RANCANGAN GEOMETRI WEB PILAR DAN BARRIER PILAR PADA METODE PENAMBANGAN DENGAN SISTEM AUGER

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 4.1 Kompas Geologi Brunton 5008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

Studi Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Rock Mass Rating (RMR) pada Lereng Bekas Penambangan di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar

Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32 Inderalaya Sumatera Selatan, 30662, Indonesia Telp/fax. (0711) ;

Bulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: Bulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: 18-28

ANALISIS KESTABILAN LERENG DI PIT PAJAJARAN PT. TAMBANG TONDANO NUSAJAYA SULAWESI UTARA

ANALISIS KESTABILAN LUBANG BUKAAN DAN PILLAR DALAM RENCANA PEMBUATAN TAMBANG BAWAH TANAH BATUGAMPING DENGAN METODE ROOM AND PILLAR

Oleh: Yasmina Amalia Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta

BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG

BAB IV ANALISA BLASTING DESIGN & GROUND SUPPORT

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

Prosiding Seminar Nasional XI Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan

BAB IV PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. terowongan, baik terowongan produksi maupun terowongan pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Praktikum

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kestabilan Lereng Batuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Gambar 1 Hubungan antara Tegangan Utama Mayor dan Minor pada Kriteria Keruntuhan Hoek-Brown dan Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb (Wyllie & Mah, 2005)

DAFTAR ISI. SARI... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN...

Scan Line dan RQD. 1. Pengertian Scan Line

RANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Data Lapangan Pemetaan Bidang Diskontinu

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

EVALUASI MASSA BATUAN TEROWONGAN EKSPLORASI URANIUM EKO-REMAJA, KALAN, KALIMANTAN BARAT

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Prinsip Pengeboran

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Studi Analisis Pengaruh Variasi Ukuran Butir batuan terhadap Sifat Fisik dan Nilai Kuat Tekan

EVALUASI TEKNIS SISTEM PENYANGGAAN MENGGUNAKAN METODE ROCK MASS RATING

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara menggunakan pendekatan Rock Mass Rating (RMR). RMR dapat

1) Geometri : Lebar, kekasaran dinding, sketsa lapangan

KAJIAN GEOTEKNIK UNTUK TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH DI KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV DERAJAT PELAPUKAN ANDESIT DAN PERUBAHAN KEKUATAN BATUANNYA

Studi Jarak Kekar Berdasarkan Pengukuran Singkapan Massa Batuan Sedimen di Lokasi Tambang Batubara

APLIKASI PENDEKATAN PROBABILISTIK DALAM ANALISIS KESTABILAN LERENG PADA DAERAH KETIDAKSTABILAN DINDING UTARA DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

DAFTAR TABEL. Parameter sistem penelitian dan klasifikasi massa batuan (Bieniawski, 1989)... 13

M VII KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG (Indirect Brazillian Tensile Strength Test)

PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP STABILITAS GOA SEROPAN, KECAMATAN SEMANU, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh; Bani Nugroho

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

GEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK. September 2011 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA.

UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Parameter geomekanika yang dibutuhkan dalam analisis kestabilan lereng didasarkan

Metode Tambang Batubara

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara Dispatch dan Aktual. Tabel 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara data Dispatch dan data Aktual

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Analisis Kestabilan Lereng Batuan

BAB III DASAR TEORI 3.1 UMUM

ESTIMASI GEOLOGICAL STRENGTH INDEX (GSI) SYSTEM PADA LAPISAN BATUGAMPING BERONGGA DI TAMBANG KUARI BLOK SAWIR TUBAN JAWA TIMUR

ABSTRAK Kata Kunci : Nusa Penida, Tebing Pantai, Perda Klungkung, Kawasan Sempadan Jurang, RMR, Analisis Stabilias Tebing, Safety Factor

PAPER GEOLOGI TEKNIK

PENGARUH SKALA TERHADAP KUAT GESER PADA BATUAN TUFF

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

LAPORAN PENELITIAN TESIS 2013 BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN AMBANG BATAS ALARM VELOCITY DAN INVERSE-VELOCITY JENIS BATUAN DAN STRUKTUR GEOLOGI DATA SLOPE STABILITY RADAR

