ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT SEBAGAI PREDIKTOR SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT AS A PREDICTOR OF EARLY ONSET NEONATAL SEPSIS
|
|
- Deddy Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT SEBAGAI PREDIKTOR SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT AS A PREDICTOR OF EARLY ONSET NEONATAL SEPSIS Hijrah Harmansyah, Ema Alasiry, Dasril Daud Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat Korespondensi : Hijrah Harmansyah Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, HP : ( hijrahharmansyah@gmail.com)
2 Abstrak Angka kematian bayi baru lahir merupakan indikator kemajuan kesehatan suatu negara. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh peningkatan serta penurunan ANC pada bayi baru lahir dari ibu dengan faktor risiko infeksi terhadap kemungkinan terjadinya SNOD. Desain penelitian kohort prospektif periode Desember 2013 Juli Subjek penelitian adalah bayi baru lahir dari ibu dengan faktor risiko infeksi yang lahir di RS.Wahidin Sudirohudoso dan jejaringnya. Jumlah sampel dibagi menjadi 3 kelompok (ANC <1800/mm 3, ANC /mm 3 dan ANC > 5400/mm 3 ). Masing-masing kelompok dipantau hingga terjadi outcome SNOD maupun tidak SNOD di usia 72 jam. Dari hasil penelitian didapatkan diperoleh 120 sampel. Tidak terdapat hubungan bermakna antara berat badan lahir dan usia gestasi terhadap outcome dengan nilai p=0,554 dan p=0,184. Didapatkan hubungan sangat bermakna antara kelompok ANC >5400/mm 3 dan ANC /mm 3 terhadap outcome (p = 0,000; OR 8,143; IK 95% 2,440-27,173). Analisis ROC pada kelompok ANC tinggi, didapatkan titik potong > /mm 3 dengan sensitivitas 89,47%; spesifisitas 80,95%; NPP 80,95%; NPN 89,47%; p=0,000; OR 36,125; IK95% 5, ,224. Kata kunci: SNOD, ANC, faktor prediktor Abstract Neonatal mortality rate is an indicator of health progress in a country. The research aimed to identify the effect of the increase and decrease of the ANC in Newborn of maternal risk factors for infection to the possibility of EOS. The design was prospective cohort study during December 2013 to July The subjects were Newborn of maternal risk factors for infection who born in Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital and network. The number of samples were divided into 3 groups ( ANC <1800/mm 3,ANC /mm 3 and ANC> 5400/mm 3 ). Each group monitored until an outcome EOS or not EOS at the age of 72 hour. The incidence of early onset neonatal sepsis in group of ANC > 5400/mm 3 is higher than the other group of ANC /mm 3. There was a significant difference between the two groups with p value of (p <0.01), OR 8.143, CI 95% ( ). This study obtained 120 samples. There was no significant association between birth weight and gestational age on the outcome with p=0,554 and p=0,184. Obtained a highly significant relationship between the ANC >5400/mm 3 and ANC /mm 3 to the outcome (p=0,000; OR 8,143; 95%CI 2,440-27,173). ROC analysis at high ANC group, obtained cut of point /mm 3 with a sensitivity of 89,47%; specificity of 80,95%; PPV 80,95%; NPV 89,47%; p=0,000; OR 36,125; 95%CI 5, ,224. Keywords: EOS, ANC, predictor factor
3 PENDAHULUAN Kematian bayi baru lahir (BBL) merupakan indikator kemajuan kesehatan suatu negara (Aminullah., 2008). Menurut data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (2007), tercatat sebanyak 34 kematian per 1000 kelahiran; tahun 2011 ini tercatat 27,95 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Sulawesi Selatan AKB dilaporkan 495 atau 3,31 kematian per 1000 kelahiran hidup (DINKES SULSEL., 2009). Angka kematian BBL masih jauh dari target yang ditetapkan oleh RPJMN yaitu 26 per kelahiran hidup. Target Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDG s) yaitu 23 per kelahiran hidup (DEPKES RI., 2010). Meskipun infeksi dapat disebabkan oleh virus, jamur dan parasit namun infeksi bakteri berperan penting dalam sepsis neonatorum. Waktu paparan dapat terjadi selama dalam kandungan ( in utero), proses persalinan dan setelah lahir. Jika waktu paparan terjadi selama dalam kandungan atau proses persalinan dikelompokkan dalam sepsis neonatorum onset dini ( early onset) dan jika waktu paparan terjadi setelah lahir dikelompokkan sebagai sepsis neonatorum onset lambat ( late onset). Bila paparan ini berlanjut dan mikroorganisme penyebab memasuki aliran darah maka akan timbul respon tubuh mengeluarkan mikroorganisme tersebut. Berbagai respon sistemik tubuh akan memperlihatkan berbagai manifestasi klinis pada pasien, dan pada stadium lanjut menimbulkan perubahan fungsi organ tubuh. Hal ini tergantung pada virulensi kuman, perjalanan penyakit dan respon tubuh (Strunk, 2006; Aminullah, 2008). Sebagai respon terhadap infeksi bakteri, maka tubuh akan melepas neutrofil dari cadangannya di sumsum tulang ke sirkulasi yang selanjutnya akan bermigrasi ke tempat / sumber infeksi. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah netrofil di sirkulasi untuk menjamin ketersediaan netrofil untuk melakukan fagositosis terhadap bakteri. Namun, penelitian yang dilakukan pada binatang menunjukkan bahwa cadangan sumsum tulang neonatus sangat rendah. Hal ini menyebabkan terjadinya deplesi netrofil pada sepsis neonatorum, bahkan netrofil immatur dapat dijumpai di darah perifer. Monroe et al (2008), telah melaporkan neutropenia dan deplesi granulosit sumsum tulang pada neonatus yang terinfeksi
