Kafa<lah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (ka>fil)

dokumen-dokumen yang mirip
KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

BAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB I PENDAHULUAN. harta dalam pandangan Islam adalah sebagai jalan, bukan satu satunya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERALIHAN AKAD DI BMT MUDA SURABAYA. keuntungannya sudah diperjanjikan diawal akad. Artinya pihak BMT tidak dapat

BAB IV. A. Analisis Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK) terhadap. 26, dan 27, yang telah diuraikan pada bab II mengenai pertanggungjawaban

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV DENGAN UANG DI DESA LAJU KIDUL KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB II ASURANSI JIWA DALAM HUKUM ISLAM

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SETATUS UANG MUKA YANG HANGUS DALAM PRAKTEK JUAL BELI ANAKAN BURUNG LOVE PONOROGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGELOLAAN REKSA DANA MELATI US DOLLAR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN MODAL KERJA MENURUT FATWA. DEWAN SYARIAH NASIONAL No.

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN. A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk. Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV. A. Analisis Penerapan Model Sistem Tanggung Renteng di Koperasi Simpan Pinjam. Pembiayaan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya

108 Desycha Yusianti Penggunaan Akad Kafalah Bi Al- Ujrah Pada Pembiayaan Take Over

BAB IV ANALISIS FIKIH MAZHAB SYAFII TERHADAP PRAKTIK JIAL BELI HARGA SEPIHAK

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

Tanya Jawab Edisi 3: Warisan Anak Perempuan: Syari'at "Satu Banding Satu"?

MAKALAH FIQIH MUAMALLAH DEFINISI, DASAR HUKUM, RUKUN DAN SYARAT HAWALAH. (diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah fiqih muamallah)

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB V PENUTUP. 1. Akad utang sapi untuk penanaman tembakau berdasarkan ketentuan kreditur

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil pembahasan penelitian bab sebelumnya, maka peneliti dapat. menyimpulkan :

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK BAGI HASIL DENGAN PEMBAGIAN TETAP DARI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI KJKS KUM3 RAHMAT SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENANGUNG JAWAB ATAS TANGGUNGAN RESIKO IJARAH. perbolehkan penggunaanya, Jelas, mempunyai tujuan dan maksud, yang

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SENGKETA AHLI WARIS DALAM PENGGUNAAN TANAH YAYASAN AL-HIKMAH

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

Setelah penulis mengumpulkan data dari lapangan melalui wawancara. dan dokumentasi di lapangan, yaitu di Bank BNI Syariah Kantor Cabang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IJARAH MULTIJASA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG DANA ZAKAT MA L DI YAYASAN NURUL HUDA SURABAYA. A. Analisis Mekanisme Hutang Piutang Dana Zakat

KAFALAH MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Fiqh Muamalah (FM) Dosen Pengampu : Ali Amin Isfandiar, M.Ag.

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH

BAB IV ANALISIS SISTEM KERJASAMA ANTARA PEMILIK PERAHU DAN NELAYAN DI DESA BUNGO DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung

BAB V PEMBAHASAN. A. Sistem Jual Beli Bunga di Kawasan Wisata Makam Bung Karno

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PRAKTIK PENAHANAN BAYI SEBAGAI JAMINAN PERSALINAN DI RUMAH SAKIT DR.

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

mud}a>rabah dalam usaha peternakan sapi. Yang mana Taufiq sebagai

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Akad al-qardh adalah perikatan atau perjanjian antara kedua belah

BAB II KAFĀLAH DAN BANK GARANSI. penjaminan atau jaminan untuk bisa bertransaksi. Caranya misalnya dengan

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 5-6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

BAB IV ANALISIS TENTANG AKAD QIRAD}{ DI GERAI DINAR SURABAYA

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN. A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan

pengetahuan yang kurang, oleh Karena itu untuk mendorong terciptanya

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk masalah jual beli dan sewa menyewa. Islam selalu

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB III LANDASAN TEORISTIS TENTANG PENGAWASAN PEMBIYAAN MURABAHAH. adalah skim jual beli murabahah. Transaksi murabahah ini lazimnya digunakan oleh

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis terhadap Akad bisnis Advertising dengan pendapatan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ALIH FUNGSI WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI LELANG ONLINE DI BALELANG.COM. menyetujui segala ketentuan-ketentuan yang Balelang.

