HUBUNGAN PENYAKIT GINJAL KRONIK DENGAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA PASIEN DI DIRINA C RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

ejournal Keperawatan (e-kep) Volume 3. Nomor 1. Februari 2015

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,


HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI HEMODIALISA RUANG DAHLIA BLU RSUP PROF. DR. R. D.

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

Hubungan Usia Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan Disfungsi Ereksi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) YANG MENJALANI HEMODIALISA

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

Afniwati, Amira Permata Sari Tarigan, Yunita Ayu Lestari Tarigan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PEMBATASAN ASUPAN CAIRAN PADA PASIEN CKD YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB III METODE PENELITIAN. observasi analitik. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional atau

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

Ejournal keperawatan (e-kp) volume 1 Nomor 1. Agustus Nabilla Lukman Esrom Kanine Ferdinand Wowiling

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPUTUSAN INISIASI HEMODIALISIS PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RUANG DAHLIA RSUP PROF. DR. R.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Ruang Hemodialisa RSUD Dr. M.M. Dunda

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSU GMIM KALOORAN AMURANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan suatu metode analitik-korelasi dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

Kata Kunci : Variasi Makanan, Cara Penyajian Makanan, Ketepatan Waktu Penyajian Makanan, Kepuasan Pasien

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GAGAL GINJAL KRONIK

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN DOKTER DENGAN KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP A BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PROF. DR. R. D. DR. R.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS SEBELUM DAN SETELAH MENJALANI TINDAKAN HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISA RSUD

metode survey, dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang Yogyakarta sejumlah 130 pasien.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang Hemodialisa RSUD DR. M.M

ejournal Keperawatan (e-kp) Volume 3 Nomor 2,Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI BERHUBUNGAN DENGAN KETAATAN KONTROL GULA DARAH PADA PENDERITA DM DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

HUBUNGAN KEPATUHAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN KETERATURAN TINDAKAN HAEMODIALISA DI BLU RSUP PROF Dr. R.D KANDOU MANADO

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG TERAPI INFUS (INTRAVENA) DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI IRINA A BAWAH RSUP PROF. DR. R. D.

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU

Idea Nursing Journal Vol. V No ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN GAGAL GINJAL KRONIK

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan yaitu cross sectional, yaitu mempelajari dinamika

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK

Sartika Zefanya Watugigir Esther Hutagaol Rina Kundre

Wacana Kesehatan Vol.1, No.1, 1-49, Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

Transkripsi:

HUBUNGAN PENYAKIT GINJAL KRONIK DENGAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA PASIEN DI DIRINA C RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Ardhi Sunanto Sefti Rompas Linnie Pondaag Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Email : Ardhisunanto319@yahoo.com Abstract: Chronic kidney disease is a progressive deviation where renal function can not be recovered because the body's ability to maintain metabolic balance, fluid and electrolyte failure resulting uremia. Chronic kidney disease can affect the course of the disease and the quality of life of patients such as sexual dysfunction. The aim of this study were to the determine relationship of chronic kidney disease with sexual dysfunction. The sample in this study is 85 respondents with chronic kidney disease. The design study is a descriptive analytic study with cross-sectional design where the information will collecting by using questionnaire and observation sheet. The Research Results Pearson Chi Square test there is have meaningful relationship between grade of chronic kidney disease with sexual dysfunction (p = 0,001). The Conclusion there is have relationship between chronic kidney disease with sexual dysfunction. The Suggestion for further research are expected to examine about relation between chronic kidney disease with sexual dysfunction, the other factors that can cause sexual dysfunction. Key words: Chronic kidney disease, sexual dysfunction, patients. Abstrak: Penyakit ginjal kronik adalah penyimpangan progresif dimana fungsi ginjal tidak dapat pulih karena kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit mengalami kegagalan sehingga terjadi uremia. Penyakit ginjal kronik dapat mempengaruhi perjalanan penyakit serta kualitas hidup pasien seperti disfungsi seksual. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan penyakit ginjal kronik dengan disfungsi seksual. Sampel pada penelitian ini yaitu seluruh total sampel yang ada berjumlah 85 responden penyakit ginjal kronik. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional dan data dikumpulkan dari responden menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Hasil Penelitian berdasarkan uji Pearson Chi Square terdapat hubungan yang bermakna antara stadium penyakit ginjal kronik dengan disfungsi seksual (p = 0,001). Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penyakit ginjal kronik dengan disfungsi seksual pada pasien di Irina C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan disfungsi seksual. Kata kunci : Penyakit ginjal kronik, disfungsi seksual, pasien. 1

