PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI TRIGONOMETRI

dokumen-dokumen yang mirip
Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN ALTERNATIVE SOLUTIONS WORKSHEET UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PEMANFAATAN DIAGRAM DALAM PENYELESAIAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN KELAS VII SMP NEGERI 6 PONTIANAK

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HIMPUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI PECAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

PENGARUH METODE PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN GRAPHMATICA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI FUNGSI KUADRAT

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MTS KELAS VIII

PENGARUH PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT DI SMP

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL)

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe NHT

PENGARUH PELAKSANAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MURID SEKOLAH DASAR

Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Metode Two Stay Two Stray

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keefektifan pembelajaran menggunakan model problem based learning dan model

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X SMAN 5 BATAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DIKAJI DARI TEORI BRUNER DALAM MATERI TRIGONOMETRI DI SMA

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

HUBUNGAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF DENGAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN DI SMP

Yulia Herma, Sehatta Saragih, Suhermi No.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200

DAMPAK PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PEROLEHAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PESERTA DIDIK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Tamansiswa

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

Penggunaan Model Kooperatif Tipe CIRC Berbasis Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

MODEL MEANS ENDS ANALYSIS DAN DIRECT INTRUCTION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENGOPTIMALKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH PADA PELAJARAN EKONOMI DI SMA

PENERAPAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SURYAKANCANA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBASIS RME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 SDN Mangunsari 07 Salatiga Eksperimen % 2 SDN 03 Karangrejo Kontrol

IMPLEMENTASI STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP 1 KARAWANG TIMUR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE DIPADU METODE NUMBER HEAD TOGETHER TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan Eksperimen Kontrol Jumlah Seluruhnya 59

BAB IV HASIL PENELITIAN. pengaruh model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)

EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN SELF CONFIDENCE MATEMATIS SISWA ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

bahwa kegiatan pembelajaran harus membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan berbagai cara. Hal ini terkait erat dengan kemampuan representasi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dikatakan kuasi eksperimen karena subjek penelitian tidak diacak sepenuhnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN LOGIS MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY METHODS DI KELAS X SMA NEGERI 2 SIGLI. Fithri Angelia Permana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimen.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMKN 1 Bandung Tulungagung dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran di SMP

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume I Nomor 1, Desember 2015

PENEREPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN TEAM GROUP TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB IV HASIL PENELITIAN. yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitiam. Variabel-variabel yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MODEL LEARNING TOGETHER DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA DI SMA

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

PENERAPAN PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMECAHAN MASALAH MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DI MTS

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN GENERATIF

Transkripsi:

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI TRIGONOMETRI Nofila Yossy Viantri, Bambang Hudiono, Asep Nursangaji Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email : nofilayossyviantri@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan representasi matematis setelah diajarkan dengan metode penemuan terbimbing dan metode penemuan pada materi trigonometri di MAN 2 Pontianak. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan bentuk Quasi Eksperimental Design. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IIK sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X IIS 2 sebagai kelas kontrol. Dari hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh positif terhadap kemampuan representasi matematis siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dan metode penemuan. Berdasarkan nilai normalized gain sebesar 0,717 pada kelas eksperimen dan 0,57 pada kelas kontrol, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan representasi matematis siswa setelah diajarkan dengan metode penemuan terbimbing lebih tinggi daripada setelah diajarkan dengan metode penemuan. Hal ini terbukti signifikan dari nilai t hitung > t tabel yaitu 13,509 > 2,010. Kata kunci : Representasi Matematis, Metode Penemuan Terbimbing Abstrak: This research aims to know the difference mathematical representation ability after being taught with guided learning method and discovery learning in trigonometry s topic at MAN 2 Pontianak. The method of the research was experiment method in form of Quasi Experimental Design. The sample of this research is students of X IIK as an experimental class and students of X IIS 2 as the control class. From the analysis of the data showed that there is a positive influence on the mathematical representation ability after being taught with guided learning and the discovery learning. From the value of normalized gain, 0.717 at experimental class and 0,57 at control class, it showed that the mathematical representation ability of students after being taught with guided learning method is higher than after being taught discovery learning. It proved significantly from the value of t> t table is 13.509> 2.010. Key word : Mathematical Representation Ability, Guided Learning Method, Discovery Learning Method

