BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Mutu Beton ditentukan oleh banyak faktor antara lain (Sutikno, 2003) d. Susunan butiran agregat yang dipakai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. pada saat ini yaitu beton non serat. Beton non serat ialah beton yang mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB III LANDASAN TEORI. sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BETON DAN MATERIAL DASAR

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB III LANDASAN TEORI. adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN BETON RECYCLE SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA BETON TERHADAP KUAT TARIK BELAH. DENGAN MUTU RENCANA f c = 25 MPa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. faktor efektifitas dan tingkat efisiensinya. Secara umum bahan pengisi (filler)

BAB III LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus,

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERUBAHAN UKURAN BUTIRAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON OKSANDI ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN CONSOL POLYMER LATEX SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Umum

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGGUNAAN PECAHAN BOTOL KACA SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PECAHAN BETON RECYCLE SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA BETON DENGAN MUTU RENCANA f c = 25 MPa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND POZOLAN (PPC) UNTUK PERENCANAAN BETON STRUKTURAL DENGAN f c = 25 MPa

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

BAB III LANDASAN TEORI

hendak dicapai, maka diskusi antara insinyur perencana dan pemborong pekerjaan

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PEMAKAIAN VARIASI BAHAN TAMBAH LARUTAN GULA DAN VARIASI ABU ARANG BRIKET PADA KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI

BAB III LANDASAN TEORI

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sifat Beton Segar 1. Kemudahan Pengerjaan ( Workability /Kelecakan) Kompaktibilitas Mobilitas Stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkatnya suatu proses produksi dapat berpengaruh juga akan

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

RABID. Salah satu material yang banyak digunakan untuk struktur teknik sipil. adalah beton. Beton dihasilkan dari peneampuran semen portland, air, dan

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

Pengaruh Pemanfaat Tailing Batu Apung... H. Surya Hadi 44

BARtl TINJAUAN PUSTAKA. Teknologi beton terns berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

BAB III LANDASAN TEORI. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan

BAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

PENGARUH GRADASI BUTIRAN BATU PECAH TERHADAP KEKUATAN BETON ABSTRAK

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya rongga-rongga udara. Campuran bahan-bahan pembentuk beton harus ditetapkan sedimikian rupa, sehingga menghasilkan beton basah yang mudah dikerjakan, memenuhi kekuatan tekan rencana setelah mengeras dan cukup ekonomis (Sutikno, 2003). Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah: Tabel 3.1 Unsur Beton Agregat Kasar + Agregat Halus ( 60 % - 80 % ) Portland Cement : 7 % - 15 % Air ( 14 % - 21 % ) Udara : 1 % - 8 % Mutu beton ditentukan oleh banyak faktor antara lain (Sutikno, 2003): a. Faktor Air Semen (FAS). b. Perbandingan bahan-bahannya. c. Mutu bahan-bahannya. 12

13 d. Susunan butiran agregat yang dipakai. e. Ukuran maksimum agregat yang dipakai.w f. Bentuk butiran agregat. g. Kondisi pada saat mengerjakan. h. Kondisi pada saat pengerasan. Keuntungan dari beton antara lain (Sutikno, 2003): 1. Mudah dicetak artinya beton segar dapat mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dan ukuran berapapun tergantung dari keinginan. 2. Ekonomis artinya bahan-bahan dasar dari bahan lokal kecuali Portland cement, hanya daerah-daerah tertentu sulit mendapatkan pasir maupun kerikil. Dan cetakan dapat digunakan berulang-ulang sehimgga secara ekonomis menjadi murah. 3. Awet dan tahan lama artinya beton termasuk berkekuatan tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap perkaratan dan pembusukan oleh kondisi lingkungan. Bila dibuat secara baik kuat tekannya sama dengan batu alam. 4. Tahan api artinya tahan terhadap kebakaran, sehingga biaya perawatan termasuk rendah. 5. Energi effisien artinya beton kuat tekannya tinggi mengakibatkan jika dikombinasikan dengan baja tulangan dapat dikatakan mampu dibuat strukutur berat. Beton dan baja boleh dikatakan mempunyai koefisien muai hampir sama. 6. Dapat dicor ditempat artinya beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada tempat-tempat yang posisinya sangat