PENDAHULUAN Penyakit ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Chang, 2009). Penyakit ginjal kronik semakin banyak menarik perhatian dan semakin banyak dipelajari. Meskipun sudah mencapai tahap gagal ginjal terminal, penderita masih dapat bertahan dengan kualitas hidup yang cukup baik (Sidabutar, 2005). Center for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2010, menyatakan lebih dari 20 juta atau 10% dari jumlah orang dewasa di Amerika Serikat mengidap penyakit ginjal kronik dan kebanyakan tidak terdiagnosis. Survey yang dilakukan oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri), penderita yang mengalami penyakit ginjal kronik di Indonesia mengalami peningkatan. Terdapat 18 juta orang di Indonesia menderita penyakit ginjal kronik dan jumlah pasien hemodialisis berjumlah 218 orang. Sedangkan tahun 2008 jumlah pasien hemodialisis mengalami peningkatan yaitu 2260 orang (Roesma, 2009). Menurut Nursalam (2006), terdapat kondisi yang dapat mempengaruhi perjalanan penyakit serta kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik seperti disfungsi seksual. Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit kronik yang dapat menyebabkan perubahan fungsi seksual baik secara fisik maupun psikososial. Perubahan fungsi seksual atau disfungsi seksual merupakan gangguan pada setiap komponen siklus respon seksual, yang menyebabkan fungsi seksual pada tubuh seseorang melemah. Disfungsi seksual dapat dialami pada lakilaki maupun pada perempuan. Survey awal dilakukan peneliti di Irina C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, didapatkan data jumlah pasien penyakit ginjal kronik yang dirawat pada enam bulan terakhir dari bulan April sampai dengan bulan September 201 mencapai 50 orang, dengan perbandingan jenis kelamin yaitu 32 orang berjenis kelamin laki-laki dan 18 orang berjenis kelamin perempuan, ini menunjukkan masih tingginya jumlah penderita penyakit ginjal kronik. Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien yang dilakukan peneliti di Irina C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, 11 dari 32 pasien penyakit ginjal kronik yang berjenis kelamin laki-laki mengatakan mempunyai masalah dengan fungsi seksual selama menderita penyakit ginjal kronik, dan 7 dari 18 pasien penyakit ginjal kronik yang berjenis kelamin perempuan juga mengatakan mempunyai masalah dengan fungsi seksual selama menderita penyakit ginjal kronik. Berdasarkan latar belakang ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan penyakit ginjal kronik dengan disfungsi seksual pada pasien di Irina C RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional (potong lintang), dimana data yang menyangkut variabel bebas dan terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini dilaksanakan di Irina C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada bulan November 201 sampai bulan Desember 201. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien laki-laki dan perempuan yang terdiagnosa medis penyakit ginjal kronik yang di rawat di Irina C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang berjumlah 85 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah klien yang terdiagnosa medis penyakit ginjal kronik yang dirawat di Irina C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang memenuhi kriteria inklusi. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel yaitu 2

