BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu dalam mencerdaskan kehidupan bangsa tersebut pendidikan menjadi bagian yang penting untuk kemajuan suatu bangsa, pendidikan merupakan tumpuan harapan dalam pembentukan dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama dan gender. Dengan demikian, pemerataan dan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki keterampilan hidup (life skill) sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal dan mengatasi masalah. Persoalan pendidikan masih dihadapi oleh bangsa Indonesia seperti yang diungkapkan oleh Mansur Muslih (2007: 11) bahwa persoalan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Mutu pendidikan secara umum dapat terlihat dari mutu pembelajaran, oleh karena itu peningkatan mutu pembelajaran berarti memaksimalkan tujuan pembelajaran. Pendidikan seharusnya harus difungsikan sebagai instrumen untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pengembangan sektor pendidikan seharusnya 1
menghasilkan sistem nilai yang positif untuk membangun bangsa yang berkualitas sehingga dapat tercipta masyararakat yang terdidik. Masyarakat terdidik dapat menciptakan sebuah komunitas yang mau diajak berubah dalam rangka mengembangkan dan membangun sistem kehidupan yang adil, sejahtera, dan aman bagi seluruh warga negara Indonesia. Dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, maka manjemen sekolah menjadi penting untuk dikelola secara efektif dan efesien. Pengelolaan atau manajemen sekolah akan efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang professional dalam pengelolaan sekolah, kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan karakteristik siswa, kemampuan dan tanggung jawab terhadap tugas tenaga kependidikan yang handal, sarana-prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar. Bila salah satu hal di atas tidak sesuai dengan yang diharapkan atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pengelolaan atau manajemen sekolah yang baik juga akan memberikan arahan dalam pelaksanaan suatu program sekolah. Mengintegrasikan semua sumber daya baik personal maupun material dengan terencana dalam pendidikan untuk mencapai pendidikan secara efektif dan efesien. Dalam era otonomi daerah yang diatur dalam PP no 25 Th. 2000 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah Otonom, yang memberikan kewenangan kepada daerah otonom untuk mengatur dan dan mengurus kepentingan masyarakat sesuai dengan aspirasi masyarakat sendiri. Pada saat ini pemerintah lebih menyerahkan kebijakan mengenai pendidikan diserahkan kepada 2
daerah masing-masing karena masing-masing daerah mempunyai potensi sendiri sehingga dapat menjadi keunggulan lokal jika manajemennya dikelola dengan baik. Manajemen berbasis lokal ini dapat menjadikan sekolah juga mempunyai keleluasaan untuk mengelola sekolah mereka sendiri. Manajemen (berbasis) sekolah memberikan keluluasaan kepala sekolah untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi komponen-komponen pendidikan suatu sekolah, yang meliputi input siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, saranaprasarana, dana, lingkungan, dan kegiatan belajar-mengajar. Hal tersebut akan memberikan kewenangan kepala sekolah untuk mempunyai peran yang sangat signifikan dalam mengelola sekolah yang dipimpinya. Peran kepala sekolah dalam pengeloaan sekolah yang dipimpinnya menjadi sangat besar karena pemerintah sudah mengurangi perannya di sekolah-sekolah. Hal tersebut sesuai dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sangat memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mengatur sekolah sesuai denga visi misi yang ingin diwujudkan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Permendiknas/no 22/2006, tentang Standar Pendidikan dan Permendiknas no 23/2006 tentang standar kompetensi mengantar kemunculan KTSP 2006. Tahun pelajaran 2006/2007 Depdiknas meluncurkan KTSP atau kurikulum 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masingmasing satuan pendidikan (PP No 19 Pasal 1 ayat 15). KTSP dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan daerah, potensi sekolah/daerah, karakteristik 3
