BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya, Kurikulum 1964, Kurikulum 1974, Kurikulum 1984, Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah. membawa berbagai perubahan hampir di setiap aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan tepat. Hal tersebut diperjelas dalam Undang - Undang No 2 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu matematika sampai saat ini, seperti Pythagoras, Plato,

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dalam bidang matematika. Menurut Abdurrahman (2012:204)

BAB I PENDAHULUAN. butuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari baik dalam sains, teknologi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arif Abdul Haqq, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. penalaran logis, sistematis, kritis, cermat, kreatif dan inovatif dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembelajaran matematika bertujuan untuk melatih pola

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin

2016 PENERAPAN MODEL CONNECTED MATHEMATICS PROJECT (CMP) DENGAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. semester ganjil tahun pelajaran pada mata pelajaran matematika,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika sebagai ilmu yang timbul dari pikiran-pikiran manusia yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan. diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Rachma Kurniasi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah membawa perubahan hampir di setiap aspek kehidupan. Berbagai aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi mewarnai dan menjadi salah satu faktor penting penunjang aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Keadaan ini menunjukkan betapa pentingnya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu berkontribusi serta memiliki kesempatan yang lebih baik dalam menghadapi persaingan yang semakin terus berkembang. Pendidikan memegang peranan kunci dalam perkembangan sumber daya manusia dan insan yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan memerlukan berbagai inovasi kreatif dalam memajukan kualitas pendidikan, yang tidak hanya pada tataran teori tapi sudah bisa diarahkan kepada hal yang bersifat praktis. Pendidikan adalah salah satu sektor yang mendapatkan banyak pengaruh dari laju perkembangan teknologi. Dari waktu ke waktu dapat kita rasakan begitu banyak perubahan dalam pendidikan. Salah satu perubahan yang terlihat jelas telah dilakukan di Indonesia yaitu telah berulang kali terjadi perubahan kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk menjawab tantangan tersebut maka pendidikan menjadi pilar utamanya. Matematika sebagai bagian dari kurikulum sekolah tentunya diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Menurut Sumarmo (2009, hlm.1) mengatakan bahwa pendidikan matematika pada hakekatnya memiliki dua arah pengembangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan masa datang. Untuk kebutuhan masa kini, pembelajaran matematika mengarah kepada pemahaman matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Untuk kebutuhan di masa yang akan datang mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberikan kemampuan nalar yang logis, sistematis, kritis dan cermat serta berpikir objektif 1

2 dan terbuka yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan masa depan yang selalu berubah. Matematika adalahdisiplin ilmu yang berdiri sendiri dalam mempelajari hal yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Matematika merupakan salah satu pengetahuan tertua dan dianggap sebagai induk atau alat dan bahasa dasar banyak ilmu. Matematika terbentuk dari penelitian bilangan dan ruang yang merupakan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan tidak merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam. Istilah matematika (Indonesia) mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique (Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), mathematick atau wiskunde (Belanda) berasal dari bahasa Yunani: mathematikos yaitu ilmu pasti, dari kata mathema atau mathesis yang berarti ajaran, pengetahuan, atau ilmu pengetahuan. Matematika menurut bahasa Latin (manthanein atau mathema) yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Matematika pada suatu tingkat rendah terdapat ilmu hitung, ilmu ukur dan aljabar (bagian dari matematika dan perluasan dari ilmu hitung, yang banyak digunakan diberbagai bidang disiplin lain, misal fisika, kimia, biologi, teknik, komputer, industri, ekonomi, kedokteran dan pertanian). Menurut Djamarah (2005, hlm. 46) memgatakan, matematika diajarkan karena dapat menumbuhkembangkan kemampuan bernalar yaitu berfikir sistematis, logis dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau ide untuk memecahkan masalah. Kekurangmampuan siswa menyebabkan lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Tanpa bimbingan, siswa akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. Jadi, guru sangat diperlukan pada saat siswa belum mampu mandiri pada awal pertemuan. Matematika merupakan salah satu ilmu yang banyak di manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik secara umum maupun secara khusus. Secara umum matematika di gunakan dalam transaksi perdangangan, pertukangan, dll. Hampir di setiap aspek kehidupan ilmu matematika yang di terapkan. Karena itu matematika mendapat julukan sebagai ratu segala ilmu. Matematika juga