ANALISIS KONDISI ZONA CAVITY LAYER TERHADAP KEKUATAN BATUAN PADA TAMBANG KUARI BATUGAMPING DI DAERAH SALE KABUPATEN REMBANG

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

ANALISIS KESTABILAN LUBANG BUKAAN TAMBANG BAWAH TANAH MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS KOEFISIEN TAHANAN GULIR ALAT ANGKUT DUMP TRUCK PADA JALAN ANGKUT DI KUARI BATUGAMPING

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan batuan samping berpotensi jatuh. Keruntuhan (failure) pada batuan di

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FRAGMENTASI

Analisis Kinematik untuk Mengetahui Potensi Ambrukan Baji di Blok Cikoneng PT. CSD Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten

SLOPE STABILITY ANALYSIS BASED ON ROCK MASS CHARACTERIZATION IN OPEN PIT MINE METHOD

Kestabilan Geometri Lereng Bukaan Tambang Batubara di PT. Pasifik Global Utama Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan

EVALUASI ISIAN BAHAN PELEDAK BERDASARKAN GROUND VIBRATION HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN PADA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. di Kalimantan Timur yang melakukan penambangan dengan sistem penambangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III PEMODELAN DAN HASIL PEMODELAN

ANALISIS KARAKTERISTIK MASSA BATUAN DI SEKTOR LEMAJUNG, KALAN, KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN 4 CM 0,5 CM. Ditulis dengan rapido 0,5 dan di mal 0,5 2 CM. Ditulis dengan rapido 0, Latar Belakang

Oleh : ARIS ENDARTYANTO SKRIPSI

SQUEEZING PADA MASSA BATUAN SEKITAR TEROWONGAN DI DAERAH TAMBANG CIKONENG, BANTEN

Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat. Supervisor Departement Drill and Blast, PT Bina Sarana Sukses

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB III METODE KAJIAN

PENGARUH HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DI PIT INUL DAN PIT KEONG PT. KALTIM PRIMA COAL DI SANGATTA KALIMANTAN TIMUR

Kornelis Bria 1, Ag. Isjudarto 2. Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Jogjakarta

PENENTUAN PENGARUH AIR TERHADAP KOHESI DAN SUDUT GESEK DALAM PADA BATUGAMPING

DISAIN TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH DENGAN CAD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RESUME APLIKASI MEKANIKA TANAH DALAM PERTAMBANGAN

KAJIAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG BOR PADA TANAH BERBATU KERAS DI JEMBATAN TAYAN. Abstrak

BAB III LANDASAN TEORI

5.1 ANALISIS PENGAMBILAN DATA CORE ORIENTING

PENENTUAN TEGANGAN TERINDUKSI DAN PENILAIAN RISIKO KERUNTUHAN ATAP PADA TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH METODE ROOM AND PILLAR

BAB III TEORI DASAR. Longsoran Bidang (Hoek & Bray, 1981) Gambar 3.1

BAB IV PENGOLAHAN DATA

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

STUDI KEKUATAN GESER TERHADAP PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN DIAKLAS BATU GAMPING

Cara uji geser langsung batu

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Statistik Univarian

DAYA DUKUNG TANAH UNTUK DISPOSAL DI TAMBANG BATUABARA DAERAH PURWAJAYA, KECAMATAN LOA JANAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Font Tulisan TNR 12, spasi 1,5 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