14 sulit. Juga dapat disemprotkan pada permukaan beton yang lama untuk menyambungkan dengan beton baru (di grouting). 7. Bentuknya indah artinya dapat dibuat model sesuka hati menurut selera yang menghendakinya. Kerugian dari beton antara lain (Sutikno, 2003) : 1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi baja tulangan. 2. Beton segar mengerut pada saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah, sehingga perlu diadakan dilatasi pada beton yang panjang untuk memberi tempat untuk kembang susut beton. 3. Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air dan air membawa kandungan garam dapat merusak beton. 4. Beton bersifat getas sehingga harus dihitung dengan teliti agar setelah digabungkan dengan baja tulangan dapat bersifat kokoh terutama pada perhitungan bangunantahan gempa. 3.2 Bahan Pembuat Beton 3.2.1 Semen Suatu semen hidrolis yang terdiri dari campuran yang homogen antara semen portland dengan pozolan halus, yang di produksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozolan bersama-sama, atau mencampur secara merata bubuk semen portland dengan bubuk pozolan, atau gabungan antara

15 menggiling dan mencampur, dimana kadar pozolan 6 % sampai dengan 40 % massa semen portland pozolan. Proses hidrasi semen dipengaruhi oleh komposisinya. Salah satunya yaitu silika (SiO2) yang ada di dalam semen. SiO2 akan mengeliminir Ca(OH)2 dan bereaksi membentuk CSH pada proses hidrasi semen, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kuat tekan semen. Hal ini disebabkan Ca(OH)2 di dalam mortar / beton akan bersifat merugikan dan menurunkan kuat tekan semen. Reaksinya yaitu : 2(3CaO.SiO2) + 6H2O è 3CaO.SiO2.3 H2O + 3Ca(OH)2.(1) 2(2CaO.SiO2) + 4H2O è 3CaO.SiO2.3 H2O + Ca(OH)2...(2) 3Ca(OH)2 + SiO2 + H2O à 3CaO.SiO2.3 H2O........(3) 3.2.2 Air Fungsi dari air disini antara lain adalah sebagai bahan pencampur dan pengaduk antara semen dan agregat. Pada umumnya air yang dapat diminum memenuhi persyaratan sebagai air pencampur beton, air ini harus bebas dari padatan tersuspensi ataupun padatan terlarut yang terlalu banyak, dan bebas dari material organik (Mindess dkk, 2003). Persyaratan air sebagai bahan bangunan, sesuai dengan penggunaannya harus memenuhi syarat menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan Di Indonesia (PUBI-1982), antara lain: 1. Air harus bersih. 2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual.

16 3. Tidak boleh mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/ liter. 4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram / liter. Kandungan klorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m. dan senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 p.p.m. sebagai SO3. 5. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan dievaluasi. 3.2.3 Kerikil Pada beton biasanya terdapat sekitar 70% sampai 80 % volume agregat terhadap volume keseluruhan beton, karena itu agregat mempunyai peranan yang penting dalam propertis suatu beton (Mindess et al, 2003). Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai satu kesatuan yang utuh, homogen, rapat, dan variasi dalam perilaku (Nawy, 1998). Dua jenis agregat adalah : 1. Agregat Halus (pasir alami dan buatan) Agregat halus disebut pasir, baik berupa pasir alami yang diperoleh langsung dari sungai atau tanah galian, atau dari hasil pemecahan batu. Agregat halus adalah agregat dengan ukuran butir lebih kecil dari 4,75 mm (ASTM C 125 06). Agregat yang butir-butirnya lebih kecil dari 1,2 mm disebut pasir halus, sedangkan butir-butir yang lebih kecil dari 0,075 mm disebut silt, dan yang lebih kecil dari 0,002 mm disebut clay (SK SNI T-15-1991-03). Persyaratan mengenai proporsi agregat dengan gradasi

