BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, yaitu. kepada janin saat proses melahirkan pervaginam.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae, yaitu

TEAM BASED LEARNING MODUL SIFILIS PRIMER. Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH :

SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap terjadinya resistensi akibat pemakaian yang irasional

BAB I PENDAHULUAN. lagi dan diubah menjadi PMS (penyakit menular seksual) karena seiring dengan

IMS Dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi Lainnya pada Alat Kelamin. Mengapa IMS menjadi masalah penting pada seorang perempuan?

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita pekerja seks menunjukan bahwa prevelensi gonore berkisar antara 7,4% -

PORTFOLIO. 2. Riwayat Pengobatan Pasien sudah sempat berobat ke dokter, kemudian diberikan obat (yang pasien tidak tahu namanya).

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. - Keluar nanah dari lubang kencing, dubur dan vagina,

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular seksual yang sering dilaporkan di Amerika Serikat. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

INFEKSI MENULAR SEKSUAL: DIAGNOSIS & TATALAKSANA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti

KAJIAN KARAKTERISTIK DAN POLA PENGOBATAN PASIEN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI RSUD AW SJAHRANIE SAMARINDA

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26

Infeksi Menular Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi. pada Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya seperti sifilis, gonore, dan herpes. Ilmu pengetahuan yang semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sering disebut jenis kelamin. Seksualitas menyangkut berbagai

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB II ISI

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora

Gonore Menyebabkan Vagina Bernanah

BAB 1 PENDAHULUAN. bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi, (seperti : Bacteroides sp., Mobilluncus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gonore merupakan penyakit infeksi menular seksual. (IMS) yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae (N.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI

Obat Sipilis Herbal Paling Ampuh De Nature 3 HARI SEMBUH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAKALAH. Di susun oleh MOHAMMAD SHIDDIQ SURYADI IIA

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KUESIONER. Data Pribadi. 2. Pekerjaan :... 3.Pendidikan formal terakhir : a. Tidak sekolah. b. SD/sederajat. c. SLTP/sederajat. d.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

membunuh menghambat pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kanamisin termasuk dalam golongan aminoglikosida. 14

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting dan mahal harganya.

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. tipe Herpes Virus yang telah teridentifikasi. Human Herpes Virus antara lain

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu

Statistics. Total skor sikap responden. N Valid Missing Mean Median Std. Deviation

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. endoserviks yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif Neisseria gonorrhoeae

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Menular Seksual (IMS) 1. Definisi Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Hubungan seks ini termasuk hubungan seks lewat liang senggama, lewat mulut (oral) atau lewat dubur (anal). Infeksi Menular Seksual disebut juga penyakit kelamin. Infeksi Menular Seksual menyerang sekitar alat kelamin (Wells et al., 2009 ). Kebanyakan Infeksi Menular Seksual membahayakan organ-organ reproduksi. Pada wanita, dapat merusak dinding vagina atau leher rahim, biasanya tanpa tanda-tanda infeksi. Pada pria adanya infeksi pada saluran air kencing. Apabila tidak diobati dapat menyebabkan keluarnya cairan yang tidak normal dari penis dan berakibat sakit pada waktu buang air kecil (Wells et al., 2009 ). 2. Etiologi Infeksi Menular Seksual diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya dari golongan bakteri yaitu Neisseria gonorrhoeae, Treponemapallidum, Gardnerella vaginalis, Hemophilus ducreyi, Calymmatobacterium granulomatis. Berdasarkan penelitian di Bangladesh 35,5% positif terkena Neisseria gonorrhoeae, 62,5% positif terkena Treponemapallidum (Rahman et al., 2000). 4

