BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Secara umum kontraktor milik BUMN mampu memenuhi indikator green

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil Data Secara Keseluruhan Dari Tiap Aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION

Implementasi Konstruksi Hijau Pada Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon Tower Emerald Bekasi

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya green construction pada proyek konstruksi di Jawa Tengah,

STUDI PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA KUPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN GUBERNUR No. 38 tahun 2012 tentang BANGUNAN GEDUNG HIJAU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah limbah dan penyempitan lahan yang digunakan

PARAMETER ISIAN GREEN SCHOOL AWARD No Komponen Pengukuran/Indikator Keterangan. 1 Jumlah murid masukkan angka. 2 Jumlah guru masukkan angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern ini semakin banyak pembangunan yang terus-menerus

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat memahami green building yang dijelaskan dalam Bulan Mutu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bel dan Hotel Sahid Jogja Lifestyle City di Yogyakarta sebagai berikut :

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan di era modern ini semakin banyak dilakukan guna

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat pada Pasar Rakyat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbiaya rendah (

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

PENJABARAN INSTRUMENT GREEN UNIT AWARD DAN PENGEMBANGAN SEBAGAI PROGRAM DI TIAP FAKULTAS/UNIT KERJA

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan

BAB III ELABORASI TEMA

Arsitektur dan Lingkungan. Lilis Widaningsih

STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA. Oleh: Gangsar Anugrah Tirta P

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS.

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman

BAB V KESIMPULAN. dapat dilihat dari nilai rata-rata 2,99.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

STUDI AWAL PENERAPAN GREEN SPECIFICATION DI INDONESIA

HEMAT ENERGI = Kurangi Polusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Infrastruktur adalah bangunan yang mendukung dan atau meningkatkan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana)

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya

BAB V KONSEP PERANCANGAN

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K)

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga

ISU LINGKUNGAN DAN KENDALA YANG DIHADAPI PROYEK KONSTRUKSI DI BANDA ACEH

EVALUASI BIAYA DAN DAMPAK LINGKUNGAN PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION (STUDI KASUS: PROYEK PEMBANGUNAN PAVILIUN GARUDA 2 RSUP DR.

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap material bangunan mempunyai siklus hidup, dimulai dari

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini sampah merupakan masalah serius di negeri ini. Terutama

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG HIJAU

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

KANTOR BALAI TAMS I MENUJU ZERO WASTE

BANGUNAN GEDUNG HIJAU

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

UJI KOMPETENSI SEMESTER II. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat!

SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING.

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sebuah usaha yang mengubah bahan mentah menjadi

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

BAB V Hasil Pembahasan Kontraktor

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

GAYA HIDUP RAMAH LINGKUNGAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

SANITASI DAN KEAMANAN

Pengembangan RS Harum

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pencemaran Lingkungan

Surat Ijin Penelitian dari SDN 2 Tegowanu Wetan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MINGGU 5. Pokok Bahasan : Sumberdaya dan Energi Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian sumberdaya dan energi

BAB III STUDI LITERATUR

MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. Kesimpulan Berdasarkan paparan tersebut diatas dapat diperoleh beberapa pengetahuan sebagai berikut:. Secara umum kontraktor milik BUMN mampu memenuhi indikator green construction lebih banyak jika dibandingkan kontraktor milik swasta. Berikut hasil analisis capaian green construction pada proyek konstruksi di Kota Kupang. Tabel 5. Persentase capaian nilai green construction (NGC) pada proyek konstruksi di Kota Kupang No. Proyek Konstruksi Kepemilikan Persentase (dalam %) Rumah Sakit Swasta 5.70 2 Kantor BUMN 76.2 Kantor BUMN 72.0 Sekolah Swasta 5.2 5 Sekolah Swasta 58.90 6 Ibadah Swasta.92 7 Toko Swasta 70.62 2. Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa capaian kontraktor di setiap aspek green construction dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 60