RANCANGAN GEOMETRI WEB PILAR DAN BARRIER PILAR PADA METODE PENAMBANGAN DENGAN SISTEM AUGER Tommy Trides 1, Muhammad Fitra 1, Desi Anggriani 1 1 Program Studi S1 Teknik Pertambangan, Universitas Mulawarman, Samarinda 75119, Indonesia Jl. Sambaliung No. 9, Kampus Gunung Kelua, Samarinda * Email: tommy_trides@yahoo.co.id Abstrak Metode penambangan dengan sistem auger merupakan sistem penambangan dengan menyisakan pilar batuan. Pilar batuan tersebut mengalami perubahan distribusi tegangan akibat pembebanan massa batuan diatasnya. Dalam penelitian ini, pilar batuan yang dimaksud adalah pilar batubara yang terdiri dari web pilar dan barrier pilar. Dengan rancangan geometri web pilar dan barrier pilar batubara yang tepat maka akan dihasilkan perolehan batubara yang optimal. Berbagai metode analisis pada saat ini telah dikembangkan untuk menganalisis kekuatan pilar batubara. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan rancang geometri web pilar dan barrier pilar yang optimal yakni dengan menggunakan metode tributary area yang dikembangkan oleh Ziph (2005). Rancangan geometri web pilar dan barrier pilar juga mempertimbangkan kemungkinan tinggi runtuhan pada atap lubang bukaan dalam 1 panel berdasarkan Rock Mass Rating. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, nilai Rock Mass Rating pada lapisan overburden sebesar 33.84 (kondisi batuan buruk). Jumlah web pillar batubara yang optimum dengan lebar web pillar 1 meter dalam 1 panel yakni sebanyak 5 web pilar (faktor keamanan 1,34), sehingga lebar barrier pilar batubara yang optimum adalah 7.15 meter (faktor keamanan 1,2). Kata Kunci : Sistem Auger, Metode Tributary Area, Web Pilar, Barrier Pilar, Faktor Keamanan 1. PENDAHULUAN Metode penambangan dengan sistem auger membutuhkan desain rancangan web pilar dan barrier pilar batubara. Tommy dkk (2016) melakukan analisis web pilar batubara dan barrier pilar batubara dengan metode analitik, yakni dengan persamaan kirsch untuk mengetahui perubahan distribusi tegangan pada pilar batubara dan faktor keamanan pilar rata-rata. Penelitian tersebut menggunakan asusmsi bahwa web pilar batubara dan barrier pilar batubara mengalami pembebanan dari overburden akibat akibat gaya gravitasi dan dengan kondisi hidrostatis. Pada penelitian tersebut, masih belum terdapat jawaban mengenai lebar panel yang tepat agar desain yang telah dibuat optimal. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk melakukan analisis rancangan geometri web pilar dan barrier pilar yang optimal dengan menggunakan persamaan analitik, yakni metode tributary area yang dikembangkan oleh Ziph (2005). 2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Kekuatan Massa Batuan Penelitian mengenai penentuan kekuatan massa batuan telah dilakukan kurang lebih hampir 50 tahun, Bieniawski (1967) melakukan penelitian mengenai pengaruh efek ukuran pada sejumlah sampel batubara berbentuk kubus untuk mengetahui kecenderungan kekuatan tekan uniaksial batubara dari ukuran 75 inchi hingga 60 inchi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar ukuran batubara yang berbentuk kubus, maka kekuatan tekan batubara akan semakin menurun hingga mencapai batas yang konstan (asimptotik) (Gambar 1). Fakultas Teknik Universitas Mulawarman A 35

Gambar 1. Efek ukuran terhadap kekuatan batubara (Bieniawski, 1967) 2.2 Kekuatan Pilar Batubara Kekuatan pilar batubara sangat tergantung dari 3 faktor sebagai berikut : (1) efek ukuran atau volume (kekuatan akan semakin menurun dari ukuran spesimen kecil batubara hingga berukuran besar), (2) efek geometri pilar (shape effect), (3) sifat yang dimiliki material batubara tersebut. Untuk dapat memprediksi kekuatan pilar batubara tersebut, Bieniawski (1968) mengajukan persamaan sebagai berikut : σ p = S I (0.64 + 0.36 w h ) (1) w = lebar pilar h = tinggi pilar Menurut Bieniawski (1968), untuk menentukan kekuatan batubara insitu yang berbentuk kubus, dapat ditentukan sebagai berikut : Apabila tinggi pilar batubara lebih daripada 36 inchi (0.9 meter) S I = k (36) 1 2 (2) Apabila tinggi pilar batubara kurang daripada 36 inchi (0.9 meter) S I = k h 1 2 (3) Untuk menentukan konstanta k, yakni sebagai berikut : k = σ c (D) 1 2 (4) Fakultas Teknik Universitas Mulawarman A 36

