BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN... PENYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (sinar UV) yang berlebihan dapat menyebabkan eritema, hiperpigmentasi, bahkan

1. PENDAHULUAN. Bogem (Sonneratia caseolaris (L.) Engler) merupakan salah satu spesies

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Struktur khalkon dan asam sinamat

MAGDA LILIANNA FORMULASI SOLID LIPID NANOPARTIKEL DENGAN VITAMIN E ASETAT PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara tropis dimana pengaruh sinar matahari sangat besar terhadap kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. penelitian ini dipilih karena tidak menyebabkan iritasi dan toksisitas (Rowe,

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ultraviolet (UV) dengan cara penebalan stratum korneum dan pigmentasi. Namun

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lembab karena sejatinya kulit normal manusia adalah dalam suasana moist atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jaringan kulit manusia, salah satunya yaitu pengaruh sinar UV sinar matahari. Efek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar. matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah

BAB I PENDAHULUAN. cara menghindari paparan berlebihan sinar, yaitu tidak berada di luar rumah pada

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

PROSIDING SEMINAR NASIONAL TUMBUHAN OBAT INDONESIA (TOI) KE-50

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

PENGARUH NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA PADA RESIN SEBAGAI MATERIAL TRANSPARAN ANTI UV DAN SELF CLEANING MATERIAL SKRIPSI LAILA SARI

I. PENDAHULUAN. Radiasi elektromagnetik merupakan salah satu bentuk energi. Setelah energi

FORMULASI SEDIAAN LOSIO DARI EKSTRAK KULIT BUAH NANAS (Ananas comosus L. (Merr)) SEBAGAI TABIR SURYA

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa. Hal tersebut menyebabkan wilayah Indonesia selalu terpapar sinar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB I PENDAHULUAN. hidup semua makhluk hidup, ternyata juga memberikan efek yang merugikan,

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama masuknya zat asing dari luar. Paparan sinar ultraviolet berlangsung secara

PENENTUAN POTENSI TABIR SURYA EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus Burm F.)

BAB I PENDAHULUAN. terkena polusi dan zat zat yang terdapat di lingkungan kita. Kulit merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TABIR SURYA BAGI PELAKU WISATA SUNSCEEN FOR TRAVELLERS

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i HALAMAN SAMPUL...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii HALAMAN PERNYATAAN...iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk Indonesia. Tanaman anggur merupakan tanaman tropis bertipe iklim

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin

RINGKASAN. SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. Pendahuluan. Matahari merupakan sumber energi terbesar bagi bumi. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. matahari, serta sensitivitas dari seseorang. Apabila seseorang terkena paparan

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan luar, baik berupa sinar matahari, iklim maupun faktor-faktor kimiawi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

PROFIL TABIR SURYA EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN PIDADA MERAH (Sonneratia caseolaris L.)

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan selsel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama

AKTIVITAS TABIR SURYA EKSTRAK DAUN CEMPEDAK (ARTOCARPUS CHAMPEDEN SPRENG)

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan penuaan seperti penyakit sehingga dapat dicegah, dihindari dan

NANOTEKNOLOGI UNTUK KOSMETIK BUKAN SEKEDAR DEKORASI MARKETING DENI RAHMAT FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan luar, baik berupa sinar matahari, iklim maupun faktor-faktor kimiawi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

BAB I PENDAHULUAN. Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat, berupa