5 3. Jenis-Jenis Infeksi Menular Seksual Berdasarkan Infeksi Bakteri a. Gonore (Kencing Nanah) Gonorrhea merupakan infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual dan disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Pada pria ditandai oleh uretritis dengan nyeri dan secret purulen, biasanya asimptomatik pada wanita, tetapi dapat meluas menyebabkan salphingitis. Bakteri ini dapat terjadi pada kedua jenis alat kelamin, mengakibatkan lesi kulit dan arthritis (Dorland, 2002). Neisseria gonorrhoeae adalah bakteri penyebab infeksi gonore yang merupakan salah satu penyebab terpenting Infeksi Menular Seksual. Sama halnya dengan Infeksi Menular Seksual lainnya, gonore Iebih banyak mempengaruhi kesehatan wanita dari pada pria (Josodiwondo, 1993). Hal ini disebabkan karena wanita Iebih mudah terinfeksi dari pada pria (kemungkinnanya 50-60% dibandingkan dengan 35%) dan karena 50-80% infeksi pada wanita tidak menimbulkan gejala (asimptomatik). Wanita biasanya tidak mencari pengobatan sampai terjadi komplikasi yang Iebih berat (Sweet et al, 1995). b. Chancroid (Ulkus Mole) Ditularkan melalui hubungan kelamin, yang disebabkan oleh Haemophillus ducreyi, ditandai dengan ulkus primer yang nyeri pada tempat inokulasi, biasanya alat kelamin luar (Alfa, 2005). Dicarlo (1995) melaporkan kasus chancroid di Amerika serikat mencapai 118 (39%). c. Sifilis Syphilis disebabkan oleh Treponema pallidum. Sifilis menular melalui kontak langsung antara luka (yang bernanah atau yang membengkak) di kulit dengan selaput lendir atau dengan cairan tubuh (air mani, darah, cairan vagina) selama senggama (Goh, 2005).

6 Kasus sifilis di Colombia tahun 1996-1999 mengalami peningkatan dari 0,5-3,4 per 100.000 orang (Patrick et al, 2002). d. Granuloma Inguinale Merupakan infeksi kulit kelamin yang disebabkan oleh Calymmatobacterium granulomatis, menyebabkan peradangan menahun pada alat kelamin. Bagian tubuh yang terkena pada pria adalah penis, buah zakar, selangkangan dan paha, sedangkan pada wanita meliputi vulva vagina dan kulit di sekitarnya (Richens, 2006). e. Bacterial vaginosis Bakterial vaginosis merupakan gejala klinis pada vagina akibat pergantian dari lactobacillus yang normalnya memproduksi hydrogen peroksida di vagina dengan bakteri anaerob yaitu Gardnerella vaginalis (WHO, 2003). Menurut Oduyebo (2009) sebanyak 30% wanita menderita bakterial vaginosis ditandai dengan keluarnya cairan dari vagina. Hal ini akibat dari pergantian lactobacillus dengan peningkatan bakteri anaerob Gardnerella vaginalis. 4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Gonorrhea Syphilis Granuloma inguinale Chlamydial Chancroid Baterial vaginosis (Depkes RI, 2004) Kriteria laboratorium positif Diplokokus gram negative intraseluler TSS dengan Titer VDRL/ RPR 1:4 dan TPHA Smear Kultur Unna ducreyi positif; lapangan gelap positif Clue cell positif, ph 4.5, KOH positif

7 5. Penatalaksanaan terapi Tabel 2 Penatalaksanaan terapi pengobatan IMS yang disebabkan bakteri Jenis Penyakit Terapi Pengobatan Gonorrhea 1. Seftriakson 125mg (Intra Muskular) dosis 2. Ciprofloksasin 500mg (Per Oral) dosis 3. Cefixim 400mg (Per Oral) dosis 4. Ofloxacin 400mg (Per Oral) dosis Syphilis 1. Benzatin penisislin Intra Muskular. 2. Procain Penisilin Intra Muskular. 3. Benzil Penisislin Intra Muskular. Granuloma ingunale 1. Azitromisin 1g Per Oral 1x sehari. 2. Doksisiklin 100mg Per Oral 2x sehari. Bacterial vaginosis 1. Metronidazol 400-500mg Per oral 2x sehari, selama 7 hari. Chlamydial 1. Azitromisin 1g Per Oral dosis tunggal 2. Doksisiklin 100mg Per Oral 2x sehari selama 7 hari Chancroid 1. Eritromisin 500mg Per Oral. 2. Azitromisin 1g Per Oral dosis 3. Ceftriakson 250mg Intra Muskular dosis 4. Ciprofloksasin 500mg Per Oral dosis 5. Spektinomisin 2g Intra Muskular dosis (Wells et al, 2009)

