BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan menbentuk prilaku anak yang baik (Santrock, 2011). dapat membuat anak-anak rentan terhadap eksplotasi. Kekewatiran banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dikenal dengan masa yang penuh dengan pergolakan emosi yang diiringi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. sendiri.dalam sepanjang rentang kehidupan, dapat dipastikan bahwa manusia tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilakukan di lingkungan mana saja baik di sekolah maupun di luar

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan yang sering kali dialami siswa di sekolah tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara individual maupun massal sudah menjadi berita harian. Aksi-aksi

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

manusia dimulai dari keluarga. Menurut Helmawati (2014:1) bahwa Keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi pembentukan dan pendidikan anak.

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya masa remaja dianggap sebagai masa yang paling sulit dalam tahap perkembangan individu. Para psikolog selama ini memberi label masa remaja sebagai masa storm and stress, untuk menggambarkan masa yang penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog permulaan Amerika, Stanley Hall, yang menganggap bahwa strom and stress merupakan fenomena universal pada masa remaja dan bersifat normatif. Fenomena tersebut karena remaja menjalani proses evolusi menuju kedewasaan. Pandangan Hall tersebut selaras dengan paham psikoanalitik yang menganggap masa remaja merupakan masa pertarungan antara id, yaitu hasrat untuk mencari kesenangan seksual dan super ego yaitu, tuntutan untuk mematuhi norma dan moral soaial, pergolakan yang dialami pada masa remaja merupakan refleksi dari konflik internal dan ketidakseimbangan psikis (Lestari, 2012:108-109). Data demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia dari remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di Negara berkembang, sementara di Indonesia sendiri terdapat sekitar 60 juta jiwa penduduk adalah remaja (Saraswatia, 2015:34). Remaja pada masa sekarang berperilaku agresif bukan hal yang asing lagi, tingkah laku tersebut muncul sebagai reaksi atas pengalaman interaksi sosial 1

2 remaja yang gagal dan terarah untuk memperoleh pemuasan atas kebutuhannya untuk diterima dan menghindari penolakan. Ditambah lagi dengan banyaknya model, tokoh identifikasi yang kurang baik di lingkungannya, kurangnya pendidikan moral maupun pembinaan mental remaja serta berbagai situasi kekerasan yang marak terjadi di masyarakat sangat besar pengaruhnya terhadap munculnya perilaku agresif. Pada rentang masa remaja, perilaku agresif akan sering muncul sebagai konsekuensi rasa penasaran individu terhadap sesuatu yang baru, termasuk yang berkaitan dengan tata norma atau nilai yang berlaku di masyarakat. Dorongan negatif yang besar akibat pengaruh negatif pergaulan muncul tanpa diimbangi sistem tata nilai yang ditanamkan orangtua, sekolah maupun masyarakat. Berangkat dari kenyataan tersebut, maka perlu kiranya pada usia remaja individu harus diawasi dengan baik serta dibekali dengan pengetahuan nilai-nilai yang cukup. Hal ini dikarenakan perilaku agresi yang muncul pada diri remaja tidak hanya dilakukan di lingkup keluarga saja, tetapi pada lingkup sekolah dan masyarakat. Agresif sering kali diartikan sebagai perilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang lain baik secara fisik ataupun psikis. Baron dan Byrne mendefenisikan agresi sebagai perilaku yang diarahkan dengan tujuan untuk membahayakan orang lain (Rahman, 2013:197). Adapun pengertian agresi menurut (Adler) yaitu perwujudan kemauan untuk berkuasa dan mengusai orang lain (Chaplin, 2009:15).

3 Berdasarkan pendapat ahli di atas tentang perilaku agresi, maka secara umum dapat dipahami bahwa perilaku agresi adalah tindakan, perbuatan yang merusak, merugikan ataupun melukai orang lain, baik secara fisik maupun psikis. Remaja yang berperilaku agresi emosinya tidak stabil, seperti mudah menangis dan mudah marah. Perilaku agresif dapat diperoleh atau dipengaruhi oleh lingkungan. Keluarga merupakan lingkungan terdekat bagi remaja, sehingga keluarga juga merupakan sumber bagi timbulnya agresi. Salah satu faktor yang diduga menjadi sebab timbulnya tingkah laku agresi adalah kecenderungan pola asuh tertentu dari orang tua (http://eprints.ums.ac.id ). Jadi salah satu faktor penyebab perilaku agresif adalah penerapan pola asuh yang mendominasi, salah satunya yaitu pola asuh permisif. Anak yang mendapati pengasuhan dari orangtuanya dengan pola asuh permisif akan cenderung bersifat bebas tanpa aturan, dan akan menghasilkan karakteristik anak yang agresif, kurang mandiri, mau menang sendiri dan kurang matang secara sosial. Sedangkan orang tua tidak lagi dianggap sebagai sosok yang memiliki peran dan tauladan baginya. Pola asuh orangtua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang terjadi antara orangtua dan anak yang merupakan pola pengasuhan tertentu dalam keluarga yang akan memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak (Rahman, 2012:23)