UJI AKTIVITAS GABUNGAN NANOGOLD-NANOPLATINUM SEBAGAI SENYAWA TABIR SURYA DALAM KOSMETIK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paparan sinar matahari dapat memicu berbagai respon biologis seperti sunburn, eritema hingga kanker kulit (Patil et al., 2015). Radiasi UV dari sinar matahari dapat dibagi menjadi 3 komponen berdasarkan sifat fisik elektro, dengan foton UVC memiliki panjang gelombang terpendek (100-280 nm) dan energi tertinggi, UVA memiliki panjang gelombang tertinggi (315-400) tetapi merupakan foton yang paling tidak berenergi dan UVB terdapat di antara UVA dan UVC dengan panjang gelombang 280-320 nm. Setiap komponen UV dapat memberikan berbagai efek pada sel, jaringan dan molekul (D Orazio et al., 2013). Paparan terhadap radiasi UVA dari matahari menyebabkan kerusakan pada serat elastis dan kolagen dari jaringan kulit yang dapat menyebabkan penuaan dini. Radiasi UVB dari matahari menyebabkan inflamasi akut (sunburn). Radiasi UVC disaring oleh atmosfer sebelum mencapai bumi. Radiasi UVB tidak sepenuhnya dapat tersaring oleh lapisan ozon dan bertanggung jawab atas kerusakan kulit yang diakibatkan oleh sinar matahari. Sedangkan radiasi UVA dapat mencapai lapisan epidermis dan dermis pada kulit yang dapat mempercepat penuaan dini (More et al., 2013). Tabir surya merupakan salah satu produk kosmetik yang paling banyak digunakan untuk melindungi kulit dari kerusakan yang terutama disebabkan oleh paparan sinar matahari. Terdapat dua kategori agen tabir surya yaitu kimia dan fisik. Salah satu agen tabir surya fisik yaitu seng oksida. Sediaan tabir surya yang mengandung agen fisik seng oksida memiliki mekanisme kerja melalui dua cara yaitu refleksi dan hamburan (Azad et al., 2014). Seng oksida telah banyak digunakan sebagai tabir surya dengan spektrum luas (Bartholomey et al., 2016). Seng oksida memiliki ukuran yang beragam. Distribusi ukuran dari seng oksida dapat disesuaikan untuk secara selektif menepiskan radiasi UV. Mekanisme aksi dari seng oksida berdasarkan ukurannya melalui penyerapan, 1

2 hamburan atau kombinasi keduanya. Partikel yang lebih besar dan lebih kecil secara selektif menyerap dan menghamburkan radiasi UVA dan UVB (Bartholomey et al., 2016). Efikasi dari sediaan tabir surya sehubungan dengan kemampuannya sebagai proteksi dari radiasi UV dapat ditunjukkan oleh nilai Sun Protection Factor (SPF) (Shetty et al., 2015). Penggunaan nanopartikel seng oksida dalam sediaan kosmetik memberikan tekstur yang bagus, absorbsi yang lebih baik dan peningkatan nilai SPF secara in vitro (Singh and Nanda, 2014). Sintesis nanopartikel seng oksida juga memiliki keuntungan yaitu toksisitas yang lebih rendah sebagai tabir surya daripada bentuk non-nano (Girigoswami et al., 2015). Penggunaan seng oksida dalam bentuk nanopartikel menjadi lebih aman karena tingkat toksisitas yang lebih rendah. Sediaan tabir surya dapat diformulasikan dalam bentuk krim. Krim merupakan sediaan yang mengandung komponen minyak dan komponen air. Untuk menggabungkan kedua komponen tersebut diperlukan emulgator. Menurut Rowe et al., (2009) dalam sediaan krim, setil alkohol digunakan karena memiliki sifat sebagai emolien, dapat mengabsorpsi air, dan pengemulsi. Sifat emolien dikarenakan penyerapan dan retensi setil alkohol di epidermis sehingga dapat melembutkan kulit serta memberikan tekstur yang khas. Setil alkohol dapat meningkatkan konsistensi dan memperbaiki stabilitas sediaan emulsi tipe minyak dalam air dengan mengkombinasikan dengan pengemulsi fase air. Tween 80 merupakan surfaktan non-ionik hidrofilik yang telah digunakan secara luas sebagai agen pengemulsi dalam pembuatan emulsi tipe minyak dalam air. Optimasi setil alkohol dan Tween 80 diharapkan dapat diperoleh sediaan krim tabir surya nanopartikel seng oksida yang paling stabil dengan konsistensi yang baik. Berdasarkan latar belakang diatas diperlukan penelitian untuk mengevaluasi secara in vitro nilai SPF nanopartikel seng oksida yang diformulasikan dalam bentuk krim serta optimasi formulasi krim untuk memperoleh sediaan yang paling stabil dengan sifat fisik yang baik.

