PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA (PMW)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan cara manual (tangan). Dengan kemajuan teknologi tersebut dan

Pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap. jantan. Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H I.

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Mu minun ayat 21 yang

BAB I PENDAHULUAN. Clarias sp (ikan lele) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. karena itu manusia berperan aktif dalam mengembangkan daya kreatifitas

DIES NATALIS XXXIII Universitas Islam Batik Surakarta ISBN :

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

LAPORAN PENGANTAR ILMU EKONOMI PEMANFAATAN BUDIDAYA KEONG SAWAH SEBAGAI PAKAN IKAN. Disusun Oleh : 1. Abdul Kholid ( )

PENGANTAR. Latar Belakang. Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Lingkungan Eksternal. Terigu adalah salah satu bahan pangan yang banyak dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

"PRO-FISHTA" UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA LELE DESA SETONO KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI

STUDI TEKNOLOGI PAKAN PADA USAHA TERNAK PUYUH PETELUR

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PELFEDUS (PELET LELE FESES WEDUS) SEBAGAI SOLUSI PAKAN LELE KAYA PROTEIN BIDANG KEGIATAN

INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang

PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA JUDUL PROGRAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Ikan lele Masamo (Clarias sp.) merupakan salah satu ikan yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai sumber pencemaran. Limbah tersebut dapat berupa bahan organik dan

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DESA SEI KEPAYANG TENGAH MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

BAB I PENDAHULUAN. budidaya, masyarakat sekitar danau sering melakukan budidaya perikanan jala

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sudah sangat popular di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Industri Minuman Tahun

Pelatihan dan Penerapan Teknologi Pembuatan Pakan Alternatif Ikan Lele Pada Kelompok Petani Ikan Di Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

PEMANFAATAN KOTORAN KAMBING PADA BUDIDAYA TANAMAN BUAH DALAM POT UNTUK MENDUKUNG PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN

I. PENDAHULUAN. seluas seluas hektar dan perairan kolam seluas hektar (Cahyono,

NILAI GIZI ECENG GONDOK DAN PEMANFAATAN SEBAGAI PAKAN ternak NON RUMINANSIA NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM. Snabol Reborn (Snack Bolyn baru dengan Sayuran,Buah dan Menambah Rasa Baru Coklat dan Susu Keju)

ANALISIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

BAB I PENDAHULUAN. tujuan lain yaitu mencapai kelangsungan hidup dan perkembangan. perusahaan. Agar tujuan tersebut tercapai maka perusahaan perlu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun dilain pihak dampak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

USAHA PENGEMBANGAN MANAJEMEN PERIKANAN AIR TAWAR MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PAKAN MANDIRI DALAM MENGATASI LIMBAH ORGANIK DAN MAHALNYA PAKAN IKAN

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. beraneka jenis ikan hidup di perairan tersebut. Hal ini menjadi potensi alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015),

PELATIHAN PEMBUATAN PAKAN IKAN LELE, MAS DAN NILA

1. PENDAHULUAN. digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Rasa daging yang enak dan

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

Avia Mina Business Plan

I. PENDAHULUAN. Ikan badut (Amphiprion percula) atau biasa disebut ikan nemo merupakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

BIDANG KEGIATAN : PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

PELUANG BISNIS BUDIDAYA LELE SANGKURIANG. Bambang Sumarsono TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011

I. PENDAHULUAN. 4,29 juta ha hutan mangrove. Luas perairan dan hutan mangrove dan ditambah dengan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan

I. PENDAHULUAN. Maggot merupakan larva lalat black soldier atau serangga bunga, memiliki

bio.unsoed.ac.id HEWAN AVERTEBRATA SEBAGAI PAKAN IKAN LELE, Suatu Bahan Penyuluhan:" Pemanfaatan Belatung Ampas Tahu Sebagai Pakan PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Stoner (2004: 7) manajemen adalah proses merencanakan,

PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM UNTUK PEMBUATAN PAKAN BEBEK

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT TAPIOKA ( ONGGOK ) SEBAGAI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Peranan Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam perekonomian

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami

PRODUKSI PAKAN IKAN DAN PAKAN TERNAK DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH BIOGAS ASAL KOTORAN TERNAK YANG MURAH DAN BERKUALITAS. Sujono 1 & Ahmad Yani 2

