BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Beberapa Manajer Investasi dan Produk Reksa Dananya

POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO. Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. kembali dalam bentuk kredit. Artinya, bank memiliki fungsi sebagai lembaga

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit


RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Rencana Bisnis Bank Umum.

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan dan peningkatan yang baik. Terlebih didorong oleh

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan menggunakan pendekatan CAMELS pada data penelitian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

Para Direktur Kepatuhan Perbankan dan Pimpinan Perbankan lainnya;

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

- 1 - LAPORAN REALISASI RENCANA BISNIS 1) PT Bank Periode :

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik, prospek usaha yang selalu berkembang, dan dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, sebuah perusahaan menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang semakin tidak menentu, khususnya perbankan yang termasuk

KEYNOTE SPEECH Diskusi dan Peluncuran Buku Inovasi 17 Bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah era baru ketika berlakunya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun

1. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi untuk mencapai peningkatan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah menetapkan undang-undang mengenai Mortgage (Perumahan). Peraturan

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Kelembagaan. Rencana Bisnis Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. sistematik yang bisa menggoyah stabilitas sistem keuangan. Kegagalan suatu bank

2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

No.12/ 32 /DPbS Jakarta, 18 November 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya, 2014). Profitabilitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut baik perusahaan dagang, jasa, maupun manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi industri perbankan nasional saat ini menunjukkan perkembangan yang positif didukung dengan kinerja rentabilitas dan efisiensi yang tergolong baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada pada level 19,52% dan didominasi komponen modal inti, rentabilitas relatif stabil yang tercermin dari ROA dan NIM yang relatif stabil per Agustus 2014 masing-masing sebesar 2,9% dan 4,2%, dan efisiensi relatif stabil yang tercermin dari BOPO yang relatif tidak berubah yaitu sebesar 76,4%. Menurut Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman Hadad dalam Pertemuan Tahunan Eksekutif Sektor Jasa Keuangan di Jakarta pada hari Jumat 17 Januari 2014, terdapat empat perkembangan penting yang mendukung pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang. Pertama, OJK melihat ada kemungkinan pengintegrasian produk perbankan dengan produk pasar uang dan pasar modal dalam upaya memperdalam instrumen keuangan di pasar keuangan domestik. Kedua, perbankan harus siap meningkatkan penyaluran kredit investasi, terutama di sektor manufaktur, energi, dan infrastruktur. Selain itu, perbankan harus siap memperbarui dan merevitalisasi kapasitas perindustrian sehingga dapat menghasilkan produk-produk dengan nilai tambah tinggi. Ketiga, perubahan lanskap regulasi industri perbankan yang menuntut reformasi yang komprehensif, mencakup antara lain struktur permodalan, likuiditas, governance, dan sekuritisasi untuk menurunkan probabilitas kegagalan institusi. Perubahan regulasi pada 1

struktur permodalan yaitu berdasarkan SE No. 14/21/DPNP tanggal 24 April 2013 tentang Perubahan atas SE No. 9/33/DPNP tanggal 18 Desember 2007 perihal Pedoman Penggunaan Metode Standar dalam Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar dan SE No. 9/31/DPNP tentang Pedoman Penggunaan Model Internal dalam Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar. Perubahan regulasi pada likuiditas dapat dilihat pada indikator likuiditas bank yang sebelumnya hanya dilihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR) namun saat ini dapat menggunakan Loan to Funding Ratio (LFR) yang memasukkan sumber dana bank dari obligasi dan pinjaman bilateral untuk melihat indikator likuiditas bank. OJK sebelumnya telah mengeluarkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 21/POJK.04/2015 tentang Penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahaan Terbuka, namun perubahan peraturan tersebut dimasukkan dalam prinsip-prinsip GCG G20/OECD. OJK telah mengatur adanya mekanisme penerbitan Efek Beragun Aset berbentuk Surat Partisipasi (EBA-SP) yang merupakan Efek Beragun Aset dalam rangka sekuritisasi yang diterbitkan oleh Penerbit, yang merupakan bukti kepemilikan secara proporsional atas Kumpulan Piutang yang dimiliki bersama oleh sejumlah pemegang EBA- SP. Pemenuhan peningkatan permodalan tidak mudah karena terbatasnya modal domestik dan kecenderungan global yang membatasi keterlibatan modal asing. Salah satu alternatif peningkatan permodalan bank adalah melalui pemupukan modal secara organik, sehingga diperlukan komitmen dari pemilik dan pengurus bank agar dapat menyeimbangkan antara kebutuhan pembagian dividen dan pemberian remunerasi dengan upaya peningkatan 2