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS KAFA<LAH{ TERHADAP PRAKTIK ARISAN MENURUN DI KELURAHAN NGADIREJO KECAMATAN KEPANJENKIDUL KOTA BLITAR Analisis Kafa>lah terhadap Praktik Arisan Menurun Di Kelurahan Ngadirejo Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar Kafa<lah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (ka>fil) kepada makfu<l lahu untuk memenuhi kewajiban makfu<l anhu. Dalam pengertian lain kafa<lah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. 76 Pada bab III telah dijelaskan bagaimana cara pembayaran dan perolehan arisan menurun serta jangka waktu pembayaran dan perolehannya. Yaitu pembayaran setiap peserta yang tidak sama meskipun dalam satu kloter semua peserta mendapatkan perolehan yang sama besar. Hal ini merupakan rumus yang telah ditetapkan sejak awal terbentuk arisan menurun ini. Sebelum mengikuti arisan peserta telah dijelaskan peraturan peraturan hingga sanksi sanksinya jika melanggar arisan ini. Walaupun tidak tertulis penyelenggara dan semua peserta tetap menjalankan arisan ini dengan amanah. Arisan menurun ini merupakan arisan yang berbeda dari arisan pada umumnya. Perbedaannya terletak pada besar pembayarannya yang tidak sama antara peserta yang satu dengan peserta lainnya dalam satu kloter meskipun 76 Muh. Sholihuddin, Hukum Ekonomi & Bisnis Islam II...,46. 52

53 besar perolehansemua peserta dalam satu kloter adalah sama. Misalnya jika perolehan sebesar Rp. 1.000.000,- dalam satu periode maka besar pembayaran peserta nomor urut pertama adalah Rp. 135.000,-, peserta kedua sebesar Rp. 130.000,-, peserta ketiga sebesar Rp. 125.000,-, dan seterusnya jumlahnya menurun hingga peserta terakhir. Dan pembayaran sebesar itu harus mereka bayar dengan jumlah yang sama hingga periode habis. Sebelum arisan ini dimulai penyelenggara dan para peserta tidak menentukan akad apa yang mereka pakai. Mereka hanya menjalankan arisan ini sebagaimana pada umumnya arisan. Akan tetapi, jika ada peserta yang melanggar arisan, maka penyelenggara akan menanggung semua pembayaran itu walaupun hingga periode habis. Oleh karena itu, penulis menganalisis arisan ini dengan teori kafa>lah. Karena di dalam arisan mengandung akad jaminan (kafa>lah). Dalam arisan ini peserta yang membayar arisan sama dengan orang yang memberi hutang (makfu>l lahu) kepada peserta yang akan memperoleh arisan. Peserta yang memperoleh arisan sama dengan orang yang berhutang (makfu>l anhu). Mereka berhutang dan membayar hutangnya dengan pembayaran arisan secara teratur tiap periodenya. Besar pembayaran arisan telah ditentukan sebelumnya dalam rumus yang tidak bisa diubah lagi. Semua peserta tidak boleh melanggar semua peraturan dan persyaratan yang telah ditentukan sebelum mereka mengikuti arisan ini. Apabila ada peserta yang terlambat atau tidak membayar arisan, maka penyelenggaralah yang akan menanggung kekurangannya itu. Namun, jika peserta arisan dapat mengikuti arisan ini maka ia harus membayar arisan yang belum dibayarnya itu beserta denda yang telah ditentukan.

54 Dalam arisan ini, penjaminnya (ka>fil) adalah penyelenggara yang menjamin akan menutupi pembayaran jika ada peserta yang belum atau tidak membayar arisan bahkan hingga periode habis. Jaminannya (makfu<l bih) adalah menutupi kekurangan pembayaran arisan. Pihak yang berpiutang (makfu>l lahu) adalah peserta yang membayar arisan, sedangkan pihak yang ditanggung atau pihak yang berhutang (makfu>l anhu) adalah peserta yang memperoleh arisan. Jadi, kafa<lah dalam hal ini adalah jaminan yang diberikan oleh penyelenggara untuk menjamin pelaksanaan arisan menurun ini hingga putaran selesai. Jika ada peserta yang belum atau tidak membayar arisan bahkan hingga periode habis maka penyelenggara akan menutupi kekurangan pembayaran arisan itu. Menurut mayoritas ulama, rukun dan syarat kafa<lah ada lima, yakni: 1. Adanya ka>fil (orang yang menjamin). Disebut juga d{a>min, qa>bil, ha>mil, atau za> im. Ka>fil disyaratkan merdeka dan atas kehendak sendiri, bukan seorang perempuan yang bersuami kecuali hanya sampai pada batas sepertiga dari harta kekayaan miliknya saja, berakal dan ba>ligh, serta jika penjamin adalah orang yang sedang sakit kritis maka boleh sampai pada batas sepertiga dari harta kekayaannya saja. 77 Dalam arisan menurun pihak penjamin atau ka>fil adalah penyelenggara arisan. Penyelenggara menjamin jika ada peserta yang terlambat membayar atau tidak membayar hingga periode habis, maka penyelenggara yang akan menanggung kekurangannya itu. Dalam hal ini 77 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu jilid 6..., 47.