4 Sedangkan pola asuh permisif adalah sebuah gaya pengasuhan ketika orangtua sangat terlibat dengan anak-anak mereka, tetapi menempatkan beberapa tuntutan atau kontrol atas mereka. Orangtua seperti ini membiarkan anak-anak mereka melakukan apa yang mereka inginkan. Hasilnya adalah bahwa anak-anak tidak pernah belajar untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan untuk mendapatkan keinginan mereka. Beberapa orang tua sengaja membesarkan anak-anak mereka dengan cara ini karena mereka percaya kombinasi dari keterlibatan hangat dan beberapa batasan akan menghasilkan anak yang kreatif dan percaya diri. Namun, anak-anak yang orangtuanya permisif jarang belajar untuk menghormati orang lain dan mengalami kesulitan mengendalikan perilaku mereka. Mereka mungkin mendominasi, egosentris, patuh, dan kesulitan dalam hubungan teman sebaya (Santrock, 2011:103). Orangtua permisif menghargai ekspresi diri dan regulasi diri. Mereka mungkin membuat beberapa permintaan dan mengizinkan anak untuk memonitori aktivitas mereka sendiri sebanyak mungkin. Jika mereka harus membuat peraturan, maka mereka akan menjelaskan alasannya kepada anak-anak mereka. Mereka berkonsultasi dengan anak-anak tentang keputusan kebijakan dan jarang menghukum. Mereka hangat, tidak mengontrol, dan tidak menuntut. Anak prasekolah mereka cenderung menjadi anak dewasa-sangat kurang kontrol diri dan kurang eksplorasi (Papalia, 2008:395). Jadi dari penjelasan di atas dapat penulis pahami bahwa pola asuh permisif ini adalah orangtua sangat terlibat dalam kehidupan anak, tetapi hanya

5 menempatkan sedikit batasan atau larangan atas perilaku mereka. Pola asuh permisif menjadikan anak berperilaku sesuai dengan keinginannya karena orangtua tidak pernah memberikan aturan ataupun arahan kepada anak sehingga anak tidak tahu apakah perilakunya benar atau salah karena minimnya pengarahan atau aturan dari orangtua. Berdasarkan data dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Padang, di Sumatera Barat khususnya Kota Padang selama tahun 2014, tercatat 433 kasus kenakalan remaja. Data dari Satpol PP Kota Padang tersebut, menyebutkan bahwa SMK 5 Padang merupakan sekolah yang paling tinggi tingkat kenakalan remajanya selama tahun 2014 di Kota Padang, dan bentuk kenakalan remaja yang dilakukan seperti bolos sekolah dan tawuran. Menurut data dari BPS, tren kenakalan dan kriminalitas remaja mulai dari kekerasan fisik, kekerasan seksual dan kekerasan psikis menunjukkan angka peningkatan dari tahun ke tahun (http://scholar.unand.ac.id ). Di Indonesia aksi-aksi kekerasan dapat terjadi di mana saja, seperti di jalan-jalan, di kompleks-kompleks perumahan, bahkan dipedesaan. Aksi tersebut dapat berupa kekerasan verbal (mencaci maki) maupun kekerasan fisik (memukul dan meninju). Di Sumatera Barat khususnya di Kota Padang, terjadi peningkatan aksi kekerasan (tawuran) yang mana lebih didominasi oleh perkelahian antar pelajar. Tercatat beberapa sekolah yang rawan tawuran salah satunya adalah SMK N 5 Padang yang menempati urutan pertama terhadap tawuran antar pelajar di Kota Padang (http://repo.unand.ac.id )