4 Streptococcus group B, baik pada manusia maupun hewan. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Bhandari et al (2007), justru menunjukkan bahwa absolute neutrophil count (ANC) lebih tinggi pada bayi baru lahir yang mengalami sepsis dibandingkan yang tidak mengalami sepsis. Sehingga penelitian tentang sejauh mana peranan absolute neutrophil count (ANC) sebagai prediktor sepsis neonatorum penting dilakukan. Saat ini pemeriksaan kultur darah merupakan gold standar untuk diagnosis sepsis neonatorum. Namun, umumnya hasil biakan akan diketahui setelah 3 sampai 5 hari dan keakuratannya masih dipertanyakan karena hasil yang positif maupun negatif dapat ditemukan pada infeksi bakteri umum maupun akibat kontaminasi. Di satu sisi, keterlambatan dalam diagnosis pasien berpotensi mengancam kelangsungan hidup bayi. Telah dilaporkan bahwa C reaktive protein (CRP) meningkat pada 50-90% pasien sepsis neonatorum tapi protein ini juga dapat meningkat pada berbagai kerusakan tubuh non infeksi dengan nilai spesifitas 84% dan sensitifitas 23%, pemeriksaan ini pun memerlukan teknologi kedokteran yang canggih dan biaya mahal (Bellig et al., 2008). Selain itu adapula pemeriksaan IT ratio yang dilaporkan meningkat > 90% pada bayi dengan sepsis, tetapi keadaan ini dapat pula ditemukan pada penyakit saluran napas non infeksius (Anwer et al., 2009). Untuk itu, perlu penelitian petanda inflamasi lain yang lebih cepat, mudah, sederhana dan murah, diantaranya adalah hitung netrofil atau absolute neutrophil count (ANC) dalam kaitannya dengan kejadian sepsis neonatorum onset dini (SNOD). Mengingat keterbatasan sarana pemeriksaan penunjang di sebagian besar daerah di negara kita, maka masih sangat perlu pemeriksaan / parameter laboratorium sederhana yang dapat memprediksi kejadian sepsis sehingga membantu dalam diagnosis dan penatalaksanaan sepsis neonatorum. Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian tentang absolute neutrophil count (ANC) sebagai prediktor terjadinya sepsis neonatorum onset dini (SNOD) belum pernah dilakukan di Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh peningkatan serta penurunan ANC pada bayi baru lahir terhadap kemungkinan terjadinya Sepsis Neonatorum Onset Dini (SNOD).
5 BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cohort prospektif untuk mengidentifikasi pengaruh peningkatan serta penurunan ANC pada bayi baru lahir terhadap kemungkinan terjadinya Sepsis Neonatorum Onset Dini (SNOD). Penelitian ini dilakukan di IRD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dan jejaringnya, dilaksanakan mulai bulan Desember 2013 Juli 2014 dengan mengukur nilai ANC serum awal yang dikelompokkan menjadi ANC tinggi, rendah dan normal pada BBL dari ibu dengan faktor risiko infeksi untuk melihat kejadian SNOD atau tidak SNOD sampai usia 72 jam. Cara pengambilan sampel adalah consecutive sampling yaitu subyek penelitian diperoleh berdasarkan urutan masuknya di rumah sakit. Subyek penelitian adalah semua BBL dari ibu dengan faktor risiko infeksi, memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah ANC dihitung dan dikelompokkan menjadi kelompok ANC 5400/mm 3, /mm 3 dan <1800/mm 3 dan setelah itu dilakukan pengamatan sampai terjadi sepsis neonatorum onset dini. Data diperoleh dengan mencatat usia gestasi, jenis kelamin, faktor risiko ibu, dan menghitung jumlah ANC setiap bayi. Selanjutnya dilakukan analisis data berdasarkan faktor risiko tersebut dengan metode statistik yang sesuai meliputi analisis bivariat yang terdiri dari uji student t atau mann whitnney dan uji X 2 (Chi square) atau Fisher Exact test. HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai Juli Telah diteliti 120 sampel yang memenuhi kriteria penelitian terdiri dari 69 (57,5%) laki-laki dan 51 (42,5%) perempuan. Terdapat 62 subjek (51,7%) dengan ibu demam dan 58 subjek (48,3%) ibu tidak demam. Ibu lekositosis yaitu 88 subjek (73,3%), sedangkan yang tidak lekositosis 32 subjek (26,7%). Ibu KPD sebanyak 61 subjek (50,8%) dan tidak KPD 59 subjek (49,2%). Terdapat 54 subjek (45,0%) subjek dengan warna ketuban keruh / hijau, sedangkan 66 subjek (55,0%) tidak disertai warna ketuban keruh / hijau. Karakteristik sampel yang ikut dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.