6 No. Tabel 5.2 Persentase capaian Nilai Aspek Green Construction pada proyek konstruksi di Kota Kupang Aspek Green Construction Rerata nilai green construction Nilai maksimum persentase (dalam %) Kesehatan dan keselamatan kerja.89 2.9 6. 2 Kualitas udara 0.9.06 5.96 Manajemen lingkungan bangunan.0. 72.7 Sumber dan siklus material 0.29 0.8 75.56 5 Tepat guna lahan 0.8. 6.9 6 Konservasi air 2.00.8.67 7 Konservasi energy 5.9 0 59. Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa capaian kontraktor di setiap aspek green construction dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) Aspek kesehatan dan keselamatan kerja 6,%; (b) Aspek kualitas udara 5,96%; (c) Aspek manajemen lingkungan bangunan 72,7%; (d) Sumber dan siklus material 75,56%; (e) Tepat guna lahan 6,9%; (f) Konservasi air,67%; (g) Konservasi energi 59,%.. Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa capaian kontraktor di setiap faktor green construction dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tabel 5. Persentase capaian Nilai Faktor Green Construction pada proyek konstruksi di Kota Kupang No. Faktor Green Construction Persentase (dalam %) Perencanaan Dan Penjadwalan Proyek Konstruksi 9, 2 Sumber dan Siklus Material 6,89

62 Lanjutan tabel 5. No. Faktor Green Construction Persentase (dalam %) Rencana Perlindungan Lokasi Pekerjaan Manajemen Limbah Konstruksi 6,8 8,0 5 Penyimpanan Dan Perlindungan Material 66,90 6 Kesehatan Lingkungan Kerja Tahap Konstruksi 6,7 7 Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja 69,76 8 Pemilihan Dan Operasional Peralatan Konstruksi 50,95 9 0 Dokumentasi Pelatihan Bagi Subkontraktor 76,6 5,05 Pengurangan Jejak Ekologis Tahap Konstruksi 67,62 2 5 Kualitas Udara Tahap Konstruksi Konservasi Air Tepat Guna Lahan Konservasi Energi 6,69,67 62,2 58,57 6 Manajemen Lingkungan Proyek Konstruksi 69,7 Berdasarkan tabel 5. dapat disimpulkan bahwa faktor perencanaan dan penjadwalan proyek konstruksi memperoleh persentase tertinggi (9,%). Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua indikator yang termasuk dalam faktor perencanaan dan penjadwalan proyek konstruksi telah diimplementasikan di semua proyek dalam penelitian ini. Selain itu juga faktor yang telah banyak diimplementasikan indikator greennya adalah faktor manajemen limbah

6 konstruksi (8,0%), dan dokumentasi (76,6%). Sedangkan faktor kualitas udara tahap konstruksi memperoleh persentase terendah yaitu 6,69%. Dengan capaian ini menunjukkan bahwa indikator-indikator green dalam faktor kualitas udara tahap konstruksi belum sepenuhnya diimplementasikan di proyek. Selain itu juga faktor konservasi air memperoleh persentase rendah yaitu,67%. 5.2 Saran. Perlu adanya kolaborasi antar kontraktor BUMN dan Swasta yang dimungkinkan terjadinya transfer of knowledge. Namun, kolaborasi internal antara kontraktor BUMN terhadap kontraktor swasta (spesialis) telah banyak dilakukan. Mekanisme ini diyakini sebagai ruang belajar yang efektif bagi kontraktor spesialis. 2. Perlu adanya mata kuliah yang mengedukasi mahasiswa guna mentransfer pengetahuan tentang bangunan gedung hijau.. Perlu disusun pengaturan mengenai bangunan gedung hijau di Nusa Tenggara Timur dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan bangunan gedung yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien.