55 penjamin dalam arisan menurun sudah memenuhi syarat syarat dalam kafa>lah. 2. Adanya makfu>l lah (orang yang berpiutang atau kreditor). Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi makfu>l lah adalah ia harus diketahui para pihak yang bersangkutan, hadir di majelis akad, dan berakal. 78 Dalam arisan menurun pihak yang berpiutang atau makfu>l lah adalah peserta yang membayar arisan. Mereka berpiutang untuk peserta yang akan memperoleh arisan. Para peserta berkumpul untuk membayar arisan. Mereka juga diketahui oleh penyelenggara sebagai penjaminnya ketika membayar arisan. 3. Adanya makfu>l anh (orang yang berhutang atau debitur). Disebut juga dengan as{i>l, gha>rim, atau ma<din. Seorang makfu>l anh disyaratkan memiliki kemampuan untuk menyerahkan makfu>l bih 79 dan diketahui oleh ka>fil. 80 Dalam arisan menurun makfu>l anh adalah peserta yang memperoleh uang arisan. Mereka akan melunasi hutang atau perolehan uang arisan sampai periode arisan habis. Mereka juga mampu untuk melakukan pembayaran arisan hingga periode habis. Jika mereka tidak mampu maka mereka tidak dapat mengikuti arisan ini, dan jika mereka tidak mampu membayar saat di tengah tengah periode maka mereka mendapat sanksi yang telah ditetapkan sebelumnya. 78 Ibid., 49-50. 79 Ibid., 48. 80 Ibid., 49.

56 4. Adanya makfu>l bih (obyek kafa<lah). Bisa berupa hutang, jiwa, maupun harta. Makfu>l bih disyaratkan adalah sesuatu yang menjadi tanggungan makfu>l anh 81, sesuatu yang mampu dipenuhi oleh ka>fil 82, serta bersifat mengikat dan sah. (Artinya hutang yang tidak bisa gugur kecuali ka>fil harus membayarnya atau dengan pembebasan ka>fil). 83 Dalam arisan menurun yang menjadi obyek arisan adalah harta berupa uang yang harus terus dibayar oleh peserta hingga periode selesai. Makfu>l bih dalam arisan ini telah memenuhi syarat syarat yang telah disebutkan. Penyelenggara sebagai ka>fil juga harus mampu untuk menanggung kekurangan pembayaran jika ada peserta yang belum membayar. 5. Adanya s{ighat (pernyataan serah terima). S{ighat (pernyataan serah terima) harus mengandung kata-kata atau makna jaminan, tidak digantungkan kepada sesuatu bahkan sesuatu yang tidak lumrah dan tidak bersifat sementara. 84 Calon peserta yang ingin mendaftar arisan menurun ini menggunakan kata yang pasti dalam mendaftar menjadi anggota arisan menurun, seperti mbak saya ingin mendaftar menjadi anggota arisan menurun dan arisan ini mengandung makna tanggungan atau jaminan, tidak dapat digantungkan dengan sesuatu dan juga tidak bersifat 81 Ibid., 51. 82 Ibid., 55. 83 Ibid., 56. 84 Ibid., 46.

57 sementara. Maksudnya, arisan ini tidak akan dapat berhenti di tengah tengah atau hanya bersifat sementara sebelum periode habis. Dari hal di atas dapat diketahui bahwa para peserta, penyelenggara, obyek, dan s{ighat pada arisan menurun ini telah memenuhi semua persyaratan kafa>lah. Para peserta juga sudah melakukan kesepakatan di awal sebelum arisan dimulai. Adapun arisan ini mempunyai beberapa persyaratan dan peraturan yang berkaitan dengan peserta dan obyek arisan yang isinya tidak menyimpang dari hukum Islam. Peserta yang ingin mengikuti arisan ini diberi tawaran bahwa jika peserta memilih nomor urut dalam arisan berarti peserta setuju dengan peraturan yang ada. Di dalam arisan menurun telah diterapkan peraturan peraturan yang harus diikuti oleh peserta yang ingin mengikuti arisan ini. Adapun persyaratan persyaratan tersebut antara lain: a. Memilih nomor urut berarti setuju dengan nominal yang tertera di arisan. b. Peserta boleh membayar sebelum waktu yang telah disepakati, tetapi tidak boleh terlambat membayar. c. Jika peserta berdomisili di luar kota maka harus menjadi peserta nomor urut 7, 8, 9 atau 10. Hal ini karena mengantisipasi jika peserta luar tersebut terlambat membayar, maka penyelenggara menutupi pembayaran yang terlambat dengan nominal lebih sedikit. d. Kelebihan dalam arisan menurun ini merupakan biaya administrasi. 85 85 Hartin, wawancara, Blitar 21 Juni 2017.

58 Dalam arisan menurun ini jika ada peserta yang tidak mematuhi peraturan yang tercantum, maka akan dikenakan sanksi. Adapun sanksi sanksinya adalah sebagai berikut: a. Apabila pembayaran telat dalam waktu 2 hari, maka akan diperingatkan dan kalau perlu penyelenggara akan mendatanginya ke rumahnya. b. Apabila pembayaran arisan telat dalam waktu 3 hari ke atas maka, dikenakan denda sebesar yang telah disepakati bersama. Biasanya untuk peserta yang telah mendapat perolehan arisan maka ia harus membayar denda sebesar Rp. 10.000,- per hari. Untuk peserta yang belum memperoleh arisan denda yang harus dibayar sebesar Rp. 5.000,- per hari dan perolehan akan didapat oleh peserta nomor urut setelahnya jika anggota tersebut membayar arisan kemudian. Jika ia belum juga membayar arisan maka ia tidak akan mendapatkan perolehan arisan hingga ia mau membayar arisan beserta dendanya. Misalnya, peserta nomor urut 4 telat membayar selama 4 hari, maka ia mendapat perolehan arisan pada periode setelah peserta nomor urut 5 memperoleh arisan lebih dulu beserta pembayaran denda. Peserta nomor urut 5 akan mendapat arisan setelah peserta nomor urut 3. Tetapi jumlah pembayaran arisan masing masing masihlah tetap. c. Apabila peserta belum mendapat arisan akan tetapi dia menyatakan keluar dari arisan, maka pembayaran sebelumnya tidak dapat ditarik kembali.

59 d. Dan apabila peserta telah mendapat arisan dan tidak membayar pembayaran selanjutnya hingga 3 periode ke atas maka peserta dinyatakan keluar dan akan ditindak ke jalur hukum yang berlaku di Indonesia. 86 Semua persyaratan dan sanksi di atas jika dilihat maka tidak ada masalah di dalamnya dan tidak menyimpang dari hukum kafa>lah. Tetapi semua persyaratan dan sanksi tersebut bukan merupakan perjanjian tertulis, melainkan perjanjian lisan saja. Oleh karena itu, hukumnya belumlah kuat. Jika ada peserta yang tidak membayar arisan hingga periode habis ia tidak cukup bukti untuk dapat ditindak ke jalur hukum.pelaksanan arisan menurun ini jika dilihat menurut akad kafa>lah maka dengan cara munjaz/tanjiz. Yaitu jaminan yang ditunaikan secara seketika/langsung. Dalam hal ini, setelah akad arisan berlangsung maka, jaminan yang terkandung dalam arisan ini seketika itu juga telah berlangsung dan mengikat. Seketika itu maka para peserta arisan ini mengikatkan diri baik dalam waktu pembayaran, penangguhan, atau angsuran arisan. 87 Pada arisan menurun ini jika dilihat dari jumlah pembayarannya maka ada sedikit permasalahan serta adanya ketidakadilan pada setiap peserta, karena perbedaan di setiap pembayarannya. Ada yang lebih besar dari jumlah perolehannya dan ada juga yang kurang dari jumlah perolehan arisan yang didapat. Jika ada kelebihan dalam pembayaran maka itu merupakan suatu bentuk ke-zhalim-an dan bisa terjerumus ke dalam riba. 86 Hartin, Wawancara, Blitar, 21 Juni 2017 87 Abu Azam Al Hadi, Fiqh Muamalah Kontemporer...,101