17 ideal yang direkomendasikan terdapat dalam standar ASTM C 33/ 03 Standard Spesification for Concrete Aggregates. Tabel 3.1 Gradasi Saringan Ideal Agregat Halus Diameter Saringan (mm) Persen Lolos (%) Gradasi Ideal (%) 9,5 mm 100 100 4,75 mm 95-100 97,5 2,36 mm 80-100 90 1,18 mm 50-85 67,5 600 m 25-60 42,5 300 m 5-30 17,5 150 m 0-10 5 (Sumber: ASTM C 33/ 03) 2. Àgregat Kasar (kerikil, batu pecah, atau pecahan dari blast furnance) Menurut ASTM C 33-03 dan ASTM C 125-06, agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 4,75 mm. Ketentuan mengenai agregat kasar antara lain : 2.1.1.1.1. Harus terdiri dari butir butir yang keras dan tidak berpori. 2.1.1.1.2. Butir butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan. 2.1.1.1.3. Tidak boleh mengandung zat zat yang dapat merusak beton, seperti zat zat yang relatif alkali. 2.1.1.1.4. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %. Apabila kadar lumpur melampaui 1 %, maka agregat kasar harus dicuci.

18 Persyaratan mengenai proporsi gradasi saringan untuk campuran beton berdasarkan standar yang direkomendasikan ASTM C 33/ 03 Standard Spesification for Concrete Aggregates (lihat Tabel 2.1). Dan standar pengujian lainnya mengacu pada standar yang direkomendasikan pada ASTM. Tabel 3.2 Gradasi Saringan Ideal Agregat Kasar Diameter Saringan (mm) Persen Lolos (%) Gradasi Ideal (%) 25,00 100 100 19,00 90-100 95 12,50 - - 9,50 20 55 37,5 4,75 0 10 5 2,36 0 5 2,5 3.2.4 Bahan Tambah (Sumber: ASTM C 33/ 03) Bahan tambah (admixture) adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan, yang ditambahkan ke dalam campuran adukan beton selama pengadukan, dengan tujuan untuk mengubah sifat adukan atau betonnya. (Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton, SK SNI S-18-1990-03). Berdasarkan ACI (American Concrete Institute), bahan tambah adalah material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung. Penambahan bahan tambah dalam sebuah campuran beton atau mortar tidak mengubah komposisi yang besar dari bahan lainnya, karena penggunaan

19 bahan tambah ini cenderung merupakan pengganti atau susbtitusi dari dalam campuran beton itu sendiri. Karena tujuannya memperbaiki atau mengubah sifat dan karakteristik tertentu dari beton atau mortar yang akan dihasilkan, maka kecenderungan perubahan komposisi dalam berat-volume tidak terasa secara langsung dibandingkan dengan komposisi awal beton tanpa bahan tambah. Penggunaan bahan tambah dalam sebuah campuran beton harus memperhatikan standar yang berlaku seperti SNI (Standar Nasional Indonesia), ASTM (American Society for Testing and Materials) atau ACI (American Concrete Institute) dan yang paling utama memperhatikan petunjuk dalam manual produk dagang. Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan bahan tambah yang bersifat mineral (additive). 1. Chemical admixtures (bahan tambah kimia) Menurut standar ASTM, terdapat 7 jenis bahan tambah kimia, yaitu : a. Tipe A, Water-Reducing Admixtures b. Tipe B, Retarding Admixtures c. Tipe C, Accelerating Admixtures d. Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures e. Tipe E, Water Reducing and Accelerating Admixtures f. Tipe F, Water Reducing, High Range Admixtures g. Tipe G, Water Reducing,High Range Retarding Admixtures