Tujuan mata pelajaran matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah menurut Depdiknas 2006 adalah agar siswa mampu: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Demikian pula tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran matematika oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). NCTM (2000) menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection), kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi (representation). Berdasarkan uraian tersebut, kemampuan representasi termuat pada kemampuan standar menurut Depdiknas dan NCTM. Artinya, kemampuan ini penting dikembangkan oleh siswa. Pentingnya kemampuan representasi matematis dapat dilihat dari standar representasi yang ditetapkan oleh NCTM. NCTM (2000) menetapkan bahwa program pembelajaran dari pra-taman kanakkanak sampai kelas 12 harus memungkinkan siswa untuk: (1) menciptakan dan menggunakan representasi untuk mengorganisir, mencatat, dan mengkomunikasikan ide-ide matematis; (2) memilih, menerapkan, dan menerjemahkan representasi matematis untuk memecahkan masalah; dan (3) menggunakan representasi untuk memodelkan dan menginterpretasikan fenomena fisik, sosial, dan fenomena matematis. Dengan demikian, kemampuan representasi matematisdiperlukan siswa untuk menemukan dan membuat suatu alat atau cara berpikir dalam mengkomunikasikan gagasan matematis dari yang sifatnya abstrak menuju konkret, sehingga lebih mudah untuk dipahami. Berdasarkan standar representasi yang ditetapkan oleh NCTM (2000), maka kemampuan representasi merupakan kemampuan yang penting dimiliki siswa. Namun, fakta di lapangan belumlah sesuai dengan apa yang diharapkan. Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada saat melakukan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) tahun 2013 di MAN 2 Pontianak, selama ini guru sudah terbiasa mengajarkan materi dengan langsung menggunakan rumus. Hal ini berarti bahwa keterbatasan pengetahuan guru dan kebiasaan siswa belajar dikelas dengan cara konvensional belum memungkinkan untuk mengembangkan daya representasi siswa. Terutama pada materi trigonometri, hampir keseluruhan siswa mengeluh atas kesulitan dalam menghapal rumus pada materi tersebut. Hal ini dikarenakan siswa lebih cenderung untuk disuruh menghapal rumus-rumus yang

ada, tanpa diberi informasi mengenai penemuan rumus tersebut. Hasil pengamatan penulis diperkuat dari hasil observasi penulis pada saat memberikan soal kemampuan representasi terkait materi trigonometri di MAN 2 Pontianak, dan ternyata dari 40 siswa hanya 8 siswa yang dapat menjawab persoalan tersebut dengan benar. Kebanyakan siswa masih sulit dalam merepresentasikan suatu persoalan dalam bentuk verbal (bahasa), visual (gambar), maupun simbolik. Ini merupakan fakta bahwa siswa masih memiliki kemampuan representasi matematis yang rendah karena lebih dari 50% siswa tidak dapat mengerjakan soal dengan benar. Pembelajaran matematika yang masih cenderung berfokus pada buku teks dan masih sering dijumpai guru matematika yang masih terbiasa pada kebiasaan mengajarnya dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran seperti: menyajikan materi pembelajaran, memberikan contoh-contoh soal dan meminta siswa mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat dalam buku teks yang mereka gunakan dalam mengajar dan kemudian membahasnya bersama siswa diduga merupakan penyebab dari lemahnya kemampuan representasi matematis siswa khususnya pada materi trigonometri. Dari pemaparan fakta ini, perlu adanya pembelajaran yang mengkondisikan siswa aktif dalam belajar matematika dan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa. Henningsen dan Stein dalam Effendy (2012: 4) mengutarakan bahwa untuk mengembangkan kemampuan matematis siswa, maka pembelajaran harus menjadi lingkungan dimana siswa mampu terlibat secara aktif dalam banyak kegiatan matematika yang bermanfaat. Siswa harus aktif dalam belajar, tidak hanya menyalin atau mengikuti contoh-contoh tanpa tahu maknanya. Salah satu pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah metode penemuan terbimbing. Penemuan yang dimaksud yaitu siswa menemukan konsep melalui bimbingan dan arahan dari guru karena pada umumnya sebagian besar siswa masih membutuhkan konsep dasar untuk dapat menemukan sesuatu. Seperti yang telah diketahui bahwa guru memiliki pengaruh yang paling penting terhadap kemajuan siswa dalam proses pembelajaran, maka metode yang digunakan adalah metode penemuan tebimbing. Dalam metode penemuan terbimbing, guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang sedang ia peroleh. Siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan konsep, prinsip, ataupun prosedur berdasarkan bahan ajar yang telah disediakan guru. Dengan metode ini, guru menganjurkan siswa membuat dugaan, intuisi, dan mencoba-coba. Melalui dugaan, intuisi, dan mencoba-coba ini diharapkan siswa tidak begitu saja menerima langsung konsep, prinsip, ataupun prosedur yang telah jadi dalam kegiatan belajar-mengajar matematika, akan tetapi siswa lebih ditekankan pada aspek mencari dan menemukan konsep, prinsip, ataupun prosedur matematika. Untuk menghasilkan suatu penemuan, siswa harus dapat menghubungkan ide-ide matematis yang mereka miliki. Untuk menghubungkan ide-ide tersebut, mereka dapat merepresentasikan ide tersebut melalui gambar, grafik, simbol, ataupun kata-kata sehingga menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami. Membiasakan siswa dengan belajar penemuan, secara tidak langsung juga membiasakan siswa

