KAJIAN PENGARUH VARIASI KOMPOSISI SILICA FUME TERHADAP PARAMETER BETON MEMADAT MANDIRI DENGAN KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI EKSPERIMENTAL MENGENAI SIFAT SEGAR DARI BETON MEMADAT MANDIRI YANG MENYERTAKAN FLY ASH DALAM VOLUME TINGGI (226M)

The 1 st INDONESIAN STRUCTURAL ENGINEERING AND MATERIALS SYMPOSIUM Department of Civil Engineering Parahyangan Catholic University

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENELITIAN MENGENAI PENINGKATAN KEKUATAN AWAL BETON PADA SELF COMPACTING CONCRETE

PENGARUH RASIO SEMEN - FLY ASH TERHADAP SIFAT SEGAR DAN KUAT TEKAN HIGH VOLUME FLY ASH - SELF COMPACTING CONCRETE (HVFA-SCC)

Pengaruh Penambahan Admixture Jenis F dan Substitusi Silica Fume terhadap Semen pada Kuat Tekan Awal Self Compacting Concrete

KATA KUNCI : rheology, diameter, mortar, fly ash, silica fume, superplasticizer.

KAJIAN INTERVAL RASIO AIR-POWDER BETON SELF-COMPACTING TERKAIT KINERJA KEKUATAN DAN FLOW (009M)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

keywords: high strength self compacting concrete, metakaolin, compressive strength, setting time, workability

PENGARUH KADAR FLY ASH TERHADAP KEBUTUHAN AIR DAN KUAT TEKAN HIGH VOLUME FLY ASH - SELF COMPACTING CONCRETE (HVFA SCC)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi telah berdampak positif dalam bidang konstruksi di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Penggunaan Bambu Sebagai Pengganti Agregat Split terhadap Kuat Tekan Beton Ringan

PENGARUH VOLUME AGREGAT HALUS TERHADAP SIFAT SEGAR DAN KUAT TEKAN PADA HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE (HVFAC)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BETON RINGAN SELF-COMPACTING DENGAN AGREGAT DAN POWDER LIMBAH PECAHAN GENTING MERAH

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Zai, dkk (2014), melakukan penelitian Pengaruh Bahan Tambah Silica

KAJIAN PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN BAHAN ACCELERATOR TERHADAP PARAMETER BETON MEMADAT MANDIRI DAN KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP FLOWABILITY DAN KUAT TEKAN SELF COMPACTING CONCRETE ABSTRAK

UJI KARAKTERISTIK BETON SEGAR AKIBAT PENAMBAHAN SERAT POLYPROPYLENE DALAM ADUKAN SELF-CONSOLIDATING CONCRETE ABSTRAK

KOMPATIBILITAS ANTARA SUPERPLASTICIZER TIPE POLYCARBOXYLATE DAN NAPHTHALENE DENGAN SEMEN LOKAL

Perlu adanya suatu alternatif bahan yang bisa mengurangi kadar semen, tetapi tidak mengurangi kekuatan (strength) beton itu sendiri dan sifat-sifat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, beton merupakan salah satu bahan elemen struktur bangunan yang

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME DAN FILLER PASIR KWARSA

JURNAL REKAYASA SIPIL DAN LINGKUNGAN Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Ketekniksipilan dan Lingkungan

PENGARUH VARIASI PERAWATAN BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL

KAJIAN PENGARUH VARIASI KOMPOSISI HIGH VOLUME FLY ASH TERHADAP PARAMETER BETON MEMADAT MANDIRI DAN KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK

SIFAT RHEOLOGY SEMEN PASTA DITINJAU DARI CAMPURAN MATERIAL PENYUSUNNYA DAN PENGGUNAAN SUPERPLASTICIZER

PENGARUH VARIASI KADAR SUPERPLASTICIZER TERHADAP NILAI SLUMP BETON GEOPOLYMER

KoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta November 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton PT. Pionir Beton

PENGARUH KUAT TEKAN DAN HUBUNGAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI BETON SELF COMPACTING CONCRETE DENGAN MATERIAL TAMBAHAN SERAT BAJA

PENGARUH PENAMBAHAN SLAG BESI TERHADAP KEKUATAN TEKAN DAN FLOWABILITY PADA SELF COMPACTING CONCRETE

PENGARUH TEMPERATUR AIR TERHADAP KUAT TEKAN BETON PADA BETON SCC (SELF COMPACTING CONCRETE) TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Penyelesaian

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan seperti kekuatan tarik dan sifat daktilitas yang relatif rendah.

