BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia (BPS, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dimana ketika masalah penyakit menular belum tuntas dikendalikan, kejadian

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN. Hipertensi dapat sebagian besar resiko terserang penyakit gagal jantung,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja baik

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

B A B I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif yang berkembang pesat saat ini salah satunya

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan kelainan pada sistem kardiovaskular yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal. Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VI) (dalam Awan & Rini, 2015), menyatakan hipertensi jika tekanan darah sistole lebih dari 140 mmhg atau tekanan diastole lebih dari 90 mmhg. Penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya menderita hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya (Riset Kesehatan Dasar, 2007 dalam Angrina, dkk, 2011). Menurut data World Health Organization (WHO) (2011, dalam Gian, 2014), menunjukkan di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 927 juta pengidap hipertensi, 333 berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang termasuk Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan, sampai saat ini, hipertensi masih menjadi tantangan besar di Indonesia dan merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan 1

2 dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8% (Riskesdas, 2013). Menurut data Agrerat Kependudukan Kecamatan (DAK2) tahun 2015, jumlah penduduk Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2015 tercatat sebesar 5.389.418 jiwa. Sesuai dengan data pembangunan Sumatera Barat terkait jumlah penduduk di Sumatera Barat yang menderita hipertensi pada tahun 2016 yaitu sebanyak 38.649 orang, yang mana terjadi sebesar 10,95% atau sebanyak 140.930 kasus. Artinya penyakit hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis yang memiliki prevalensi kejadian tinggi diseluruh dunia. Penyakit hipertensi cenderung meningkat seiring pertambahan usia, biasanya terjadi pada usia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia lebih dari 60 tahun. Berdasarkan survey yang dilakukan di Indonesia, tercatat penderita hipertensi pada usia 45-54 tahun sebesar 47,1%, usia 55-64 tahun sebesar 59,0% dan yang tertinggi pada usia 65 tahun yaitu sebesar 70,2%. Hal ini disebabkan karena pada usia lanjut pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang sehingga tahanan perifer meningkat (Riskesdas 2007, dalam Sarwanto, dkk, 2009). Besarnya angka kejadian hipertensi yang dialami lansia cenderung mengalami kekambuhan. Kekambuhan hipertensi merupakan keadaan klien hipertensi dimana muncul gejala yang sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan klien hipertensi harus dirawat kembali (Andri 2008, dalam Yuni, 2015). Berdasarkan hasil penelitian Risanti (2016), bahwa sebesar 28% lansia mengalami kekambuhan hipertensi dengan kategori sering dan 42,7% dengan kategori kadang-kadang. Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2016)

3 menyatakan bahwa lebih dari separuh (52,9%) lansia penderita hipertensi mengalami sering kambuh. Kekambuhan hipertensi pada lansia sering disebabkan oleh tidak kontrol secara teratur, tidak menjalankan pola hidup sehat, seperti diit yang tepat, olah raga, berhenti merokok, mengurangi alkohol dan kafein, serta mengurangi stres terutama pada orang yang mempunyai faktor resiko hipertensi (Marliani dan Tantan, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti terkait perbandingan prevalensi beberapa faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi, yaitu faktor resiko pola konsumsi buah-sayur, makanan asin dan berlemak yang termasuk dalam rangkaian diit hipertensi pada responden yang menderita hipertensi dengan yang tidak menderita hipertensi memiliki hasil yang bervariasi. Menurut penelitian Ekowati dan Sulistyowati (2009), didapatkan hasil tidak bermakna dan berbeda bermakna pada beberapa faktor resiko tersebut. Konsumsi sayur-buah ditemukan sebesar 94% dan 93,8%, konsumsi makanan asin ditemukan sebesar 49,8% dan 50,4%, dan konsumsi makanan berlemak ditemukan sebesar 44,1% dan 46%. Sedangkan pada penelitian Putri dan Cintia (2014), didapatkan hasil bahwa pada faktor resiko pola konsumsi buah-sayur, makanan asin dan berlemak memiliki pengaruh terhadap hipertensi yaitu sebesar 76,5% dan 19,6%. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi hipertensi adalah mengonsumsi obat antihipertensi. Berdasarkan penelitian Fridyan dan Pringgodigdo (2013), mengonsumsi obat antihipertensi baik dalam bentuk obat tunggal maupun kombinasi (lebih dari satu obat antihipertensi) memiliki pengaruh yang besar

4 terhadap pengendalian hipertensi yaitu sebesar 16 % dan 47,8%. Artinya diit hipertensi dan mengonsumsi obat antihipertensi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kekambuhan hipertensi. Keberhasilan tindakan pencegahan agar tidak terjadinya kekambuhan kembali penyakit hipertensi bergantung pada seberapa patuh penderita hipertensi dalam menjalani terapi yang diberikan baik berupa terapi farmakologi maupun non farmakologi. Menurut Stanley (2007), kepatuhan merupakan tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap instruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi, baik diit, latihan, pengobatan atau melakukan kontrol ulang ke pelayanan kesehatan. Sedangkan kepatuhan pada pasien hipertensi merupakan tingkat perilaku pasien yang mengikuti semua instruksi atau petunjuk yang diberikan baik itu dalam bentuk terapi farmakologi, seperti minum obat antihipertensi, maupun terapi non farmakologi salah satunya yaitu melakukan diit hipertensi. Kepatuhan diit hipertensi diperlukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada lansia yang menderita hipertensi. Hasil penelitian Agrina, dkk (2011), terkait kepatuhan lansia penderita hipertensi dalam melakukan diit hipertensi didapatkan hasil sebesar 56,7% lansia penderita hipertensi tidak patuh untuk melakukan diit hipertensi. Sedangkan hasil penelitian Arasti, dkk (2014), didapatkan hasil sebesar 70,4% lansia penderita hipertensi tidak patuh untuk melakukan diit hipertensi. Menurut Noviyanti (2015), bentuk diit sehat bagi penderita hipertensi dilakukan dengan cara, yakni diit rendah garam, diit rendah kolesterol dan lemak terbatas, diit tinggi serat dan diit rendah kalori