dalam merepresentasikan informasi, data, ataupun pengetahuan untuk menghasilkan suatu penemuan. Dari hasil penelitian Harwana (2013), dengan metode penemuan terbimbing berbasis teori Bruner menunjukkan bahwa dapat meningkatkan hasil belajar matematika yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada siklus I ke siklus II yaitu 76 menjadi 82 dan meningkatnya nilai jumlah siswa yang tuntas belajar dari 64,5% menjadi 87,1%. Serta hasil penelitian Effendy (2012) menunjukan bahwa dengan metode penemuan terbimbing pada kelas eksperimen menghasilkan bahwa kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menerapkan Metode Penemuan Terbimbing pada Materi Trigonometri. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental Design. Rancangan yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Dengan rancangan penelitian sebagai berikut : (Sugiyono, 2012) Tabel 1 Rancangan Penelitian O 1 X 1 O 2 O 3 X 2 O 4 Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X MAN 2 Pontianak dan sampel penelitiannya adalah siswa kelas X IIK sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X IIS 2 sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Cluster Sampling. Teknik pengumpul data pada penelitian ini adalah teknik pengukuran berupa tes kemampuan representasi matematis untuk mengukur kemampuan representasi matematis siswa. Instrumen penelitian divalidasi oleh dua orang dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan dan satu orang guru MAN 2 Pontianak dengan hasil validasi bahwa instrument yang digunakan valid. Berdasarkan hasil uji coba soal diperoleh keterangan bahwa tingkat reliabilitas soalyang disusun tergolong sangat tinggi dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,92. Hasil tes kemampuan representasi matematis dianalisis dengan menggunakan statistik parametrik, yaitu uji normalitas data, uji homogenitas, dan dilanjutkan dengan uji t. Adapun tahapan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing adalah observasi untuk menemukan masalah, merumuskan masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan eksperimen, melakukan pengamatan dan pengumpulan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan tahapan pembelajaran dengan metode penemuan adalah menentukan masalah, menyusun alat dan bahan, melakukan eksperimen secara berkelompok dan menyimpulkan konsep.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada kelas X MAN 2 Pontianak. Melalui teknik pengambilan sampel yang digunakan, maka terpilihlah kelas X IIK sebagai kelas eksperimen dan kelas X IIS 2 sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan metode penemuan terbimbing dan pada kelas kontrol diberikan perlakuan dengan metode penemuan. Dari hasil penelitian ini diperoleh dua kelompok data, yaitu data pretest dan posttest di kelas eksperimen serta data pretest dan posttest di kelas kontrol. Hasil analisis pretest dan posttest di kelas eksperimen dapat disajikan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Deskripsi Hasil Analisis Kelas Eksperimen Pretest Postest G-N Keterangan Skor Nilai Skor Nilai 0,717 Rata-rata 10.971 45.714 19.314 80.476 Standar Deviasi 2.995 12.479 2.097 8.738 Dari tabel diatas terlihat bahwa skor rata-rata pre-test siswa 10,971 dan ratarata post-test siswa 19,314 serta didapat nilai normalized gain adalah 0,717 dengan kriteria tinggi. Untuk hasil analisis pretest dan posttest di kelas kontrol dapat disajikan pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3 Deskripsi Hasil Analisis Kelas Kontrol Pretest Postest G-N Keterangan Skor Nilai Skor Nilai 0,57 Rata-rata 10.943 45.595 18.457 76.905 Standar Deviasi 3.447 14.361 2.904 12.099 Dari tabel diatas terlihat bahwa skor rata-rata pre-test siswa 10,943 dan ratarata post-test siswa 18,457 serta didapat nilai normalized gain adalah 0,57 dengan kriteria sedang. Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik. Pertama dilakukan uji normalitas pretest dan posttest dengan bantuan SPSS versi 17.0 dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil analisis dapat disajikan pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Deskripsi Uji Normalitas Faktor Kolmogorov-Smirnov a Statistic df Sig. Nilai Pretest.141 35.074 Posttest.136 35.102 Berdasarkan tabel uji normalitas diatas diketahui pada kolom Kolmogorov- Smirnov a Sig pretest 0,074 dan Sig posttest 0,102. Hal ini menunjukan nilai Sig > 0,05 oleh karena itu data pre-test dan posttes kelas eksperimen berdistribusi