20 3.3 Beton Agregat Daur Ulang Penelitian saat ini telah banyak dilakukan untuk penggunaan bahan material lain khususnya limbah padat yang dapat digunakan sebagai substitusi material pembentuk beton. Salah satu diantaranya yaitu penggunaan limbah beton sebagai pengganti agregat alami yang berasal dari sisa bangunan yang dibongkar, sisa bangunan yang terbakar, sisa bangunan yang terkena gempa,dan bekas benda uji beton yang disebut beton daur ulang (recycled concrete aggregate). Beton memiliki sifat dasar yang unik sehingga diperlukan pengetahuan yang luas mengenai sifat sifat bahan dasar beton terutama sifar bahan dasar agregat daur ulang. Agregat daur ulang memiliki sifat dasar yang berbeda dengan agregat alami, sehingga perbedaan ini mengakibatkan perbedaan pada sifat beton yang dihasilkan. Beton agregat daur ulang adalah beton yang terbentuk dari agregat daur ulang yang berasal dari limbah beton sebagai pengganti agregat alam sebagian atau seluruhnya. Beberapa peneliti yang telah melakukan studi eksperimental terhadap beton daur ulang memberikan informasi tentang kekurangan dan kelemahan beton agregat daur ulang bila dibandingkan dengan beton agregat alam. Disamping itu, informasi tentang beton agregat daur ulang juga masih sangat sedikit, sehingga penelitian lanjutan mengenai beton agregat daur ulang sangat diperlukan, agar para pengguna beton agregat daur ulang menjadi lebih yakin (Suharmanto, 2008).

21 3.4 Sikagard 800 G Sikagard 800 G adalah salah satu jenis protective coating dari PT. Sika Indonesia. Secara khusus dikembangkan untuk bahan waterproofing pelapis batuan alam dan beton dengan bahan dasar acrylic resin polymer. Sikagard 800 G digunakan sebagai pelindung yang transparan untuk batuan alam dan beton terhadap hujan lebat, jamur dan pertumbuhan biologis. Sikagard 800 G dapat diterapkan pada area luar dan dalam dan tahan sinar UV. Sikagard 800 G bekerja melalui penyerapan permukaan batuan alam dan beton yang menghasilkan lapisan tipis transparan. Karakteristik atau kelebihan dari Sikagard 800 G adalah sebagai berikut: Ketahanan yang baik terhadap cuaca, panas, dan hujan. Ketahanan abrasi yang baik. Pemakaian bisa pada batuan alam maupun pada beton langsung. Pengeringan yang cepat. Pelekatan yang baik pada beton lama dan beton baru Hasil yang mengkilap. Penggunaan yang mudah dengan spray atau roller.

22 3.5 Pengujian Kuat Tekan Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur.semakin tinggi kekuatan struktur dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan (Mulyono, 2003). Persamaan yang digunakan untuk menentukan nilai kuat tekan beton adalah : Keterangan : f ' c = kuat tekan beton (MPa) A = luas bidang desak benda uji (mm 2 ) P = beban tekan (N) P f ' c (3-1) A 3.6 Pengujian Kuat Tarik Belah Kuat tarik belah benda uji silinder beton adalah nilai kuat tarik tidak langsung dari benda uji beton berbentuk silinder yang diperoleh dari hasil pembebanan benda uji tersebut yang diletakkan mendatar sejajar dengan permukaan meja penekan mesin uji tekan (Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton, SK SNI M60-1990-03). Berdasarkan Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton, maka untuk mendapatkan nilai kuat tarik masing-masing benda uji menggunakan rumus seperti di bawah ini. f ct = (3-2)

23 Keterangan : f ct = kuat tarik belah beton pada umur 28 hari (N/mm 2 ) P = beban maksimum (N) L = tinggi silinder beton (mm) d = diameter silinder beton (mm) 3.7 Pengujian Modulus Elastisitas Modulus Elastisitas (E) merupakan diagram tegangan regangan yang dimiliki oleh suatu material dimana material berkelakuan elastis dan linier. Modulus Elatisitas sangat penting karena untuk mengetahui kemampuan bahan menahan beban yang didukungnya dan perubahan bentuk yang terjadi pada bahan yang sangat tergantung dari diagram tegangan regangan tersebut. Besarnya modulus diambil 30% dari kuat tekan beton pengujian pertama sebagai patokan dalam menentukan batas modulus elastisitasnya. Besarnya modulus elastisitas dihitung berdasarkan persamaan: (3-3) Keterangan : Ec = Modulus elastisitas beton (MPa) fp = Tegangan hasil pengujian berdasarkan 30% f c (MPa) εp = Regangan hasil pengujian berdasarkan 30% f c