3 mempunyai banyak kelebihan dibanding ilmu pengetahuan lain. Selain sifatnya yang fleksible dan dinamis, matematika juga selalu dapat mengimbangi perkembangan zaman. Terutama di masa sekarang ketika segala sesuatu dapat di lakukan dengan komputer. Matematika menjadi salah satu bahasa program yang efektif dan efisien. Berdasarkan istilahnya, kata matematika berasal dari bahasa Yunani, matheinatau manthenein,yang berarti mempelajari, sedangkan menurut Fathani (2012) Matematika memiliki hubungan yang erat dengan kata Sansekerta yaitu Medha atau widya yang memiliki arti kepandaian, ketahuan, atau intelegensia. Jadi, matematika diperoleh bukan semata -mata hasil dari percobaan, melainkan sebagai hasil berpikir berdasarkan intelegensi, mempelajari suatu gejala matematis yang berkaitan dengan ide dan penalaran yang logis. Sujono (Fathani, 2012) mengemukakan bahwa matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak dan sistematik yang berisi ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logis serta memiliki masalah yang berkaitan dengan bilangan. Matematika sebagai hasil penalaran juga didukung oleh pendapat Johnson & Rising (Suwangsih & Tiurlina, 2006, hlm. 4). Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni, keindahan terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya. Matematika adalah ilmu deduktif, dilihat dari proses pencarian kebenarannya yakni suatu konsep tidak dapat digeneralisasikan secara valid jika belum dibuktikan secara deduktif. Hal ini berbeda dengan proses pencarian kebenaran pada bidang keilmuan lainnya. Matematika disebut pula sebagai seni yang memiliki keharmonisan dan keteraturan. Layaknya seni yang memiliki estetika, Ruseffendi (2006) berpendapat bahwa penyebab matematika disebut

4 sebagai seni adalah ditinjau dari keteraturan, keterurutan, dan ketetapannya (konsisten) sehingga indah dipandang dan diresapi. Pendapat lain menurut Fathani (2012, hlm.24) Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari solusi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika menolong manusia dalam menafsirkan persoalan secara eksak sehingga diperoleh suatu informasi yang dapat menjadi sebuah kesimpulan atau solusi atas permasalahan seputar kehidupan sehari-hari. Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan statistik, kalkulus dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat matematika dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Tujuan pemberian pelajaran matematika dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelkan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam mempelajari masalah, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Secara lebih rinci tujuan pembelajaran matematika dipaparkan pada buku standar kompetensi mata pelajaran matematika sebagai berikut: 1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, 2. misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkosistensi. 3. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 4. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. 5. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Adapun tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) yaitu: (1) belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication), (2) belajar untuk bernalar (mathematical reasoning), (3) belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving), (4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connections), dan (5) pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive attitudes toward mathematics) Lestari (Hidayah, 2011 hlm.2). Senada dengan itu tujuan pendidikan matematika diberikan di sekolah menurut Depdiknas yaitu: (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, (2) mengembangkan aktivitas kreatif, (3) mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, dan (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan. (Rusmini, 2008). Tujuan tersebut menunjukkan betapa pentingnya belajar matematika, karena dengan belajar matematika sejumlah kemampuan dan keterampilan

6 tertentu berguna tidak hanya saat belajar matematika namun dapat diaplikasikan dalam memecahkan berbagai masalah sehari-hari. Menurut Wahyudin (Hulu, 2009:3) bahwa pada masa sekarang ini para siswa sekolah menengah mesti mempersiapkan diri untuk hidup dalam masyarakat yang menuntut pemahaman dan apresiasi yang signifikan terhadap matematika. Kita akan mengalami kesukaran, jika memang bisa mustahil, untuk bisa berhasil dalam dunia nyata, tanpa memiliki pengetahuan, skills, dan aplikasi matematika yang perlu. Mulyasana (2012, hlm. 6) Namun yang patut mendapatkan perhatian secara serius adalah penanganan masalah pada level pelaksana pendidikan, karena bagaimana pun juga baiknya kurikulum, atau bagaimana pun juga memadainya sarana pendidikan, bila gurunya tidak mampu memainkan perannya dengan baik, maka kegiatan pendidikan tidak akan berkembang sebagaimana yang diharapkan. Peran guru matematika sangat penting. Guru matematika akan sangat menentukan keberhasilan siswanya, karena dengan kemampuannya, gurulah yang akan memerahkan atau menghijaukan siswanya. Alasannya, sang guru yang akan menentukan proses pembelajarannya, di mana sang guru akan mengorganisasikan pengalaman belajar siswa sehingga mereka dapat mengubah penampilan mereka secara bermakna atau tidak. Di samping itu, cara sang guru matematika ketika membantu siswanya belajar akan menentukan keberhasilan siswanya. Menurut Sujono (1988, hlm. 5) pengetahuan seorang guru akan berbagai nilai yang terdapat dalam matematika akan membimbing dan merangsangnya untuk mencari metoda dan media yang efektif dalam merangsangnya. Penalaran dalam matematika itu mempunyai beberapa ciri yang cocok untuk melatih pikiran siswa, salah satu ciri nya adalah ciri kesamaan dengan penalaran dalam kehidupan sehari-hari. Sujono (1988, hlm. 9) mengungkapkan bahwa : Baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam Matematika kita dituntut untuk berpikir dengan jelas dan pasti. Sebelum menyelesaikan sebuah soal siswa harus memahami soal itu secara menyeluruh. Ia harus tahu apa yang diketahui,apa yang harus dicari, rumus atau teorema yang dapat digunakan dan cara menyelesaikannya.

Baroody (Prabawa, 2009:21) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa keuntungan apabila siswa diperkenalkan dengan penalaran, karena dapat secara langsung meningkatkan hasil belajar siswa. Keuntungan tersebut adalah jika siswa diberi kesempatan untuk menggunakan keterampilan bernalarnya dalam melakukan pendugaan-pendugaan atas dasar pengalamannya sendiri sehingga siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep materi yang dijarkan. Penalaran dalam matematika itu mempunyai beberapa ciri yang cocok untuk melatih pikiran siswa, salah satu ciri nya adalah ciri kesamaan dengan penalaran dalam kehidupan sehari-hari. Sujono (1988, hlm. 9) mengungkapkan bahwa : Baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam Matematika kita dituntut untuk berpikir dengan jelas dan pasti. Sebelum menyelesaikan sebuah soal siswa harus memahami soal itu secara menyeluruh. Ia harus tahu apa yang diketahui,apa yang harus dicari, rumus atau teorema yang dapat digunakan dan cara menyelesaikannya. Soemarmo (Amelia, 2015, hlm. 9) mengungkapkan, bahwa penalaran matematis adalah kemampuan menganalisis, menggeneralisasi, mensintesis/mengintegrasikan, memberikan alasan yang tepat dan menyelesaiakan masalah tidak rutin. Indicator kemampuan penalaran matematis menurut Sumarmo (2014), yaitu:(1)menarik kesimpulan logis, (2)Memberikan penjelasan dengan model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan, (3)Memperkirakan jawaban dan proses solusi, (4)Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi atau membuat analogi dan generalisasi; menyusun dan menguji konjektur,(5)membuat counter example (kontra contoh), (6)Mengikuti aturan inferensi dan memeriksa validitas argument, (7)Menyusun argument yang valid, (8)Menyusun pembuktian langsung, tidak langsung, dan menggunakan induksi matematika. Self esteem adalah gabungan dari kepercayaan atau perasaan yang kita miliki terhadap diri kita sendiri dengan kata lain persepsi kita terhadap diri kita sendiri. Bagaimana seseorang memandang dirinya mempengaruhi motivasi, sikap (attitude) dan tingkah laku (behaviour), serta mempengaruhi pengendalian emosinya. Self esteem dibangun mulai dari awal kehidupan. Sebagai contoh, bayi yang belajar berguling yang setelah lusinan kali gagal dan akhirnya berhasil, ia belajar sikap saya bisa. 7

8 Self esteem dapat juga didefinisikan sebagai pandangan terhadap kemampuan diri dikombinasikan dengan perasaan bahwa diri dicintai. Seorang anak yang bahagia karena suatu pencapaian tetapi tidak merasa dicintai dapat saja memiliki self esteem yang rendah. Self esteem dapat berfluktuasi sepanjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Seringkali berubah karena dipengaruhi pengalaman-pengalaman hidup yang dialami anak dan persepsi-persepsi baru mengenai dirinya. Oleh karenanya, anda perlu mengetahui tanda-tanda self esteem yang baik dan buruk. Coopersmith (dalam Ainur, 1997) menjelaskan bahwa self esteem adalah evaluasi yang dibuat individu mengenai sesuatu yang berkaitan dengan dirinya, yang diekspresikan dalam suatu bentuk sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan bahwa individu tersebut meyakini dirinya sendiri sebagai individu yang mampu, penting, dan berharga. Uraian di atas menggambarkan betapa pentingnya usaha mengembangkan dan meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa dan self-esteem sebab dengan berbekal kemampuan penalaran matematis dan self- esteem membantu siswa untuk berpikir secara sistematis, mampu menyelesaikan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari dan mampu menerapkan matematika pada disiplin ilmu lain. Namun dalam kenyataannya kita mengetahui bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami siswa. Menurut Wahyudin, hingga saat ini matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sukar bagi sebagian siswa yang mempelajari matematika sehingga kurang diminati Sabilulungan (Hidayah, 2011,hlm.4 ). Senada dengan itu Ruseffendi mengatakan bahwa matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran tidak disenangi kalau bukan mata pelajaran yang dibenci (Teza, 2009,hlm.2). Hal ini didukung oleh studi lain yang dilakukan oleh Priatna (2003) dan Somataya (2005) khususnya tentang kemampuan penalaran siswa menyimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematika siswa masih tergolong rendah (Hulu, 2009,hlm.7). Upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan berpikir matematis siswa khususnya kemampuan penalaran perlu mendapat perhatian dan usaha yang serius dari guru sebagi objek sentral dalam proses pembelajaran. Hal ini senada

9 dengan pendapat Wahyudin (Sudihartinih, 2009,hlm.7) bahwa salah satu cara untuk mencapai hasil belajar yang optimal dalam mata pelajaran matematika adalah jika para guru menguasai materi yang akan diajarkan dengan baik dan mampu memilih strategi atau metode pembelajaran dengan tepat dalam setiap proses pembelajaran. Belajar dengan pemahaman dapat ditingkatkan lebih jauh melalui interaksi kelas, sebab siswa sebagai pengusul gagasan dan konjektur matematika, belajar untuk mengevaluasi pemikiran mereka sendiri dan pemikiran orang lain dan mengembangkan keterampilan penalaran matematika. Salah satu alternatif model pembelajaran yang digunakan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dalam matematika dan mampu meningkatkan kemampuan panalaran matematik diantaranya adalah model pembelajaran MASTER (Mind, Acquaring The Fact, Search Out The Meaning, Trigger The Memory, Exhibit What You Know, Reflection How You ve Learned) B. Identifikasi Masalah Bertolak dari latar belakang di atas, permasalahan yang dapat diidentifikasi yakni sebagai berikut: 1. Masih banyak siswa yang menganggap pelajaran matematika sulit dan membosankan. 2. Masih rendahnya kemampuan penalaran matematis siswa. 3. Pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah masih belum optimal, sehingga membuat beberapa siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah bagaimana penalaran siswa dengan penerapan model MASTER pada mata pelajaran Matematika SMA kelas X. Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan lebih rinci kedalam pertanyaan peneliti sebagai sebagai berikut:

10 a. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa SMA yang menggunakan penerapan model pembelajaran MASTER lebih baik dari pada siswa yang memperoleh model Discovery Learning? b. Apakah peningkatan self esteem siswa SMA yang menggunakan model pembelajaran MASTER lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran Discovery Learning? c. Apakah terdapat hubungan antara self-confidence siswa dengan kemampuan penalaran matematis? D. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, agar permasalahan dapat dikaji dan diselesaikan dengan fokus, efektif, dan efisien, maka penelitian di batasi pada siswa kelas XI SMA tahun pelajaran 2017/2018 semester ganjil. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui apakah peningkatan penalaran matematis siswa yang menggunakan penerapan model pembelajaran MASTER lebih tinggi dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran Discovery Learning 2. Mengetahui apakah self esteem siswa SMA yang menggunakan model pembelajaran MASTER lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. F. Manfaat Penelitian Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat antara lain: 1. Bagi peneliti Dengan penelitian ini penulis mengharapkan adanya perolehan pengetahuan yang berhubungan dengna penggunaan pembelajaran model MASTER. 2. Bagi siswa Dengan pembelajaran model MASTER :

11 a. Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran matematika sehingga penalaran matematika siswa meningkat. b. Diharapkan memberikan gambaran dan pengalaman baru bagi siswa tentang pendekatan model MASTER dalam pembelajaran matematika siswa 3. Bagi guru Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan guru dapat mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran siswa di kelas 4. Bagi sekolah Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah itu sendiri dalam rangka perbaikan pembelajaran pada khususnya dan sekolah pada umumnya. G. Definisi Operasional Untuk lebih memperjelas masalah ini, akan dijelaskan konsep-konsep pokok yang digunakan secara operasional, sebagai berikut: a) Pembelajaran model MASTER adalah Pembelajaran yang memotivasi pikiran, memperoleh informasi, menemukan makna, mengungkapkan apa yang diketahui, dan merefleksikan apa yang telah diketahui b) Kemampuan penalaran matematis adalah suatu konsep yang menunjuk pada salah satu proses berpikir untuk sampai kepada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui, adapun indikator kemampuan penalaran yang akan diteliti adalah,1) Memberi penjelasan dengan menggunakan model 2) Menyusun dan menguji konjektur. c) Self esteem adalah gabungan dari kepercayaan atau perasaan yang kita miliki terhadap diri kita sendiri dengan kata lain persepsi kita terhadap diri kita sendiri. Bagaimana seseorang memandang dirinya mempengaruhi motivasi, sikap (attitude) dan tingkah laku (behaviour), serta mempengaruhi pengendalian emosinya. Self esteem dibangun mulai dari awal kehidupan. Sebagai contoh, bayi yang belajar berguling yang setelah lusinan kali gagal dan akhirnya berhasil, ia belajar sikap saya bisa

12 H. Sistematika Skripsi Gambaran lebih jelas tentang isi dari keseluruhan skripsi disajikan dalam struktur organisasi skripsi berikut dengan pembahasannya. Struktur organisasi skripsi tersebut disusun sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan Bagian pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan struktur organisasi skripsi. 2. Bab II Kajian Teoretis Pada bab ini, membahas tentang kajian teori, analisis dan pengembangan materi pelajaran yang diteliti (meliputi keluasan dan kedalam materi, karakteristik materi, bahan dan media, strategi pembelajaran, dan system evaluasi), kerangka pemikiran atau diagram/skema paradigm penelitian, asumsi dan hipotesis. 3. Bab III Metode Penelitian Metode penelitian pada bab III meliputi metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan rancangan analisis data. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembehasan Pada bab IV ini membahas mengenai deskripsi hasil dan temuan penelitian, dan pembahasan penelitian. 5. Bab V Simpulan dan Saran Pada bab V ini berisi kesimpulan dan saran yang membahas mengenai penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.