5 (bagi yang mengalami obesitas). Sedangkan kepatuhan dalam minum obat merupakan syarat utama tercapainya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian Gabrielle, dkk (2013), menunjukkan bahwa orang cina yang menderita hipertensi memiliki kepatuhan minum obat yang tinggi yaitu sebesar 65,1 %. Sementara Hasil penelitian Anita (2013), didapatkan bahwa terdapat sebagian pasien yang tidak mengonsumsi obat antihipertensi yaitu sebesar 52,40%. Sedangkan hasil penelitian Hyekyung Jin, dkk (2016), menunjukkan rendahnya kepatuhan lansia dalam minum obat antihipertesi yaitu sebesar 52,5%. Menurut laporan pembinaan kesehatan lansia Kota Pariaman pada bulan Maret 2017, penderita hipertensi pada lansia di kota Pariaman tercatat sabanyak 802 orang, jumlah lansia yang menderita hipertensi terbanyak terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas Padusunan yaitu sebanyak 168 orang (Dinas Kesehatan Kota Pariaman, 2017). Data yang diperoleh dari Bidang Program Penyehatan Lingkungan (P2L) di Puskesmas Padusunan, melaporkan bahwa jumlah kunjungan pasien lansia yang menderita hipertensi terus meningkat setiap bulannya. Berdasarkan laporan bulan Januari tahun 2017 tercatat sebanyak 72 kunjungan, bulan Februari sebanyak 77 kunjungan, bulan Maret sebanyak 105 kunjungan dan bulan April sebanyak 106 kunjungan. Fenomena ini disebabkan karena perubahan gaya hidup, perubahan ini merupakan suatu hal yang sering dilakukan oleh lansia dengan mengonsumsi makanan mengandung tinggi

6 kolesterol, konsumsi garam tidak terukur dan masih didapatkan lansia yang tidak rutin minum obat antihipertensi. Hasil survei awal yang dilakukan pada tanggal 27 April 2017 di wilayah Desa Kampung Baru Padusunan Kota Pariaman kepada 10 orang lansia yang berusia 62-70 tahun yang menderita hipertensi, didapatkan hasil bahwa 10 orang lansia menderita hipertensi karena mengalami gejala-gejala hipertensi yang mereka alami. 7 dari 10 orang lansia ini mengatakan bahwa dalam kesehariannya mengonsumsi garam secara tidak terukur, sering mengonsumsi makanan yang mengandung santan dan tidak mengonsumsi obat antihipertensi secara rutin dengan alasan lupa, bosan dan sudah merasa sehat. 5 orang lansia tersebut mengatakan sering mengalami kekambuhan hipertensi dan 2 orang lainnya mengatakan jarang mengalami kekambuhan. 2 dari 10 orang lansia mengatakan kesehariannya mengonsumsi garam secara tidak terukur, sering mengonsumsi makanan yang mengandung santan tetapi rutin mengonsumsi obat antihipertensi. Sedangkan 1 dari 10 orang lansia sudah membatasi asupan garam, meminum obat antihipertensi secara rutin tetapi masih sering mengonsumsi makanan yang mengandung santan. Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan kepatuhan minum obat dan diit hipertensi terhadap kekambuhan hipertensi pada lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah ada hubungan kepatuhan minum obat dan diit hipertensi terhadap kekambuhan hipertensi pada lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum obat dan diit hipertensi terhadap kekambuhan hipertensi pada lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui distribusi frekuensi kepatuhan minum obat pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman. b. Mengetahui distribusi frekuensi kepatuhan diit pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman. c. Mengetahui distribusi frekuensi kekambuhan pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman. d. Mengetahui hubungan kepatuhan minum obat terhadap kekambuhan pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman.

8 e. Mengetahui hubungan kepatuhan diit hipertensi terhadap kekambuhan pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Padusunan Kota Pariaman. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur tambahan tentang hubungan kepatuhan minum obat dan diit hipertensi terhadap kekambuhan hipertensi pada lanjut usia dan digunakan sebagai acuan dan data dasar untuk penelitian selanjutnya. 2. Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan tentang hubungan kepatuhan minum obat dan diit hipertensi terhadap kekambuhan hipertensi pada lanjut usia sehingga dapat memberikan tindakan asuahan keperawatan yang tepat untuk mengurangi frekuensi kekambuhan hipertensi pada lanjut usia. 3. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran dan informasi bagi puskesmas tentang hubungan kepatuhan minum obat dan diit hipertensi terhadap kekambuhan hipertensi pada lanjut usia serta dapat dijadikan sebagai suatu program yang bisa ditindak lanjuti untuk mengurangi angka kejadian hipertensi pada lansia di wilayah kerja puskesmas tersebut.