Neopterin Serum sebagai Prediktor Dini Luaran Perburukan pada Sepsis Neonatorum

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

ABSTRAK INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Subyek penelitian adalah 48 neonatus dengan hiperbilirubinemia. Jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

DIAGNOSTIK C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS AKUT SKOR ALVARADO 5-6

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

ABSTRAK. UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SEPSIS PADA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG. Enderia Sari 1), Mardalena 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS

PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000

PERBEDAAN LUARAN JANIN PADA PERSALINAN PRETERM USIA KEHAMILAN MINGGU DENGAN DAN TANPA KETUBAN PECAH DINI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

Receiver Operating Curve (ROC) analisis. Nilai p dianggap bermakna dengan p. kepercayaan dan power sebesar 80 %.

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun

ABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung

RINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta dolar Amerika setiap tahunnya (Angus et al., 2001). Di Indonesia masih

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN adalah 32 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan target Millenium

ABSTRAK ASPEK KLINIK PEMERIKSAAN ANTIGEN NS-1 DENGUE DIBANDINGKAN DENGAN HITUNG TROMBOSIT SEBAGAI DETEKSI DINI INFEKSI DENGUE

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal

FAKTOR IBU DAN BAYI YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM AWITAN DINI PADA BAYI PREMATUR LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

INSIDENSI INFEKSI BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN LAMA KETUBAN PECAH DINI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

BAB IV METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Pembimbing II : Penny S M., dr., Sp.PK., M.Kes

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT SEBAGAI PREDIKTOR SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT AS A PREDICTOR OF EARLY ONSET NEONATAL SEPSIS

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

BAB I PENDAHULUAN. kemudian memicu respon imun tubuh yang berlebih. Pada sepsis, respon imun

BAB IV METODE PENELITIAN

TES DIAGNOSTIK (DIAGNOSTIC TEST)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian observasional dengan

ABSTRAK. Nabila Mazaya Putri, 2017 : Rimonta F. Gunanegara, dr., SpOG., M.Pd.Ked.

RINGKASAN. Sepsis merupakan masalah global dengan angka morbiditas dan mortalitas yang

KARAKTERISTIK DAN LUARAN PREEKLAMPSI DI RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi FK USU / RSUP Haji Adam

BAB I PENDAHULUAN. systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE TALLQVIST TERHADAP METODE FLOW CYTOMETRY

BAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

ABSTRAK PASIEN USIA LANJUT DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 AGUSTUS JANUARI 2010

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TB PARU DI RSI BANDUNG DENGAN DOTS DAN RS

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat untuk melindungi bayi sebelum, selama dan sesudah

HUBUNGAN KEPATUHAN HAND HYGIENE TENAGA KESEHATAN DAN KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI HCU NEONATUS RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

Frekuensi Transfusi pada Neonatus Berat Badan Lahir Rendah di Unit Perawatan Neonatal RSUP Haji Adam Malik periode Tahun

ABSTRAK. UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI

Transkripsi:

ARTIKEL PENELITIAN Global Medical and Health Communication (GMHC) Online submission: http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/gmhc GMHC. 201;5(3):241 DOI: http://dx.doi.org/.2313/gmhc.v5i3.31 pissn 2301-3 eissn 240-5441 Neopterin Serum sebagai Prediktor Dini Luaran Perburukan pada Sepsis Neonatorum Ahmad Hafidz, Tetty Yuniati, Purboyo Solek Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung, Indonesia Abstrak Neopterin telah diketahui sebagai biomarker untuk diagnostik sepsis neonatorum awitan dini. Hingga saat ini belum diketahui peran neopterin sebagai biomarker untuk memprediksi luaran sepsis neonatorum awitan dini maupun awitan lanjut. Tujuan penelitian ini menentukan neopterin serum sebagai biomarker prediktor sepsis neonatorum awitan dini dan lanjut. Penelitian dilakukan pada bulan Mei Juli 201 di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Seluruh neonatus yang memenuhi kriteria sepsis neonatorum, yaitu didapatkan skor Tollner, dilakukan pemeriksaan neopterin serum menggunakan metode ELISA. Subjek kemudian diikuti dan dikelompokkan menjadi luaran perbaikan dan perburukan. Analisis menggunakan receiver operating characteristic (ROC) untuk mendapatkan luas area under curve, menentukan titik potong serta sensitivitas dan spesifisitas. Subjek penelitian terdiri atas 42 neonatus, mayoritas karakteristik neonatus yang mengalami luaran perburukan berjenis kelamin laki-laki ( subjek), sepsis awitan dini ( subjek), cara persalinan dengan operasi ( subjek), dan tempat persalinan di RS ( subjek). Temuan kadar neopterin pada luaran perburukan lebih tinggi dibanding dengan luaran perbaikan dan disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,01). Kadar neopterin rata-rata yang didapatkan pada sepsis luaran perburukan 0, ng/ml dengan rentang kadar 40,3 2,04 ng/ml. Luas area di bawah kurva ROC kadar neopterin adalah 0,81 (5% IK=0,882 1,000; p<0,001). Kadar titik potong neopterin >43,13 dengan sensitivitas 4,1% dan spesifisitas,0%. Simpulan, kadar titik potong neopterin adalah 43,13 ng/ml serta memiliki sensitivitas 4,1% dan spesifisitas,0%. Biomarker ini dapat menjadi salah satu parameter dalam memprediksi dini luaran perburukan sepsis neonatorum awitan dini dan awitan lanjut. Kata kunci: Luaran, neopterin, sepsis neonatorum Neopterin Serum as Early Predictor of Poor Outcome in Neonatal Sepsis Abstract Neopterin was known as the biomarker for diagnosed early onset neonatal sepsis. Nowadays it has been proven for neopterin as predictors of poor outcome in early and late neonatal sepsis. The objective of this study was to determine serum levels of neopterin as predictors of poor outcome in early and late neonatal sepsis. The study held from May to July 201 in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung. All subjects were neonatal sepsis with Tollner score observed for serum levels of neopterin with ELISA method and then followed during hospitalization. The outcome defined as good and poor outcomes. The data were analyzed using receiver operating characteristic (ROC) for getting area under curved, cut-off point and also sensitivity, specificity. Research subjects consisted of 42 neonates, the majority which experienced poor outcomes were male ( subjects), early onset sepsis ( subjects), section cesarean procedure ( subjects) and were born in a hospital ( subjects). Serum neopterin levels findings significantly correlated with poor outcomes. Mean of poor outcomes in sepsis was 0. ng/ml with observed levels 40.3 2.04 ng/ml. Area under the ROC curve of neopterin were 0.81 (5% CI=0.882 1.000; p<0.001). Cut off levels of neopterin >43.13 with sensitivity 4.1% and specificity.0%. In conclusion, cut off levels of neopterin >43.13 with sensitivity 4.1% and specificity.0%. Neopterin defined as a biomarker for the early predictor of poor outcome in early and late onset neonatal sepsis. Key words: Neonatal sepsis, neopterin, outcome Received: 4 October 201; Revised: 18 December 201; Accepted: 24 December 201; Published: 2 December 201 Korespondensi: Ahmad Hafidz, dr. Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin. Jln. Pasteur No. 38, Bandung 4013, Jawa Barat, Indonesia. Telepon: (022) 203453/55. HP: 0823800054. E-mail: abuahmadhafidz@gmail.com 241