seluruh total populasi yang berjumlah 85 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah klien yang terdiagnosa medis penyakit ginjal kronik yang dirawat di Irina C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang memenuhi kriteria inklusi. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel yaitu seluruh total populasi yang berjumlah 85 orang. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner dan lembar observasi dengan menggunakan pertanyaanpertanyaan dan hasil laboratorium yang terkait dengan penelitian. Untuk pengumpulan data pasien yang terdiagnosa penyakit ginjal kronik, menggunakan lembar observasi yang berisi tentang hasil laboratorium untuk melihat glomerular filtration rate (GFR < 60 ml/min) yang diambil dari rekam medik pasien penyakit ginjal kronik yang dirawat di Irina C RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado. Untuk pengumpulan data tentang disfungsi seksual menggunakan instrumen penelitian kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas dan telah menjadi kuesioner baku untuk menentukkan pasien mengalami disfungsi seksual atau tidak mengalami disfungsi seksual. Pada pasien laki-laki menggunakkan kuesioner dari International Index of Erectile Function (IIEF), dan untuk pasien perempuan menggunakkan kuesioner dari Female Sexual Function Index (FSFI). Kuesioner terdiri dari 1 pertanyaan dengan empat tipe pilihan yang masing-masing diberi penilaian 0 sampai. Untuk laki-laki dan perempuan diberikan kuesioner pertanyaan yang berbeda sesuai dengan gejala disfungsi seksual yang biasa dialami oleh laki-laki dan perempuan yang masing-masing terdiri dari 1 pertanyaan untuk laki-laki dan perempuan dengan skor penilaian yang sama yaitu jika 0=Tidak ada, 1=Ringan, 2=Sedang, 3=Berat, =Sangat Berat. Penentuan penilaian derajat disfungsi seksual pada laki-laki dan perempuan mempunyai derajat penilaian yang sama yaitu jika skor <1=Tidak mengalami disfungsi seksual, skor 15-27=Disfungsi seksual ringan, skor 28-1=Disfungsi seksual sedang, skor >1=Disfungsi seksual berat Prosedur dari pada penelitian dilakukan oleh peneliti setelah mendapat rekomendasi dari Koordinator Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Langkah selanjutnya peneliti menyampaikan surat permohonan kepada bagian pendidikan dan penelitian RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan kemudian mengidetifikasi responden penelitian. Selanjutnya menjelaskan pada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian dan meminta kesediannya untuk menjadi responden. Jika calon setuju, maka responden menandatangani ijin inform consent dan tahap terakhir membagikan kuesioner. Prosedur pengolahan data yang dilakukan melalui tahap cleaning, koding, skoring dan tabulating dan data dianalisis melalui prosedur analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Pearson Chi-Square pada tingkat kemaknaan 95% (α=0,05). Etika dalam penelitian ini sebagai berikut: peneliti melakukan beberapa hal yang berhubungan dengan informed consent, menghormati privasi responden dan kerahasiaan responden. 3

HASIL dan PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan umur pasien penyakit ginjal kronik di Irina C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Umur n % 25-30 Tahun 8 9, 31-35 Tahun 3 3,5 36-0 Tahun 11 12,9 1-5 Tahun 8 9, 6-50 Tahun 51-55 Tahun 56-60 Tahun 10 6 10 Jumlah 85 100 Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden penyakit ginjal kronik di Irina C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 11,8 7,1 11,8 61-65 Tahun 29 3,1 Jenis Kelamin n % Laki-Laki 8 56,5 Perempuan 37 3,5 Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan responden penyakit ginjal kronik di Irina C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Pekerjaan n % Tidak Bekerja 2 2, Guru,7 IRT 12 1,1 Nelayan 5 5,9 Pendeta 1 1,2 Pensiunan 2 2, Petani 11 12,9 PNS 9 10,6 Swasta 39 5,9 Tabel. Distribusi frekuensi responden berdasarkan penyakit ginjal kronik di Irina C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Penyakit Ginjal n % Kronik Stadium III 31 36,5 Stadium IV 2 28,2 Stadium V 30 35,3 Tabel 5. Distribusi frekuensi berdasarkan disfungsi seksual responden penyakit ginjal kronik di Irina C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Disfungsi Seksual n % Tidak Mengalami 22 25,9 Ringan 19 22, Sedang 16 18,8 Berat 28 32,9