3 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah formulasi optimum dari sediaan krim tabir surya dengan variasi kadar setil alkohol dan Tween 80 sebagai emulgator? 2. Bagaimanakah nilai SPF sediaan krim tabir surya formula optimum secara in vitro? C. Tujuan Penelitian 1. Mengoptimasi formulasi sediaan krim tabir surya dengan variasi kadar setil alkohol dan Tween 80 sebagai emulgator. 2. Menguji nilai SPF sediaan krim tabir surya formula optimum secara in vitro. D. Tinjauan Pustaka 1. Nanopartikel Seng Oksida Nanopartikel seng oksida memiliki keistimewaan dibandingkan nanopartikel logam oksida yang lain karena memiliki area aplikasi yang cukup luas seperti untuk perangkat optik, sensor gas, biosensor, kosmetik dan antibakteri. Struktur nano dari seng oksida menunjukkan efisiensi katalitik yang tinggi serta kemampuan absorben yang kuat dan sering digunakan dalam sediaan tabir surya. Nanopartikel seng oksida bermanfaat sebagai tabir surya karena memiliki kemampuan intrinsik untuk menyaring radiasi UVA dan radiasi UVB sehingga memberikan perlindungan yang lebih luas daripada agen tabir surya lainnya (Sabir et al., 2014). Nanopartikel seng oksida tidak menyebabkan iritasi pada kulit setelah pemaparan selama 24 jam (Vinardell et al., 2017). Nanopartikel seng oksida pada penelitian Leite-Silva et al., (2016) tidak mengalami penetrasi yang signifikan ke dalam epidermis kulit serta tidak ada toksisitas seluler yang terdeteksi. Hal ini menunjukkan paparan nanopartikel seng oksida pada kulit manusia normal tidak memiliki efek samping yang signifikan. 2. Krim Jenis tabir surya yang paling umum digunakan pada saat ini adalah preparat topikal. Sediaan topikal yang sering digunakan untuk memformulasikan

4 sediaan tabir surya adalah krim. Krim tabir surya digunakan untuk melindungi terhadap radiasi UVA dan radiasi UVB, menepiskan Reactive Oxygen Species (ROS) serta mengaktifkan sistem perbaikan seluler termasuk perbaikan DNA (Hassan et al., 2013). Krim adalah sediaan semipadat yang merupakan suatu emulsi yang terdiri dari dua fase yang mengandung setidaknya dua bahan yang tidak saling bercampur yang distabilkan dengan satu atau lebih agen pengemulsi. Tiga komponen utama yang terdapat dalam sediaan krim yaitu fase air, fase minyak dan emulgator. Terdapat dua jenis tipe emulsi yaitu o/w dan w/o. Sediaan krim telah banyak digunakan untuk kosmetik karena keuntungan yang dimiliki dibandingkan bentuk sediaan lainnya. Keuntungan tersebut diantaranya memiliki tekstur yang unik, memberikan rasa yang menyenangkan pada kulit dan dapat digunakan sebagai bahan penghantar untuk bahan hidrofilik dan bahan hidrofobik (Baki and Alexander, 2015). 3. Optimasi Optimasi dapat dilakukan menggunakan metode desain faktorial. Pada suatu percobaan, desain faktorial digunakan untuk menentukan efek dari beberapa faktor serta interaksinya yang signifikan secara simulasi. Desain faktorial mengandung beberapa konsep pengertian yaitu faktor, level, efek, dan interaksi. Desain faktorial dua level memiliki arti terdapat dua faktor dengan masingmasing faktor diuji menggunakan dua level yang berbeda. Penetapan level yang akan diteliti meliputi level rendah dan level tinggi. Menggunakan desain faktorial dapat diketahui faktor yang secara dominan dapat mempengaruhi respon dengan signifikan (Bolton and Bon, 2016). Optimasi pada formulasi bertujuan untuk memperoleh model matematis yang menggambarkan respon. Secara umum, prosedur optimasi terdiri dari menyiapkan serangkaian formulasi dan memvariasikan konsentrasi bahan penyusun yang ingin diketahui responnya. Formulasi tersebut kemudian dievaluasi dengan satu atau lebih atribut seperti stabilitas, penampilan dan kekentalan. Berdasarkan hasil evaluasi diperoleh formula yang diprediksi optimal (Bolton and Bon, 2016). Dalam penelitian ini dilakukan optimasi terhadap setil