6 Nilai rerata ANC tinggi terhadap outcome pada tabel 2 memperlihatkan hubungan sangat bermakna dengan nilai p=0,000 (p<0,01). Hubungan kelompok ANC tinggi dan normal terhadap outcome dalam tabel 3 memperlihatkan frekuensi kejadian SNOD pada kelompok ANC 5400/mm 3 lebih tinggi dibandingkan kelompok ANC /mm 3 dengan nilai masing-masing 47,9% dan 10%. Analisis statistik memperlihatkan perbedaan bermakna dengan nilai p=0,000 (p<0,01); OR 8,143; IK 95% (2,440 7,173) yang menunjukkan bahwa kelompok ANC 5400/mm 3 mempunyai peluang 8,1 kali mengalami SNOD dibandingkan dengan kelompok ANC /mm 3. Penentuan titik potong pada kelompok ANC 5400/mm 3 menunjukkan nilai memiliki Area Under Curve (AUC) terbesar dengan nilai 0,852; dengan nilai sensitivitas 89,47%, spesifitas 80,96%, nilai prediksi positif 80,95%, nilai prediksi negatif 89,47%, dan nilai p=0,000 (p<0,01). Hasil analisis statistik ini tergambar dalam tabel 4. Evaluasi hasil analisis titik potong ANC >10710/mm 3 terhadap outcome diperlihatkan pada tabel 5. Frekuensi kejadian SNOD pada kelompok ANC >10710/mm 3 sebesar 89,5% dan frekuensi kejadian tidak SNOD pada kelompok ANC <10710/mm 3 sebesar 71%. Analisis statistik menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna antara titik potong nilai ANC >10710 /mm 3 dan kejadian SNOD dengan nilai p=0,000 (p<0,01). PEMBAHASAN Penelitian ini memperlihatkan perbedaan bermakna antara kelompok ANC 5400/mm 3 dibandingkan kelompok ANC /mm 3 dengan peluang 8,1 kali mengalami SNOD. Telah diteliti 120 sampel yang terdiri dari 69 subyek lakilaki dan 51 subyek perempuan. karakteristik sampel berupa jenis kelamin dan faktor risiko infeksi dari ibu menunjukkan nilai statistik yang tidak bermakna dengan nilai p>0,05. Hasil analisis statistik dalam karakteristik sampel ini, menunjukkan sampel yang homogen antara kelompok SNOD dan tidak SNOD. Terjadinya neutrofilia pada infeksi bakteri disebabkan oleh adanya aktivasi makrofag yang akan menghasilkan GM-CSF sehingga terjadi stimulasi
7 granulopoiesis dan peningkatan jumlah netrofil ke sirkulasi untuk melakukan fagositosis. Pada penelitian ini, kelompok ANC >5400/mm 3 didapatkan kejadian SNOD 8,1 kali lebih besar dibandingkan kelompok ANC /mm 3 dengan nilai p=0,000 ( p<0,01). Secara statistik, ini berarti ANC >5400/mm 3 sebagai faktor determinan untuk kejadian SNOD. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bhandari et al (2007), yang menunjukkan nilai ANC lebih tinggi pada bayi baru lahir yang mengalami SNOD dibandingkan tidak SNOD. Nilai ANC tinggi pada kelompok SNOD memiliki nilai median 14433/mm 3 dan rentangan /mm 3. Sedangkan pada kelompok tidak SNOD memiliki nilai median 7380/mm 3, dan rentangan /mm 3. Hasil uji statistik antara kedua kelompok menunjukkan perbedaan bermakna, dengan nilai p=0,000. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Bhandari et al (2007), yang memperoleh hasil median nilai ANC serum bayi SNOD secara signifikan lebih tinggi dibandingkan tidak SNOD, dengan nilai p<0,05. Hasil di atas juga sesuai dengan penelitian Schlapbach et al (2010), Frakking et al (2006), Dzwonek et al (2008), serta Mohamed et al (2011), yang mendapatkan nilai ANC tinggi berhubungan dengan kejadian SNOD dengan hasil yang berbeda bermakna secara statistik. Hasil analisis di atas menunjukkan terdapat kejadian tidak SNOD pada kelompok ANC tinggi, sehingga pengambilan keputusan untuk menentukan SNOD berdasarkan nilai ANC >5400/mm 3 masih heterogen. Untuk itu perlu dilakukan penilaian ulang ANC dengan nilai yang homogen terhadap kejadian SNOD. Selanjutnya dilakukan analisis ROC untuk mencari titik potong yang dapat memprediksi kejadian SNOD, didapatkan hasil titik potong nilai ANC antara titik hingga Hasil perhitungan ketepatan nilai ANC pada setiap titik potong menunjukkan memiliki Area Under Curve (AUC) terbesar 0,852; nilai sensitivitas 89,4%, nilai spesifisitas 80,96%, nilai prediksi positif 80,95%, nilai prediksi negatif 89,47%, dan nilai p=0,000. Untuk itu dipilih nilai ANC sebagai titik potong karena nilai terendah dari AUC tertinggi dan
8 setelah dilakukan analisis statistik diperoleh nilai OR yang tinggi pada kelompok ANC > Hasil ini menunjukkan nilai ANC >10710/mm 3 dapat digunakan sebagai faktor determinan SNOD dengan risiko tiga puluh enam kali lebih besar dibandingkan yang memiliki nilai ANC < 10710/mm 3. Hasil ini mendukung teori-teori sebelumnya yang menyatakan bahwa BBL dari ibu dengan faktor risiko infeksi dan memiliki nilai ANC tinggi berisiko mengalami sepsis neonatorum (Schlapbach et al., 2010). Pada bayi baru lahir imunitas nonspesifik yang memegang peranan penting dalam eliminasi kuman patogen, sehingga jika BBL yang memiliki nilai ANC tinggi dapat memprediksi proses infeksi berat yang sedang terjadi. Prediksi ini akan bertambah besar pada BBL dari ibu dengan risiko infeksi. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Kejadian SNOD lebih banyak dijumpai pada bayi dengan ANC tinggi dibandingkan dengan ANC normal maupun ANC rendah. Kejadian SNOD pada BBL dari ibu faktor risiko infeksi dengan nilai ANC >10710/mm 3 dapat digunakan sebagai faktor determinan SNOD tiga puluh enam kali lebih besar dibandingkan yang memiliki nilai ANC <10710/mm 3. Dari hasil penelitian ini, maka disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan nilai ANC yang diukur secara serial untuk mendeteksi perubahan nilai ANC serum BBL dan saat bayi mengalami sepsis guna menjelaskan patomekanisme sistem imun BBL..
9 DAFTAR PUSTAKA Anwer., Khurshid., Mustafa., & Sulthan. (2009). Rapid Identification of neonatal sepsis. Diakses 5 Oktober Available from: Aminullah A. (2008). Sepsis pada Bayi Baru Lahir. Jakarta: IDAI. Bellig L. & Ohning BL. (2008). Neonatal Sepsis. Diakses 17 November Available from: Bhandari V., Wang C., Rinder C., & Rinder H. (2007). Hematologic Profile of Sepsis in Neonates: Neutrophil CD64 as a Diagnostic Marker. Diakses 10 November Available from: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Diakses 12 Desember Available from: Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. (2009). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Diakses 14 Agustus Available from: Dzwonek AB., Neth OW., Thiebaut R., Gulczynska E., Chilton M., & Hellwig T. (2008). The Role of Mannose-Binding Lectin in Susceptibility to Infection in Preterm Neonates. Philadelphia. International Pediatric Research Foundation. Frakking FNJ., Brouwer N., Eijkelenburg NKA., Merkus MP., Kuijpers TW., Offringa M., et al. (2006). Low Mannose-binding Lectin (MBL) Levels in Neonates with Pneumonia and Sepsis. Diakses 8 Juni Available from: /j x/full.pdf Mohamed WAW. & Saeed MA. (2011). Mannose-Binding Lectin Serum Levels in Neonatal Sepsis and Septic Shock. Diakses 17 Oktober Available from: Monroe BL., et al. (2008). The neonatal blood count in health and disease. Philadelpia: J Pediatr. Schlapbach LJ., Mattmann M., Thiel S., Boillat C., Otth M., Nelle M., et al. (2010). Differential Role of the Lectin Pathway of Complement Activation in Susceptibility to Neonatal Sepsis. Moscow. AAP Strunk T. & Burgner D. (2006). Genetic Susceptibility to Neonatal Infection. Current Opinion in Infection Disease. Diakses 22 Februari Available from: ceptibilityto neonatalinection.7.aspx
10 Tabel 1. Karakteristik sampel Karaktersitik Sampel Outcome SNOD Tidak SNOD Jenis Kelamin Laki-laki 19 (15,8%) 50 (41,7%) Perempuan 11 (9,2%) 40 (33,3%) Suhu Ibu Demam 16 (13,3%) 46 (38,3%) Tidak Demam 14 (11,7%) 44 (36,7%) Leukosit Ibu Leukositosis 23 (19,2%) 65 (54,2%) Normal 7 (5,8%) 25 (20,8%) Ketuban Pecah Dini (KPD) KPD 15 (12,5%) 46 (38,3%) Tidak KPD 15 (12,5%) 44 (36,7%) Warna Ketuban Keruh 15 (12,5%) 39 (32,5%) Jernih 15 (12,5%) 51 (42,5%) Total 69 (57,5%) 51 (42,5%) 62 (51,7%) 58 (48,3%) 88 (73,3%) 32 (26,7%) 61 (50,8%) 59 (49,2%) 54 (45%) 66 (55%) Nilai P 0,455 0,833 0,634 0,916 0,525 Tabel 2 : Nilai rerata ANC tinggi terhadap outcome ANC tinggi Outcome (> 5400/mm 3 ) SNOD Tidak SNOD Mean Median Simpang baku Rentangan Uji Mann-Whitney = 48,000 z = -4,103 p = 0,000