sekolah/daerah sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik (Mulyasa, 2006:8). KTSP merupakan pengembangan kurikulum yang mendekatkan dengan pembelajaran yakni sekolah dan satuan pendidikan dan sekolah mempunyai kewenangan yang besar untuk mengelola proses pembelajaran sendiri. Penyeragaman kurikulum yang pernah diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia berimplikasi pada beberapa kenyataan bahwa sekolah di daerah pertanian sama dengan sekolah yang berada di daerah pantai, sekolah di daerah industri sama dengan di wilayah pariwisata, sehingga kurikulum tersebut menjadi kurang kontekstual, dan tidak memberikan kompetensi yang cukup untuk mengembangkan diri dengan keunggulan yang ada di daerahanya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan. KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan diharapkan memiliki tanggungjawab yang memadai (Mulyasa, 2006: 9). Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa KTSP memberikan keluasan untuk merancang, mengembangkan dan menerapkan kurikulum sesuai dengan situasi, kondisi dan potensi keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah. Sekolah bisa mengembangkan standar lebih tinggi dari standar isi dan standar kelulusan. KTSP juga mendorong para guru, kepala sekolah dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan sekolah. KTSP juga sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan 4
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa. Sesuai dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Peraturan Mendiknas No 24 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sekolah diwajibkan menyusun kurikulumnya sendiri. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan semangat otonomi dan desentralisasi memberikan keleluasaan pengelola sekolah untuk mengembangkan kurikulum sendiri, KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan dan diharapakan memiliki tanggungjawab yang memadai. Otonomi pengelola sekolah mengandung arti bahwa pengelola mengelola sekolah sesuai dengan potensi yang dimiliki, sehingga kemandirian sekolah merupakan semangat yang diusung dalam KTSP ini. Peningkatan mutu sekolah sangat tergantung dari pengelola sekolah itu sendiri terutama guru dan kepala sekolah. Kepala sekolah memiliki peranan yang signifikan karena kepala sekolah menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Kepala sekolah merupakan motor penggerak semua elemen di sekolah terutama guru. Dalam hal ini guru dituntut untuk kreatif serta inovatif dalam pembelajaran, guru dituntut harus mampu merencanakan sendiri materi pelajarannya untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Kompetensi guru sangat ditekankan dalam Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP), kompetensi dalam pengelolaan kelas, metode mengajar juga dalam administrasi pengajaran. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mempunyai spirit memberdayakan dan memberi kepercayaan kepada guru dalam proses pembelajaran 5
kepada siswa. Oleh karena itu kreatifitas guru dalam proses kegiatan belajar mengajar menjadi sangat penting dalam keberhasilan tujuan pembelajaran. Metode mengajar yang bervariasi menjadi keharusan agar materi yang disampaikan dapat dipahami dengan mudah oleh para siswa. Maka dari itu kemampuan guru menguasai metode bagaimana menyampaikan materi akan menjadi kunci kesuksesannya dalam mengajar. Dalam KTSP tidak ada aturan-aturan yang ketat dalam proses pengembangan kurikulum, yang ada hanyalah rambu-rambu berkenaan dengan pencapaian Standar Kompetensi sebagaimana tertuang dalam Permendiknas No. 23 tahun 2006, selebihnya menjadi kewenangan guru dalam proses pengembangannya. Tugas guru sebagai profesi menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan. Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan ketrampilan tertentu. Kemampuan dan keterampilan tersebut sebagai bagian dari kompetensi profesionalisme guru. Ada empat kompetensi yang dimiliki guru, diantaranya adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran siswa yang sekurang-kurangnya meliputi: a). pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, b) pemahaman terhadap peserta didik, c) pengembangan kurikulum atau silabus, c) perencanaan pemeblajaran, d) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, e) pemanfaatan teknologi pembelajaran, f) evaluasi hasil belajar dan g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimiliknya 6
(Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 pasal 3 dan 4). Berdasarakan peraturan pemerintah yang diungkapakan diatas maka peran guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat signifikan, karena guru yang memerankan dalam perencanan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran. Berdasarkan Undang-Undang No.20 tahun 2003 guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi, yaitu sebagai komponen terdepan yang berperan langsung dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga perlu memiliki semangat kerja dan kemampuan profesional. Kemampuan guru dapat terlihat dalam cara pengelolaan kelas, penguasaan kurikulum, penggunaan metode dan teknik pembelajaran, pembuatan administrasi dan evaluasi. Efektif atau tidaknya kinerja guru perlu mendapat perhatian semua pihak, terutama kepala sekolah sebagai pengelola pendidikan