normal. Langkah kedua, karena data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians yaitu uji F. Hasil analisis dapat disajikan pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5 Deskripsi Uji Homogenitas Levene df1 df2 Sig. statistic 3.594 1 68.062 Berdasarkan tabel uji homogenitas varians diatas, diperoleh Sig.0,062. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Sig. > 0,05, maka dikatakan bahwa data pre-test dan post-test adalah homogen. Langkah ketiga, dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t 2 pihak. Hasil analisis dapat disajikan pada Tabel 6 berikut ini. Posttest pretest Mean Tabel 6 Deskripsi Uji-t Paired Differences Std. Std. 95% Confidence Deviation Error Interval of the Mean Difference Lower Upper t df Sig (2- tailed) 8.34286 3.65371.61759 7.08776 9.59795 13.509 34.000 Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan representasi matematis yang diberikan pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing pada materi trigonometri. Pengujian hipotesis dilakukan dengan ketentuan jika nilai probabilitas > 0,05 maka berarti tidak terdapat peningkatan kemampuan representasi matematis yang diberikan pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing pada materi trigonometri, sedangkan jika nilai probabilitas 0,05 maka terdapat peningkatan kemampuan representasi matematis yang diberikan pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing pada materi trigonometri. Dari hasil uji signifikansi terlihat bahwa nilai probabilitas adalah sebesar 0,00 (< 0,05) sehingga berarti bahwa terdapat peningkatan kemampuan representasi matematis yang diberikan pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing pada materi trigonometri. Hasil uji melalui probabilitas ini juga relevan dengan pengujian melalui statistik t. Nilai t hitung adalah sebesar 13,509, sementara t tabel diperoleh dari taraf signifikansi 5% adalah sebesar 2,010. Karena t hitung > t tabel (13,509 > 2,010) maka berarti bahwa terdapat peningkatan kemampuan representasi matematis yang diberikan pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing pada materi trigonometri.dan terbukti signifikan berdasarkan pengujian statistik. Dari tabel uji-t 2 pihak diatas, diperoleh Sig. (2-tailed) = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa Sig. (2-tailed) 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan representasi matematis yang memperoleh pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing pada

materi trigonometri di kelas X MAN 2 Pontianak. Dengan perbedaan peningkatan yaitu 0,717 pada kelas eksperimen dan 0,57 pada kelas control, hal ini berarti bahwa kemampuan representasi matematis yang diajarkan dengan metode penemuan terbimbing lebih baik daripada yang diajarkan dengan metode penemuan. Pembahasan Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengujikan cobakan soal di MAN 1 Pontianak. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas pada tiap-tiap butir soal yang tercantum pada lampiran. Karena kedua syarat tersebut terpenuhi maka instrumen layak untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya yaitu bertempat di MAN 2 Pontianak. Penelitian ini akan mengemukakan pembahasan berkaitan dengan permasalahan penelitian dengan mengacu pada hasil analisis data. Pada pertemuan pertama kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan pretest. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut. Pada pertemuan kedua, kelas eksperimen ini mendapatkan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dan kelas control mendapatkan pembelajaran metode penemuan untuk mengukur kemampuan representasi matematis yang bertujuan agar siswa lebih mudah dalam memahami materi perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku. Dalam proses pembelajaran siswa dibagi menjadi 9 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang. Sebelum melaksanakan pembelajaran terlebih dahulu peneliti menjelaskan langkah-langkah pembelajaran. Pada saat melakukan penelitian di kelas eksperimen, siswa sangat antusias dalam mengikuti pelajaran. Mereka sangat tertarik karena pembelajaran mengharuskan mereka menemukan konsep sendiri dengan bimbingan guru. Saat proses belajar mengajar siswa juga aktif untuk mencoba menemukan konsep hingga menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Keadaan ini terlihat dari keaktifan siswa dalam mengajukan pendapat ketika guru memberikan bimbingan didepan kelas. Pada akhir pembelajaran diberikan posttest untuk mengetahui peningkatan kemampuan representasi matematis dan seberapa besar pengaruh kemampuan representasi matematis siswa setelah digunakan metode penemuan terbimbing. Berdasarkan pengolahan data pretest dan posttest pada kelas eksperimen dengan menggunakan statistik yang sesuai. Langkah pertama adalah menguji normalitas, kemudian setelah data berdistribusi normal, dilakukan uji homogenitas, dan ternyata data pretest dan posttest homogen sehingga uji t digunakan untuk melihat ada tidaknya peningkatan pada kemampuan representasi matematis siswa. Dari hasil analisis data didapat bahwa terdapat peningkatan kemampuan representasi matematis siswa sesudah menerapkan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing pada materi trigonometri di kelas X MAN 2 Pontianak. Hal ini terlihat dengan jumlah Sig. (2-tailed) yaitu 0,000 0,05. Besar peningkatan kemampuan representasi matematis siswa setelah diajarkan menggunakan metode penemuan terbimbing yaitu 0,717 dengan kriteria

