BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Anemia pada ibu hamil a. Definisi anemia pada ibu hamil Anemia didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb dalam darah dibawah normal. Sebagian besar anemia di Indonesia disebabkan oleh kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya member sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai dibawah 11 gr/dl selama trimester III (Waryana, 2010). Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hemoglobin dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut: Tabel.1 penggolongan status anemia ibu hamil Kadar Hemoglobin Status Anemia 11 gr% Tidak anemia 9-10 gr% Anemia ringan 7-8 gr% Anemia sedang <7 gr% Anemia berat Sumber: WHO, 2002 b. Penyebab anemia Penyebab langsung, banyak berpantang makanan tertentu saat hamil. Hal ini dapat memperburuk keadaan anemia gizi besi, biasanya ibu hamil yang tidak suka makan daging, ikan, hati atau sumber pangan hewani lainnya dengan alasan yang tidak rasional. Selain 5
6 karena pantangan terhadap makanan hewani faktor ekonomi merupakan penyebab pola konsumsi masyarakat kurang baik, tidak semua masyarakat dapat mengkonsumsi lauk hewani dalam setiap kali makan, yang seharusnya pangan hewani ini dapat berfungsi sebagai sumber zat besi yang tinggi absorbsinya (Waryana, 2010). Kekurangan besi dalam tubuh tersebut disebabkan karena kekurangan konsumsi makanan kaya besi, terutama yang berasal dari hewani. Saat kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh lebih banyak dibandingkan saat tidak hamil karena untuk memenuhi kehilangan basal, juga untuk pembentukan sel-sel darah merah yang semakin banyak untuk janin dan plasentanya. Penambahan massa sel darah merah mencapai 35% dipuncak trimester II dan III membutuhkan zat besi sebanyak 450 mg. keadaan ini diimbangi dengan menurunnya kadar Hb yaitu sebanyak 1 gr/100ml. c. Akibat anemia Kekurangan zat besi pada masa kehamilan dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), anemia pada bayi yang dilahirkan. Hal ini dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu serta kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, sehingga bisa melahirkan bayi BBLR dan premature juga lebih besar (Waryana, 2010). d. Besar masalah Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan yang masih tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin. Di dunia 34% ibu hamil dengan anemia dimana 75% berada di Negara berkembang (WHO, 2005). Ibu hamil dengan anemia sebagian besar 62,3% mengalami anemia defisiensi besi (ADB) karena pada
7 masa tersebut janin menimbun cadangan besi untuk dirinya dalam rangka persediaan segera setelah lahir (Wiknjosastro, 2005). Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan penyaluran oksigen dan zat makanan dari ibu ke plasenta dan janin, yang selanjutnya akan berpengaruh apada fungsi plasenta sehingga dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin (Sin-Sin. 2008). 2. Program penanggulangan Dalam rangka menaggulangi masalah anemia pada ibu hamil telah dilakukan upaya Program Penanggulangan Anemia yang telah dilakukan oleh pemerintah yang dilakukan sejak tahun 1995 yaitu: a. Peningkatan suplementasi tablet zat besi pada ibu hamil dengan memperbaiki sistem distribusi dan monitoringnya secara terintegrasi dengan program lainnya. b. Suplementasi tablet zat besi kepada anak sekolah remaja putri dan wanita pekerja yang tinggal di daerah miskin sedangkan di daerah lain suplementasi berlandaskan kepada kemandirian yang didukung dengan kegiatan kampanye peningkatan konsumsi tablet zat besi. c. Peningkatan KIE untuk mengetahui konsumsi tablet zat besi dan bahan makanan alamiah sumber zat besi. d. Membagikan tablet zat besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) kepada ibu hamil sebanyak 90 tablet yang diminum 1 tablet setiap hari selama masa kehamilan. Oleh karena itu upaya program penanggulangan anemia yang telah dilakukan pemerintah selanjutnya dievaluasi, dikaji, dan dianalisis sehingga Pemda, khususnya TIM PANGAN dan GIZI dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk perencanaan program perbaikan gizi di masa yang akan datang (Waryana, 2010).
8 3. Kepatuhan a. Definisi kepatuhan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pranoto, 2007) kepatuhan berasal dari kata patuh yang artinya suka menurut perintah, taat pada perintah. Sedangkan kepatuhan adalah perilaku yang sesuai aturan dan berdisiplin. Definisi kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat besi adalah ketaatan ibu hamil dalam melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi tablet zat besi sesuai dosis dan jadwal. Kepatuhan menurut Sackett pada pasien sebagai sejauh mana perilaku individu dalam ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan (Afnita, 2004). b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Menurut (Niven, 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah: 1. Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan klien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif. 2. Akomodasi Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian klien yang dapat mempengaruhi kepatuhan antenatal care adalah jarak dan waktu, biasanya ibu cenderung malas melakukan antenatal care pada tempat yang jauh.
