ANALISIS KLIMATOLOGI BANJIR BANDANG BULAN NOVEMBER DI KAB. LANGKAT, SUMATERA UTARA (Studi Kasus 26 November 2017) (Sumber : Waspada.co.id) STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I DELI SERDANG NOVEMBER 2017
ANALISIS KLIMATOLOGI BANJIR BANDANG BULAN NOVEMBER DI KAB. LANGKAT, SUMATERA UTARA (Studi Kasus 26 November 2017) Oleh : Tim Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Deli Serdang 1. PENDAHULUAN Berbagai media massa elektronik menginformasikan terjadinya banjir bandang di kabupaten Langkat. Begitu melewati jembatan Sungai Kali Pasir di Dusun Pondok Hulu, tiba-tiba korban dan para anggota keluarganya diterjang banjir bandang setinggi dada orang dewasa (waspada.com). Atas dasar beberapa pemberitaan tersebut, maka dibuatlah analisis curah hujan di Kec. Bahorok, Kabupaten Langkat (Gambar 1). Gambar 1. Lokasi kejadian banjir bandang
Berdasarkan pengumpulan data curah hujan yang dilakukan di Stasiun Klimatologi Deli Serdang, pada Minggu 27 November 2017 di beberapa pos hujan kerjasama intensitas curah hujan < 100 mm/ hari, namun telah mengakibarkan banjir bandang di kecamatan Bahorok. Selain itu berdasarkan pengukuran curah hujan menggunakan penakar hujan tipe observatorium di sebagian pos hujan provinsi Sumatera Utara yaitu Bahorok, Batang Serangan dan Kutambaru berupa pos hujan kerjasama (Tabel 1). Tabel 1. Pos Hujan pada curah hujan ekstrim Kabupaten Langkat Pos Hujan Kabupaten November (mm) 24 25 26 27 Bahorok Langkat - 5-25 Batang Serangan Langkat - 31 22 23 Kutambaru Langkat 14 20 53 40 2. ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER A. Analisis Citra Satelit dan Radar Cuaca Berdasarkan analisis citra satelit tanggal 26 Nopember 2017 (Gambar 2), menunjukkan adanya sebaran awan yang cukup tebal di hampir seluruh wilayah Sumatera Utara termasuk Kabupaten Langkat yang menyebabkan terjadinya hujan dengan intensitas ringan hingga sedang dimulai sekitar pukul 16.00 WIB sampai pukul 19.00 WIB. Berdasarkan citra satelit terlihat bahwa pertumbuhan awan konvektif mulai sekitar pukul 10.00 WIB (03.00 UTC) dan terus meluas hingga pukul 13.00 WIB (06.00 UTC) dan terus berkembang hingga pukul 19.00 WIB (12.00 UTC). Awan yang terpantau oleh satelit memiliki suhu puncak awan mencapai (-72 C) hingga (-80 C). Hal ini mengindikasikan awan yang terpantau cukup tebal dan memiliki sebaran yang luas sehingga memungkinkan menghasilkan hujan sedang dengan durasi lama (Awan Cumulonimbus dan Cumulus).
Gambar 2. Citra Satelit Cuaca tanggal 26 Nopember 2017 jam 03-12 UTC. (Sumber: satelit.bmkg.go.id ) B. Tekanan Udara Permukaan Laut (Mean Sea Level Pressure) Gambar 3. Anomali Tekanan Udara Permukaan Laut (mb) tgl 21-27 November 2017 (Sumber: www.esrl.noaa.gov) Anomali tekanan udara permukaan laut di wilayah Sumatera Utara dan Samudera Hindia umumnya bernilai -1.8. Hal ini mengindikasikan kondisi tekanan dalam keadaan
lebih rendah dibandingkan nilai klimatologisnya sehingga berpeluang terbentuknya awan konvektif di sekitar wilayah Sumatera Utara. C. Suhu Permukaan Laut (Sea Surface Temperatur/SST) Gambar 4. Suhu Muka Laut dan Anomali Suhu Muka Laut ( C) tgl 21 27 November 2017 (Sumber: http://extreme.kishou.go.jp/itacs5/) Suhu Muka Laut di perairan sekitar wilayah Sumatera Utara berkisar antara 29.1 C 29.7 C. Anomali Suhu Muka Laut bernilai 0.2 s/d 0.6 C yang menandakan kondisi suhu muka laut yang menghangat dan berpotensi terjadinya peningkatan uap air dibandingkan kondisi klimatologisnya. D. Arah dan Kecepatan Angin (Streamline) pada lapisan 850 mb Gambar 5. Arah dan Kecepatan Angin (m/s) lapisan 850 mb tanggal 26 November 2017 (Sumber : http://www.bom.gov.au)
Analisis pergerakan angin yang terjadi pada tanggal 26 November 2017 menunjukan kondisi angin pada lapisan 850 mb Sumatera Utara bertiup dari arah selatan hingga barat, terdapat daerah pertemuan angin pada Samudera Hindia bagian barat Sumatera yang membawa massa uap air sehingga meningkatkan peluang terbentuknya awan konvektif yang signifikan di Sumatera Utara. E. Outgoing Longwave Radiation (OLR) Gambar 6. Anomali Outgoing Longwave Radiation (W/m 2 ) lapisan 850 mb tgl 21 November - 27 November 2017 (Sumber : www.esrl.noaa.gov ) Berdasarkan Gambar 6 nilai anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 21 November s/d 27 November 2017 di sekitar wilayah perairan Sumatera Utara berkisar antara (-35) W/m 2 hingga (-40) W/m 2. Anomali OLR bernilai negatif mengindikasikan tutupan awan di wilayah perairan Sumatera Utara cenderung lebih tebal dari rata-rata klimatologisnya.