σ c = Kuat tekan uniaksial batubara (psi) D = Diameter atau dimensi sisi kubus (inchi) 2.3 Analisis dan Desain Web Pilar dan Barrier Pilar Ziph (2005) mengajukan persamaan yang digunakan untuk menentukan faktor keamanan web pilar dan barrier pilar batubara. Dalam menentukan faktor keamanan web pilar, maka persamaannya menjadi sebagai berikut : SF WP = S I [ 0.64 + 0.54 W WP / H ] [S V (W WP + W E) / W WP ] (5) S I S V W WP W E H = Kekuatan batubara insitu (MPa) = Tegangan insitu vertikal (MPa) = Lebar web pilar = Lebar bukaan = Tinggi Penambangan Sedangkan dalam menentukan faktor keamanan barrier pilar sebagai berikut : W PN = N (W WP + W E ) + W E (6) N = Jumlah web pilar dalam satu panel SF BP = S I [ 0.64 + 0.54 W BP / H ] [S V (W PN + W BP ) / W BP ] (7) S I S V W PN W BP H = Kekuatan batubara insitu (MPa) = Tegangan insitu vertikal (MPa) = Lebar panel = Lebar barrier pilar = Tinggi penambangan 2.4 Rock Mass Rating Bieniawski (1973) mengusulkan sistem Rock Mass Rating (RMR) untuk mempermudah pemahaman bagi perekayasa dalam menilai kualitas massa batuan. Dalam RMR 79 terdapat 5 parameter yang diperlukan didalam penilaian klasifikasi massa batuan, yakni : kekuatan batuan utuh, rock quality designation, spasi kekar, kondisi diskontinuitas, dan kondisi air tanah. (Tabel 1). Pembobotan kondisi diskontinuitas yang lebih spesifik diusulkan oleh Bieniawski (1993) berdasarkan 5 parameter, yakni : panjang diskontinuitas, lebar bukaan, kekasaran, material pengisi bukaan dan pelapukan. (Tabel 2) Fakultas Teknik Universitas Mulawarman A 37

Tabel 1. Pembobotan RMR, Bieniawski (1973) 1 2 3 4 5 Parameter Selang pembobotan Kuat tekan PLI (MPa) > 10 4-10 2-4 1-2 Gunakan Nilai UCS Batuan 1 - UCS (MPa) >250 100-250 50-100 25-50 5-25 Utuh 5 <1 Bobot 15 12 7 4 2 1 0 RQD (%) 90-100 75-90 50-75 25-50 < 25 Bobot 20 17 13 8 3 Jarak Kekar >2m 0,6 2 m 0,2 0,6 0,006 0,2 m <0,006 m Bobot 20 15 10 8 5 Kondisi Diskontinuitas muka muka muka agak muka agak sangat slickensided kasar kasar kasar, tak gouge <5 gouge lunak > 5 pemisahan pemisahan < menerus, mm, mm, pemisahan > 5 < 1mm, 1mm, tak terpisah, pemisahan 1 mm, menerus dinding dinding dinding tak 5 mm, agak lapuk sangat lapuk lapuk menerus Kondisi Air Tanah Bobot 30 25 20 10 0 Aliran per 10 m panjang Kosong <10 10-25 25-125 >125 singkapan (Liter/menit) Kondisi umum Kering Lembab Basah Menetes Mengalir Bobot 15 10 7 4 0 Tabel 2. Klasifikasi kondisi diskontinuitas, Bieniawski (1993) Panduan Klasifikasi Untuk Kondisi Diskontinuitas Panjang Diskontinuitas <1m 1 3 m 3 10 m 10 20 m >20 m Bobot 6 4 2 1 0 Lebar bukaan Tidak ada <0,1 mm 0,1 1mm 1 5 mm >5 mm Bobot 6 5 4 1 0 Kekasaran Sangat kasar Kasar Halus Sangat halus Gores garis Bobot 6 5 3 1 0 Material pengisi bukaan Tidak ada Isian keras <5 mm Isian keras >5 mm Isian lunak <5 mm Isian lunak >5 mm Bobot 6 4 2 2 0 Pelapukan Tidak lapuk Sedikit lapuk Lapuk sedang Sangat Lapuk Telah berubah Bobot 6 5 3 1 0 2.5 Ketinggian Zona Rekahan Dalam prediksi terbentuknya zona rekahan pada bagian atap lubang bukaan (roof tunnel). Song dan Yang (2015) mencoba mempelajari bentuk dari zona rekahan pada batuan strata, khususnya bagian atap lubang bukaan (roof tunnel) dengan model fisik di laboratorium. Dari hasil simulasi yang dilakukan di dalam laboratorium, terlihat bahwa zona rekahan pada atap lubang bukaan (roof tunnel) akan terbentuk semakin tinggi apabila lebar bukaan dalam satu panel semakin bertambah. (Gambar 2). Fakultas Teknik Universitas Mulawarman A 38