11 Tabel 3. Hubungan kelompok ANC tinggi dan normal terhadap outcome Nilai ANC Outcome SNOD Tidak SNOD Total ANC Tinggi 19 (47,5%) 21 (52,5%) 40 (100%) ANC Normal 4 (10,0%) 36 (90,0%) 40 (100%) Total 23 (28,8%) 57 (71,3%) 80 (100%) Chi-square(X 2 ) = 13,730 df = 1 p = 0,000 OR = 8,143 IK95% = 2,440-27,173 Tabel 4. Sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif dari setiap titik potong ANC tinggi ANC (/mm 3 ) Sensitivitas (%) Spesifitas (%) NPP (%) NPN (%) AUC ,47 71,42 73,91 88,23 0,805 0, ,47 76,19 77,27 88,88 0,828 0, ,47 80,95 80,95 89,47 0,852 0, ,21 80,95 80,00 85,00 0,826 0, ,95 78,94 80,95 0,799 0, ,68 80,95 73,68 80, , ,68 85,71 73,68 85, , ,42 90,47 68,42 90, ,001 NPP: Nilai Prediksi Positif NPN: Nilai Prediksi Negatif AUC: Area Under The Curve p Tabel 5. Evaluasi hasil analisis titik potong ANC tinggi > 10710/mm 3 terhadap outcome ANC (/mm3) SNOD Tidak SNOD n (%) n (%) > (89,5) 4 (19) < (10,5) 17 (71) Total 19 (100) 21 (100) Chi-Square(X 2 ) = 19,839 p = 0,000 OR = 36,125 (IK95% 5, ,224)
MANNOSE-BINDING LECTIN SEBAGAI PREDIKTOR SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI MANNOSE-BINDING LECTIN AS A PREDICTOR EARLY ONSET SEPSIS
MANNOSE-BINDING LECTIN SEBAGAI PREDIKTOR SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI MANNOSE-BINDING LECTIN AS A PREDICTOR EARLY ONSET SEPSIS Rafika Mansyur, Ema Alasiry, Dasril Daud Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas kedokteran,
Lebih terperinciJST Kesehatan, Oktober 2013, Vol.3 No.4 : ISSN MANNOSE-BINDING LECTIN SEBAGAI PREDIKTOR SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI
JST Kesehatan, Oktober 2013, Vol.3 No.4 : 372 379 ISSN 2252-5416 MANNOSE-BINDING LECTIN SEBAGAI PREDIKTOR SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI Mannose-Binding Lectin as a Predictor Early Onset Sepsis Rafika Mansyur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun dari mikroorganisme di dalam darah dan munculnya manifestasi klinis yang dihasilkan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SEPSIS PADA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG. Enderia Sari 1), Mardalena 2)
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SEPSIS PADA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG Enderia Sari 1), Mardalena 2) 1)2) Enderia Sari,Stikes Muhammadiyah Pelembang, Email : Enderia_sari@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis yang merupakan suatu respon tubuh dengan adanya invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan
Lebih terperinciUKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara global, sepsis masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada neonatorum, yaitu 40 % dari kematian balita di dunia dengan kematian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN adalah 32 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan target Millenium
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan bayi merupakan salah satu indikator yang sensitif untuk menilai kesehatan masyarakat di suatu negara. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) pada lebih dari satu dasawarsa mengalami penurunan sangat lambat dan cenderung stagnan di beberapa negara sedang berkembang, oleh karena jumlah
Lebih terperinciKata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado
HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, 2,8 juta kematian neonatus terjadi secara global. Penurunan angka mortalitas neonatus menurun
Lebih terperinciKEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA
PERBANDINGAN KADAR SOLUBLE fms-like TYROSINE KINASE 1 (sflt1) SERUM KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA Amillia Siddiq, Johanes C.Mose,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian A.1. Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah Ilmu Bedah khususnya tentang appendisitis. A.2. Waktu Penelitian Penelitian
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD
HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Sepsis merupakan suatu sindrom klinis infeksi yang berat dan ditandai dengan tanda kardinal inflamasi seperti vasodilatasi, akumulasi leukosit, dan peningkatan
Lebih terperinciNeopterin Serum sebagai Prediktor Dini Luaran Perburukan pada Sepsis Neonatorum