6 DAFTAR PUSTAKA Dipohusodo, I. (996). Manajemen Proyek Dan Konstruksi, Penerbit Kanisius, Yogyakarta Ervianto, W.I, dkk, Kajian Kerangka Legislatif Penerapan Green Construction Pada Proyek Konstruksi Gedung Di Indonesia, diakses 8 Maret 206. http://www.academia.edu/268/kajian_tentang_kerangka_legislatif_ Penerapan_Green_Construction_Dalam_Proyek_Konstruksi_Bangunan_G edung_di_indonesia Ervianto, W.I. Laporan Penelitian Capaian Green Construction Dalam Proyek Bangunan Gedung Menggunakan Model Assessment Green Construction Ervianto, W.I. laporan Penelitian Implementasi Pembangunan Berkelanjutan Tinjauan Pada Tahap Konstruksi. Diakses Juni 206 http://ft.uajy.ac.id/wp-content/uploads/205/2/i55-wulfram_89-98_.pdf Ervianto, W.I. (202), Laporan Penelitian Identifikasi Faktor Green Construction Pada Bangunan Gedung di Indonesia, ITB-JICA. diakses 29 Februari 206 http://www.academia.edu/267/identifikasi_indikator_green_constru ction_pada_proyek_konstruksi_bangunan_gedung_di_indonesia Ervianto, W.I. (2005), Manajemen Proyek Konstruksi, Penerbit Andi, Yogyakarta. Ervianto, W.I. (205). Sistem Penilaian Green Construction Untuk Proyek Gedung Di Indonesia. Versi.2. Ervianto, W.I. (202), Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau, Penerbit Andi, Yogyakarta http://repository.upi.edu/65//s_d505_0689_chapter.pdf, Diakses 2 Juni 206 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2009, Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Diakses 29 Februari 206 http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/uu_2009_2.pdf

L A M P I R A N

Capaian Nilai Indikator Green Construction pada proyek konstruksi di Kota Kupang P P2 P P P5 P6 P7 = Proyek Swasta = Proyek BUMN = Proyek BUMN = Proyek Swasta = Proyek Swasta = Proyek Swasta = Proyek Swasta Persentase = persentase indikator ang telah diimplementasikan di proyek No. Deskripsi Implementasi di proyek 0 = Tidak dan = Ya Persentase Mengutamakan kemampuan suplier lokal dalam menyediakan kebutuhan kebutuhan material P P2 P P P5 P6 P7 % 0 85.7 2 Memberikan perhatian terhadap perlindungan material 00.00 Memberikan perhatian terhadap perlindungan peralatan Memperhatikan urutan pekerjaan dalam pengadaan material 0 85.7

5 Memperhatikan urutan pekerjaan dalam pengadaan peralatan 00.00 B. Pengelolaan Material 2 5 Menggunakan material bekas bangunan lama di lokasi pekerjaan atau dari tempat lain untuk mengurangi penggunaan bahan mentah baru sehingga dapat memperpanjang usia pemakaian bahan/material dan mengurangi limbah di tempat pembuangan akhir (TPA). Menggunakan bahan bangunan hasil pabrikasi yang menggunakan bahan baku dan proses produksi ramah lingkungan. Menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal-usulnya/bersertifikat. Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material untuk mengurangi sampah konstruksi. Mengurangi jejak karbon yang ditimbulkan oleh pengadaan material/produk dengan cara menggunakan material disekitar proyek atau produk lokal sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. 0 0 0 57. 00.00 0 0 0 0 0 28.57 0 0 0 57. 6 Penggunaan container untuk kantor di lokasi proyek. 0 0 0 0 0 0.29 7 8 9 Penggunaan fasilitas sementara (temporary facility) dalam proses konstruksi. Menggunakan metoda prafabrikasi dalam pelaksanaan pekerjaan. Menggunakan material daur ulang dalam pelaksanaan pekerjaan. 0 0 7. 0 85.7 0 0 0 0 28.57 0 Menggunakan material lokal sebagai bahan konstruksi. 0 85.7