242 Ahmad Hafidz dkk.: Neopterin Serum sebagai Prediktor Dini Luaran Perburukan pada Sepsis Neonatorum Pendahuluan Sepsis neonatorum adalah sindrom klinik akibat respons sistemik terhadap infeksi pada bulan pertama dari kehidupan bayi. 1,2 Insidensi sepsis neonatorum bakterial awitan dini di negara maju berkisar 1 kasus sampai 4 kasus tiap 1.000 kelahiran hidup. Insidensi di negara berkembang lebih tinggi 5 8 kali lipat, dengan angka yang pernah dilaporkan berkisar 20 3 kasus tiap 1.000 kelahiran hidup. 3 Insidensi neonatal sepsis yang tinggi berhubungan dengan morbiditas dan mortalitasnya yang juga tinggi. Bayi matur maupun bayi prematur apabila terkena infeksi mempunyai risiko sebesar 30 80% untuk terjadi gangguan neurodevelopmental dan 30 0% berpeluang terjadi gangguan perkembangan otak. 4 Penelitian mengenai neopterin dilaksanakan di Mesir membuat simpulan neopterin biomarker bermanfaat untuk dapat memprediksi angka kematian pada sepsis awitan dini pada neonatus. Penelitian lain juga mengonfirmasi neopterin mempunyai korelasi yang signifikan dengan tingkat mortalitas pada suatu sepsis neonatorum sehingga hal ini merupakan faktor diagnostik dan prognostik yang baik untuk sepsis neonatorum awitan dini. 8 Penelitian yang dilaksanakan di Bandung sebelumnya juga sudah membuktikan neopterin merupakan perangkat diagnosis sepsis neonatorum yang baik pada bayi kurang bulan. Penelitian ini mempunyai tujuan menentukan kadar neopterin serum sebagai prediktor dini perburukan luaran pada sepsis awitan dini dan awitan lanjut pada neonatus. Metode Penelitian dilakukan pada bulan Mei Juli 201. Kriteria inklusi penelitian, yaitu semua neonatus yang memenuhi kriteria sepsis neonatorum didapatkan skor Tollner. Kriteria eksklusi adalah neonatus dengan kelainan kongenital mayor. Subjek penelitian ini dilakukan dengan cara consecutive sampling, kemudian subjek penelitian dicatat karakteristiknya meliputi jenis kelamin, berat badan lahir, cara persalinan, onset sepsis, tempat persalinan, dilakukan pemeriksaan parameter laboratorium serta kadar neopterin serum, dan diikuti hingga kondisi perbaikan klinis atau perburukan. Pemeriksaan kadar neopterin serum dilakukan di Laboratorium RSUP Dr. Hasan Sadikin. Darah diambil 2 ml dimasukkan ke dalam tabung yang berisi ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA), disentrifugasi, selanjutnya diambil 1 ml serum diperiksa menggunakan metode ELISA. Perbaikan klinis ditentukan bila gejala klinis sepsis menunjukkan perbaikan dan pemeriksaan laboratorium: hemoglobin, leukosit, trombosit, dan CRP mempunyai nilai normal. Perburukan klinis ditentukan bila gejala klinis sepsis masih didapatkan dan pada pemeriksaan laboratorium: hemoglobin, leukosit, trombosit, dan juga CRP mempunyai nilai tidak normal. Karakteristik pada kedua kelompok penelitian, yaitu perburukan dan perbaikan diuji dengan cara menggunakan uji chi-kuadrat atau Fisher exact untuk data kategoris dan untuk perbedaan kadar neopterin menggunakan uji t independen. Sesudah itu, dilanjutkan dengan menggunakan analisis kurva receiver operating characteristic (ROC) digunakan untuk mendapatkan luas area under curve (AUC) yang menentukan titik potong serta sensitivitas dan spesifisitas. Semua analisis diolah dengan software SPSS untuk windows versi 1. Penelitian ini sudah disetujui oleh Komisi Etik dan Penelitian Kesehatan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung melalui surat Nomor: LB.04.01/ A05/EC/15/VII/201 dan persetujuan orangtua yang tertulis diperoleh (informed consent). Hasil Sepsis neonatorum berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan, kejadian sepsis awitan dini lebih banyak ditemukan dibanding dengan sepsis awitan lanjut. Berat badan lahir didominasi neonatus dengan berat badan >1.500 gram. Persalinan secara operasi lebih banyak dibanding dengan cara persalinan per vaginam. Beberapa faktor risiko terhadap bayi maupun ibu akan mengakibatkan luaran bayi dengan sepsis neonatorum. Berdasar atas pemeriksaan kultur darah didapatkan positif hanya pada 4 subjek, masing-masing 2 subjek pada kelompok luaran perburukan dan perbaikan, dengan jenis kuman S. hemolyticus, S. aureus, S. hominis, dan Klebsiella pneumoniae. Karakteristik umum subjek penelitian ditampilkan pada Tabel 1. Karakteristik pada neonatus dan maternal dibandingkan dengan luarannya dikelompokkan menjadi luaran perbaikan dan luaran perburukan seperti yang telah terangkum pada Tabel 2. Perbandingan luaran perbaikan dan perburukan Global Medical and Health Communication, Vol. 5 No. 3 Tahun 201

Ahmad Hafidz dkk.: Neopterin Serum sebagai Prediktor Dini Luaran Perburukan pada Sepsis Neonatorum 243 Tabel 1 Karakteristik Umum Penelitian Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Berat badan lahir (g) 1.500 >1.500 Cara persalinan Per vaginam Operasi Onset sepsis (hari) >3 3 Tempat persalinan Luar rumah sakit Rumah sakit Kultur darah Positif Negatif Faktor risiko Ada ada Keterangan: n=frekuensi, %=persentase Subjek Penelitian n=42 % 2 1 15 2 13 2 1 2 30 4 38 3 2 38 3 4 31 38 2 2 1 1 8 Gambar Kurva ROC Kadar Neopterin Serum sebagai Indikator Luaran Perburukan Global Medical and Health Communication, Vol. 5 No. 3 Tahun 201