ARTIKEL PENELITIAN Global Medical and Health Communication (GMHC) Online submission: http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/gmhc GMHC. 201;5(3):241 DOI: http://dx.doi.org/.2313/gmhc.v5i3.31 pissn 2301-3
Lebih terperinciHUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH Liza Salawati Abstrak. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom respons inflamasi sistemik atau yang lebih dikenal dengan istilah systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons inflamasi tubuh yang
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. angka kesakitan dan angka kematian yang tinggi. 1. mematikan namun dapat dihindari. Berdasarkan laporan World Health
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan problem kesehatan yang serius yang menyebabkan angka kesakitan dan angka kematian yang tinggi. 1 Merokok adalah penyebab kematian satu dari sepuluh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.
35 BAB III METODE PENELITIAN III.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. III.2. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan dan kematian pada anak. 1,2 Watson dan kawan-kawan (dkk) (2003) di Amerika Serikat mendapatkan
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS
16 BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Teori Patogenesis Definisi Inflamasi KGB yang disebabkan oleh MTB Manifestasi Klinis a. keras, mobile, terpisah b. kenyal dan terfiksasi
Lebih terperinciPERBEDAAN LUARAN JANIN PADA PERSALINAN PRETERM USIA KEHAMILAN MINGGU DENGAN DAN TANPA KETUBAN PECAH DINI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
PERBEDAAN LUARAN JANIN PADA PERSALINAN PRETERM USIA KEHAMILAN 34-36 MINGGU DENGAN DAN TANPA KETUBAN PECAH DINI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Hematologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
44 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik untuk membandingkan sensitivitas dan spesifisitas antara serum NGAL dan serum cystatin C dalam mendiagnosa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Bedah. 3.1.2 Ruang Lingkup Waktu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, patogen yang umum dijumpai adalah Streptococcus pneumoniae dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit infeksi jaringan parenkim paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan protozoa. Dari beberapa jenis patogen tersebut, patogen
Lebih terperinciBAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007
50 BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian akan dilakukan di Bangsal Rawat Inap UPF Penyakit
Lebih terperinciKARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH
KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH Supiati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan Abstract: Age, Parity, Incidence of LBW. One indicator
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. Subyek penelitian adalah 48 neonatus dengan hiperbilirubinemia. Jenis kelamin
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Karakteristik subyek penelitian Subyek penelitian adalah 48 neonatus dengan hiperbilirubinemia. Jenis kelamin subyek terdiri atas 26 bayi (54,2%) laki-laki dan 22 bayi (45,8%)
Lebih terperinciABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011
ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011 Alvin Ferbian S. 2012. Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara, dr., Sp. OG Pembimbing II : Winny
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka angka kematian bayi (AKB) pada saat ini masih menjadi persoalan di Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan
79 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan September 2010 sampai dengan bulan Februari 2011 di Poli Rawat
Lebih terperinciINSIDENSI INFEKSI BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN LAMA KETUBAN PECAH DINI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI
INSIDENSI INFEKSI BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN LAMA KETUBAN PECAH DINI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RIKA ERNAWATI G0011172 FAKULTAS
Lebih terperinciHUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014.
HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014 Oleh : PUTRI YUNITA SIREGAR 120100359 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ukuran keberhasilan suatu pelayanan kesehatan tercermin dari penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka terendah yang dapat dicapai sesuai
Lebih terperinciABSTRAK INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005
ABSTRAK INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005 Astri Maulani, 2007; Pembimbing I: Bambang Hernowo, dr.,sp.a.,m.kes. Pembimbing
Lebih terperinciSKRIPSI. FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (Studi Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Kendangsari Surabaya)
SKRIPSI FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (Studi Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Kendangsari Surabaya) Oleh : ANJAS DWI PURWANTO NIM. 101311123085 UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20
70 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 41 penderita stroke iskemik. Subyek penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20 (48,8%). Rerata (SD) umur penderita stroke
Lebih terperinciCAPILLARY REFILL TIME, MANIFESTASI PERDARAHAN DAN ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT SEBAGAI PREDIKTOR BAKTEREMIA PADA SEPSIS NEONATAL
CAPILLARY REFILL TIME, MANIFESTASI PERDARAHAN DAN ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT SEBAGAI PREDIKTOR BAKTEREMIA PADA SEPSIS NEONATAL CAPILLARY REFILL TIME, BLEEDING MANIFESTATION, AND ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT
Lebih terperinciHUBUNGAN KEPATUHAN HAND HYGIENE TENAGA KESEHATAN DAN KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI HCU NEONATUS RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN KEPATUHAN HAND HYGIENE TENAGA KESEHATAN DAN KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI HCU NEONATUS RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran GISELA
Lebih terperinciPERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI
PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI SA Putri, Nurdjaman Nurimaba, Henny Anggraini Sadeli, Thamrin Syamsudin Bagian
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA STATUS ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALMAHERA, SEMARANG
HUBUNGAN ANTARA STATUS ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALMAHERA, SEMARANG Hillary Meita Audrey 1, Aryu Candra 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUD Kota
BAB V HASIL PENELITIAN Jumlah sampel pada penelitian ini setelah melewati kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebanyak 70 subyek yang terdiri dari kelompok suplementasi dan kelompok tanpa suplementasi.
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Tropis. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium Development Goals/MDGs
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan selama siklus hidup manusia. Gangguan gizi pada awal kehidupan akan mempengaruhi kualitas kehidupan
Lebih terperinciThe Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013
Artikel Article : Hubungan Antara Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Pencegahan Dengan Kejadian Malaria Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kema Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2013 : The Relation Between
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons tubuh terhadap invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan endotoksin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatal merupakan penyebab penting morbiditas, lamanya tinggal di rumah sakit, dan kematian pada bayi. 1 Pola penyakit penyebab kematian menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh populasi. 1 Wanita hamil merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anemia merupakan masalah kesehatan global yang mempengaruhi derajat kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih menjadi masalah
Lebih terperinciABSTRAK. Pembimbing II : Penny S M., dr., Sp.PK., M.Kes
iv ABSTRAK UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI IgM ANTI SALMONELLA METODE IMBI DAN RAPID TEST TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID Gabby Ardani L, 2010.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 10 oktober- 12 november 2012. Data merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit (PDPI,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, disiplin ilmu yang dipakai adalah obstetri dan ginekologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian
Lebih terperinciHEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Hubungan Obesitas Sentral Sebagai Salah Satu Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner Pada Usia 40-60 Tahun Di RSUP H.Adam Malik, Medan. Oleh: HEMAKANEN NAIR A/L VASU 110100413 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis adalah puncak interaksi kompleks mikroorganisme penyebab infeksi dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE, 2000).The American College
Lebih terperinciPERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT TERBUKA DAN KASA KERING DENGAN LAMA PELEPASAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR KARYA TULIS ILMIAH
PERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT TERBUKA DAN KASA KERING DENGAN LAMA PELEPASAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Dian Puspita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Rawat inap ulang merupakan masalah kesehatan yang penting. Hal ini disebabkan karena morbiditas yang bermakna dan mempengaruhi pembiayaan kesehatan yang meningkat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asfiksia neonatal merupakan masalah global yang berperan dalam meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Insidensi asfiksia di negara maju 1,1 2,4 kasus
Lebih terperinciJUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 3-5 TAHUN DI TK PERMATA HATI TAHUN 2015 Sun Aidah Andin Ajeng Rahmawati Dosen Program Studi DIII Kebidanan STIKes Insan Cendekia Husada Bojonegoro
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK Yumeina Gagarani 1,M S Anam 2,Nahwa Arkhaesi 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, imunologi, dan mikrobiologi RSUP dr.kariadi Semarang
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ilmu Kesehatan Anak, imunologi, dan mikrobiologi RSUP dr.kariadi Semarang 4.2 Rancangan, Jenis dan Desain penelitian Penelitian menggunakan rancangan/metoda
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Karakteristik dasar subyek penelitian Penelitian dilakukan sejak 22 Juni 2016 sampai 1 Agustus 2016 di Puskesmas Pandak I Bantul. Sampel penelitian
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik Subyek Penelitian Pengambilan sampel dilakukan pada bulan April 2009 sampai Januari 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam
Lebih terperinciABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung
ABSTRAK Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung Ananda D. Putri, 2010 ; Pembimbing I : H. Edwin S., dr, Sp.PD-KKV FINASIM
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
Lebih terperinciOleh: Esti Widiasari S
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN INJEKSI DEPOT-MEDROXYPROGESTERONE ACETATE (DMPA) DENGAN KADAR ESTRADIOL PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Lebih terperinciPERBEDAAN ANGKA KEJADIAN RISIKO ASFIKSIA NEONATORUM ANTARA BAYI KURANG BULAN DENGAN BAYI CUKUP BULAN PADA BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)
PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN RISIKO ASFIKSIA NEONATORUM ANTARA BAYI KURANG BULAN DENGAN BAYI CUKUP BULAN PADA BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
FAKTOR RISIKO PREMATURITAS YANG BERPENGARUH TERHADAP LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL BERDASARKAN USIA KEHAMILAN Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2013 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN... 35
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PNGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI USULAN PENELITIAN... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... v ABSTRAK... vi ABTRACT... vii RINGKASAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta dolar Amerika setiap tahunnya (Angus et al., 2001). Di Indonesia masih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepsis merupakan satu dari sepuluh penyebab kematian di Amerika Serikat (AS). Diperkirakan terdapat 751.000 kasus sepsis berat setiap tahunnya di AS dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PERSALINAN DENGAN TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PERSALINAN DENGAN TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2013 31 DESEMBER 2013 Amanda Haryanto, 2014 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes.