permodalan institusi. Alternatif penguatan modal lainnya adalah dengan mendorong perbankan untuk memanfaatkan instrumen pasar modal. Keempat, walaupun integrasi sektor perbankan dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan terjadi pada tahun 2020, namun terintegrasinya pasar modal pada tahun 2015 dapat memberikan tekanan di sisi pendanaan dan pembiayaan bank karena di sisi pendanaan bank nasabah akan memiliki lebih banyak alternatif penempatan dana selain perbankan, sedangkan di sisi pembiayaan, dunia usaha akan lebih mudah untuk masuk bursa di luar negeri sehingga berpotensi mengurangi pangsa kredit domestik. Di pasar modal, terdapat istilah ASEAN CIS (ASEAN Collective Investment Scheme) yang merupakan suatu kerangka kerja yang mengizinkan negara-negara yang berpartisipasi di dalamnya untuk menawarkan produk pasar modal yang telah memenuhi standar yang ditetapkan bersama, sehingga apabila Indonesia bergabung dengan ASEAN CIS maka perusahaan pasar modal di negara lain dapat menawarkan produknya ke investor di Indonesia. Hal tersebut dapat memberikan tekanan di sisi pendanaan dan pembiayaan bank. Selanjutnya, untuk mengantisipasi integrasi perbankan ASEAN pada tahun 2020, OJK akan memperjelas arah kegiatan usaha perbankan dengan cara mengeluarkan kebijakan di sektor usaha seperti relaksasi ketentuan persyaratan kegiatan usaha penitipan dan pengelolaan bank yang dilakukan agar bank mampu untuk mengelola mata uang asing. Selain memperjelas arah kegiatan usaha perbankan, OJK juga meningkatkan daya saing perbankan agar dapat memanfaatkan pasar ASEAN (Himawan, 2014). Sementara itu, peningkatan jumlah penduduk usia produktif serta membesarnya kelompok kelas menengah mendorong konsumen perbankan untuk mendapat layanan yang lebih cepat, fleksibel, dengan produk yang semakin variatif, termasuk kemampuan 3

pengubahan instrumen kredit dengan instrumen pasar uang dan pasar modal. OJK akan melihat kemungkinan pengintegrasian produk perbankan dengan produk pasar uang dan pasar modal dalam upaya memperdalam instrumen keuangan di pasar keuangan domestik. Perbankan juga harus siap untuk meningkatkan penyaluran kredit investasi terutama di sektor manufaktur, energi, dan infrastruktur menuju produk-produk industri bernilai tambah tinggi. Pertumbuhan kredit perbankan pada tahun 2015 diharapkan berada pada kisaran 18% yang merupakan angka sesuai untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa menimbulkan ekses negatif terhadap perbankan (Muhammad, 2014). Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran penting untuk menghimpun dana dan menyalurkannya kembali ke masyarakat. Peningkatan pada jumlah bank di Indonesia baik bank milik pemerintah maupun milik swasta memiliki potensi untuk mendorong bisnis sektor perbankan menjadi lebih kompetitif, berikut merupakan tabel 1.1 perkembangan bank di Indonesia: Tabel 1.1 Perkembangan Bank di Indonesia Agustus 2014 Agustus 2015 Jumlah Bank 1.753 1.762 Jumlah Kantor 24.072 25.420 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia Agustus 2015 Persaingan antar bank yang semakin kompetitif seperti yang terlihat dari meningkatnya jumlah bank dan jumlah kantor di Indonesia pada tabel 1.1 di atas menyebabkan para manajemen bank perlu untuk menyusun perencanaan dan strategi yang tepat sesuai dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan agar dapat memenangkan persaingan. Penyusunan 4