Gambar 2. Simulasi model fisik pengaruh lebar lubang bukaan. (Song dan Yang, 2015) Estimasi dalam menentukan tinggi zona rekahan secara cepat dapat menggunakan parameter klasifikasi massa batuan yang diusulkan oleh Bieniawski (1976). Pada awalnya istilah dalam menentukan tinggi zona rekahan yang merupakan zona runtuhan pada atap terowongan diusulkan oleh Terzaghi (1946) dan dimodifikasi oleh Unal (1983) dalam Chen (1994) dengan persamaan sebagai berikut : H t = (100 RMR) (2W) 100 (8) RMR 2W = Rock Mass Rating = Lebar penggalian / span 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kekuatan Tekan Insitu Batubara Kuat tekan uniaksial batuan utuh berupa batubara berbentuk kubus diperoleh dari seam 20 dan di uji dilaboratorium dengan menggunakan alat uji kuat tekan. Pada seam 20 kuat tekan uniaksial batubara utuh berbentuk kubus rata-rata 5.02 MPa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bieniawski (1967) bahwa kuat tekan uniaksial batuan utuh berupa batubara berbentuk kubus belum merepresentasikan kekuatan sebenarnya dalam skala yang besar (insitu), sehingga harus mempertimbangkan size effect batubara. Berdasarkan size effect bahwa konstanta k seam 20 sebesar 1.28. Sehingga kekuatan tekan insitu batubara (S I) berdasarkan size effect pada seam 20 sebesar 1.34 MPa. (Tabel 3 dan Tabel 4). Tabel 3. Kuat Tekan Batuan Utuh Batubara No Sampel F(kN) Luas Penampang (A) (m 2 ) Kuat Tekan Uniaksial (Mpa) Kuat Tekan Uniaksial Rata-Rata (Mpa) 1 Seam 20_(1) 13.75 0.004225 3.254438 2 Seam 20_(2) 8.75 0.004489 1.949209 3 Seam 20_(3) 28.75 0.003249 8.848877 5.02 4 Seam 20_(4) 31.25 0.005184 6.028164 Fakultas Teknik Universitas Mulawarman A 39

Tabel 4. Kekuatan Tekan Insitu Batubara (S I) Sampel Panjang Sisi Sampel Kuat Tekan Uniaksial Rata-Rata (MPa) Tinggi Pilar k Kekuatan Tekan Insitu Batubara (σ cube) cm Inchi MPa Psi m Psi MPa Seam 20 6.5 2.56 5.02 728.05 1.3 1.28 194.11 1.34 3.2 Rock Mass Rating Analisis Rock Mass Rating pada overburden seam 20 memperhatikan parameter kuat tekan uniaksial batuan utuh (Intact Rock Strength), rock quality designation (RQD), spasi diskontinuitas (Spacing of Discontinuity), kondisi diskontinuitas (Discontinuity Condition), dan kondisi air tanah (Groundwater Condition). Parameter-parameter tersebut dianalisa untuk mendapatkan nilai bobot masing-masing parameter dengan mengacu pada tabel Rock Mass Rating. Dari pembobotan masing-masing parameter dan total RMR seam 20 sebesar 33.84 (Kondisi batuan buruk). Tabel 5. RMR Overburden 1 Pit S17GS Seam 20 RMR Parameter Nilai Bobot Keterangan Intact rock strength 2.78 MPa 1 Uji Laboratorium Rock Quality Designation 13.8 Intepretasi Log Bor Spacing of Discontinuity 8.2 Intepretasi Log Bor Discontinuity condition 10.8 Intepretasi Log Bor Groundwater condition 0 Asumsi Total 33.84 Kondisi Batuan Buruk 3.3 Prediksi Tinggi Runtuhan pada Panel Prediksi tinggi runtuhan pada atap suatu terowongan akan berbanding lurus dengan lebar bukaan seperti yang diteliti oleh Song dan Yang (2015). Dalam hal ini persamaan yang digunakan untuk menentukan prediksi tinggi runtuhan yakni menggunakan persamaan 8. Dari hasil analisis pada seam 20 terlihat bahwa semakin lebar lubang bukaan maka tinggi runtuhan semakin besar yakni lebar panel 3.6 meter (1 panel, 1 web pilar) maka tinggi runtuhan 4.8 meter hingga lebar panel 24.3 meter (1 panel, 10 web pilar) maka tinggi runtuhan 32.2 meter. Tabel 6. Tinggi Runtuhan Pada Overburden Seam 20 Wp (meter) Ht (meter) Keterangan 3.6 4.8 1 panel 1 web pilar 5.9 7.8 1 panel 2 web pilar 8.2 10.9 1 panel 3 web pilar 10.5 13.9 1 panel 4 web pilar 12.8 16.9 1 panel 5 web pilar 15.1 20.0 1 panel 6 web pilar 17.4 23.0 1 panel 7 web pilar 19.7 26.1 1 panel 8 web pilar 22 29.1 1 panel 9 web pilar 24.3 32.2 1 panel 10 web pilar Fakultas Teknik Universitas Mulawarman A 40