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik

Profil Orgic's Home Generasi Muda Peduli Sampah

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

Transkripsi:

PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA (PMW) Pelet Super Organik (PeSO-Bio) Sebagai Promosi Konsep Hijau (Green Earth) Disusun Oleh : Nama NIM : Deni Prasetiyo : H0710028 UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

USULAN PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA A. JUDUL USAHA Pelet Super Organik (PeSO-Bio) Sebagai Promosi Konsep Hijau (Green Earth) B. LATAR BELAKANG Harga pelet ikan semakin melonjak dan pelet merupakan penyumbang 80% biaya produksi, hal ini menyebabkan petani ikan kebingungan. Selain itu pelet yang diberedar dipasaran umumnya tidak memperhatikan kaidah lingkungan, karena kandungan pelet yang sulit terdegradasi oleh mikroba, sehingga menimbulkan pencemaran. Menurut greenpeace berkembangnya industri global (termasuk industri pelet) telah memberikan dampak yang serius pada lingkungan hidup dan sosial masyarakat, khususnya di negara berkembang.hal ini nampak pada semakin meningkatnya produksi perikanan lokal.untuk menyeimbangkan peningkatan produksi perikanan dengan tetap memperhatikan kelangsungan lingkungan hidup, serta harapan nantinya dapat menurunkan biaya pelet, maka perlu dilakukan suatu trobosan baru dalam pembuatan pelet organik sebagai promosi konsep hijau. Dalam hal ini Pelet Super Organik (PeSO-Bio) merupakan pelet yang terbuat dari bahan-bahan lokal yang tidak termanfaatkan dan malahan sering disebut gulma, namun bahan tersebut memiliki kandungan yang optimal bagi bahan baku pelet. Bahan tersebut antara lain Kangkung air, Eceng-gondok, Bayam, Keong-mas, serta mikroba pengurai. C. LOKASI USAHA 1) Lokasi Produksi Saat ini lokasi produksi berada di Dukuh Domas RT 03 RW 01, Desa Munggur, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar. 2) Lokasi Pemasaran. Lokasi pemasaran mencakup karesidenan Surakarta khususnya dan seluruh Indonesia pada umumnya.

D. PRODUK YANG DIHASILKAN 1) Gambaran Produk a) Jenis, Nama Produk, dan Karakteristik Produk 1) Jenis : Industri Agro Nama Produk : Pelet Super Organik (PeSO-Bio) Karakteristik : Pelet Super Organik (PeSO-Bio) merupakan pelet berbahan dasar lokal yang keberadaannya belum termanfaatkan secara optimal, malahan bahan tersebut sering dianggap sebagai gulma/hama pertanian. Pelet ini terdiri dari Kangkung air, Eceng gondok, Bayam, Keong mas, serta mikroba pengurai. Kandungan komposisi bahan tersebut tidak diragukan lagi dapat menggantikan bahan baku komposisi pelet pabrikan. Pelet Super Organik (PeSO-Bio) natinya dapat diaplikasikan pada berbagai jenis budidaya ikan air tawar, antara lain ikan nila, gurame, lele, bawal, dll. Memproduksi Pelet Super Organik (PeSO-Bio) dengan bahan baku lokal yang sampai sekarang belum termanfaatkan, namun bahan tersebut memiliki kandungan yang optimal bagi bahan baku pelet, antara lain Kangkung air, Eceng-gondok, Bayam, Keong-mas, serta mikroba pengurai. Pelet tersebut nantinya akan memiliki nilai ekonomis yang jauh lebih murah dari pelet pabrikan, dan memiliki nilai ekonomi bagi keberlangsungan lingkungan hidup yang jauh lebih tinggi dari pelet pabrikan. Dengan Pelet Super Organik (PeSO-Bio) ini diharapkan dapat menekan biaya pemakaian pelet petani ikan, hingga 50% dan kualitas lingkungan tetap terjaga, karena pelet ini juga mengandung mikroba pengurai. E. TEKNOLOGI YANG DITERAPKAN Proses produksi Pelet Super Organik (PeSO-Bio) menggunakan teknologi fermentasi menggunakan mikroba yang berasal dari lumpur rawa selama tujuh hari. Setelah semua bahan difermentasi kemudian dikeringkan