244 Ahmad Hafidz dkk.: Neopterin Serum sebagai Prediktor Dini Luaran Perburukan pada Sepsis Neonatorum Tabel 2 Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik maternal KPD >18 jam Ketuban hijau Riwayat ibu demam Ibu hipertensi Polihidramnion Ibu diabetes melitus Karakteristik neonatus Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Berat badan lahir (g) 1.500 >1.500 Cara persalinan Per vaginam Operasi Onset sepsis (hari) >3 3 Tempat persalinan Luar rumah sakit Rumah sakit Kultur darah Positif Negatif Luaran Sepsis Neonatorum Perbaikan n=25 13 1 1 8 1 3 22 1 8 1 18 1 2 23 Keterangan: n=frekuensi, a uji chi-kuadrat, b uji Fisher exact Perburukan n=1 5 3 5 3 2 15 p 0,84 a 0,42 a 0,05 b 0,501 a 0,53 a 0,30 b 0,35 a 0, a 0,1 a 0,25 a 0,300 b 1,000 b Global Medical and Health Communication, Vol. 5 No. 3 Tahun 201

Ahmad Hafidz dkk.: Neopterin Serum sebagai Prediktor Dini Luaran Perburukan pada Sepsis Neonatorum 245 Tabel 3 Perbandingan Kadar Neopterin Serum dengan Luaran Sepsis Neonatorum Kadar Neopterin Serum Luaran Sepsis Neonatorum Perbaikan n=25 Perburukan/ Meninggal n=1 Rata-rata (SD) 35, (4,43) 0, (15,3) <0,001* Rentang 30, 4,05 40,3 2,04 *Analisis menggunakan uji t independen p pada karakteristik neonatus dan maternal tidak berbeda bermakna. Perbandingan kadar neopterin serum dengan luarannya yang mengalami perbaikan ataupun perburukan seperti yang tercantum pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa kadar neopterin pada luaran perburukan lebih tinggi dibanding dengan luaran perbaikan dan disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna. Kemudian, dari kadar kedua neopterin tersebut dibuat kurva ROC untuk prediksi luaran (Gambar). Prosedur ROC menunjukkan bahwa luas area di bawah kurva kadar neopterin adalah 8,1% (5% IK=0,882 1,000; p<0,001) seperti tampak pada Gambar. Kemudian, kadar titik potong kadar neopterin serum >43,13 ng/ml dengan sensitivitas 4,1% dan spesifisitas,0%. Pembahasan Pada penelitian ini dari 42 subjek didapatkan 1 subjek masuk kelompok luaran perburukan dan 25 subjek dengan luaran perbaikan. Pada karakteristik maternal didapatkan faktor risiko di antaranya ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, ketuban hijau, demam pada ibu, ibu diabetes melitus, polihidramnion, dan ibu hipertensi. Pada karakteristik neonatus didapatkan juga faktor risiko, berdasarkan jenis kelamin didapatkan 2 subjek laki-laki dan 1 subjek perempuan. Pada penelitian ini hampir keseluruhan subjek yang didapatkan melalui persalinan sectio cesarea, subjek pada kelompok perburukan dan 18 subjek pada kelompok luaran perbaikan. Kejadian sepsis awitan dini (24 subjek) ditemukan lebih banyak dibanding dengan awitan lanjut (18 subjek). Kultur positif didapatkan pada 4 subjek penelitian, dengan kuman yang ditemukan berbeda-beda. Semua faktor risiko yang didapatkan dari faktor maternal dan faktor neonatus yang teridentifikasi tersebut tidak bermakna (p>0,25) sehingga untuk menentukan neopterin sebagai nilai prediktor tidak diikutsertakan. Pada penelitian ini didapatkan hasil yang bermakna peningkatan kadar neopterin dengan luaran perburukan sepsis neonatorum dengan p<0,01. Kadar neopterin serum rata-rata yang didapatkan pada sepsis luaran perburukan 0, ng/ml dengan rentang nilai 40,3 2,04 ng/ ml. Peningkatan kadar neopterin yang lebih tinggi pada pasien perburukan disebabkan oleh kerusakan sel-sel endotel yang luas disebabkan oleh proses inflamasi. Produksi neopterin erat kaitannya dengan aktivasi sistem imun seluler, sedangkan biosintesis neopterin dalam keadaan inflamasi itu disebabkan oleh peningkatan kadar interferon gama endogen yang dilepaskan dari sel limfosit T yang diaktifkan., Berdasar atas kurva ROC, kadar AUC neopterin 8,1% (5% IK=0,882 1,000; p<0,001) secara statistik kadar tersebut tergolong sangat baik. Kadar AUC 8,1% artinya apabila kadar neopterin digunakan untuk memprediksi ada atau tidak perburukan pada sepsis neonatorum terdapat 8 neonatus yang mengalami perburukan. Titik potong yang diperoleh dari proses AUC adalah >43,13 ng/ml dengan sensitivitas 4,1% dan spesifisitas,0%. Hal ini berarti nilai neopterin >43,13 ng/ml akan memprediksikan penderita sepsis neonatorum mengalami perburukan. Hasil penelitian sebelumnya melaporkan juga kadar titik potong. Akan tetapi, kadar titik potong yang hanya sebagai parameter diagnostik adalah 32 ng/ml yang memiliki sensitivitas 8,% dan spesifisitas 5,0%. 5 Penelitian lain melaporkan titik potong yang lebih tinggi kadar neopterin serum untuk mendeteksi sepsis adalah 0,5 ng/ ml dengan sensitivitas 4,% serta spesifisitas 88,%. Penelitian tersebut di atas tidak dapat dibanding dengan penelitian ini karena neopterin hanya sebagai parameter diagnosis. Keterbatasan pada penelitian ini walaupun Global Medical and Health Communication, Vol. 5 No. 3 Tahun 201