6 Berdasarkan beberapa data yang penulis peroleh di atas, bahwasannya SMKN 5 Padang merupakan sekolah yang paling banyak terdapat perilaku agresifnya. Seperti sering tawuran, sering bolos, dan masih banyak lagi. Maka dengan begitu penulis menetapkan SMK N 5 Padang sebagai tempat penelitian yang akan penulis lakukan. Visi dan misi SMK N 5 padang. Visi SMK N 5 adalah Cerdas, Kompetitif dan Berbudi Luhur. Misi SMK N 5 Padang adalah: 1. Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan cerdas Intelektual, emosional dan spiritual. 2. Membekali lulusan dengan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tantangan global. 3. Mewujudkan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 4. Membina dan meningkatkan kerjasama dengan seluruh komponen masyarakat yang berkesinambungan. 5. Mewujudkan budaya dan lingkungan sekolah yang bersih, indah dan kondusif untuk pembelajaran. 6. Meningkatkan dan mengembangkan system manajemen mutu ISO 9001 : 2008. 7. Menerapkan SIM (Sistem Informasi Manajemen) sekolah berbasis Teknologi Informasi. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan mulai dari tanggal 3, 4, 5, 6 oktober 2016, penulis melihat ada siswa yang mengejek temannya sampai

7 menangis, ada juga siswa yang berkelahi sampai memukul temannya, ada siswa yang melempar-lempar barang pada saat guru menerangkan pelajaran, ada juga siswa yang berkata kotor kepada temannya, ada juga siswa yang mengganggu temannya saat belajar dan ada juga siswa yang keluar masuk saat jam pelajaran berlangsung. Data dari wakil bidang kesiswaan yaitu bapak (EM) di SMK N 5 Padang pada tanggal 10 Oktober 2016, diperoleh data bahwa siswa SMK 5 N Padang ini sebanyak 1.013 siswa, di antaranya kelas X sebanyak 594 orang, kelas XI sebanyak 316 orang, dan kelas XII sebanyak 303 orang siswa. Dan sekolah ini terdiri dari 6 jurusan. Di sekolah ini memang banyak sekali pelanggaranpelanggaran, bahkan tidak jarang terjadi tawuran. Siswa yang berperilaku agresif di sekolah ini merata yaitu dari kelas satu sampai kelas tiga. Maraknya perilaku agresif yang ditampilkan siswa seperti: berkelahi, merusak benda disekitar sekolah, mengganggu dan menyakiti sesama teman. Data lain didapat dari salah seorang guru BK yaitu bapak (B), dari buku agenda pemanggilan siswa juga menunjukan terdapat permasalahan yang merupakan perilaku agresif, guru BK tersebut mengatakan bahwa: Siswa SMK 5 disini dulunya sering terlibat tawuran, siswa dari SMK 5 pernah terlibat tawuran dengan SMK Azkia, dan juga dengan sekolah lainnya. Tapi sekarang ini yang namanya tawuran sudah jarang terjadi disini, pada tahun 2016 ini pernah terjadi tawuran, tetapi tidak sesering biasanya. perilaku siswa disini yang meresahkan pihak sekolah diantaranya adalah berkata kasar, menghina, mengejek, mencemooh, mengahasut dan memaki temannya, memukul, menampar, berkelahi, suka melempar-lepar barang saat guru menerangkan pelajaran, merampas

8 barang milik orang lain, dan merusak barang orang lain. Selain itu siswa disini sering cabut, bahkan dalam satu semester itu hanya 2-3 kali dia yang mengikuti pelajaran. Kami sudah memanggil dan menasehatinya dan kami juga memanggil orangtuanya kesekolah, bagi siswa yang tidak ada perubahan langsung dikeluarkan dari sekolah. Kenakalan yang lainnya yaitu pada setiap upacara bendera hanya 20% siswa yang mengikutinya yang lainnya datang terlambat (wawancara dengan salah seorang guru BK, 10 Oktober 2016). Penulis juga mewawancarai salah seorang guru di SMK N 5 Padang. Bapak itu mengatakan bahwa: Kalau perilaku agresif di SMK 5 ini memang banyak, contohnya saja ketika jam pelajaran dimulai yang masuk duluan itu gurunya bukan siswanya. Nampaknya disini guru yang semangat dari pada siswanya. Banyak siswa yang datang terlambat, berpakaian tidak sesuai aturan. Dan selain itu yang masuk ke sekolah ini juga bukan dari anak-anak yang memiliki prestasi, tetapi anak-anak yang nilainya menengah kebawah, Jadi tidak heran kalau kelakuannya sperti itu (wawancara dengan salah seorang guru, 10 Oktober 2016). Penulis mewawancarai seorang siswa SMK N 5 Padang dan dia mengatakan bahwa: Kalau di panggil keruangan BK sering kak, Karena saya main HP saat jam pelajaran, mengganggu teman di kelas, dan karena nilai yang rendah juga. Orangtua saya juga pernah di panggil oleh wali kelas saya, tetapi dia tidak pernah marah kepada saya meskipun saya sudah berbuat salah, orangtua palingan hanya menasehati saja. (wawancara dengan siswa, 11 Oktober 2016). Penulis juga mewawancarai lagi sala seorang siswa SMK N 5 Padang dan dia mengatakan bahwa: Orangtua saya tidak pernah marah kalau saya pulang terlambat, karena saya bilang kalau saya ada kegiatan ekstra kulikuler di sekolah, padahal sebenarnya tidak. (Wawancara dengan siswa, 11 Oktober 2016).