dan digiling hingga halus. Tujuan dari proses fermentasi ini adalah untuk mengubah serat kasar agar menjadi lebih halus. Setelah semua bahan halus kemudian bahan-bahan tersebut dicampur dan dibentuk butir-butir kecil melalui proses granulasi membentuk butir pelet. Setelah butir-butir pelet terbentuk selanjutnya butir-butir pelet disaring untuk memisahkan ukuran.langkah terakhir yaitu pengemasan sehingga pelet siap untuk dipasarkan. F. PROSPEK USAHA Untuk produk pelet organik sebenarnya pesaingnya masih sedikit atau hampir belum ada, pesaing produk Pelet Super Organik (PeSO-Bio) ini mungkin lebih tepatnya adalah pelet komersil yang lain. Misalnya produk:pokphad, Hi-Pro-Vite, Bintang, Feng-li, dll. Merek tersebut hanya melakukan promosi dan menawarkan produk yang hanya berorientasi pada percepatan pertumbuhan ikan tanpa memperdulikan lingkungan hidup akhibat pencemaran produk tersebut. Usaha Pelet Super Organik (PeSO-Bio) memiliki prospek yang bagus mengingat terus berkembangnya industri agro bidang perikanan. Selain itu, Pelet Super Organik (PeSO-Bio) memiliki keunggulan yang tidak dimiliki produk lain yang sejenis. Keunggulan tersebut antara lain: 1. Bahan baku melimpah di alam. Pelet Super Organik (PeSO-Bio) terbuat dari bahan baku lokal yang keberadaannya melimpah di alam, dan belum termanfaatkan, sehingga bahan tersebut memiliki nilai ekonomi yang rendah. Dengan bahan baku yang melimpah di alam ini produksi Pelet Super Organik (PeSO-Bio) akan lebih murah. 2. Mengandung mikroba pengurai. Berbeda dengan pelet yang lain, Pelet Super Organik (PeSO-Bio) mengandung mikroba pengurai yang bermanfaat bagi ikan dan lingkungan. 3. Tetap memperhatikan lingkungan hidup Dengan pemanfaatan kemelimpahan bahan lokal dan proses

penambahan mikroba pengurai dalam Pelet Super Organik (PeSO- Bio) akan dapat menjaga kualitas lingkungan hidup. Selain memiliki keunggulan secara kualitas dibandingkan produk sejenis yang lain, Pelet Super Organik (PeSO-Bio) juga memiliki kelebihan begi konsumen, antara lain: 1. Harga relatif lebih murah. Karena pembuatan Pelet Super Organik (PeSO-Bio) berbahan dasar lokal, maka biaya produksi akan lebih murah, sehingga harga jual juga akan lebih murah jika dibandingkan dengan pelet pabrikan. 2. Komposisi nutrisi lebih tinggi dan pertumbuhan ikan lebih cepat. Kandungan komposisi Pelet Super Organik (PeSO-Bio) lebih tinggi dibandingkan dengan pelet pabrikan yang lain, karena selain bahan-bahan tersebut memang secara alami mengandung protein, lemak, karbohidarat dan berbagai komposisi yang lain, penambahan mikroba pengurai pada Pelet Super Organik (PeSO-Bio) akan membuat komposisi tersebut menjadi lebih komplek dan mudah diserap oleh ikan sehingga pertumbuhan ikan lebih cepat 3. Pelet mudah terdegradasi, sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Pelet Super Organik (PeSO-Bio) mengandung mikroba pengurai yang menguntungkan bagi ikan dan lingkungan ikan, karena mikroba ini dapat membuat optimal sistem pencernakan ikan sehingga kotoran/amonia yang dikeluarkan ikan akan lebih sedikit. Dan kelebihan pelet yang tidak dimakan ikan akan lebih cepat terurai dengan penambahan mikroba ini sehingga pencemaran dapat dikurangi. 4. Kualitas lingkungan budidaya tetap terjaga. Pelet Super Organik (PeSO-Bio) mengandung mikroba pengurai sehingga pelet mudah terdegradasi, sehingga tidak menimbulkan pencemaran. G. PEMASARAN