9 3. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman, kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu kepatuhan terhadap program pengobatan seperti pengurangan berat badan, berhenti merokok dan menurunkan konsumsi alkohol. Lingkungan berpengaruh besar pada antenatal care, lingkungan yang harmonis dan positif akan membawa dampak yang positif pula pada ibu dan bayinya, kebalikannya lingkungan negatif akan membawa dampak buruk pada proses antenatal care. 4. Perubahan model terapi Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan klien terlihat aktif dalam pembuatan program pengobatan (terapi). Keteraturan ibu hamil melakukan antenatal care dipengaruhi oleh kesehatan saat hamil. Keluhan yang diderita ibu akan membuat ibu semakin aktif dalam kunjungan antenatal care. 5. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada klien setelah memperoleh infomasi tentang diagnosis. Suatu penjelasan penyebab penyakit dan bagaimana pengobatan dapat meningkatkan kepatuhan, semakin baik pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan, semakin teratur pula ibu melakukan kunjungan antenatal care. 6. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
10 perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa, sehingga tercapai suatu konsistensi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin baik pula ibu melaksanakan antenatal care (Azwar, 2007). 7. Usia Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan teratur melakukan antenatal care (Notoatmodjo, 2007). 8. Dukungan Keluarga Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2 orang atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga berinteraksi satu sama lain, mempertahankan satu kebudayaan (Effendy, 2006). Ibu yang sedang hamil sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya, yaitu keluarga, dukungan dapat ditujukan melalui sikap yaitu dengan: a. Memberikan perhatian, misalnya mempertahankan makanan meliputi porsi, jenis, frekuensi dalam sehari-hari serta kecukupan gizi.
11 b. Mengingatkan, misalnya kapan penderita harus minum obat, kapan istirahat serta kapan saatnya kontrol. c. Menyiapkan obat yang harus diminum oleh pasien. d. Memberikan motivasi pada ibu hamil untuk datang melakukan antenatal care 4. Zat besi a. Definisi zat besi Zat besi merupakan mineral yang diperlukan dalam proses biologi didalam tubuh. Besi merupakan unsur esensial untuk sintesis hemoglobin, produksi panas dan sebagai komponen enzim-enzim tertentu yang digunakan untuk poses produksi adenosine trifosfat yang terlibat dalam respirasi sel. Zat besi atau Ferum (Fe) disimpan dalam hepar, lien dan sumsum tulang belakang. Sekitar 70% zat besi yang ada di dalam tubuh berada dalam hemoglobin dan sisanya berfungsi sebagai simpanan oksigen intramuskuler (Jordan, 2004). b. Manfaat tablet zat besi Zat besi atau Ferum (Fe) merupakan mineral mikro yang banyak ditemui dalam tubuh, yaitu didalam tubuh manusia dewasa terdapat 3-5 gram. Zat besi sangat berpengaruh saat aktivitas kerjanya. Zat besi juga berperan sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan, alat angkut electron pada metabolism energi serta bagian dari enzim pembentuk kekebalan tubuh dan pelarut pada obat-obatan. Makanan yang mengandung zat besi biasanya dapat memenuhi kecukupan vitamin A (Waryana, 2010). c. Sumber zat besi Dalam memenuhi kebutuhan zat besi dapat diperoleh melalui konsumsi makanan. Berikut ini makanan yang baik sumber zat besi antara lain daging, ayam, ikan, telur, serealia tumbuk, kacangkacangan, sayuran hijau dan pisang ambon. Zat besi yang berasal dari
12 makanan hewani lebih mudah diserap oleh tubuh daripada zat besi yang berasal dari makanan nabati (Waryana, 2010). d. Kebutuhan zat besi Menurut Jordan (2004), kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan janin tunggal : 1. 200-600 mg untuk memenuhi peningkatan masa sel darah merah. 2. 200-370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya. 3. 150-200 mg untuk kehilangan eksternal. 4. 30-170 mg untuk tali pusat dan plasenta. 5. 90-310 mg untuk menggantikan darah yang hilang saat melahirkan. Menurut Wasnidar (2007), kebutuhan zat besi pada ibu hamil menurut usia kehamilan : 1. Trimester I (umur kehamilan 0-12 minggu) : kebutuhan zat besi relative ± 50 mg/hari 2. Trimester II (umur kehamilan 13-24 minggu) : kebutuhan zat besi ± 50 mg/hari 3. Trimester III (umur kehamilan 25-40 minggu) : kebutuhan zat besi ± 60 mg/hari Dengan demikian, kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara 540-1340 mg dan 440-1050 mg diantaranya akan hilang pada saat ibu melahirkan. Secara umum anemia untuk wanita tidak hamil mempunyai kadar Hb kurang dari 12,0 gram per 100 mililiter (12 gram/ desiliter) dan untuk wanita hamil mempunyai kadar Hb kurang dari 10,0 gram per 100 mililiter (10 gram/ desiliter) (Varney, 2007). e. Peranan zat besi Fe merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh, yaitu sebanyak 3-5 gram didalam tubuh manusia dewasa. Fe sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk menunjang aktivitas