Faktor Keamanan PROSIDING SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI IV 3.4 Simulasi Web Pilar dan Barrier Pilar Seam 20 Simulasi web pilar pada seam 20 diawali dengan tinggi runtuhan 4.8 meter hingga tinggi runtuhan 32.2 meter dalam 1 panel. Dengan asumsi bobot isi batuan rata-rata 0.027 MN/m3, maka simulasi dihitung dengan tinggi runtuhan 4.8 meter (tegangan insitu vertikal 0.13 MPa) hingga tinggi runtuhan 32.2 meter (tegangan insitu vertikal 0.87 MPa). Kekuatan tekan insitu batubara (S I) berdasarkan size effect pada seam 20 sebesar 1.34 MPa, tinggi penambangan 1.3 meter, lebar lubang bukaan 1.3 meter, dan faktor keamanan acuan sebesar 1.2. Dari hasil simulasi dengan lebar web pilar 1 meter, faktor keamanan yang mendekati 1.2 adalah faktor keamanan 1.34. Dengan faktor keamanan 1.34, maka 1 panel terdiri dari 5 web pilar. (Tabel 7) Pada simulasi barrier pilar, ketebalan overburden sebesar 53.49 meter, bobot isi batuan ratarata 0.027 MN/m 3, kekuatan tekan insitu batubara (S I) berdasarkan size effect pada seam 20 sebesar 1.34 MPa, maka dengan 1 panel yang terdiri dari 5 web pilar dengan faktor keamanan 1.2, lebar barrier pilar sebesar 7.15 meter. (Tabel 8) Tabel 7. Simulasi Lebar Web Pilar 1 meter Seam 20 Tinggi Runtuhan, H Tegangan Insitu Vertikal, S V (MPa) Kekuatan Tekan Insitu Batubara, SI (MPa) Mining Height W wp W E Faktor Keamanan Keterangan 4.8 0.13 1.34 1.30 1.00 1.30 4.78 1 panel 1 web pilar 7.8 0.21 1.34 1.30 1.00 1.30 2.92 1 panel 2 web pilar 10.9 0.29 1.34 1.30 1.00 1.30 2.10 1 panel 3 web pilar 13.9 0.38 1.34 1.30 1.00 1.30 1.64 1 panel 4 web pilar 16.9 0.46 1.34 1.30 1.00 1.30 1.34 1 panel 5 web pilar 20.0 0.54 1.34 1.30 1.00 1.30 1.14 1 panel 6 web pilar 23.0 0.62 1.34 1.30 1.00 1.30 0.99 1 panel 7 web pilar 26.1 0.70 1.34 1.30 1.00 1.30 0.87 1 panel 8 web pilar 29.1 0.79 1.34 1.30 1.00 1.30 0.78 1 panel 9 web pilar 32.2 0.87 1.34 1.30 1.00 1.30 0.71 1 panel 10 web pilar Tabel 8. Simulasi Barrier Pilar dengan Lebar Web Pilar 1 meter Seam 20 Ketebalan Overburden, H Tegangan Insitu Vertikal, S V (MPa) Kekuatan Tekan Insitu Batubara, SI (MPa) Mining Height W WP W BP W E N W PN Keterangan 53.49 1.44 1.34 1.3 1.00 4.22 1.30 1 3.60 1.20 1 panel 1 web pilar 53.49 1.44 1.34 1.3 1.00 5.15 1.30 2 5.90 1.20 1 panel 2 web pilar 53.49 1.44 1.34 1.3 1.00 5.90 1.30 3 8.20 1.20 1 panel 3 web pilar 53.49 1.44 1.34 1.3 1.00 6.55 1.30 4 10.50 1.20 1 panel 4 web pilar 53.49 1.44 1.34 1.3 1.00 7.15 1.30 5 12.80 1.20 1 panel 5 web pilar 53.49 1.44 1.34 1.3 1.00 7.70 1.30 6 15.10 1.20 1 panel 6 web pilar 53.49 1.44 1.34 1.3 1.00 8.20 1.30 7 17.40 1.20 1 panel 7 web pilar 53.49 1.44 1.34 1.3 1.00 8.65 1.30 8 19.70 1.20 1 panel 8 web pilar 53.49 1.44 1.34 1.3 1.00 9.10 1.30 9 22.00 1.20 1 panel 9 web pilar 53.49 1.44 1.34 1.3 1.00 9.50 1.30 10 24.30 1.20 1 panel 10 web pilar Fakultas Teknik Universitas Mulawarman A 41