strategi yang tepat dapat mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien baik tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bagian dari sistem perbankan nasional yang juga memiliki peran untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat serta memiliki kegiatan usaha untuk menempatkan dana dalam bentuk SBI, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan tabungan pada bank lain. BPR juga terlibat dalam aktivitas penyusunan perencanaan dan strategi yang tepat dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Perkembangan BPR tidak lepas dari adanya kemajuan teknologi informasi yang terkait dengan dunia perbankan, pertumbuhan lembaga keuangan mikro baru, perkembangan perekonomian nasional, dan tuntutan masyarakat akan layanan perbankan yang semakin baik. Penyaluran dana oleh Bank Perkreditan Rakyat berupa kredit mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan tersebut dikarenakan oleh perekonomian Indonesia yang membaik sehingga meningkatan permintaan akan kredit pada Bank Perkreditan Rakyat pada bulan Agustus tahun 2015 sebesar Rp74.125 miliar dari hanya sebesar Rp56.264 miliar pada tahun 2014. Kredit yang disalurkan oleh Bank Perkreditan Rakyat pada umumnya berupa Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi, dan Kredit Konsumsi. Berikut merupakan tabel 1.2 penyaluran kredit berdasarkan jenis penggunaan yang dihimpun dari Bank Indonesia: Tabel 1.2 Kredit berdasarkan Jenis Penggunaan Agustus 2014 Agustus 2015 Kredit Modal Kerja 73,5% 74,2% Kredit Investasi 26,5% 25,8% Sumber: Laporan Perkembangan Kredit UMKM Triwulan II 2015 5

Berdasarkan tabel 1.2 di atas, Kredit Modal Kerja mendominasi sebesar 74,2% terhadap perbankan dibandingkan Kredit Investasi yang hanya sebesar 25,8%. Kredit Modal Kerja mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya dikarenakan oleh berkembangnya sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Berkembangnya sektor UMKM ini dapat menjadi pendorong bagi kegiatan usaha BPR yang berupa penyaluran kredit. Bank Perkreditan Rakyat memiliki aktivitas bisnis utama seperti bank umum yaitu menghimpun dana dari pihak ketiga berupa tabungan dan deposito serta menyalurkan dana dalam bentuk kredit. Berdasarkan data Bank Indonesia, berikut merupakan tabel 1.3 sumber dana Bank Perkreditan Rakyat yang berasal dari Dana Pihak Ketiga (DPK): Tabel 1.3 Sumber Dana Bank Perkreditan Rakyat (dalam Miliar Rupiah) Agustus 2014 Agustus 2015 Dana Pihak Ketiga Rp53.824 Rp63.418 Deposito Rp36.854 Rp44.510 Tabungan Rp16.970 Rp18.808 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia Agustus 2015 Berdasarkan tabel 1.2 penyaluran kredit dan tabel 1.3 sumber dana BPR, dapat dilihat bahwa penyaluran kredit dan penghimpunan dana berupa deposito dan tabungan mengalami peningkatan. Hal ini menimbulkan semakin banyaknya persaingan antar Bank Perkreditan Rakyat yang dapat dilihat dari semakin banyaknya jumlah Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia seperti pada tabel 1.4 berikut: 6

Tabel 1.4 Perkembangan Jumlah Bank Perkreditan Rakyat Agustus 2014 Agustus 2015 Jumlah BPR 1.634 1.644 Jumlah Kantor 4.795 5.036 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia Agustus 2015 Adanya peningkatan dalam jumlah Bank Perkreditan Rakyat dan jumlah kantor yang terdapat pada tabel 1.4 di atas diikuti dengan perkembangan jumlah Bank Perkreditan Rakyat dan jumlah kantor di wilayah DIY seperti yang terlihat pada tabel 1.5 berikut: Tabel 1.5 Perkembangan Jumlah BPR dan Kantor BPR di DIY Agustus 2014 Agustus 2015 Kantor Pusat 54 54 Kantor Cabang 32 37 Kegiatan Pelayanan Kas 135 136 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia Agustus 2015 Berdasarkan tabel 1.5 di atas, persaingan antar Bank Perkreditan Rakyat di DIY saat ini cukup ketat. Adanya Bank Perkreditan Rakyat di wilayah DIY tentunya memiliki peran untuk menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat terutama pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Salah satu Bank Perkreditan Rakyat yang memiliki peran tersebut adalah BPR Universitas Gadjah Mada yang menawarkan jasa keuangan antara lain berupa tabungan, deposito, dan kredit. 1.2 Rumusan Masalah Kredit yang dikucurkan oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Kredit yang dikucurkan pada tahun 2014 adalah sebesar 7