C Rencana Perlindungan Lokasi Pekerjaan Merencanakan penggunaan air dalam proses konstruksi. 00.00 2 Melakukan pengukuran air limpasan akibat proses konstruksi terhadap lokasi di sekitar proyek. Merencanakan tindakan pencegahan terjadinya erosi di lokasi proyek akibat kegiatan proyek. Mencegah terjadinya kebisingan yang ditimbulkan oleh pelaksanaan pekerjaan selama proses konstruksi. 0 0 0 0 0 0 0 0.00 0 0 0 0 0 28.57 0 0 0 57. 5 Memanfaatkan top soil hasil land clearing. 0 0 0 0 75.00 6 7 8 9 0 Merencanakan pelestarian dengan cara memindahkan atau mengganti vegetasi/pohon yang terkena dampak proyek konstruksi. Merencanakan cara-cara melindungi vegetasi/pohon di lokasi proyek. Merencanakan dan melakukan pengelolaan air limbah akibat proses konstruksi. Melakukan pengaturan area simpan dan bongkar material/produk dari moda transportasi. Menetapan batas proyek dengan memasang pagar disekeliling lokasi proyek. 0 85.7 00.00 0 0 0 57. 0 85.7 Membatasi pergerakan kendaraan dan alat di lokasi proyek. 0 85.7 2 Mencegah terjadinya erosi akibat limpasan air permukaan. 0 0 0 0 0 28.57 D Manajemen Limbah Konstruksi Melakukan pemesanan material sesuai dengan kebutuhan. 00.00

2 Meminimalisasi kemasan dalam pengiriman material. 00.00 Menggunakan ukuran produk standar untuk jenis material tertentu. Melakukan pemilihan dan penetapan metoda konstruksi untuk mengurangi limbah proses konstruksi. 5 Mengemas material bangunan untuk mengurangi limbah. 6 7 Mengoptimalkan penggunaan material bangunan untuk mengurangi limbah. Meningkatkan tingkat akurasi dalam estimasi penggunaan bahan bangunan untuk mengurangi timbulnya limbah. 00.00 8 Menggunakan kembali (reuse) limbah konstruksi. 0 0 0 57. 9 Menggunakan kembali (reuse) material hasil dekonstruksi. 0 0 0 57. 0 2 E Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai lebih rendah dengan sebelumnya (downcycle). Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai sama dengan sebelumnya (recycle). Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai lebih tinggi dengan sebelumnya (upcycle). Penyimpanan Dan Perlindungan Material Merencanakan cara-cara menyimpan dan melindungi berbagai jenis material agar tidak mengalami kerusakan. 0 0 0 57. 0 0 0 57. 0 0 0 0 2.86 00.00

2 Merencanakan agar tidak terkontaminasi oleh debu, kelembaban, dan kotoran lainnya untuk jenis material tertentu (misalnya pipa untuk saluran air, saluran untuk pendingin udara (AC). 0 0 7. 5 F 2 5 6 7 Menyimpan material tertentu yang rawan terhadap debu untuk disimpan diluar lokasi proyek konstruksi. Melakukan penyimpanan material tertentu dengan cara dilem secara sempurna. Melindungi pipa-pipa yang akan digunakan dengan cara menutup dikedua ujungnya. Kesehatan Lingkungan Kerja Tahap Konstruksi Memberikan prioritas terhadap kesehatan pekerja konstruksi. Memberikan perhatian terhadap kesehatan masyarakat umum yang berada di sekitar lokasi proyek konstruksi. Melakukan pemilihan metoda konstruksi didasarkan pada minimalisasi debu agar tercipta lingkungan kerja yang sehat. Melakukan pemilihan metoda konstruksi didasarkan pada minimalisasi bahan/benda yang menyebabkan pencemaran (polutan). Mengganti peralatan tahun pembuatan lama dengan yang baru agar konsumsi energi lebih efisien dan rendah emisi. Memperhatikan timbulnya debu yang dihasilkan oleh kegiatan dekonstruksi. Memberikan perhatian terhadap material yang mengandung zat berbahaya (cat, lem, sealent) 0 0 0 0 2.86 0 0 0 57. 0 0 0 57. 0 0 0 2.86 0 0 0 57. 0 0 0 57. 0 85.7 0 0 0 0 0 28.57 00.00