tinggi. Peningkatan ini terjadi dikarenakan adanya perlakuan yang diberikan oleh peneliti. Perlakuan yang diberikan berupa pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing dengan menerapkan langkah-langkah pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing. Walaupun peneliti telah melaksanakan langkahlangkah pembelajaran dengan prosedur yang berlaku tidak menjamin bahwa hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan. Kenyataannya masih terdapat beberapa siswa yang tidak bisa menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Hal ini terjadi karena rendahnya kemauan belajar siswa dan siswa tidak mau mendengarkan penjelasan guru. Berdasarkan nilai siswa di atas pada indikator 1 kemampuan siswa dalam melakukan translasi representasi verbal ke representasi visual nilainya adalah 89,286 dengan kategori sangat baik, pada indikator 2 yaitu kemampuan siswa dalam melakukan translasi representasi verbal ke representasi visual nilainya adalah 77,143 dengan kategori baik, pada indikator 3 yaitu kemampuan siswa dalam melakukan translasi representasi verbal ke representasi simbolik nilainya adalah 80,00 dengan kategori baik, pada indikator 4 yaitu kemampuan siswa dalam melakukan translasi representasi simbolik ke representasi verbal nilainya adalah 77,143 dengan kategori baik, pada indikator 5 yaitu kemampuan siswa dalam melakukan translasi representasi visual ke representasi simbolik nilainya adalah 82,857 dengan kategori baik, dan pada indikator 6 yaitu kemampuan siswa dalam melakukan translasi representasi simbolik ke representasi visual nilainya adalah 76,429 dengan kategori baik. Berdasarkan hasil penelitian juga ternyata pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing sangat berpengaruh terhadap kemampuan representasi matematis siswa. Ini terbukti dari perhitungan menggunakan rumus effect size sebesar 2,785 dengan kriteria tinggi. Pengaruh ini selaras dengan besarnya peningkatan yang terjadi antara hasil pretest postest siswa. Jika hasil postest siswa mengalami peningkatan maka secara tidak langsung bahwa metode penemuan terbimbing yang diterapkan untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa sangat berpengaruh. Berdasarkan pembahasan yang dikemukakan di atas, bahwa hipotesis yang dirumuskan terbukti benar yaitu terdapat peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang lebih tinggi pada pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dalam materi trigonometri di kelas X MAN 2 Pontianak. Hal ini dibuktikan dengan uji t, didapat bahwa Sig. (2-tailed) yaitu 0,000 0,05. Dengan perbedaan peningkatan yaitu 0,717 pada kelas eksperimen dan 0,57 pada kelas control, hal ini berarti bahwa kemampuan representasi matematis yang diajarkan dengan metode penemuan terbimbing lebih baik daripada yang diajarkan dengan metode penemuan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa Berdasarkan nilai normalized gain sebesar 0,717 pada kelas eksperimen dan 0,57 pada kelas kontrol, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan representasi matematis siswa setelah diajarkan dengan metode penemuan terbimbing lebih

tinggi daripada setelah diajarkan dengan metode penemuan. Hal ini terbukti signifikan dari nilai t hitung > t tabel yaitu 13,509 > 2,010. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan kelemahan dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) Selama dalam proses belajar mengajar berlangsung guru harus mampu mengkondisikan kelas agar tidak ada siswa yang membuat keributan di dalam kelas yang dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa yang lain. (2) Diharapkan kepada peneliti selanjutnya, dilakukan wawancara terhadap beberapa siswa yang masih mengalami kesulitan dalam representasi matematis, (3) Kepada guru matematika yang mengajar untuk dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu alternatif dalam memberikan pembelajaran pada materi yang lain. DAFTAR RUJUKAN Alamsyah. 2012. Penerapan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan LKS dalam Materi Teorema Pythagoras pada Siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Pontianak. (Skirpsi) : UNTAN Depdiknas. 2006. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: BNSP Effendy, Adhar. 2012. Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Tesis UPI: (online) http://jurnal.upi.edu/file/6_leo_adhar_effendi.pdf di akses tanggal 24 Februari 2014 NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. USA: The National Council of Teacher Mathematics inc Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta