100 Berdasarkan tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa dari 38 responden mayoritas pada kategori IMD yang ada inisiasi menyusui dini pada post partum yaitu sebanyak 22 responden (55,3%). b. Paritas Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Paritas Pada Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 No Paritas F (%) 42,1 1 Primipara 16 Bukan 57,9 2 Primipara 22 Total 38 100 Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa dari 38 responden mayoritas pada kategori bukan primipara yang paritas pada post partum yaitu sebanyak 22 responden (55,3%). c. Usia Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Usia Pada Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 No Usia F (%) 1 Elastisitas Otot Uterus 29 76,3 Tidak Elastis 2 Otot Uterus 9 23,7 Total 38 100 Sumber Data Primer Diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa dari 38 responden mayoritas pada kategori elastis yang usia pada post partum yaitu sebanyak 29 responden (76,3%) ANALISA BIVARIAT a. Pengaruh Iniasiasi Menyusui Dini dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post partum Tabel 5.5 Pengaruh Iniasiasi Menyusui Dini dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 Tinggi Fundus Uteri p N value IMD Tinggi Rendah Total o f % f % F % 1 IMD 18 81,8 4 18,2 22 100 2 Tidak 0,005 5 31,2 11 68,8 16 100 IMD Berdasarkan tabel 5.5 menujukkan bahwa dari 22 responden yang ada inisiasi menyusui dini
ternyata sebanyak (81,8%) tinggi fundus uteri, sedangkan dari 16 responden yang tidak ada inisiasi menyusui dini ternyata sebanyak (68,4%) rendah fundus uteri. menghasilkan nilai p value = 0,005. Sehingga atau ada pengaruh antara inisiasi menyusui dini dengan tinggi fundus uteri pada post partum. b. Pengaruh Paritas dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post partum Tabel 5.6 Pengaruh Paritas dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 Tinggi Fundus Uteri p value No Paritas Tinggi Rendah Total f % f % F % 1 Primipara 15 83,3 3 16,7 18 100 0,017 Bukan 2 8 40 12 60 20 100 Primipara Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 20 responden yang bukan pimipara pada paritas ternyata sebanyak (60%) rendah fundus uteri. Sedangkan dari 18 responden yang primipiara pada paritas ternyata sebanyak (83,3%) tinggi fundus uteri. menghasilkan nilai p value = 0,017. Sehingga atau ada pengaruh antara paritas dengan tinggi fundus uteri pada post partum. c. Pengaruh Usia dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post partum Tabel 5.7 Pengaruh Usia dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 Tinggi Fundus Uteri No Usia Tinggi Rendah Total f % f % F % Elastisitas 1 Otot Uterus 22 75,9 7 24,1 34 100 <35 Tidak Elastis Otot Uterus 1 23 8 88,9 9 100 2 35 Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 34 responden yang elastis pada usia ternyata sebanyak (75,9%) tinggi fundus uteri. Sedangkan dari 9 responden yang tidak elastis pada usia ternyata sebanyak (88,9%) rendah fundus uteri. menghasilkan nilai p value = 0,001. Sehingga atau ada pengaruh antara usia dengan tinggi fundus uteri pada post partum. Pengaruh Iniasiasi Menyusui Dini dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post partum Berdasarkan tabel 5.5 menujukkan bahwa dari 22 responden yang ada inisiasi menyusui dini ternyata sebanyak (81,8%) tinggi fundus uteri, p value 0.001
sedankan dari 16 responden yang tidak ada inisiasi menyusui dini ternyata sebanyak (68,4%) rendah fundus uteri. menghasilkan nilai p value = 0,005. Sehingga atau ada pengaruh antara inisiasi menyusui dini dengan tinggi fundus uteri pada post partum. Menurut teori Cristina Ibrahim (2006) Ada pengaruh Inisiasi Menyusui Dini dengan penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum. Hal ini dimungkinkan ibu post partum ini melaksanakan inisiasi menyusui dini dengan segera dan sesuai dengan tehnik yang telah diajarkan. Penurunan TFU ini bisa terjadi dengan baik bila kontraksi dalam uterus baik dan continue (Cristina Ibrahim, 2006). Penelitian Wulandari (2007) tentang Hubungan Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu Nifas di Puskesmas Sidorejo Lorkota Salatiga, dari 20 responden yang berada di BPS Anik S Mojosongo Surakarta yang memberikan IMD berjumlah 16 orang (80%), yang tidak memberikan IMD berjumlah 4 orang (20%), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden melaksanakan IMD sangat mempengaruhi terhadap penurunan TFU dengan p value 0,004. Peneliti berasumsi bahwa tidak semua pendapat yang menyatakan tentang adanya pengaruh yang besar antara penurunan tinggi fundus uteri dengan Inisiasi Menyusui Dini, karena apabila ibu ada melakukan Inisiasi Menyusui Dini semakin baik, tapi jika tidak ada seperti hal ibu yang disebabkan oleh tidak adanya kolostrum atau ASI pertama maka tidak akan berakibat buruk pada penurunan tinggi fundus uteri. Pengaruh Paritas dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post partum Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 20 responden yang bukan pimipara pada paritas ternyata sebanyak (60%) rendah fundus uteri. Sedangkan dari 18 responden yang primipiara pada paritas ternyata sebanyak (83,3%) tinggi fundus uteri. menghasilkan nilai p value = 0,017. Sehingga atau ada pengaruh antara paritas dengan tinggi fundus uteri pada post partum. Menurut teori Farer (2001), Faktor paritas juga memiliki peranan yang cukup penting. Ibu primipara proses involusi uterus berlangsung lebih cepat. Sedangkan Semakin banyak jumlah anak maka proses peregangan otot dan tingkat elastisitasnya akan berkurang Penelitian Wulandari (2007) tentang Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu Nifas di Puskesmas Sidorejo Lorkota Salatiga dari 20 responden diperoleh jumlah responden yang diberikan IMD dengan paritas primipara dan perubahan involusi yang dilihat dari TFU dan lochea mayoritas normal berjumlah 17 orang (85%). Berdasarkan hasil penelitian, responden yang dilakukan IMD dengan paritas primipara didapatkan ada perubahan TFU dan pengeluaran lochea yang normal dengan p value 0,003. Peneliti berasumsi bahwa pendapat yang dikemukakan diatas benar, bahwa paritas juga mempengaruhi terhadap penurunan tinggi fundus uteri, karena semakin banyak seorang wanita melahirkan maka semakin lemah kerja atau fungsi reproduksi kembali keelastisitasnya seperti semula.