Tabel 6. Distribusi frekuensi berdasarkan disfungsi seksual responden penyakit ginjal kronik di Irina C RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado Disfungsi Seksual Penyaki Tidak t Ginjal Ringan Sedang mengal Kronik ami Stadiu m III Stadiu m IV Stadiu m V Berat Total n % n % n % n % n % 15 8, 3 12, 5 13, 3 Total 22 25, 9 8 25,8 8 33,3 3 10,0 19 22, 12,9 5 20,8 7 23,3 16 18,8 12,9 31 100 8 33,3 2 100 16 53,3 30 100 28 32,9 85 100 PEMBAHASAN Dari hasil analisis hubungan penyakit ginjal kronik dengan disfungsi seksual, pasien yang mengalami penyakit ginjal kronik yang terbanyak adalah penyakit ginjal kronik stadium III, dan pasien yang mengalami disfungsi seksual yang terbanyak adalah disfungsi seksual berat. Menurut Suharyanto (2009), penyakit ginjal kronik stadium III adalah kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi ginjal yang bermakna dan perjalanannya progresif sehingga perlu dilakukan tindakan yang dapat menghambat lajunya kerusakan ginjal seperti faktor resiko dan penyebab penyakit ginjal kronik. Disfungsi seksual merupakan gangguan pada setiap komponen siklus respon seksual, yang menyebabkan fungsi seksual pada tubuh seseorang melemah (Pangkahila, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Dian, S (2005) dengan judul Fungsi Seksual pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis mengatakan prevalensi gangguan seksual pada penderita penyakit ginjal kronik berkisar antara 0-80%, sedangkan prevalensi disfungsi ereksi pada penelitian ini mencapai 97,8% dimana hampir seluruh penderita penyakit p 0,001 ginjal kronik yang di hemodialisis mengeluh mengalami disfungsi ereksi. Hasil uji Pearson Chi Square dengan komputerisasi didapatkan p value = 0,001, dimana lebih kecil dari nilai α yang ditetapkan (α = 0.05). Hasil perhitungan ini berarti menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit ginjal kronik dengan disfungsi seksual pada pasien di Irina C RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Boni N. Simanjuntak, Lidya Tendean dan Benny Wantouw (201), dengan judul Pengaruh Penyakit Ginjal Kronik terhadap Disfungsi Ereksi Pria, menyatakan bahwa Terdapat pengaruh penyakit ginjal kronik terhadap disfungsi ereksi pria. Hal ini tampak dari hasil penelitian dimana dari 3 responden penderita penyakit ginjal kronik stadium 5, didapatkan 52,95% menderita disfungsi ereksi ringan, 35,29% menderita disfungsi ereksi sedang-ringan, 2,9% menderita disfungsi ereksi sedang, 5,88% disfungsi ereksi berat, dan 2,9% penderita normal. Selanjutnya pada penelitian Dian (2005) dengan judul Studi Fenomenologi Pengalaman Disfungsi Seksual Pasien Penyakit Ginjal Kronik Tahap Akhir yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Islam Jakarta menyimpulkan bahwa aktifitas seksual yang dilakukan dipengaruhi oleh perubahan fisik, perubahan pada kulit, serta gangguan mobilitas fisik. Perubahan yang terjadi ini juga mempengaruhi motivasi pasien dalam melakukan hubungan seksual, dimana faktor tersebut antara lain perbedaan motivasi tentang kebutuhan seksual, efek akibat tindakan hemodialisa dan perubahan psikologis akibat perubahan seksual yang dialami. Pada hasil penelitian ini teridentifikasi pasien dengan penyakit ginjal kronik menyebabkan terjadinya oklusi arteri dan menyebabkan lemahnya aliran darah ke penis serta terjadinya oklusi vena yang menyebabkan ketidakmampuan untuk 5