Target pembeli saya adalah para petani ikan dan para agen penjual pelet ikan.dengan harga yang jauh lebih murah serta komposisi bahan yang lebih tinggi membuat Pelet Super Organik (PeSO-Bio) potensial untuk ditawarkan. Dengan perkiraan jumlah produksi rata-rata perbulan 1 ton dalam permulaan produksi, dan akan naik pada tahun berikutnya dengan seiring pertambahan jumlah permintaan. Dengan cara ini kita akan menggeser sedikit demi sedikitpelet komersil yang lain, dan memperluas konsep perikanan organik, yang sebenarnya jauh menguntungkan bagi para petani. Produk Pelet Super Organik (PeSO-Bio) ini kami jual langsung kepada Agen perkota/toko pertanian/perikanan, serta langsung kepada kumpulan petani ikan pada saat melakukan penyuluhan. Promosi yang akan kami lakukan dalam meperkenalkan Pelet Super Organik (PeSO-Bio) antara lain melalui: 1. Penyuluhan terhadap kumpulan petani ikan di tiap daerah akan pentingnya perikanan organik. 2. Melalui media cetak lokal/iklan. 3. Pemberian spanduk dan baju yang memperkenalkan produk Pelet Super Organik (PeSO-Bio) pada Agen/mitra usaha. 4. Membantu konsultasi permasalahan perikanan bagi para petani ikan, terutama masalah pakan. Dalam keberlanjutan kedepannya pertanian organik akan lebih digencarkan oleh petani, karena dengan meningkatnya kesadaran konsumen akan mengkonsumsi bahan sayur organik yang lebih menyehatkan. Di bidang perikanan hal yang sama juga akan terjadi, bahwa perikanan organik akan menghasilkan produk ikan yang lebih menyehatkan dan seiring dengan perkembangan konsumen yang mengerti akan pentingnya mengkonsumsi produk ikan organik, seiring itu pula produk Pelet Super Organik (PeSO- Bio) akan mengalami peningkatan.

H. KEUANGAN 1. Biaya Bahan Baku Bahan baku diambil langsung dari alam dengan gratis untuk sementara ini, untuk kedepannya akan melakukan pembudidayaan sendiri dan kerjasama kemitraan dengan pengepul bahan baku tersebut. Alokasi biaya awal untuk tenaga pengumpul bahan baku untuk sementara ini adalah: Komposisi Bahan Pembutan 500 kg pelet No. BAHAN BIAYA VOLUME TOTAL SATUAN 1 Kangkung air kering Rp 5.000,00 50 kg Rp 250.000,00 2 Eceng gondok kering Rp 4.000,00 150 kg Rp 600.000,00 3 Bayam liar kering Rp 6.000,00 250 kg Rp 1.500.000,00 4 Keong mas kering Rp 10.000,00 150 kg Rp 1.500.000,00 5 Tepung tapioca/gaplek Rp 3.000,00 50 kg Rp 150.000,00 6 Mikroba (lumpur rawa) Rp 0,00 150 kg Rp 0,00 7 Bahan lain Rp 1.000,00 350 kg Rp 350.000,00 TOTAL Rp 4.350.000 2. Biaya produksi No. Uraian BIAYA SATUAN 1 Biaya pembuatan Rp 100.000,00/50 granul pellet kg 2 Tenaga Kerja 2 Rp 700.000,00 Orang /bulan VOLUME TOTAL 500 Rp 1.000.000,00 1 Rp 1.400.000,00 TOTAL 2.400.000

3. Proyeksi Arus Kas Arus Kas Bulan I Operasi Bulan II Operasi Bulan III Operasi Pendapatan Total Penjualan (omzet) Rp 10.000.000/500 kg/bulan Rp 20.000.000/1 ton/bulan Rp 30.000.000/1,5 ton/bulan Pengeluaran Operasional, termasuk biaya bahan baku, biaya Rp 6.750.000 Rp 13.500.000 Rp 20.250.000 produksi, dan biaya tetap lainnya Keuntungan/ Laba Rp 3.250.000,00 Rp 6.500.000,00 Rp 9.750.000,00 Harga jual per satuan Produk yang ditawarkan adalah sebesar Rp 200.000/10 kg Perkiraan nilai dana yang dibutuhkan untuk mulai menjalankan Ide/ Konsep bisnis ini adalah sebesar Rp 6. 750.000,00