Rp33,1 miliar dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp26,2 miliar. Adanya peningkatan pada pertumbuhan kredit yang dikucurkan oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada menjadi bukti bahwa PT. BPR Universitas Gadjah Mada ingin menjadi bagian dari kegiatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Persaingan antar bank dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sangat ketat. Persaingan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memiliki usaha yang bergerak di bidang mikro, kecil, dan menengah ini dapat dilihat dari banyaknya pendirian Bank Perkreditan Rakyat baru maupun pembukaan kantor cabang atau kantor kas. Selain itu, bank umum juga telah memasuki bisnis pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga semakin meningkatkan persaingan antar bank. Adanya layanan branchless banking yang diatur oleh OJK pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 19/POJK.03/2014 dapat semakin menimbulkan persaingan yang ketat antara Bank Perkreditan Rakyat dengan bank umum. Hal ini dikarenakan bahwa bank umum dapat membuka agen Laku Pandai baik berupa badan hukum maupun perorangan yang tersebar di Indonesia. Laku Pandai merupakan Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif, yaitu program penyediaan layanan perbankan dan/atau layanan keuangan lainnya melalui kerjasama dengan pihak lain (agen bank) dan didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi. Bank Perkreditan Rakyat juga dapat mengikuti program Laku Pandai namun wajib untuk memenuhi beberapa persyaratan yang cukup ketat, seperti modal inti Rp100 miliar atau rasio kecukupan modal minimal 12% dengan ketentuan lembaga tersebut dinyatakan sehat secara keuangan dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Hal ini juga dikemukakan oleh Ketua Umum Perhimpunan Bank 8

Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo), Joko Suyanto, yang mengemukakan bahwa peluang BPR untuk melakukan branchless banking tidak banyak (Rini, 2015). Semakin banyaknya pendirian kantor Bank Perkreditan Rakyat maupun bisnis yang dilakukan oleh bank umum yang telah memasuki sektor usaha mikro, kecil, dan menengah, serta adanya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai layanan branchless banking perlu direspon oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada dengan mengubah perilaku atau strategi yang berbeda agar tetap bertahan di industri perbankan. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dan menjaga kesinambungan strategi pencapaian visi dan misi, PT. BPR Universitas Gadjah Mada tentunya memiliki strategi tersendiri untuk menghadapi persaingan. Strategi yang dimiliki oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada dibagi menjadi dua, yaitu strategi bisnis dan strategi operasional. Strategi bisnis yang dimiliki oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada mencakup strategi pada bidang pendanaan, perkreditan, dan permodalan. Strategi operasional yang dimiliki oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada mencakup strategi pada bidang kepatuhan yang berdasarkan regulasi, strategi pada bidang sumber daya manusia serta strategi untuk perluasan jaringan. Namun, strategi tersebut perlu untuk ditinjau ulang apakah sesuai dengan industri perbankan saat ini. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan paparan di atas, maka pertanyaan yang menjadi fokus penelitian adalah: 1. Apa saja faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan PT. BPR Universitas Gadjah Mada dalam menghadapi persaingan di industri perbankan? 2. Apakah strategi yang diterapkan oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada telah efektif dalam menghadapi persaingan di industri perbankan? 9

3. Apa saja strategi alternatif yang dapat diterapkan agar PT. BPR Universitas Gadjah Mada dapat menghadapi persaingan di industri perbankan? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan PT. BPR Universitas Gadjah Mada dalam menghadapi persaingan di industri perbankan. 2. Mengevaluasi strategi yang diterapkan oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada dalam menghadapi persaingan di industri perbankan. 3. Menentukan strategi alternatif yang dapat diterapkan pada PT. BPR Universitas Gadjah Mada agar dapat menghadapi persaingan di industri perbankan. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan gambaran bagi manajemen PT. BPR Universitas Gadjah Mada untuk memperbaiki strategi yang telah dilakukan selama ini dan mencari solusi untuk dapat memaksimalkan pemberian kredit yang dapat berdampak bagi posisi perusahaan di industri perbankan Indonesia. 1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap PT. BPR Universitas Gadjah Mada yang bergerak dalam industri perbankan nasional. Cakupan pada penelitian ini berfokus pada evaluasi strategi bisnis yang dilakukan oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada dalam melakukan kegiatan usahanya yang berupa penyaluran kredit dan penghimpunan dana berupa deposito dan tabungan di wilayah DIY. Analisis dilakukan dengan melakukan analisis pada strategi 10

bisnis yang saat ini dilakukan oleh PT. BPR Universitas Gadjah Mada, analisis lingkungan eksternal dan internal, dan analisis identifikasi strategi alternatif. 1.7 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yaitu: 1.7.1 Data Primer Data yang didapat langsung dari BPR Universitas Gadjah Mada sebagai sumber utama. Data primer yang dikumpulkan akan digunakan untuk memahami situasi internal perusahaan serta untuk menentukan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan dalam analisis SWOT. Dalam pengumpulan data ini menggunakan dua metode yaitu wawancara dan observasi. Pengumpulan data dengan metode wawancara yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan manajemen tingkat atas BPR Universitas Gadjah Mada yang berperan sebagai key informan pada penelitian ini yaitu Direktur Utama, Direktur, Kepala Bagian Pemasaran, dan Kepala Bagian Operasional. Pengumpulan data dengan metode observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap obyek dan permasalahan yang akan diteliti serta melakukan eksplorasi terhadap data-data tertulis yang dimiliki oleh BPR Universitas Gadjah Mada. Data yang diperlukan antara lain data yang berkaitan dengan strategi perusahaan, pemasaran, keuangan, operasional, dan sumber daya manusia beserta tantangan yang dihadapi saat ini. 11

1.7.2 Data Sekunder Data lain yang didapat dengan mempelajari data yang telah diperoleh oleh pihak ketiga yang berhubungan dengan perusahaan dan industri terkait. Data sekunder ini diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, dan informasi lainnya yang dapat dijadikan pedoman dalam menganalisis atau menghasilkan data yang akurat. 1.8 Metode Analisis Metode analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini dengan mempertimbangkan kondisi eksternal dan internal perusahaan dengan menggunakan kerangka analisis yang dapat merumuskan strategi alternatif yang dapat digunakan oleh BPR Universitas Gadjah Mada antara lain: 1.8.1 Analisis Lingkungan Eksternal 1. Analisis Karakteristik Industri Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik industri meliputi: a. Ukuran pasar dan tingkat pertumbuhan 1) Seberapa besar industri tersebut dan seberapa cepat tingkat pertumbuhannya. 2) Posisi industri tersebut dalam product life cycle yang mengungkapkan tentang prospek pertumbuhan industri. b. Jumlah pesaing 1) Fragmentasi industri menjadi banyak perusahaan-perusahaan kecil atau terkonsentrasi dan didominasi oleh beberapa perusahaan besar. 12

2) Konsolidasi industri menjadi sejumlah kecil kompetitor. c. Tingkat diferensiasi produk 1) Diferensiasi produk dengan produk pesaing. 2) Peningkatan kemiripan produk pesaing menyebabkan persaingan harga semakin tinggi. d. Laju Perubahan Teknologi 1) Peran dari teknologi maju di dalam industri. 2) Peningkatan pada fasilitas atau peralatan menjadi penting dikarenakan oleh perkembangan teknologi proses produksi. 3) Pemain dalam industri tersebut memiliki atau memerlukan kapabilitas teknologi yang kuat. 2. Analisis Porter s Five Forces Analisis ini dilakukan karena tekanan kompetisi pada suatu perusahaan dalam suatu industri berasal dari lima hal, yaitu: a. Intensitas persaingan Analisis yang dilakukan untuk mengetahui persaingan dalam industri perbankan maka perlu untuk memperhatikan hal-hal berikut: 1) Pertumbuhan permintaan pembeli 2) Biaya perpindahan merek bagi pembeli 3) Diferensiasi produk 4) Hambatan untuk keluar 13

b. Ancaman pendatang baru Analisis yang dilakukan untuk mengetahui ancaman masuknya pendatang baru maka perlu untuk memperhatikan hal-hal berikut: 1) Persyaratan modal 2) Preferensi merek dan loyalitas pelanggan 3) Akses terhadap saluran distribusi 4) Kebijakan pemerintah c. Ancaman produk substitusi Analisis yang dilakukan untuk mengetahui ancaman dari produk substitusi maka perlu untuk memperhatikan hal-hal berikut: 1) Kemudahan memperoleh produk substitusi dan harga yang bersaing 2) Pandangan pembeli terhadap produk substitusi 3) Biaya untuk pindah ke produk substitusi bagi pembeli d. Kekuatan pemasok Analisis yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan pemasok pada industri perbankan maka perlu untuk memperhatikan hal-hal berikut: 1) Biaya untuk pindah ke pemasok lain 2) Ketersediaan produk substitusi pemasok e. Kekuatan pembeli Analisis yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan pembeli maka perlu untuk memperhatikan hal-hal berikut: 1) Kekuatan permintaan konsumen 2) Standarisasi barang industri 14

3) Biaya perpindahan merek bagi pembeli 4) Informasi yang dimiliki konsumen 3. Analisis Driving Forces Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi apa saja yang dapat menjadi driving forces suatu industri. Berikut merupakan hal-hal yang dapat menjadi driving forces pada suatu industri: 1. Perubahan pada Pembeli dan Penggunaan Produk 2. Perubahan teknologi dan proses pembuatan inovasi 3. Inovasi Produk dan Pemasaran 4. Perubahan Biaya dan Efisiensi 5. Pengaruh Regulasi dan Kebijakan Pemerintah 4. Analisis Key Success Factors Key Success Factors merupakan elemen strategi, atribut produk dan jasa, pendekatan operasional, sumber daya, dan kapabilitas kompetitif yang diperlukan agar sukses dalam berkompetisi dengan setiap dan semua perusahaan dalam industri (Thompson et al., 2014). Key Success Factors pada setiap industri dapat berbeda, bahkan pada industri yang sama dapat juga berbeda dari waktu ke waktu dikarenakan oleh adanya perubahan kondisi persaingan di industri tersebut. Dalam penelitian ini, key success factors yang dianalisis antara lain: 1. Sumber daya manusia 2. Kecukupan modal 3. Jaringan pelayanan 15

1.8.2 Analisis Lingkungan Internal Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, analisis internal yang dilakukan adalah analisis sumber daya perusahaan baik sumber daya tangible maupun sumber daya intangible dan analisis kapabilitas bidang fungsional, yang terkait dengan kemampuan dan keahlian dari suatu bagian dalam organisasi. Analisis kapabilitas fungsional meliputi fungsi sebagai berikut: 1) Aspek pemasaran Melakukan analisis terhadap strategi pemasaran dilihat dari reputasi, pangsa pasar, kualitas produk, kualitas pelayanan, efektivitas distribusi, efektivitas promosi, kekuatan penjualan, dan cakupan geografis. 2) Aspek keuangan Melakukan analisis terhadap kemampuan keuangan perusahaan dilihat dari beberapa rasio keuangan seperti NPL, CAR, LDR, ROE, ROA, dan BOPO. 3) Aspek sumber daya manusia dan operasional Melakukan analisis reputasi manajemen tingkat atas, keterampilan dan moral karyawan, produktivitas karyawan, kepatuhan terhadap pada peraturan, efektivitas imbalan dan sanksi terhadap perusahaan. Selain itu, akan dilakukan analisis kemampuan operasional perusahaan yang dilihat dari layanan yang diberikan kepada konsumen, serta teknologi dan infrastruktur yang dimiliki perusahaan. 1.8.3 Identifikasi Strategi Alternatif Dari analisis-analisis yang telah dilakukan, maka strategi yang telah dimiliki akan dibandingkan dengan hasil analisis sehingga dapat mengetahui tingkat 16

efektivitas strategi. Jika strategi yang telah ada kurang efektif maka dapat dirumuskan strategi alternatif berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya. 1.8.4 Membandingkan Strategi yang Telah Dimiliki dengan Strategi Alternatif Strategi yang telah dimiliki oleh perusahaan akan dibandingkan dengan strategi alternatif sehingga dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam bersaing dengan perusahaan lain. 17

Secara umum, metodologi analisis penelitian ini dapat dikemukakan dengan menggunakan kerangka sebagai berikut: Analisis Strategi PT. BPR Universitas Gadjah Mada Analisis Lingkungan Eksternal 1. Analisis Karakteristik Industri 2. Analisis Porter s Five Forces 3. Analisis Driving Forces 4. Analisis Key Success Factors Analisis Lingkungan Internal 1. Analisis Sumber Daya Tangible 2. Analisis Sumber Daya Intangible 3. Analisis Kapabilitas Fungsional Peluang dan Ancaman Kekuatan dan Kelemahan Evaluasi Strategi Identifikasi Strategi Alternatif Simpulan dan Saran Gambar 1.1 Kerangka Analisis Penelitian 18

1.9 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bagian sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini berisi hal-hal yang mendasari penyusunan penelitian ini yang termuat dalam latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, metode analisis dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan strategi bisnis yang digunakan sebagai dasar untuk menganalisis penelitian. Bab III Metode Penelitian dan Profil Perusahaan Bab ini berisi metode penelitian yang digunakan dangambaran umum PT. BPR Universitas Gadjah Mada seperti sejarah pendirian perusahaan, perkembangan perusahaan, strategi yang digunakan perusahaan, visi dan misi perusahaan, serta produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Bab IV Analisis dan Pembahasan Bab ini berisi analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Evaluasi strategi dan strategi alternatif perusahaan akan dilakukan setelah analisis internal dan eksternal perusahaan. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan serta saran yang bermanfaat bagi perusahaan untuk mengembangkan strategi bersaing perusahaan. 19