hendaknya berupaya untuk meningkatkan prestasi kerja guru dan tenaga kependidikan lainnya. Guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat berat terhadap kemajuan dan peningkatan kompetensi siswa. Namun dari wawancara dengan guru didapatkan informasi secara umum bahwa pembinaan kepala sekolah kepada guru kurang maksimal. Peran kepala sekolah dalam KTSP harus selalu berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru, seperti yang diungkapkan oleh Mulyasa (2006: 35) bahwa kepala sekolah dan guru merupakan key person keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu monitoring dari kepala sekolah kepada guru sangat diperlukan agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Tugas dan tanggung jawab guru dalam kurikulum ini bertambah berat, 7
karena KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan ujung tombaknya adalah guru. Kepala sekolah memiliki tugas mengembangkan dan meningkatkan kompetensi profesional guru. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru maka kepala sekolah harus menunjukkan komitmen yang tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar disekolahnya. Keterlibatan kepala sekolah dan guru dalam pengambilan keputusan akan membangkitkan rasa kepemilikan yang lebih tinggi terhadap sekolah, sehingga mendorong mereka untuk mendayagunakan sumber daya yang ada seefesien mungkin untuk mencapai hasil maksimal (Mulyasa, 2005:34). Oleh karena itu kerjasama yang baik antara kepala sekolah dan guru dapat mewujudkan pendidikan yang baik di sekolah. Kepala sekolah berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Guru merupakan pelaksana pendidik, untuk itu kepala sekolah harus benar-benar menjalin komunikasi aktif dan setiap saat mengadakan evaluasi terhadap tugas pengajaran yang sudah dilaksanakan guru. Agar guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka sedikit banyaknya kepala sekolah harus mengetahui dan memberikan motivasi. Sebagaimana ditegaskan oleh PP No 19 tahun 2005 Pasal 57 bahwa supervisi meliputi supervisi manajerial dan akademik dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas atau penilik satuan pendidian dan kepala satuan pendidikan (Syaiful Sagala, 2010: 134). Dari pernyataan diatas bahwa kepala sekolah dalam tugasnya 8
sebagai supervisi manjerial dan akademik harus melaksanakan monitoring atau bimbingan secara teratur dan berkelanjutan, sehingga monitoring tersebut dapat meningkatkan kompetensi guru dalam penyusunan proses pembelajaran yang dirancang dalam rangka mencapai kompetensi siswa yang diinginkan. Dalam PP No 19 tahun 2005 tersebut dijelaskan bahwa pelaksana supervisi adalah pengawas atau penilik dan kepala sekolah, sehingga monitoring proses pembelajaran guru merupakan kewajiban kepala sekolah. Kepala sekolah seyogyanya dapat membangkitkan kreatifitas guru sehingga kompetensi guru akan meningkat. Kepala sekolah juga harus mampu menciptkan iklim kerja yang kondusif sehingga memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerja dan berani melakukan perubahan-perubahan yang inisiatif di sekolahnya termasuk dalam perubahan dengan hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensinya. Untuk itu kualitas kepemimpinan kepala sekolah serta profesionalisme guru sangat dituntut, agar pelaksanaan KTSP dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan kurikulum itu sendiri. Dari hal diatas disimpulkan bahwa peran kepala sekolah merupakan hal yang penting dalam berjalannya kurikulum sesuai dengan tujuannya. Kepala sekolah memiliki peranan yang strategis dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, kompetensi guru yang meningkat dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Upaya peningkatan mutu sekolah dapat terganjal dengan kurangnya kualitas kemampuan kepemimpinan kepala sekolah dan pengawas sekolah. Minimnya kemampuan supervisi kepala sekolah dapat menghambat potensi 9
guru dalam mengembangkan kemampuan belajar mengajar dan pengembangan profesi sebagai guru. Pelaksanaan supervisi yang kurang akan menghambat kemampuan profesional guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang baik. Oleh karena itu bimbingan kepala sekolah kepada guru masih sangat dibutuhkan sehingga proses pembelajaran di dalam kelas dapat berjalan dengan baik. Peran kepala sekolah bukan hanya menilai kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru dalam dalam mengembangkan kemampuan profesionalismenya.hal tersebut sangat penting bagi guru sebagai umpan balik untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran selanjutnya. Peneliti mendapat informasi dari wawancara dengan beberapa guru madrasah di kota Yogyakarta bahwa guru mempersiapakan proses pengembangan dalam metode mengajar dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Peneliti juga mendapatkan informasi bahwa guru sudah melaksanakan penyusunan silabus dan mengembangkannya sebagai penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi standar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dari wawancara tersebut juga terungkap bahwa madrasah sudah memberikan pelatihanpelatihan kepada guru dalam peningkatan kompetensi mengajar para guru. Dalam pelatihan-pelatihan guru diberi penjelasan bagaimana menyusun perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Guru juga harus mempunyai kompetensi dalam mengelola aktivitas pembelajaran, guru harus melaksanakan aktivitas strategik. Selain kemampuan perencanaan, pelaksanaan juga 10
harus ada kemampuan guru dalam evaluasi pembelajaran yang akan mengukur ketercapaian materi yang disampaikan. Guru dituntut lebih kreatif, inovatif tidak merasa sebagai teacher center, menempatkan siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi sebagai subjek belajar dan pada akhirnya bermuara pada proses pembelajaran benar-benar dihayati oleh karena itu kewenangan guru sangat besar dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dimana guru menjadi ujung utama keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu kepala sekolah mempunyai kewajiban membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya dalam memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan ketrampilan mengajar. Secara umum tugas dan peran kepala sekolah memiliki lima dimensi sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala sekolah/madrsah menegaskan bahwa seorang kepala sekolah/madrasah harus memiliki kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan mutu mengajar guru meningkat antara lain adalah peran kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan kepada guru, oleh karena itu peneliti mencoba mengkaji masalah supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah. Supervisi akademik merupakan salah satu tugas kepala sekolah dalam membina guru melalui fungsi pengawasan. Dari latar belakang yang dikemukakan di atas maka mendorong peneliti untuk meneliti peran supervisi akademik kepala sekolah dalam implementasi KTSP di Madrasah Aliyah di Kota Yogyakarta. 11
B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Belum ada informasi tentang seberapa besar peran supervisi akademik kepala sekolah di Madrasah Aliyah Kota Yogyakarta dalam persiapan pembelajaran. 2. Belum ada informasi tentang seberapa besar peran supervisi akademik kepala sekolah di Madrasah Aliyah Kota Yogyakarta dalam pelaksanaan pembelajaran. 3. Belum ada informasi tentang seberapa besar peran supervisi akademik kepala sekolah di Madrasah Aliyah Kota Yogyakarta dalam evaluasi pembelajaran pembelajaran. 4. Belum ada informasi tentang bagaimana cara kepala sekolah di Madrasah Aliyah Kota Yogyakarta dalam melaksanakan supervisi akademik. C. PEMBATASAN MASALAH Dilihat dari identifikasi masalah diatas dan agar mendapatkan temuan yang mendalam, maka peneliti membatasi masalah pada peran supervisi akademik kepala sekolah pada pelaksanaan bimbingan kepada guru dalam persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. D. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar penerapan peran kepala sekolah dalam membimbing guru pada persiapan pembelajaran? 12
2. Seberapa besar penerapan peran kepala sekolah dalam membimbing guru pada pelaksanaan pembelajaran? 3. Seberapa besar penerapan peran kepala sekolah dalam membimbing guru pada evaluasi pembelajaran? E. TUJUAN PENELITAN Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui seberapa besar penerapan peran kepala sekolah dalam membimbing guru dalam persiapan pembelajaran. 2. Mengetahui seberapa besar penerapan peran kepala sekolah dalam membimbing guru dalam pelaksanaan pembelajaran. 3. Mengetahui seberapa besar penerapan peran kepala sekolah dalam membimbing guru dalam evaluasi pembelajaran. F. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan gambaran tentang penerapan peran supervisi akademik kepala sekolah pada pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Madrasah Aliyah Kota Yogyakarta. 2. Memberikan gambaran bagaimana cara bimbingan kepala sekolah dalam proses pembelajaran siswa di sekolah. 3. Bagi pihak Madrasah dapat menjadi evaluasi bagi kepala madrasah dalam pelaksanaan bimbingan Kurikulum Tingkat Satuan Penedidikan (KTSP) kepada guru. 13
4. Bagi Kementerian Agama tingkat kota Yogyakarta dapat menjadi gambaran tentang kompetensi kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi akademik di madrasah tingkat kota Yogyakarta. 5. Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain dalam meneliti tentang pelaksanaan supervisi kepala sekolah. 14