24 Ahmad Hafidz dkk.: Neopterin Serum sebagai Prediktor Dini Luaran Perburukan pada Sepsis Neonatorum hasil didapatkan baik dan bermakna, tetapi jumlah sampel yang diperiksa sedikit karena keterbatasan biaya dan juga waktu penelitian. Walaupun demikian, dengan jumlah sampel yang optimal kemungkinan ada faktor lain yang ikut serta untuk memprediksi luaran perburukan sepsis neonatorum. Simpulan Kadar titik potong neopterin serum adalah 43,13 ng/ml dengan memiliki sensitivitas 4,1% dan spesifisitas,0%. Biomarker ini dapat menjadi salah satu parameter memprediksi dini luaran perburukan sepsis neonatorum baik awitan dini maupun awitan lanjut dan menentukan terapi lanjutan. Daftar Pustaka 1. Shane AL, Stoll BJ. Neonatal sepsis: progress towards improved outcomes. J Infect. 20;8(Suppl 1):S24 32. 2. Shah BA, Padbury JF. Neonatal sepsis: an old problem with new insights. Virulence. 20;5(1): 8. 3. World Health Organization. World Health Statistics 201: monitoring health for the SDGs. Jeneva: WHO Press; 201. 4. Haque KN. Understanding and optimizing outcome in neonates with sepsis and septic shock. Dalam: Vincent JL, penyunting. Yearbook of intensive care and emergency medicine 200. New York: Springer Science + Business Media Inc.; 200. hlm. 55 8. 5. Simonsen KA, Anserson-Berry AL, Delair SF, Davies HD. Early-onset neonatal sepsis. Clin Microbiol Rev. 20;2(1):21 4.. Usman A, Sukadi A, Mose JC. Clinical outcome of cytomegalovirus infection on low birth weight infants. GMHC. 20;2(2):85 0.. Boseila S, Seoud I, Samy G, El-Gamal H, Ibrahim TS, Ahmed A, dkk. Serum neopterin level in early onset neonatal sepsis. Am J Sci. 20;():343 52. 8. El Nemer FS, Midan DAR, Mohamed AF. Serum neopterin level in early onset neonatal sepsis. Am J Biosci. 2015;3(3):80.. Anggara MY, Gurnida DA, Effendi SH. Correlation between neopterin levels in premature infants with sepsis and the signs and symptoms of neonatal sepsis using the Töllner sepsis score. Pteridines. 20;25(2):4 52.. Baydar T, Yuksel O, Sahin TT, Dikmen K, Girgin G, Sipahi H, dkk. Neopterin as a prognostic biomarker in intensive care unit patients. J Crit Care. 200;24(3):318 21.. Tasdelen Fisgin N, Aliyazicioglu Y, Tanyel E, Coban AY, Ulger F, Zivalioglu M, dkk. The value of neopterin and procalcitonin in patients with sepsis. South Med J. 20;3(3):21. Global Medical and Health Communication, Vol. 5 No. 3 Tahun 201