8 Memasang tanda dilarang merokok di kantor proyek. 0 0 7. 9 Memasang tanda dilarang merokok di lokasi kerja. 0 0 7. 0 Menyediakan fasilitas untuk merokok pada jarak ± 5 meter diluar kontraktor keet. Menyediakan fasilitas untuk merokok pada jarak ± 5 meter diluar lokasi kerja. 0 0 7. 0 0 7. 2 Tidak menggunakan material asbes. 0 0 0 0 0 0 0 0.00 Tidak menggunaan lampu merkuri untuk penerangan di lokasi proyek dan kantor proyek. 0 0 0 0 2.86 Tidak menggunakan styrofoam untuk insulasi panas. 0 0 0 0 0 28.57 5 Melakukan pemasangan safety net untuk keamanan atau pengaman agar material tidak jatuh saat proses konstruksi. 0 0 0 57. 6 7 Melakukan penyiraman lapangan di lokasi proyek untuk mengurangi timbulnya debu. Mengadakan fasilitas washing bay untuk menjaga kebersihan jalan sebagai fasilitas umum. G Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja 00.00 0 0 0 57. Membuat jadwal untuk kegiatan yang menimbulkan emisi untuk mengurangi dampaknya terhadap pekerja konstruksi. 0 0 0 0 2.86 2 Memisahkan bedeng pekerja dari lokasi proyek. 0 0 7. Menjamin terjadinya sirkulasi udara selama proyek berlangsung khususnya pada fasilitas tertentu (misalnya lorong). H Pemilihan dan Operasional Peralatan Konstruksi

2 5 I Melakukan pengamatan terhadap waktu kerja peralatan berupa informasi cycle time untuk meningkatkan produktivitas. Memberilkan pelatihan bagi operator peralatan agar dapat dicapai produktivitas yang ditetapkan. Meminimalkan waktu jeda yang ditimbulkan oleh peralatan agar dapat dicapai tingkat efisiensi tertentu. Mengganti bahan bakar fosil dengan sumber energi alternatif untuk peralatan konstruksi. Mengutamakan penggunaan transportasi umum bagi pekerja konstruksi. Dokumentasi 0 0 0 57. 0 0 0 0 2.86 0 0 0 0 0 0 0 0.00 0 0 0 0 2.86 Melakukan pencatatan terkait dengan jumlah material sisa. 0 85.7 2 5 6 7 8 J Melakukan pencatatan jumlah penggunaan material terbarukan. Melakukan pencatatan jumlah kandungan material daur ulang (recycle). Melakukan pencatatan terkait dengan jumlah kandungan material lokal. Melakukan pencatatan penggunaan produk dari kayu bersertifikat. Melakukan pencatatan tentang jumlah pengiriman material serta cara-cara melindunginya. Mendokumentasikan mengenai program kualitas udara di proyek konstruksi. Membuat dokumentasi tentang manajemen limbah konstruksi. Pelatihan Bagi Subkontraktor 0 0 7. 0 0 7. 0 85.7 0 0 0 0 2.86 0 0 7.

2 Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi mengenai cara-cara mengurangi timbulnya limbah konstruksi. Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi mengenai cara-cara mengelola limbah konstruksi. Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi yang difokuskan terhadap kegiatan yang menghasilkan debu. Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi untuk menjaga kualitas udara di lokasi proyek. 0 0 0 0 0 28.57 0 0 0 0 2.86 0 0 0 57. 0 0 0 57. K Pengurangan Jejak Ekologis Tahap Konstruksi 2 5 6 L Membuat dokumen tentang kondisi lahan sebelum dibangun dan merencanakan pelestariannya jika terdapat fitur budaya. Membuat perencanaan lokasi penyimpanan peralatan berat (trailer, excavator, bulldozer, dll). Membuat perencanaan untuk melindungi semua tanaman di lokasi proyek. Menerapkan larangan menebang pohon dalam radius 2,2 meter dari bangunan. Merencanakan dan melakukan simulasi pengaruh air limpasan di lokasi proyek yang berdampak negatif terhadap lingkungan Merencanakan, mengevaluasi dan memilih metoda land clearing yang ramah lingkungan. Kualitas Udara Tahap Konstruksi Membuat program udara bersih sesuai persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. 0 0 0 0 2.86 00.00 0 0 7. 0 0 0 0 0 28.57 0 0 0 57. 0 0 0 57. 2 Melakukan pengukuran kualitas udara secara berkala. 0 0 0 0 0 0.29

5 Menjaminan bahwa seluruh stake holder memahami, bertanggung jawab, dan menerapkan program udara bersih. Melakukan pertemuan secara rutin bersama seluruh stake holder untuk mematuhi komitmen tentang persyaratan kualitas udara. Memenuhi persyaratan kualitas udara sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen lelang atau kontrak. 0 0 0 0 2.86 0 0 0 0 0 28.57 0 0 0 0 0 0 0 0.00 6 Menyertakan kesanggupan memenuhi persyaratan kualitas udara dalam dokumen tender dan kontrak. M Efisiensi Air 0 0 0 57. Menampung air hujan untuk digunakan kembali dalam berbagai kegiatan yang tidak disyaratkan air layak minum. 0 0 0 0 2.86 2 Pemasangan alat meteran air di setiap keluaran sumber air bersih (PDAM, air tanah). 0 0 7. Melakukan monitoring pemakaian air setiap bulan. 5 Menggunakan kran otomatis untuk washtafel di kantor proyek. Memasang stiker "gunakan air secukupnya di tempat sumber keluaran air. 0 0 0 0 0 0 0 0.00 0 0 0 57. 6 Penggunaan shower untuk mandi pekerja konstruksi. 0 0 0 0 0 0 0 0.00 7 Membuat perencanaan dalam pemanfaatan air dewatering. 0 0 0 0 0 28.57 8 Membuat recharge well berupa sumur resapan dan atau lubang biopori. 0 0 0 0 0 28.57 9 Memasang piezo meter untuk memonitor muka air tanah. 0 0 0 0 0 0 0 0.00

0 Memanfaatkan air dewatering untuk kegiatan di lapangan. 0 0 0 57. N Pengelolaan Lahan Melakukan penanaman pohon di sekitar kontraktor keet. 0 0 0 0 57. 2 Tidak melakukan penebangan pohon selama proses konstruksi. Membuat sumur resapan untuk membuang air limbah maupun air limpasan. Melakukan filterisasi air sebelum dibuang ke dalam drainase/riol kota. O Efisiensi Energi Menggunakan standarisasi penerangan untuk mendukung pekerjaan di lokasi proyek baik di dalam maupun diluar ruangan. 0 85.7 0 0 7. 0 0 0 57. 0 0 7. 2 Menngunakan lampu hemat energi. 0 0 7. Meminimalkan polusi yang ditimbulkan oleh lampu penerangan. 0 0 7. Mengatur penerangan sesuai dengan urutan pekerjaan. 00.00 5 Pemasangan KWH meter pada sistem beban. 0 0 0 57. 6 Membuat perhitungan pengurangan CO 2 yang didapatkan dari efisiensi energi. 0 0 0 0 0 0 0 0.00 7 Melakukan monitoring pemakaian listrik setiap bulan. 8 Memaksimalkan pemanfaatan sinar matahari untuk penerangan di kontraktor keet paling tidak 50% dari jumlah ruangan. 0 0 0 0 2.86 9 Penggunaan water reservoar untuk penyimpanan air bersih. 0 0 7.

0 Membuat tata tertib atau ketentuan penggunaan peralatan kantor (lampu, Air Conditioning, dispenser, mesin foto copy, komputer, pompa air, dll). Mengatur temperatur Air Conditioning pada posisi 25 o C ± 2 Membuat jadwal transportasi bagi pekerja konstruksi dan karyawan proyek. 0 0 7. 0 0 7. 5 6 7 8 9 Menyediakan mess karyawan proyek di sekitar lokasi proyek. Penggunaan sensor cahaya untuk lampu penerangan yang ada di lokasi proyek. Melakukan pengukuran intensitas cahaya sesuai ketentuan (min 00 lux). Melakukan pengukuran getaran selama proses konstruksi berlangsung. Melakukan pengukuran kebisingan selama proses konstruksi. Menyediakan absorban untuk penyimpanan material Bahan Berbahaya dan Beracun (B). Memastikan bahwa semua kendaraan dan alat berat yang digunakan dalam proyek lulus uji emisi gas buang. 0 85.7 0 0 0 0 0 0.29 0 0 0 57. 0 0 0 0 0 0 0 0.00 0 0 0 0 0 28.57 0 0 0 0 0 28.57 0 0 0 0 2.86 20 Menggunakan peralatan AC dengan COP minimum 0% lebih besar dari standar SNI 0-690-2000 0 0 0 57. P Manajemen Lingkungan Proyek Konstruksi Menyediakn tempat sampah konstruksi. 00.00 2 Melakukan pemilahan sampah konstruksi sesuai jenisnya. 0 85.7

Penyediaan tempat sampah rumah tangga (organik, anorganik, bahan berbahaya dan beracun) disekitar lokasi kerja. Melakukan pemilihan sampah rumah tangga sesuai jenisnya. 0 85.7 0 0 7. 5 Bekerja sama dengan pihak ke- (pengepul, penampung). 0 0 0 0 2.86 6 Memonitoring/pencatatan sampah yang dikeluarkan. 0 0 0 0 0 28.57 7 Menyajikan makanan dan minimum menggunakan dengan sistem katering untuk meminimalkan timbulnya sampah. 0 0 0 0 2.86 8 Tidak menggunakan minuman kemasan. 0 0 0 0 0 28.57 9 Menyediakan minuman isi ulang dalam galon 00.00 0 Menggunakan veldplesuntuk air minum. 0 0 0 0 0 28.57 Pemakaian kertas balok balik (dua sisi) untuk kebutuhan umum. 2 Menyediakan cetakan untuk sisa agregat beton. 0 0 7. Penggunaan bekas bobokan bangunan/puing bangunan untuk timbunan. 5 Memaksimalkan pemanfaatan sisa potongan besi tulangan (< meter). Membuat lubang biopori untuk mengurangi erosi akibat air permukaan. 0 0 0 0 2.86

Capaian Nilai Green Construction Di tingkat Faktor No. Faktor Green Construction Perencanaan Dan Penjadwalan Proyek Konstruksi Nilai Green Construction dari Model assessment green construction Proyek Proyek Proyek Proyek Proyek Proyek Proyek 2 5 6 7 (Swasta) (BUMN) (BUMN) (Swasta) (Swasta) (Swasta) (Swasta) Rerata nilai green construction.7.7.8.7.7.7.0.58 2 Sumber dan Siklus Material. 2.2 0.76.27.95.70.6.5 Rencana Perlindungan Lokasi Pekerjaan..66.5 0.77.66.5.85.2 Manajemen Limbah Konstruksi.6.7 0.7.59.7.7.59.8 5 Penyimpanan Dan Perlindungan Material 0.82 0.82 0.9 0.6 0. 0.57 0.50 0.55 6 Kesehatan Lingkungan Kerja Tahap Konstruksi.0.55. 2.69. 2.07..6 7 8 Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pemilihan Dan Operasional Peralatan Konstruksi 0.77 0.58 0.00 0.77 0.77 0.58 0.29 0.5 0. 0.50 0.00 0.2 0.27 0.50 0.2 0. 9 Dokumentasi 0.6 0.77 0.50 0.85 0.66 0.66 0.66 0.65 0 Pelatihan Bagi Subkontraktor 0.28 0.09 0.00 0.09 0.52 0. 0.52 0.2 Pengurangan Jejak Ekologis Tahap Konstruksi 0.5 0.78 0.8 0.8 0.90 0.60 0.78 0.6 2 Kualitas Udara Tahap Konstruksi 0.82.28 0.00 0.00 0.00 0.55.0 0.5 Konservasi Air.00.60 0.00 2.20.20.20 2.80 2.00 Tepat Guna Lahan 0.69 0.6 0.8 0.6 0.5 0.6 0.6 0.52 5 Konservasi Energi 7.0 7.00.20 5.00 6.00 6.80 7.60 5.86 6 Manajemen Lingkungan Proyek Konstruksi.82.87 0.8.76.8.2.87.5