60 Dalam peraturan sebelumnya telah dijelaskan bahwa kelebihan yang ada merupakan biaya administrasi sebagai upah jasa penyelenggara arisan dan untuk menutupi pembayaran peserta yang telat atau malah tidak membayar hingga periode habis maka, diperbolehkan. Karena, kelebihan tersebut merupakan upah untuk penyelenggara karena telah berjasa menjamin pelaksanaan arisan menurun ini hingga selesai dan ia menanggung kekurangan pembayaran apabila ada peserta yang belum atau tidak membayar arisan. Mengenai pemberlakuan upah dalam kafa<lah dari pendapat beberapa ulama seperti Wahbah Az-Zuhaili yang menyatakan bahwa dalam kafa<lah boleh diberlakukan. Hukum ini dianalogikan oleh Wahbah Az-Zuhaili seperti hukum diperbolehkannya mengambil upah dalam mengajarkan al-qur an atau ilmu ilmu Islam lainnya. Menurut Mustafa Abdullah Al-Hamsyari, mengutip pendapat Imam Syafi i yang menilai pemberian uang kepada orang yang ditugaskan untuk mengadukan suatu masalah atau mempersembahkan sesuatu kepada raja tidak dianggap sebagai penyuapan, tetapi dianggap sebagai upah dan hukumnya adalah sebagai ganjaran lelah atau biaya perjalanan. Abdul Sa i Al-Mirri mengatakan bahwa seorang penjamin haruslah mendapat upah sesuai dengan pekerjaannya sebagai penjamin. 88 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemberlakuan upah pada kafa>lah hukumnya adalah boleh menurut menurut beberapa ulama karena dianggap sebagai upah dari jasa penyelenggara. Jadi, penyelenggara arisan berhak mendapat upah atas pekerjaannya itu yang telah menjamin berjalannya arisan ini 88 Muh. Sholihuddin, Hukum Ekonomi & Bisnis Islam II..., 53.

61 hingga selesai dan ia juga menanggung kekurangan pembayaran apabila ada peserta yang belum atau tidak membayar arisan bahkan hingga periode habis. Pemberlakuan upah dalam arisan menurun diambil dari biaya administrasi yang terdapat pada kelebihan pembayaran para peserta. Dalam akad kafa>lah, kafa>lah berupa harta dapat berakhir dengan adanya penyerahan harta ke tangan yang seharusnya dan pembebasan ka>fil dari pembayaran. 89 Arisan menurun juga demikian, yaitu berakhir dengan penyerahan harta ke tangan pemilik yang sah. Yang dimaksud di sini adalah pelunasan pembayaran arisan ke penyelenggara hingga akhir periode lalu dari penyelenggara diserahkan ke peserta yang mendapat giliran untuk memperoleh arisan. Oleh sebab itu dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan arisan menurun ini adalah boleh. Alasannya adalah : Pertama, karena sudah memenuhi syarat syarat dan rukun rukun kafa>lah. Kedua, arisan menurun adalah jenis kafa>lah atas harta yang berupa hutang. Ketiga, arisan ini dilaksanakan dengan jaminan secara munjaz/tanjiz (seketika). Keempat, pemberlakuan upah dalam kafa>lah menurut beberapa ulama adalah boleh karena penyelenggara sebagai penjamin berhak mendapat upah dari pekerjaannya. Kelima, arisan menurun ini berakhir setelah semua peserta meleaksanakan pembayaran arisan hingga periode habis sebagaimana kafa>lah terhadap harta akan berakhir dengan penyerahan obyek jaminan (makfu>l bih) ke tangan yang berhak (makfu>l lah) atau adanya pembebasan penjamin (ka>fil) dari 89 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu jilid 6..., 68.

62 pihak makful lah. Semua peserta yang mengikuti arisan menurun sudah mengetahui peraturan yang ada. Mereka sudah maklum dan rela. Mereka juga mengikuti arisan ini tidak dengan terpaksa. Sejauh ini peserta yang mengikuti arisan menurun ini tidak ada yang merasa dirugikan.