9 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas maka dapat diidentifikasi masalah yang terdapat dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. SMK N 5 Padang merupakan sekolah yang menempati urutan pertama tawuran antar pelajar di kota Padang. 2. SMK N 5 Padang sekolah yang paling tinggi tingkat perilaku agresifnya di kota Padang. 3. Siswa yang berperilaku agresif di SMK N 5 Padang selalu meningkat dari tahun ke tahun. 4. Perilaku agresif yang di lakukan siswa di SMK N 5 Padang ini diantaranya yaitu: pada saat upacara bendera hanya sedikit siswa di SMK N 5 Padang ini yang mengikutinya, banyak siswa di SMK N 5 Padang yang datang terlambat, banyak siswa di SMK N 5 Padang yang melanggar aturan, ada juga siswa di SMK N 5 Padang ini yang suka berkata-kata kotor, sering berkelahi, dan sering tidak masuk pada jam pelajaran, bahkan siswa di sekolah ini juga pernah terlibat tawuran antar sekolah. Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi dengan judul: Hubungan Pola Asuh Permisif dengan Perilaku Agresif di SMK N 5 Padang.

10 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, agar permasalahannya tidak menyimpang dari pokok pembahasan maka yang menjadi rumusan dari permasalahan ini adalah Apakah ada Hubungan antara Pola Asuh Permisif dengan Perilaku Agresif di SMK N 5 Padang. 1.4. Batasan Masalah Agar penelitian ini dapat terarah dan tidak keluar dari pokok tujuan yang akan diteliti, maka batasan masalahnya adalah : 1. Seberapa tingkat perilaku agresif di SMK 5 Padang. 2. Seberapa tingkat pola asuh permisif di SMK 5 Padang. 3. Apakah ada hubungan pola asuh permisif dengan perilaku agresif di SMK 5 Padang. 1.5. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Peneltian 1.5.1. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan pola asuh permisif dengan perilaku agresif di SMK 5 Padang. 2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat perilaku agresif di SMK N 5 Padang.

11 2. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat pola asuh permisif di SMK N 5 Padang. 1.5.2. Kegunaan Penelitian 1. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang permasalahan yang sedang dibahas. 2. Sebagai bahan masukan bagi para orangtua agar tidak menerapkan pola asuh yang mendominasi. 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat terhadap disiplin ilmu psikologi. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti-peneliti yang ingin meneliti tentang Hubungan Pola Asuh Permisif dengan Perilaku Agresif. 1.6.2. Manfaat Praktis 1. Bagi Pendidikan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi Mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang untuk perkembangan ilmu psikologi dan referensi dimasa yang akan datang. Selain itu sebagai informasi dan masukan bagi guru di SMK 5 Padang, khususnya guru bagian kesiswaan dan bimbingan konseling dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan pada siswa-siswa yang bermasalah.

12 2. Bagi Orangtua Secara praktis hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pertimbangan dan pengetahuan bagi orang tua dan masyarakat untuk menyiapkan kehidupan yang lebih baik bagi remaja dengan cara memberikan gambaran akan pentingnya peranan keluarga terhadap terbentuknya perilaku remaja yang baik. 3. Bagi Peneliti Kegiatan penulisan ini dapat memperluas wawasan peneliti tentang konsep-konsep penelitian dan pengembangan kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat diperkuliahan. 4. Sebagai salah satu syarat akademik untuk mendapatkan gelar sarjana psikologi islam (S. Psi) pada Fakultas Usuluddin IAIN Imam Bonjol Padang. 1.7. Sistematika Penulisan Bab I : PENDAHULUAN Terdiri dari pendahuluan, berisikan latarbelakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul, metode penelitian dan sistematika penelitian.

13 Bab II : LANDASAN TEORI Landasan teori membahas tentang perilaku agresif dan pola asuh permisif. Bab III : METODE PENELITIAN Metode penelitian, terdiri dari jenis penelitian, lokasi penelitian, populasi, sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data. Bab IV : PEMBAHASAN Merupakan hasil penelitian, terdiri dari hasil observasi, hasil wawancara dan pembahasan Bab V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengolahan data dan penelitian. Selain itu, dalam bab ini juga berisi sara-saran.