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat

KETAHANAN DI LINGKUNGAN ASAM, KUAT TEKAN DAN PENYUSUTAN BETON DENGAN 100% FLY ASH PADA JANGKA PANJANG

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH BERBAGAI KADAR VISCOCRETE PADA BERBAGAI UMUR KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 45 MPa

BAB III LANDASAN TEORI


PERUBAHAN KUAT TEKAN SELF COMPACTING CONCRETE

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (admixture). Beton akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. ini, para insinyur dituntut untuk memberikan inovasi-inovasi baru agar bisa

SKRIPSI UJI EKSPERIMENTAL BETON NORMAL DIBANDINGKAN BETON SELF COMPACTING DENGAN AGREGAT DAUR ULANG DAN LIMBAH GENTENG TANAH LIAT

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENUANGAN ADUKAN BETON READY MIX KE DALAM FORMWORK TERHADAP MUTU BETON NORMAL

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH METODE TWO-STAGE MIXING APPROACH (TSMA) TERHADAP KUAT TEKAN BETON POROUS DENGAN VARIASI KOMPOSISI AGREGAT KASAR DAUR ULANG (RCA)

PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Beton merupakan unsur yang sangat penting dan paling dominan sebagai

PERBANDINGAN DESAIN CAMPURAN BETON NORMAL MENGGUNAKAN SNI DAN SNI 7656:2012

PENGGUNAAN FLY ASH PADA SELF COMPACTING CONCRETE (SCC)

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN PPC DENGAN TAMBAHAN SIKAMENT LN

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (TETES TEBU) SEBAGAI BAHAN TAMBAH DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

PEMANFAATAN TEKNOLOGI HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL

Pengaruh Substitusi Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk Kaca Dan Silica Fume Terhadap Sifat Mekanik Beton

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

PENENTUAN MUTU AGREGAT HALUS DARI BERBAGAI QUARRY PADA PRODUKSI BETON

BAB I PENDAHULUAN. Quality control yang kurang baik di lapangan telah menjadi masalah

PENGARUH UKURAN BUTIRAN AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON KINERJA TINGGI GRADE 80

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Berat Tertahan (gram)

PENGARUH KADAR FLY ASH TERHADAP KINERJA BETON HVFA

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS PERBEDAAN KUAT TEKAN BETON TAMBAHAN ABU TERBANG DENGAN BETON NORMAL YANG DIRENDAM DALAM ASAM SULFAT UNTUK BETON MUTU RENDAH

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

MUHAMMAD TAIB MIRZA ADITYA NIM I

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI BETON BERKEKUATAN TINGGI (HIGH PERFORMANCE CONCRETE) DENGAN MIX DESIGN MENGGUNAKAN METODE ACI (AMERICAN CONCRETE INSTITUTE)

PENGARUH PERBANDINGAN AGREGAT HALUS DENGAN AGREGAT KASAR TERHADAP WORKABILITY DAN KUAT TEKAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya

STUDI PERANCANGAN BETON HEMAT ENERGI (SELF COMPACTING CONCRETE) UNTUK BETON NORMAL, ƒc = 25MPa DENGAN METODE ACI MODIFIKASI

Laksmi Irianti dan Eddy Purwanto 2. Abstrak

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

PERILAKU FISIK DAN MEKANIK SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) DENGAN PEMANFAATAN ABU VULKANIK SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PENGGANTI SEMEN ABSTRAK

STUDI PERANCANGAN SELF-COMPACTING CONCRETE

PEMANFAATAN SPENT CATALYST RCC-15 SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PCC

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN ABU SEKAM TERHADAP KUAT TEKAN DAN POROSITAS BETON DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT HALUS BATU KAPUR KRISTALIN TUGAS AKHIR PROGRAM SI

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

KUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN

Transkripsi:

KAJIAN PENGARUH VARIASI KOMPOSISI SILICA FUME TERHADAP PARAMETER BETON MEMADAT MANDIRI DENGAN KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI Sherli Pramudhita Hapsari 1), Wibowo 2), Endah Safitri 3) 1) Mahasiswa Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta 2) 3) Pengajar Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta Jalan Ir. Sutami 36A Surakarta 57126 Tlp 0271647069, Email: sherlipramudhita@gmail.com Abstract One of the innovations that can be applied to many construction works is high strength selfcompacting concrete (HSSCC). The addition of silica fume which has finer grain when compared with cement aims to increase the compressive strength, while the superplasticizer type Viscocrete 1003 is used to provide good workability. In this study w / b is kept constant at 0.27, superplasticizer levels are 1.7%, and variations in silica fume levels are 0%, 8%, 9%, 10% and 11%. This study tested concrete with two types of tests, i.e. fresh concrete test and hard concrete test. Fresh concrete testing is done by 3 methods, namely flow table test, lbox test, and vfunnel test. Silica fume with a grade of 8% gives the best results which meet all the requirements of each method. The higher the level of silica fume the lower the concrete workability, which happens because of the nature of silica fume that absorbs water. Hard concrete tests were performed at 14 days and 28 days. Best compressive strength results were obtained at 9% silica fume with strength of 76.02 MPa. Meanwhile, from the results of data analysis showed that the optimum compressive strength occurred at silica fume level of 9.34% Keyword : Silica fume, self compacting concrete, high strength concrete. Abstrak Beton mutu tinggi yang mampu memadat mandiri (high strength self compacting concretehsscc) merupakan salah satu inovasi beton yang dapat diaplikasikan pada banyak pekerjaan konstruksi. Penambahan silica fume yang memiliki butiran lebih halus jika dibandingkan dengan semen bertujuan untuk meningkatkan kuat tekan, sedangkan superplasticizer jenis Viscocrete 1003 digunakan untuk memberikan workabilitas yang baik pada beton. Nilai w/b pada penelitian kali ini dijaga konstan sebesar 0,27, kadar superplasticizer adalah 1,7%, dan variasi kadar silica fume sebesar 0%, 8%, 9%, 10% dan 11%. Pengujian beton segar dilakukan dengan 3 metode, yaitu flow table test, lbox test, dan vfunnel test. Dari hasil pengujian tersebut, silica fume dengan kadar 8% memberikan hasil terbaik yang mana memenuhi seluruh persyaratan dari masingmasing metode. Semakin tinggi kadar silica fume maka workabilitas beton semakin berkurang. Hal ini terjadi karena sifat silica fume yang menyerap air. Pengujian beton keras dilakukan pada umur 14 hari dan 28 hari. Hasil kuat tekan terbaik didapatkan pada kadar silica fume sebesar 9% dengan kekuatan 76,02 MPa. Sementara itu dari hasil analisis data menunjukkan bahwa kuat tekan optimum terjadi pada kadar silica fume sebesar 9,34%. Kata Kunci : Silica fume, beton memadat mandiri, beton mutu tinggi. PENDAHULUAN Beton memadat mandiri (self compacting concrete, SCC) adalah beton yang mampu mengalir karena beratnya sendiri yang dapat dicetak pada bekisting dengan tingkat penggunaan alat pemadat yang sangat sedikit atau bahkan tidak dipadatkan sama sekali. Beton ini akan mengalir ke semua celah di tempat pengecoran dengan memanfaatkan berat sendirinya (Ludwing et al, 2001). Kriteria beton mutu tinggi berubahubah sering dengan perkembangan teknologi. Pada tahun 1950, beton dengan kuat tekan 30 MPa sudah dikategorikan sebagai beton mutu tinggi. Pada tahun 1960 hingga awal 1970, kriterianya naik menjadi 40 MPa. Saat ini, beton dikategorikan mutu tinggi apabila kuat tekannya diatas 50 ejurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Desember 2017/1449

MPa, sedangkan untuk 80 MPa dikategorikan sebagai beton mutu sangat tinggi, dan untuk 120 MPa bisa dikategorikan sebagai beton bermutu ultra tinggi (Supartono, 1998). Silica fume adalah bagian dari mineral admixture berupa material pozzolan halus, dimana komposisi silika lebih banyak. Dikarenakan sifat fisik dan sifat kimianya ini, silica fume memiliki 2 pengaruh pada campuran beton yaitu sebagai filler dan bahan pozzoland yang bereaksi secara kimia. Silica fume memiliki ukuran butiran yang sangat halus bahkan ukurannya 100 kali lebih kecil (0,1 0,2 μm) jika dibandingkan dengan butiran semen. Dengan ukuran partikel yang sangat halus, silica fume memiliki kemampuan untuk mengisi ruang kosong tersebut sehingga campuran beton mengalami proses penjenuhan (lebih rapat) yang dapat meningkatkan kuat tekan dan impermeabilitasnya. Pengaruh kedua sebagai bahan pozolan, dimana SiO 2 bereaksi dengan Ca(OH) 2 yang merupakan bahan sisa dari hasil hidrasi semen. Hasil reaksi keduanya menghasilkan kalsium silikat hidrat (CSH) sebagaimana yang dihasilkan hidrasi semen yang memberikan kekuatan pada beton kerasnya. Reaksi tersebut tersebar merata pada seluruh tempat di dalam beton termasuk pada ruangruang kosong pada lapisan agregatpasta semen, sehingga menambah kekuatan lekatan antara agregat dan pasta semen. Okamura and Ozawa (1995), mengusulkan metode mix design sederhana untuk SCC dengan spesifikasi bahan yang digunakan yaitu volume agregat kasar kurang dari 50% dari volume total, volume agregat halus 40% dari volume mortar, faktor air semen (w/c) yang ditetapkan rendah, dan dosis superplasticizer dan faktor w/b ditentukan setelahnya untuk memastikan kepadatannya. Berdasarkan Tabel 1, EFNARC (2005) merekomendasikan range komposisi beton SCC untuk permeter kubiknya seperti di bawah ini. Tabel 1. Mix Design yang Disarankan oleh EFNARC (2005) Bahan Material Range dalam massa (kg/m 3 ) Range dalam volume (liter/m 3 ) Powder 380 600 Pasta 300 380 Air 150 210 150 210 Agregat Kasar 750 1000 270 360 Agregat Halus 48% 55% dari total berat agregat Rasio w/b dari volume 5 1,10 METODE Rancang Campur (Mix Design) Komposisi jumlah agregat yang digunakan tiap 1 m 3 beton dapat dilihat pada Tabel 2. di bawah ini. Tabel 2. Rancang Campur per 1 m 3 Kadar Ag. Ag. Kasar Kode. Silica Halus (Kg/m Fume 3 ) (Kg/m 3 ) 0% 8% 9% 10% 11% Semen (Kg/m 3 ) Silica Fume (Kg/m 3 ) Air (lt/m 3 ) SP (lt/m 3 ) 0% 784,76 703,52 696,03 0 187,93 11,11 8% 784,76 703,52 629,91 54,77 184,86 10,93 9% 784,76 703,52 621,79 61,50 184,49 10,91 10% 784,76 703,52 613,71 68,19 184,11 18 11% 784,76 703,52 605,66 74,86 183,74 16 ejurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Desember 2017/1450

Pengujian Beton Segar Pengujian beton segar dilakukan terhadap parameter dari SCC yaitu fillingability, passingability, dan segregation resistance. Adapun pengujianpengujian tersebut berupa Flow Table Test, LBox Test, dan VFunnel Test. Pengujian Beton Keras Pengujian yang dilakukan terhadap beton keras adalah pengujian kuat tekan beton dengan menggunakan Compressive Testing Machine (CTM) pada umur beton 14 hari dan 28 hari. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Beton Segar Hasil pengujian beton segar untuk masingmasing kadar silica fume dapat dilihat pada Tabel 3. dibawah ini. Tabel 3. Hasil Pengujian Beton Segar Flow Table Test LBox Test VFunnel Test Waktu Waktu Aliran Aliran Syarat Kode d rerata Syarat T 500 Syarat Syarat T h 200 T 400 5 (mm) (mm) (s) (s) 2/h 1 Awal / T h 2/h 1 (s) (s) awal menit T awal (s) / T (s) 5min (s) 0% 8% 9% 10% 11% 745 735 680 590 545 2,15 2 5 00 4,72 2 5 75 12,49 2 5 57 14,94 2 5 0,786 17,30 2 5 0,75 Flow Table Test Hasil pengujian Flow Table dapat dilihat pada Gambar 1. Dan Gambar 2. berikut. Syarat T 5min (s) 1,66 4,96 8,00 8 12 12,21 +3 2,68 4,70 8,65 8 12 11,88 +3 3,31 7,65 11,28 8 12 17,49 +3 6,59 15,35 17,65 8 12 25,23 +3 8,68 19,11 20,94 8 12 26,97 +3 Gambar 1. Grafik Hubungan Diameter Sebaran Flow Table Test dengan Kadar Silica Fume ejurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Desember 2017/1451

Berdasarkan Gambar 1. beton dengan variasi kadar silica fume 8% memiliki diameter tertinggi sebesar 735 mm jika dibandingkan dengan variasi kadar lainnya. Untuk kadar silica fume 9% diameter sebarannya adalah 680 mm. Variasi kadar silica fume 10% dan 11% menunjukan penurunan diameter sebaran yang sangat signifikan yaitu 590 mm dan 545 mm. Adanya penurunan diameter sebaran dipengaruhi oleh kekentalan (viskositas) dari campuran tersebut. Semakin kecil diameter sebaran maka kekentalannya semakin tinggi dan semakin besar diameter sebaran maka kekentalannya semakin rendah. Silica fume memberikan pengaruh kekentalan yang baik pada campuran beton. Gambar 2. Grafik Hubungan T 500 pada Flow Table Test dengan Kadar Silica Fume Berdasarkan Gambar 2 maka semakin tinggi kadar silica fume yang digunakan, jumlah air akan berkurang karena silica fume akan lebih banyak menyerap air sehingga campuran yang dihasilkan akan lebih kental. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ouchi et al (1998) yang mengatakan bahwa fungsi filler selain mengisi ruang kosong juga meningkatkan kekentalan dari campuran beton agar campuran terhindar dari segregasi. Oleh karena itu, semakin tinggi kadar yang digunakan maka waktu yang dibutuhkan beton mencapai t 500 akan semakin lama karena beton memiliki kekentalan yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tangtermsirikul dan Khayat (2000) bahwa jika kekentalan beton semakin tinggi maka waktu pengalirannya juga akan semakin lama. LBox Test Hasil pengujian LBox dapat dilihat pada Gambar 3. Dan Gambar 4. berikut. Gambar 3. Grafik Hubungan h 2/h 1 pada LBox Test dengan Kadar Silica Fume Berdasarkan Gambar 3, silica fume dengan variasi kadar 8% memiliki nilai h 2/h 1 yang paling optimum yaitu sebesar 75. Hal ini menunjukan bahwa pada kadar silica fume 8% memiliki kemampuan untuk mengisi ruangan dan perataan permukaan campuran yang lebih baik. Pada kadar silica fume 9% nilai h2/h1 sebesar ejurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Desember 2017/1452

57. hal ini menunjukan penurunan dari pada hasil sebelumnya, namun masih memenuhi persyaratan. Untuk kadar silica fume 10% dan 11% nilai h 2/h 1 adalah 0,786 dan 0,750. Dapat dilihat bahwa pada penambahan kadar ini nilai h 2/h 1 menurun drastis dan tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh EFNARC (2002). Beton yang memiliki kekentalan rendah akan lebih mudah mengalir dari prisma vertikal menuju prisma horizontal melalui tulangan dengan baik hingga mencapai stabilitas perataan permukaan, begitu pula sebaliknya. Pada pengujian ini, semakin tinggi kadar silica fume maka nilai h 2/h 1 akan menurun. Kadar silica fume yang tinggi akan meningkatkan kekentalan campuran beton sehingga energi yang digunakan untuk melawan gesekan/friksi berkurang dan berakibat pada waktu pengaliran beton yang semakin meningkat. Gambar 4. Grafik Hubungan T 200 cm dan T 400 cm pada LBox Test dengan Kadar Silica Fume Berdasarkan Gambar 4 dapat disimpulkan bahwa campuran beton memiliki waktu pengaliran untuk mencapai panjang sebaran sebesar 200 mm (T 200) dan 400 mm (T 400) yang terbilang lama. Hal ini mengindikasikan adanya hambatan aliran beton dari prisma vertikal menuju prisma horizontal. Waktu pengaliran ini dipengaruhi oleh kekentalan beton. Semakin tinggi kadar silica fume maka kekentalan beton juga akan semakin tinggi. Kekentalan yang tinggi mengurangi energi dari berat sendiri beton yang berada pada prisma vertikal untuk melawan gesekan yang ada sehingga waktu alir yang terjadi semakin lama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tangtermsirikul and Khayat (2000) yang menyebutkan bahwa kekentalan beton yang tinggi akan memperlambat waktu alir karena beton membutuhkan energi yang lebih besar pula untuk melewati tulangan namun sebaliknya jika kekentalan beton rendah maka akan mengakibatkan aggregate blocking. VFunnel Test Hasil pengujian VFunnel dapat dilihat pada Gambar 5. berikut. Gambar 5. Grafik Hubungan Waktu Aliran pada Vfunnel Test dengan Kadar Silica Fume ejurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Desember 2017/1453

Berdasarkan Gambar 5, kadar silica fume 11% membutuhkan waktu alir yang paling lama yaitu 20,94 detik untuk tertuang habis dari alat uji vfunnel, sedangkan T 5min membutuhkan waktu 26,97 detik. Untuk kadar silica fume yang memenuhi seluruh persyaratan baik itu waktu alir awal maupun T 5min adalah kadar 8% dengan waktu alir awal 8,65 detik dan T 5min sebesar 11,88 detik. Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa semakin tinggi kadar silica fume maka waktu yang dibutuhkan campuran untuk mengalir semakin besar dikarenakan campuran beton memiliki kekentalan yang tinggi. Dengan tidak terpenuhinya syarat waktu pengaliran pada T 5min yaitu sebesar +3 detik dari waktu pengaliran awal maka beton dengan kadar silica fume 9%, 10% dan 11% mengindikasikan terjadinya segregasi. Pengujian Beton Keras Hasil pengujian kuat tekan beton pada silinder berukuran 15x30 cm dengan umur 14 hari dan 28 hari selengkapnya disajikan dalam Tabel 4, sedangkan Gambar 6 menunjukkan perbandingan kuat tekan umur 14 dan 28 hari. Tabel 4. Hasil Kuat Tekan Beton Umur 14 dan 28 Hari Kode Kuat Tekan 14 Hari (MPa) Kuat Tekan 28 Hari (MPa) 0% 37,82 41,88 8% 53,38 68,09 9% 56,73 76,02 10% 61,78 72,43 11% 59,97 65,40 Dapat dilihat pada Tabel 4 bahwa dengan adanya substitusi silica fume maka kekuatan tekan beton akan semakin bertambah jika dibandingkan dengan beton yang tidak mengandung silica fume. Hal ini terjadi karena silica fume memiliki peran ganda pada campuran beton yaitu sebagai filler dan pozzolan. Silica fume mampu berperan sebagai filler yang mengisi ruang kosong diantara agregat dan pasta semen. Dengan berkurangnya ukuran pori dalam beton, maka diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk memulai retakan sehingga kekuatan beton akan meningkat. Gambar 6. Grafik Hubungan Kuat Tekan Beton dengan Kadar Silica Fume pada Umur Beton 14 dan 28 Hari Berdasarkan Gambar 6. kuat tekan beton yang tidak disubstitusikan dengan silica fume ( SF 0%) telah memenuhi persyaratan beton mutu tinggi pada umur 28 hari yang mana memiliki kuat tekan sebesar 41,9 MPa. Menurut SNI 0364682000 beton mutu tinggi adalah beton yang memiliki kuat tekan minimum 41,4 MPa. ejurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Desember 2017/1454

Silica fume memberikan dampak pada peningkatan kuat tekan beton seiring bertambahnya waktu. Namun, pada kadar tertentu kuat tekan beton dengan silica fume akan mengalami penurunan. Adanya penurunan kuat tekan beton setelah penambahan suatu kadar tertentu dikarenakan sifat silica fume yang menyerap air sehingga kandungan air didalam beton berkurang dan berdampak pada nilai w/b yang menjadi kecil. Nilai w/b yang kecil tidak selalu meningkatkan kuat tekan beton, akan tetapi pada suatu nilai w/b tertentu akan membuat kuat tekannya menurun. Untuk mengetahui nilai optimum kuat tekan optimum dari kadar silica fume yang digunakan maka disajjikan Gambar 7. sebagai berikut Gambar 7. Analisis Regresi Kuat Tekan Beton Berdasarkan Gambar 7. diperoleh persamaan kuadratik untuk kuat tekan beton pada umur 14 hari dan 28 hari. Dari persamaanpersamaan kuadratik ini nantinya akan diperoleh persentasi kadar silica fume yang menghasilkan kuat tekan optimum. Persamaan kuadratik untuk kuat tekan umur 14 hari adalah y = 1,2897x2 + 26,947x 80,068, sehingga nilai kuat tekan optimum terjadi pada kadar silica fume sebesar 10,48%. Untuk kuat tekan 28 hari, persamaan kuadratiknya adalah y = 3,749x2 + 70,052x 251,98 sehingga nilai kuat tekan optimum berada pada kadar silica fume sebesar 9,34%. KESIMPULAN Dari hasil pengujian, analisis data, dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: a) Penggantian semen dengan kadar silca fume sebesar 8% memberikan hasil yang baik karena mampu memenuhi seluruh parameter SCC. Semakin tinggi kadar silica fume yang disubstitusikan maka kemampuan mengalir beton akan semakin berkurang karena beton akan semakin kental (viscous), b) Beton SCC dengan silica fume memiliki kuat tekan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan beton SCC yang tidak menggunakan silica fume, baik pada umur 14 hari maupun umur 28 hari, c) Kuat tekan beton optimum terjadi pada kadar silica fume sebesar 10,48% pada umur 14 hari dan 9,34% pada umur 28 hari REFERENSI EFNARC. (2002). Specification and Guidelines for SelfCompacting Concrete. EFNARC. (2005). The European Guidelines for SelfCompacting Concrete Specification, Production and Use. Ludwing, H.M., Weise, F., Hemrich, W. and Ehrlich, N. (2001). Der neue Beton Selbstverdichhtender Beton Grundlagen und Praxis, Beton Fertigteil (BHF), No. 7, July 2001. ejurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Desember 2017/1455

Okamura, H., and Ozawa, K. (1995). SelfCompactable High Performance Concrete. American Concrete Institute, Detroit. Ouchi, M., Hibino, M., Ozawa, K and Okamura, H. (1998). A rational mixdesign method for mortar in selfcompacting concrete, Proceeding of the 6th East AsiaPacific Conference on Structural Engineering and Construction, Taipei, ROC, Vol. 2, pp. 13071312. Supartono, FX. (1998). Beton Berkinerja Tinggi dan Keterkaitannya Dengan Pembangunan Nasional Memasuki Abad 21. Seminar Material Konstruksi di Jurusan Sipil FTUI, Jakarta, 24 Maret 1998. Tangtermsirikul, S and Khayat, K. (2000). Part III: Fresh concrete properties, in: A. Skarendahl, O. Petersson (Eds.), SelfCompacting Concrete, StateoftheArt Report of RILEM Technical Committee, 1722. ejurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Desember 2017/1456