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG Anni Suciawati* *Fakultas Kesehatan Prodi Kebidanan Universitas Nasional Email Korespodensi:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas pelayanan kesehatan sangat berkaitan erat dengan kejadian kematian pada neonatus. Penyebab utama kematian neonatus berhubungan secara intrinsik dengan kesehatan
Lebih terperinciLatviya Rahmani Husein Putri 1, Supriyatiningsih 2. Yogyakarta ABSTRACT
THE COMPARISON OF URINARY TRACT INFECTION INCIDENCE AS A RISK FACTOR BETWEEN PRETERM PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANES (PPROM) AND PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANES (PROM) Latviya Rahmani Husein Putri 1, Supriyatiningsih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepsis terbanyak setelah infeksi saluran nafas (Mangatas, 2004). Sedangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan masalah kesehatan yang serius mengenai jutaan populasi manusia setiap tahunnya. ISK merupakan penyebab sepsis terbanyak setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penurunan AKB (Angka Kematian Bayi) di Indonesia memang mengalami kemajuan yang cukup bermakna, namun demikian tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Hal ini dikaitkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi derajat kesehatan di suatu wilayah digambarkan dalam berbagai indikator derajat kesehatan. Indikator yang dinilai dan telah disepakati secara nasional sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komplikasi persalinan pada ibu dan bayi baru lahir sebagai faktor penyebab tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam pertolongan persalinan
Lebih terperinciHUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN Khotijah, Tri Anasari, Amik Khosidah Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto Prodi D3 Kebidanan Email : dindaamik@yahoo.com Abstract:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita
Lebih terperinciDAFTAR ISI. SAMPUL DALAM i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK. vi ABSTRACT... vii RINGKASAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health Organisation (WHO) angka kematian dan kesakitan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN TERJADINYA SEPSIS NEONATORUM DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN TERJADINYA SEPSIS NEONATORUM DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DANNY INDRAWARMAN J500070078 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciPerbedaan Tingkat Akurasi dan Selisih Berbagai Rumus Taksiran Berat Janin dan USG dengan Berat Lahir Bayi di RSKIA Sadewa Yogyakarta
Perbedaan Tingkat Akurasi dan Selisih Berbagai Rumus Taksiran Berat Janin dan USG dengan Berat Lahir Bayi di RSKIA Sadewa Yogyakarta Vitrianingsih, Hartini Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Respati
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Pada penelitian ini didapatkan insiden terjadinya dermatitis atopik dalam 4 bulan pertama
72 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Insiden Pada penelitian ini didapatkan insiden terjadinya dermatitis atopik dalam 4 bulan pertama kehidupan adalah 10,9%. Moore, dkk. (2004) mendapatkan insiden dermatitis atopik
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. RSUP Dr. Kariadi Semarang telah dilaksanakan mulai bulan Mei 2014
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Pengambilan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kelangsungan hidup bayi dan anak. Bayi menjadi fokus dalam setiap program kesehatan karena
Lebih terperinciPERBANDINGAN SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS KADAR CRP DAN LED PADA PASIEN RHEUMATOID ARTRITIS DI RSUD. DR. PRINGADI
PERBANDINGAN SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS KADAR CRP DAN LED PADA PASIEN RHEUMATOID ARTRITIS DI RSUD. DR. PRINGADI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana
Lebih terperinciABSTRAK. UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID
ABSTRAK UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID Melisa, 2010, Pembimbing I : Penny S.M., dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa depan suatu bangsa dipengaruhi oleh kesejahteraan ibu dan anak, kesejahteraan ibu dan anak dipengaruhi oleh proses kehamilan, persalinan, postpartum (nifas), BBL
Lebih terperinci