Capaian Nilai Green Construction (NFGC) pada proyek konstruksi di Kota Kupang No. Faktor Green Construction Rerata nilai green construction Nilai maksimum persentase (dalam %) Perencanaan Dan Penjadwalan.58.7 9. Proyek Konstruksi 2 Sumber dan Siklus Material.5 2.7 6.89 Rencana Perlindungan Lokasi.2 2.2 6.8 Pekerjaan Manajemen Limbah Konstruksi.8.8 8.0 5 Penyimpanan Dan Perlindungan Material 6 Kesehatan Lingkungan Kerja Tahap Konstruksi 7 Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja 0.55 0.82 66.90.6.96 6.7 0.5 0.77 69.76 8 Pemilihan Dan Operasional Peralatan Konstruksi 0. 0.6 50.95 9 Dokumentasi 0.65 0.85 76.6 0 Pelatihan Bagi Subkontraktor 0.2 0.52 5.05 Pengurangan Jejak Ekologis Tahap Konstruksi 0.6 0.9 67.62 2 Kualitas Udara Tahap Konstruksi 0.5.6 6.69 Konservasi Air 2.00.8.67 Tepat Guna Lahan 0.52 0.8 62.2 5 Konservasi Energi 5.86 0 58.57 6 Manajemen Lingkungan Proyek Konstruksi.5 2.2 69.7

Capaian Nilai Green Construction Di tingkat Aspek No. Faktor Green Construction Nilai Green Construction dari Model assessment green construction Proyek (Swasta) Proyek 2 (BUMN) Proyek (BUMN) Proyek (Swasta) Proyek 5 (Swasta) Proyek 6 (Swasta) Proyek 7 (Swasta) Rerata nilai green construction Kesehatan dan keselamatan kerja.5 2.6 2.6.76 2.62 0.59.85.89 2 Kualitas udara 0.5 0.96 0.7 0.25 0.6 0.06 0.7 0.9 Manajemen lingkungan bangunan.9.06.. 0.5.2.0 Sumber dan siklus material 0.2 0.6 0.29 0.28 0. 0.2 0.22 0.29 5 Tepat guna lahan 0.78 0.85 0.62 0.86 0.699.06 0.8 6 Konservasi air.2.6 2.2.2 0 2.8 2.00 7 Konsevasi energi 6.8 7 7. 5 6.6.2 7.6 5.9 Capaian Nilai Aspek Green Construction (NAGC) pada proyek konstruksi di Kota Kupang No. Aspek Green Construction Rerata nilai green construction Nilai maksimum persentase (dalam %) Kesehatan dan keselamatan kerja.89 2.9 6. 2 Kualitas udara 0.9.06 5.96 Manajemen lingkungan bangunan.0. 72.7 Sumber dan siklus material 0.29 0.8 75.56 5 Tepat guna lahan 0.8. 6.9 6 Konservasi air 2.00.8.67 7 Konsevasi energi 5.9 0 59.

Nilai Upper Control Limit dan Lower Control Limit No. Aspek Green Construction Rerata nilai green construction SD Upper Control Limit Lower Control Limit Kesehatan dan keselamatan kerja.89 0.75 2.78.00 2 Kualitas udara 0.9 0. 0.89 0.09 Manajemen lingkungan bangunan.0 0.2.2 0.76 Sumber dan siklus material 0.29 0.06 0.6 0.22 5 Tepat guna lahan 0.8 0.6.02 0.65 6 Konservasi air 2.00.26.9 0.5 7 Konsevasi energi 5.9 2.26 8.6.28 Capaian Nilai Green Construction (NGC) pada proyek konstruksi di Kota Kupang No. Proyek Konstruksi Nilai green construction Nilai maksimum persentase (dalam %) Proyek.99 2.92 5.70 2 Proyek 2 6.7 2.92 76.2 Proyek 5.79 2.92 72.0 Proyek.25 2.92 5.2 5 Proyek 5 2.9 2.92 58.90 6 Proyek 6.27 2.92.92 7 Proyek 7 5.8 2.92 70.62