13 kerjanya. Didalam tubuh peran tablet Fe sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru kejaringan, sebagai alat angkut elektron pada metabolisme energi, sebagai bagian dari enzim pembentuk kekebalan tubuh dan sebagai pelarut obat-obatan (Waryana, 2010). 5. Hemoglobin Hemoglobin dalam eritrosit berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Hemoglobin terdiri dari 2 pasang rantai globin dengan berat 64500 molekul. Sekitar 96% dari berat hemoglobin merupakan globin dan sisanya berupa heme. Heme merupakan suatu kompleks persenyawaan protoporfirin yang mengandung Fe ditengahnya. Protoporfirin adalah suatu tetrapirol dimana ke 4 cincin pirol ini diikat oleh 4 gugusan metan hingga terbentuk suatu rantai protoporfirin (Misaroh dan Atika, 2010). Menurut Depkes RI peranan hemoglobin antara lain: a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida didalam jaringan-jaringan tubuh b. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar c. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolism ke paru-paru untuk dibuang. 6. Hubungan anemia dengan kehamilan Anemia defisiensi besi pada wanita ibu hamil merupakan masalah kesehatan yang dialami oleh seluruh wanita di dunia berkembang. Menurut WHO bahwa ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sebesar 35-75% dan akan semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Anemia defiensi besi pada ibu hamil mempunyai dampak buruk, baik pada ibunya maupun pada janin yang dikandungnya. Ibu hamil dengan anemia berat lebih memungkinkan terjadinya partus premature dan memiliki bayi berat badan lahir rendah (BBLR) serta
14 meningkatkan kematian perinatal. Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan sebagian besar disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Hasil persalinan pada wanita hamil yang menderita anemia defisiensi besi adalah 12-28% angka kematian janin, 30% kematian perinatal, dan 7-10% angka kematian neonatal. Mengingat besarnya efek dari defisiensi zat besi pada ibu hamil dan janin, maka perlu perhatian yang cukup dan dengan diagnose yang cepat serta penatalaksanaan yang tepat komplikasi dapat diatasi serta akan mendapatkan hasil yang lebih baik (Misaroh dan Atikah, 2010). B. Kerangka teori Gambar 1. Kerangka Teori Anemia Asupan Protein dan As. Folat Kadar Hb dalam darah Perdarahan Konsentrasi Hb menurun Kurang zat besi Kepatuhan konsumsi tablet zat besi. Faktor-faktor yang mempengaruhi: - Pendidikan - Akomodasi - Dukungan keluarga - Karakteristik tablet - Pengetahuan - Budaya - Usia
15 C. Kerangka Konsep Gambar 2. Kerangka Konsep Tingkat kepatuhan minum tablet zat besi Peningkatan kadar Hb D. Hipotesis 1. Ada hubungan tingkat kepatuhan minum tablet zat besi dengan peningkatan kadar Hb ibu hamil di Puskesmas Purwoyoso Semarang.
16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian gizi masyarakat menggunakan desain penelitian analitik. Penelitian ini mengguanakan pendekatan cross sectional. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Purwoyoso Semarang 2. Waktu penelitian Penelitian dimulai pada Mei Juli 2014 C. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Purwoyoso. Pengambilan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi berjumlah 21 orang. Jumlah sampel tersebut termasuk sedikit sehingga perlu diperluas wilayah pengambilan sampel guna untuk mempermudah saat pengolahan data. Total sampel tersebut disebut populasi terjangkau. Sampel diperoleh melalui data dari Puskesmas Purwoyoso. Untuk memperoleh sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan oleh peneliti. Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap populasi sebagai sampel, sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri setiap populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel. Dalam pengambilan sampel ini peneliti menetapkan beberapa kriteria, antara lain: a. Kriteria Inklusi 1. Bertempat tinggal di wilayah Purwoyoso 2. Usia kehamilan 8 bulan
17 3. Ibu hamil yang mendapat tablet zat besi 90 4. Bersedia menjadi responden b. Kriteria Eklusi 1. Bukan ibu hamil 2. Tidak periksa di puskesmas Purwoyoso D. Jenis dan cara pengumpulan data 1. Jenis data a. Data primer meliputi : data yang diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan sampel. Metode penelitian dilakukan dengan wawancara menggunakan alat bantu kuesioner dan data tersebut merupakan suatu kepatuhan diit yang berpegang pada kuesioner. b. Data sekunder meliputi : Riwayat pasien berdasarkan data puskesmas, identitas pasien dan data objektif. 2. Wawancara dan pengumpulan data a. Wawancara Wawancara dilakukan langsung dengan sampel dirumah atau dipuskesmas. Metode penelitian dilakukan dengan mendatangi puskesmas dan rumah sampel. Alat bantu yang digunakan adalah kuesioner untuk mendapat kesediaan menjadi responden dan kepatuhan diit. b. Pencatatan Pencatatan dilakukan untuk mendapatkan data sekunder dari catatan medik. Setiap pasien dicatat identitas dan data obyektif terutama pemeriksaan laboratorium.