5 alkohol dan Tween 80 yang berperan sebagai emulgator untuk memperoleh formula dengan stabilitas dan konsistensi optimal. Tween 80 merupakan agen pengemulsi fase air yang dapat digunakan untuk menstabilkan emulsi pada sediaan kosmetik dan topikal tipe o/w. Sebagai agen pengemulsi Tween 80 dapat dikombinasikan dengan emulgator lain dengan konsentrasi penggunaan berkisar 1%-10%. Pada emulsi semisolid, setil alkohol dikombinasikan dengan emulgator fase air untuk membentuk fase viskoelastis yang kontinu sehingga meningkatkan konsistensi. Setil alkohol juga dapat berperan sebagai emulgator untuk meningkatkan stabilitas dengan cara mencegah terjadinya koalesensi (Rowe et al., 2009). 4. Sun Protection Factor (SPF) SPF merupakan nilai yang digunakan untuk mengungkapkan efikasi atau kemampuan suatu tabir surya terhadap radiasi UV yang terdapat pada sinar matahari. Menurut monografi Food and Drug Administration (FDA) USA, produk tabir surya dengan nilai SPF 2-12 memberikan perlindungan minimum terhadap paparan sinar matahari, produk dengan nilai SPF 12-30 memberikan perlindungan sinar matahari sedang dan produk dengan nilai SPF 30 memberikan memberikan perlindungan yang tinggi (Shetty et al., 2015). Nilai SPF didefinisikan sebagai energi UV yang dibutuhkan untuk menghasilkan dosis eritema minimal pada kulit yang terlindungi dibagi dengan energi UV yang dibutuhkan untuk menghasilkan dosis eritema minimal pada kulit yang tidak terlindungi. Dosis eritema minimal didefinisikan sebagai interval waktu terendah atau dosis sinar UV yang cukup untuk menghasilakn eritema minimal yang dapat diketahui pada kulit yang tidak terlindungi. Semakin tinggi nilai SPF, semakin efektif produk dalam mencegah sengatan sinar matahari. Penetapan nilai SPF dapat dilakukan menggunakan spektrofotometri UV. Metode perhitungan SPF yang sederhana, cepat dan dapat diandalkan adalah dengan menyaring absorbansi produk antara 290-320 nm pada setiap interval 5 nm. Nilai SPF dapat dihitung menggunakan persamaan (Mansur et al., 1986) (Malsawmtluangi et al., 2013).

6 E. Landasan Teori Paparan radiasi sinar matahari yang berlebihan, khususnya komponen ultraviolet (UV) memiliki berbagai efek berbahaya pada kulit manuasia. Efek tersebut diantaranya meliputi sunburn, kanker kulit, melanoma, dan photoaging pada kulit (Serafini et al., 2014). Radiasi UV bersifat mutagen dan agen perusak yang tidak spesifik yang merupakan inisiator dan promoter tumor (D Orazio et al., 2013). Tabir surya digunakan untuk melindungi kulit dari berbagai efek berbahaya yang disebabkan radiasi UV pada sinar matahari. Seng oksida merupakan suatu agen tabir surya. Seng oksida dengan ukuran lebih kecil yaitu nanopartikel memiliki aktivitas yang lebih baik. Berdasarkan penelitian Singh and Nanda, (2014) sediaan yang mengandung nanopartikel seng oksida memiliki kemampuan penyebaran yang lebih baik serta memiliki nilai SPF yang lebih tinggi. Sediaan dengan seng oksida dengan ukuran nanopartikel memiliki nilai SPF 3,65 sedangkan sediaan dengan seng oksida konvensional (non-nano) memiliki nilai SPF 2,90. Hal ini menunjukkan bahwa pengecilan ukuran partikel menjadi nano dapat memberikan efek terhadap kemampuan perlindungan terhadap sinar matahari. Menurut Gutiérrez-Hernández et al., (2016) sediaan yang mengandung nanopartikel seng oksida dengan kadar 5%, 10% dan 15% memiliki nilai SPF masing-masing 4,37; 6,19 dan 8,74. Menurut penelitian (Noor et al., 2016) sediaan krim dengan bahan aktif ekstrak Liquorice root mengandung setil alkohol dan Tween 80 memiliki stabilitas fisik yang baik. Menurut Zulkarnain et al., (2015) formulasi sediaan krim dengan bahan aktif ekstrak daun mahkota dewa menggunakan emulgator Tween 80, Span 80 dan setil alkohol memiliki hasil yang baik terhadap evaluasi sifat fisik yang telah dilakukan. Menurut penelitian Widyaningrum et al., (2015) optimasi buffer dan emulgator dalam krim menghasilkan krim optimal dengan karakteristik fisik, stabilitas dan efektivitas yang diinginkan. F. Hipotesis Optimasi formulasi sedian krim tabir surya dengan kadar tertentu setil alkohol dan Tween 80 sebagai emulgator memperoleh formula optimum dengan

7 sifat fisik dan stabilitas yang baik. Sediaan krim yang mengandung nanopartikel seng oksida memiliki aktivitas sebagai tabir surya yang ditunjukkan melalui nilai SPF pada evaluasi secara in vitro.