memiliki ereksi persisten. Penyakit ginjal kronik juga menyebabkan aterosklerosis dan gangguan vaskular di regio panggul, sehingga masalah sistem vaskular ini menyebabkan terjadinya penurunan fungsi seksual. Kelainan neurogenik juga terjadi pada penderita penyakit ginjal kronik, pasien yang menderita penyakit ginjal kronik umumnya mengalami gangguan pada persarafan otonom yaitu persarafan pada jaringan otot polos yang penting untuk mempertahankan fungsi seksual. Pada laki-laki, gangguan pada persarafan ini menyebabkan terjadinya masalah pada neurotransmiter adrenergik dan kolinergik yang mengatur aliran darah pada korpus kavernosum sehingga diduga dapat menyebabkan disfungsi ereksi (Brunner & Suddarth, 2011). Menurut Ibrahim (2009), kualitas hidup pasien yang optimal menjadi isu penting yang harus diperhatikan dalam memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif. Perawat sebagai pelayanan asuhan keperawatan profesional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan objektif pasien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama. Penyakit ginjal kronik saat ini dikenal sebagai salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia bahkan di dunia. Penyakit ginjal kronik yang dialami pasien dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual sehingga perlu mendapatkan perhatian dari perawat sebagai tenaga profesional kesehatan. Komunikatif dan proaktif merupakan proses komunikasi terapeutik yang dimiliki seorang perawat sehingga dapat memberikan kejelasan pada pasien tentang penyakit yang dideritanya serta efek samping yang ditimbulkan sehingga membuat pasien lebih siap dan kuat secara mental untuk menghadapi penyakit yang dideritanya dan lebih termotivasi untuk menjalani setiap pengobatan (Ratnawati, 2011). SIMPULAN Prevalensi penyakit ginjal kronik pada pasien di Irina C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado adalah penyakit ginjal kronik stadium III. Prevalensi disfungsi seksual pada pasien penyakit ginjal kronik di Irina C RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado adalah yang mengalami disfungsi seksual berat. Ada hubungan penyakit ginjal kronik dengan disfungsi seksual pada pasien di Irina C RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado. DAFTAR PUSTAKA Brunner L.S, & Suddarth, D.S. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, vol 1. Jakarta: EGC. Brunner & Suddarth. (2011). Keperawatan Medikal Bedah Edisi XII. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Center for Disease Control and Prevention. (2010). National chronic kidney disease fact sheet. (Diakses 11 Oktober 201). Chang, E. (2009). Patofisologi dan Aplikasi pada Praktek Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Corwin, J. E. (2002). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. Dian. I. (2005). Pengalaman Disfungsi Seksual Pasien Penyakit Ginjal Kronik Tahap Akhir yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Islam Jakarta. (Diakses 20 Oktober 201). Dian. S. (2005). Fungsi seksual pada penderita penyakit ginjal kronik pria yang menjalani hemodialisis. (Diakses 11 Oktober 201). Elvira, Sylvia. (2006). Disfungsi Seksual pada perempuan. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Evidia, Susie. (2012). Artikel: Pria Alami Disfungsi Ereksi, Waspadai Hal ini. (Diakses 11 Oktober 201). 6

Hadianah, HR. (201). Patologi dan Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta: Nuha Medika. Hidayat, Aziz Alimul. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya: Salemba Medika. Ibrahim, K. (2009). Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. (Diakses tanggal 15 Januari 2015). Ignatavius, D. D., & Workman, M. L. (2006). Medical surgical nursing critical thinking for collaborative care (5 th ed.). St. Loius. Missouri: Elsevier Saunders. Lemone, P. & Burke, K. (200). Medical surgical nursing. Newjersey: Pearson Education, Inc. Lyndon, S. (2012). Buku Saku Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Fungsi Renal Dan Urologi. Tangerang: Bina Rupa Aksara. Suharyanto, Toto & Abdul Madjid. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem Perkemihan, Jakarta: Trans Info Medika. Wantouw, B. (201). Pengaruh Penyakit Ginjal Kronik Terhadap Disfungsi Ereksi Pria. (Diakses 11 Oktober 201). Messina LE, Claro JA, Nardozza A, Andrade E, Ortiz V, Srougi M. (2007). Erectile dysfunction in patients with chronic renal failure. Int Braz J Urol. 2007; 33: 673-8. (Diakses 18 Oktober 201). Nursalam. (2006). Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. Pangkahila, wimpie. (2005). Seks yang Indah. Jakarta: Penerbit Kompas. Ratnawati. (2011). Tingkat Kecemasan Pasien Dengan Tindakan Hemodialisis. (Diakses 11 Oktober 201). Roesma Joise. (2009). Gizi Pada Gagal Ginjal Kronik. Perhimpunan Nefrologi Indonesia. Jakarta. Sidabutar, R.P. (2005). Gizi Pada Gagal Ginjal Kronik Dan Aspek Penatalaksanaan. Perhimpunan Nefrologi Indonesia. Jakarta. 7