BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode masa nifas (post partum) dimulai tidak lama setelah kelahiran plasenta. Periode masa nifas biasanya berakhir dalam 6 minggu setelah melahirkan. Pada masa ini terjadi perubahan sistem -sistem dalam tubuh, atau disebut perubahan fisiologis. Perubahan tersebut adalah kembalinya keadaan tubuh ibu post partum dalam keadaan semula sebelum hamil. 1,2 Perubahan fisiologis berlangsung selama proses masa nifas. Umumnya, ibu nifas takut melakukan banyak gerakan. Hal tersebut karena ibu nifas biasanya khawatir gerakan yang dilakukannya akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. 3 Padahal mobilisasi atau ambulasi dini terbukti bermanfaat untuk mengurangi insiden tromboembolis dan mempercepat pemulihan kekuatan ibu, sehingga ibu yang tidak melakukan mobilisasi dini sirkulasi darah menjadi tidak lancar sehingga dapat menghambat pemulihan fisik ibu masa nifas. 4 Pemulihan fisik ibu nifas yang terhambat dapat menim bulkan infeksi. Infeksi yang tidak tertangani akan menimbulkan komplikasi nifas. Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian ibu nifas. Hal tersebut dikarenakan kondisi ibu masih lemah setelah melahirkan 4. Komplikasi nifas lain yang sering dijumpai yaitu infeksi saluran kemih, retensio urin, atau inkontinensia. Banyak ibu mengalami nyeri pada daerah perineum dan vulva selama beberapa minggu, terutama bila terjadi episiotomi 1
2 pada persalinan. Perineum ibu harus selalu diperhatikan terhadap kemungkinan terjadinya infeksi. Infeksi nifas seperti sepsis, masih merupakan penyebab utama kematian ibu di negara berkembang. 5 Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup 6. Sementara itu, Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Sleman pada tahun 2012 adalah 87,6 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2013 adalah 63,27 per 100.000 kelahiran hidup, dan data terakhir pada tahun 2014 adalah 83,3 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah penyulit yang lebih banyak berhubungan dengan masa nifas dan obstetrik lainnya pada perempuan sebesar 52 kasus (umur 15 24 tahun) dan 137 kasus (umur 25 44 tahun). Proporsi tertinggi di Kota Yogyakarta sebanyak 23 kasus (umur 15 24 tahun) dan 53 kasus (umur 25 44 tahun) dan Kabupaten Sleman sebanyak 16 kasus (um ur 15 24 tahun) dan 58 orang (umur 25 44 tahun). 7 Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Arulita (2004) di Kabupaten Cilacap didapatkan hasil bahwa faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal adalah karena adanya komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, dan komplikasi masa nifas. 8 Secara Nasional angka kejadian infeksi pada masa nifas mencapai 2,7% dan 0,7% diantaranya berkembang kearah infeksi akut. Pelayanan masa nifas d iperlukan karena merupakan masa kritis bagi ibu dan bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 40% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. 9 Kematian ibu pada masa nifas biasanya disebabkan
3 oleh infeksi nifas sebanyak 10%, ini terjadi akibat kurangnya perawatan pada luka, perdarahan sebanyak 42% akibat robekan jalan lahir, sisa plasenta dan atonia uteri, eklampsi sebanyak 13%, serta komplikasi masa nifas sebanyak 11%. 10 Perawatan nifas merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk menghindari terjadinya kematian ibu akibat komplikasi nifas. Saat ini, perawatan nifas dilakukan secara lebih aktif dimana ibu nifas dianjurkan untuk melakukan senam nifas. Senam nifas merupakan senam yang dilakukan ole h ibu yang telah melahirkan setelah tubuhnya kembali pulih. Senam tersebut biasanya dilakukan sehari setelah melahirkan. Senam nifas memiliki banyak manfaat, yaitu untuk mengurangi infeksi puerperium, melancarkan pengeluaran lokia, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah, serta mempercepat proses involusi alat kandungan. 1 Senam nifas dapat mempengaruhi otot-otot organ reproduksi dan pencernaan sehingga dapat mempercepat pemulihan fisik ibu nifas dan mencegah terjadinya komplikasi nifas. Pada salah satu penelitian yang pernah dilakukan, aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemulihan fisik pada ibu yang telah melahirkan. 11 Penelitian lain menyebutkan bahwa kebugaran tubuh, keseimbangan metabolisme, dan psikososial akan membaik setelah ibu nifas melakukan senam nifas. 12 Ibu Nifas yang melakukan senam sesuai aturan sampai dengan 2 x 24 jam memperbaiki keadaan umum ibu, sirkulasi darah yang lancar, proses laktasi yang baik, serta
4 involusi uterus yang semakin cepat 3. Pada penelitian yang pernah dilakukan Hasrawati (2011) didapatkan hasil ada hubungan senam nifas dengan penurunan tinggi fundus uteri. 1 Selain itu, penelitian lain juga menyebutkan bahwa senam nifas mampu mengurangi keluhan ibu nifas yang mengalami masalah konstipasi, buang air besar ibu nifas menjadi lebih lancar. 21 Saat ini hanya sebagian kecil ibu nifas bersedia untuk melakukan senam nifas setelah diberikan edukasi mengenai cara melakukan senam nifas. Hal ini dapat terlihat dari data ibu yang melakukan senam nifas di RSUD Makassar pada bagian fisioterapi yaitu di bulan Juni 2011 hanya ada 2 orang yang melakukan senam nifas dari 39 orang dengan post partum normal, sedangkan di bulan juli dari 41 ibu post partum normal dan agustus dari 25 ibu post partum normal tidak ada ibu yang melakukan senam ini. 1 Dari latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Senam Nifas dengan Pemulihan Fisik Ibu Nifas Normal. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diambil rumusan masalah Apakah terdapat hubungan antara senam nifas dengan pemulihan fisik ibu nifas normal?
5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan senam nifas dengan pemulihan fisik ibu nifas normal 2. Tujuan khusus a. Mengetahui pemulihan fisik ibu nifas normal pada ibu yang tidak diberikan senam nifas b. Mengetahui pemulihan fisik ibu nifas normal pada ibu yang diberikan senam nifas c. Membandingkan dan menganalisis hubungan pemulihan fisik ibu nifas normal pada ibu yang diberikan senam nifas dan pada ibu yang tidak diberikan senam nifas D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan masukan untuk kurikulum Prodi D4 Kebidanan dalam kegiatan proses belajar mengajar terhadap mata ajaran yang berhubungan dengan pemulihan fisik ibu nifas b. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswi kebidanan pada khususnya, maupun tenaga kesehatan pada umumnya tentang senam nifas dan pemulihan fisik ibu nifas
6 c. Sebagai sumber informasi bagi Instansi Kesehatan terkait dengan pemulihan fisik pada ibu nifas melalui senam nifas untuk meningkatkan maupun mengevaluasi program kerja d. Menumbuhkan pengetahuan ibu mengenai pemu lihan fisik ibu nifas tanpa obat e. Sebagai sumber informasi dalam petunjuk pelaksanaan program dalam organisasi profesi 2. Manfaat Praktis a. Fasilitas pelayanan kesehatan dapat menerapkan senam nifas sebagai pelayanan tambahan yang dapat diberikan pada ibu nifas b. Bagi Organisasi Kebidanan sebagai acuan perbaikan pada program kesehatan mengenai layanan nifas c. Bagi Instansi Pemerintah sebagai acuan untuk meningkatkan layanan kesehatan dalam bidang layanan nifas d. Ibu nifas dapat melakukan/menerapkan metode senam nifas di rumah sehingga pemulihan fisik ibu lebih cepat E. Keaslian Penelitian Penelitian sebelum nya yang pernah dilakukan antara lain : 1. Judul Hubungan Senam Nifas Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Ibu post partum di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak S iti Fatimah Makassar 2011 oleh Hasrawati didapatkan hasil ada hubungan senam nifas dengan penurunan tinggi fundus uteri dengan ρ value<0,05.
7 Persamaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel independen yaitu senam nifas. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel dependen, jumlah sampel, dan desain penelitian Variabel dependen pada penelitian sebelumnya adalah tinggi fundus uteri,sedangkan pada penelitian ini adalah pemulihan fisik ibu nifas (tinggi fundus uteri, lokea, defekasi/bab, dan tanda vital). 2. Judul Hubungan Senam Nifas terhadap Pemulihan Fisik Ibu Post Partum Primipara Fase Puerperium Dini di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Koesma Tuban oleh Linda Inayati tahun 2004 didapatkan hasil bahwa ada hubungan senam nifas terhadap pemulihan fisik ibu nifas. Persamaan penelitian terletak pada variabel independen yaitu senam nifas, desain penelitian dan pengambilan sampel. Perbedaan penelitian terletak pada variabel dependen, dan jumlah sampel. Variabel dependen dari peneilitian sebelumnya adalah keadaan umum, kegiatan sehari-hari, sirkulasi, proses laktasi dan involusi uterus, sedangkan pada penelitian ini adalah pemulihan fisik ibu nifas (tinggi fundus uteri, lokia, defekasi/bab, dan tanda vital). 3. Judul Hubungan Senam Nifas Modifikasi terhadap Produksi ASI dan Pengeluaran Lokia Ibu Nifas di Puskesmas Ma rang Kabupaten Pangkep Tahun 2015 oleh Hasriani didapatkan hasil ada hubungan senam nifas modifikasi terhadap produksi ASI dengan nilai P=0,00 r=0,712. Ada hubungan senam nifas modifikasi terhadap pengeluaran lokia ibu nifas dengan nilai p=0,003 r=0,377. Persamaan penelitian terletak pada desain
8 penelitian dan variabel independen yaitu senam nifas. Perbedaan penelitian terletak pada variabel dependen,dan cara pengambilan sampel. Variabel dependen pada penelitian sebelumnya adalah tinggi fundus uteri dan pengeluaran ASI, sedangkan pada penelitian ini adalah pemulihan fisik ibu nifas (tinggi fundus uteri, lokia, defekasi/bab, dan tanda vital) 4. Judul Hubungan antara Senam Nifas dengan Kelancaran Eliminasi pada Ibu Post Partum oleh Novita Nurhidayati dan Triani Yuliastanti didapatkan hasil ada hubungan antara senam nifas dengan kelancaran eliminasi pada ibu post partum dengan p value (0,001<0,05). Persamaan penelitian terletak pada variabel independen yaitu senam nifas. Perbedaan penelitian terletak pada variabel dependen, design penelitian, dan cara pengambilan sampel.variabel dependen pada penelitian sebelumnya adalah kelancaran eliminasi pada ibu post partum, sedangkan pada penelitian ini adalah pemulihan fisik ibu nifas (tinggi fundus uteri, lokia, defekasi/bab, dan tanda vital)