8 B. Antibiotik Antibiotik merupakan zat-zat kimia yang dihasilkan oleh bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman (Tjay dan raharja, 2007). Adapun mekanisme dari antibiotik yaitu mengganggu sintesis dinding sel bakteri (penisilin, sefalosporin), menghambat sintesis protein (kloramfenikol, tetrasiklin), mengganggu sintesis asam nukleat (rifampisin, ciprofloksasin), mengganggu pembentukan membran sel (polimiksin) dan menghambat sintesis metabolit esensial (sulfametoksazol) (Tenover, 2006) Pengobatan sendiri dengan antibiotik, tidak hanya terjadi di negaranegara sedang berkembang, tetapi juga di negara-negara maju. Selebihnya di negara-negara Eropa seperi Romania dan Lithuania juga ditemukan prevalensi yang tinggi pada pengobatan sendiri dengan antibiotik (Al- Azzam, 2007). Suatu penelitian yang dilakukan di Saudi Arabia tingginya prevalensi pengobatan sendiri dengan antibiotik pada orang dewasa (44%) dan anak-anak (34%). Persentase pengobatan sendiri dengan antibiotik yang ditemukan di India (18%), Sudan (48%), dan Jordan (40%) (Abasaeed, 2009). Adapun penelitian yang dilakukan di Brazil menunjukkan bahwa 74% dari 107 apotek yang telah dikunjungi, termasuk 88% apotek yang didaftar oleh Municipal Health Secretary, menjual antibiotik tanpa resep dokter (Volpato, 2005). C. Pengobatan yang Rasional Pemakaian obat yang rasional hanya menggunakan obat-obatan yang telah terbukti keamanan dan efektifitasnya dengan uji klinik. Suatu pengobatan dikatakan rasional apabila memenuhi beberapa kriteria tertentu. Kriteria pemakaian obat secara rasional meliputi: tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, selalu ada dan harganya terjangkau (WHO, 1985).

9 a. Tepat indikasi Ketepatan indikasi peresepan obat didasarkan pada pertimbangan klinis pasien dilihat dari indikasi medik bahwa intervensi dengan obat memang diperlukan (WHO, 1985). b. Tepat Obat Pemilihan jenis obat berdasarkan pemilihan kelas terapi dan jenis obat berdasarkan pertimbangan manfaat dan keamanan (WHO, 1985). c. Tepat Pasien Pasien dapat menerima obat-obat yang diberikan sesuai kondisi klinis pasien tanpa adanya kontra indikasi (WHO, 1985). d. Tepat Dosis Cara pemakaian obat memerlukan pertimbangan farmakokinetika yaitu cara pemberian, besar dosis, frekuensi pemberian dan lama pemberian (WHO, 1985). e. Selalu Ada dan Harganya Terjangkau Pemerintah menyediakan obat generik di klinik kesehatan yaitu puskesmas dan dalam peresepannya dituliskan dengan obat generik (WHO, 1985). D. Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (DEPKES RI, 2007). E. Rekam Medik Rekam medik adalah sejarah ringkas, jelas dan akurat dari kehidupan dan kesakitan penderita, ditulis dari sudut pandang medik (Siregar, 2003).

10 Tujuan dari rekam medik adalah: 1. Sebagai dasar untuk perencanaan dan kontinuitas pelayanan pasien. 2. Sebagai sarana komunikasi antara dokter dan semua profesi yang berhubungan dengan pelayanan pasien. 3. Untuk melengkapi dokumentasi dari bukti mengenai keadaan penyakit pasien dan perawatan selama di rumah sakit. 4. Sebagai dasar untuk melihat kembali, mempelajari dan mengevaluasi terapi/perawatan yang telah dilakukan pada pasien. 5. Untuk membantu dalam melindungi legalitas kepentingan dari pasien, rumah sakit dan praktisi yang bertanggung jawab. 6. Untuk menyediakan data yang dapat digunakan untuk penelitian dan pendidikan. 7. Sebagai dasar perhitungan biaya, dengan menggunakan data dalam rekam medik, bagian keuangan dapat menetapkan besarnya biaya pengobatan seorang pasien (Siregar, 2003).