18 E. Definisi operasional No Variabel Definisi Instrument Skala 1 Kepatuhan minum tablet zat besi 2 Peningkatan kadar Hb Gambar 3. Definisi Operasional Prosentase zat besi yang Kuesioner Interval diminum responden dihitung dengan rumus jumlah tablet Fe yang dikonsumsi dibagi dengan jumlah tablet Fe yang diterima dikalikan 100%. Hasil yang diperoleh satuan presentase. Hitungan didasarkan jawaban pengakuan responden. Selisih kadar hb setelah diberikan tablet zat besi dengan sebelum menerima tablet zat besi. Dihitung dengan rumus jumlah Kadar Hb setelah minum tablet Fe dikurangi jumlah Kadar Hb sebelum minum Fe. Kemudian disajikan dalam bentuk porsentase yaitu hasil selisih dibagi kadar Hb sebelum minum Fe dikalikan 100%. Kadar Hb diukur menggunakan metode Sahli dengan satuan gr%. dan Catatan Puskesmas Purwoyoso Laboratorium Interval dan Reagen dalam metode Sahli
19 F. Metode pengolahan dan analisis data 1. Pengolahan data Setelah semua data terkumpul dilakukan pengolahan data. Langkah-langkah pengolahan data menurut Hidayat (2011) adalah sebagai berikut: a. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. b. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. c. Data entry Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi. d. Melakukan teknik analisis Melakukan analisis menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. 2. Analisis data a. Kepatuhan 1. Diukur dengan metode wawancara sehingga dasarnya adalah jawaban pengakuan responden. 2. Dihitung dengan rumus jumlah tablet Fe yang dikonsumsi dibagi dengan jumlah tablet Fe yang diterima dikalikan 100%. Hasil yang diperoleh dalam satuan presentase. b. Kadar Hb 1. Kadar Hb setelah diberikan tablet zat besi 90 dan sebelum diberikan tablet zat besi 90. Diukur menggunakan metode Sahli dengan satuan gr%. 2. Peningkatan kadar Hb dilakukan dengan menghitung selisih kadar Hb.
20 3. Peningkatan kadar Hb diuji dengan hasil prosentase dengan rumus selisaih kadar Hb dibagi kadar Hb sebelum minum Fe dikalikan 100%. c. Analisis hubungan Untuk menganalisis data hubungan tingkat kepatuhan ibu hamil minum tablet zat besi dengan peningkatan kadar Hb pada iibu hamil di Puskesmas Purwoyoso Semarang menggunakan korelasi spearman yang bertujuan untuk menguji hipotesis hubungan antara dua variabel. G. Bahan dan alat 1. Alat Tulis Kantor (ATK) 2. Kuesioner (Terlampir) 3. Pengukuran Hb: a. Gelas berwarna sebagai standart b. Tabung hemometer, pengaduk dari gelas c. Pipet sahli, pipet Pasteur d. Kertas saring e. Reagen : HCl 0,1 N dan aquadest H. Prosedur penelitian Ibu yang usia kehamilan ±8 bulan serta yang menerima tablet zat besi 90 yang periksa di Puskesmas Purwoyoso. Peneliti mencatat berdasarkan data dari puskesmas meliputi nama, alamat, usia ibu, usia kehamilan, kadar Hb saat periksa. Melakukan wawancara kepada sampel untuk mendapatkan data jumlah kepatuhan ibu hamil minum tablet zat besi serta mengukur kadar Hb ibu denga menggunakan metode Sahli. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi menggunakan perangkat lunak komputer untuk mencapai tujuan peneliti. Data dikumpulkan dalam bentuk tabel dan grafik kemudian peneliti menganalisis apakah ada hubungan tingkat kepatuhan minum tablet zat besi dengan peningkatan kadar hb pada ibu hamil.