4. KESIMPULAN Dari hasil simulasi rancangan geometri web pilar dan barrier pilar batubara, maka dapat disimpulkan : 1. Rock mass rating pada seam 20 sebesar 33.84 (kondisi batuan buruk). 2. Jumlah web pilar batubara yang optimum pada seam 20 adalah 1 panel terdiri dari 5 web pilar dengan faktor keamanan 1.34. 3. Lebar barrier pilar batubara yang optimum pada seam 20 dalam 1 panel yang terdiri dari 5 web pilar sebesar 7.15 meter (faktor keamanan 1.2). DAFTAR PUSTAKA Bieniawski, Z. T., 1967, The Effect of Specimen Size o Compresive Strength of Coal, National Mechanical Engineering Research Institute : Pretoria South Africa. Hoek, E. & E. T. Brown, 1980, Underground Excavations In Rock, The Institution Of Mining and Metalurgy : London Rai, M. A., Susesno K. dan Ridho K. W., 2014, Mekanika Batuan, Intitute Teknologi Bandung: Bandung Sasoka, T., dkk,2015, Geotechnical Issues on Application of Highwall Mining System in Indonesia, ISRM : Vietnam. Hoek, E. & E. T. Brown, 1998, Practical Estimates Of Rock Mass Strength, Great Britain. Matsui, K. & Shimada, H., Kramadibrata, S & Rai, M.S., 2001, Some Considerations of Highwall Mining Systems in Coal Mine, International Mining Congress & Exhibition : Turkey. Iannachione, A.T. et al, 1992, Proceedings of the workshop on coal pillar Mechanics and Design, United States Department of the interior and Bureau of Mines, United States of America. Ziph, R.K., 2005, Ground Control Design for Highwall Mining, SME Annual Meeting. Song,. G., Yang, S., 2015, Investigation into Strata Behaviour and Fractured Zone Height Seam Longwall Coal Mine, The Journal of The Southern African Institute of Mining and Metallurgy, Volume 115, South Africa. Lukhele., M.J., 2012, Surface Auger Mining at Rietspuit Mine Services (Pty) Ltd, The Journal of The Southern African Institute of Mining and Metallurgy,, South Africa. Chen, D., 1994, Design of Rockbolting System for Underground Excavations, Thesis Report, Department of Civil and Mining Engineering, University of Wollongong. Tommy.T., Hasrul., Nurfaizah,. R. 2016, Laporan Penelitian : Kajian Stabilitas Lereng Highwall dan Pilar Batubara dengan Metode Auger System, Universitas Mulawarman, Samarinda. Fakultas Teknik Universitas Mulawarman A 42