Pengaruh Usia dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post partum Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 34 responden yang elastis pada usia ternyata sebanyak (75,9%) tinggi fundus uteri. Sedangkan dari 9 responden yang tidak elastis pada usia ternyata sebanyak (88,9%) rendah fundus uteri. menghasilkan nilai p value = 0,001 Sehingga atau ada pengaruh antara usia dengan tinggi fundus uteri pada post partum. Menurut teori Farrer (2001), Usia ibu yang relatif muda dimana individu mencapai satu kondisi vitalitas yang prima sehingga kontraksi otot dan kembalinya alat-alat kandungan juga semakin cepat karena proses regenerasi dari sel-sel alat kandungan yang sangat bagus pada usia-usia tersebut. Penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori (Varney H, 2000) yang menyebutkan bahwa penurunan tinggi fundus uteri dengan usia pada post partum suatu pengaruh yang baik terhadap proses penyembuhan dan proses pemulihan kesehtan sebelum hamil. Oleh karena itu sangat penting pula perhatikan pengawasan terhadap tinggi fundus uteri, ibu yang paritasnya tinggi proses involusinya lebih lambat karena semakin sering hamil uterus juga sering kali mengalami regangan. Dalam teori ini juga dikatakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi involusi uterus adalah gizi, usia, paritas, menyusui, dan senam nifas. Namun dalam lapangan involusi uterus juga dipengaruhi faktor pengetahuan, lingkungan, dan prilaku dimana dalam menunjang untuk mempercepat proses involusi uterus. Penelitian Wulandari (2007) tentang Hubungan Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu Nifas di Puskesmas Sidorejo Lorkota Salatiga, dari 20 responden 16 orang (88,9%) usia tidak elastis tidak mengalami penurunan tinggi fundus uteri yang baik, 4 (11,1%) mengalami penurunan tinggi fundus uteri yang baik. Hasil uji statistik didapatkan nilai p= value = 0,008 berarti ada pengaruh antara penurunan TFU terhadap usia. Peneliti berasumsi bahwa usia sangat erat kaitannya dengan penurunan tinggi fundus uteri, semakin tua umur seseorang maka semakin berkurang fungsi reproduksinya yang rata-rata dijumpai pada usia lebih dari 35 tahun dan telah melahirkan lebih dari satu kali. PENUTUP KESIMPULAN 1. Ada Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan p value 0,005. 2. Ada Pengaruh Paritas dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan p value 0,017. 3. Ada Pengaruh Usia dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan p value 0,001. SARAN 1. Bagi Responden Bagi ibu agar menjadi pedoman atau masukan bahwa faktor-faktor Inisiasi Menyusui Dini, Usia, Paritas yang dapat berpengaruh untuk mempercepat involusio uterus dan penurunan tinggi fundus uteri.
2. Bagi peneliti Agar dapat menambah pengetahuan tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum. 3. Bagi institusi Dapat menambah kepustakaan atau literatur tentang Faktor-Faktor Ynag Mempengaruhi Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum dan bermamfaat bagi penelitiselanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Abdul Bari, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan dan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta; YBPSP. Ambrawati, R,E., Wulandari, D. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. http://scholar.google.co.id/schol. (Diakses tanggal 15-2-2013). Cristina, Ibrahim, 2006. Asuhan masa nifas. Bandung: Bina Pustaka Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, 2011. Profil Kesehatan Aceh. Banda Aceh. Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. EGC. Jakarta Hanifa, 2005. Ilmu Kebidanan, ED. 3. Jakarta: YBPSP. Notoadmodjo, S. (2005) Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Prawirohardjo, S. (2006) Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Selemba Medika. Sarwono, 2002. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta, YBP. Verney, Helen. (2000) Buku Ajaran Kebidanan Edisi 2 Volume 1. Jakarta: EGC Wulandari, 2007. Hubungan inisiasi mneyusui dini terhadap penurunan tinggi fundus uteri ibu nifas,salatiga:kti