F. Precipitable Water Gambar 7. Anomali Precipitable Water (kg/m 2 ) lapisan 850 mb tanggal 21-27 November 2017 (Sumber : www.esrl.noaa.gov) Precipitable Water atau potensi kandungan massa uap air dalam kolom udara yang turun sebagai hujan di atas wilayah Sumatera Utara memiliki anomali berkisar antara 6 s/d 9 kg/m 2. Kondisi tersebut mengindikasikan terdapat peningkatan kandungan uap air yang berpotensi hujan di atas wilayah Sumatera Utara dibandingkan dengan normalnya. 3. ANALISIS KLIMATOLOGI CURAH HUJAN PADA BULAN NOPEMBER 2017 Untuk menganalisis kejadian banjir yang terjadi pada tanggal 26 Nopember 2017, maka akan dianalisis data curah hujan dasarian ke - III bulan Nopember di beberapa pos hujan yang terdekat dengan lokasi kejadian banjir, yaitu Pos Hujan Bahorok, Batang Serangan, dan Kutambaru seperti pada Gambar 8.
curah hujan (mm) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 tanggal pengukuran curah hujan Bahorok Batang Serangan Kutambaru Gambar 8. Grafik curah hujan dasarian III Nopember 2017 pada Pos Hujan Bahorok, Batang Serangan, dan Kutambaru Berdasarkan Gambar 8, dapat dilihat bahwa pada tanggal pengukuran 27 Nopember 2017 (kejadian banjir bandang 26 Nopember 2017), curah hujan yang terukur di ketiga pos hujan > 20 mm per hari (kotak biru pada Gambar 8). Hal ini cukup signifikan dibandingkan dengan tanggal lainnya. Selain itu, curah hujan pada hari sebelumnya, yaitu tanggal 26 Nopember 2017 juga cukup tinggi pada dua Pos Hujan terdekat dengan Bahorok, dengan intensitas curah hujan > 50 mm. Berdasarkan analisis tersebut, dapat dikatakan bahwa curah hujan yang tinggi serta akumulasi curah hujan yang tinggi sehari sebelumnya inilah yang diduga mengakibatkan kejadian banjir di Kecamatan Bahorok dan sekitarnya. Ditinjau dari dinamika atmosfer, saat kejadian hujan sedang hingga lebat secara umum beberapa parameter mendukung terjadinya pembentukan awan konvektif yang meningkatkan peluang curah hujan. Untuk itu pada kejadian banjir 26 Nopember 2017 dianalisis pula kondisi dinamika atmosfer tanggal 21-30 Nopember 2017 (Tabel 2).
Tabel 2. Parameter Dinamika Atmosfer saat kejadian banjir di Kabupaten Langkat (sumber dapat dilihat pada lampiran) Parameter Kondisi Tanggal 21-30 Nopember 2017 ENSO DMI Anomali SST MJO Pola Angin La Nina lemah Normal positif Berada pada kuadran 4 (aktif) Terdapat daerah tekanan rendah di perairan barat Suamtera serta Eddy di perairan timur Sumatera Berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer saat kejadian Banjir di kabupaten Langkat, terlhiat bahwa secara umum di wilayah Indonesia khususnya Sumatera Utara, kondisi indeks ENSO berada pada kondisi La Nina lemah sehingga meningkatkan peluang terbentuknya awan konvektif. Kondisi Dipole Mode dalam keadaan Normal yang berarti tidak berpeluang terjadinya pembentukkan awan konvektif. Anomali SST (Sea Surface Temperature) menunjukkan nilai positif yang berarti suhu perairan menghangat di perairan Sumatera bagian barat maupun timur yang mengindikasikan adanya peluang terjadinya pembentukkan awan konvektif yang signifikan. Kondisi Madden-Julian Oscillation (MJO) terpantau aktif pada kuadran 4. Secara teori MJO dianggap berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di Indonesia jika aktif pada kuadran 4 dan 5, sehingga dapat dikatakan bahwa curah hujan tinggi yang terjadi disebabkan oleh penjalaran MJO. Adanya gangguan berupa daerah tekanan rendah di barat laut perairan Aceh serta gangguan sirkulasi Eddy di perairan timur Sumatera memungkinkan terjadinya penumpukan massa udara yang meningkatkan peluang terbentuknya awan konvektif.