BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai alat pengolah bahan bahan makanan. Dalam keseharian minyak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kerusakan bila teroksidasi oleh udara dan suhu tinggi, demikian pula beta. dengan minyak jelantah rasa yang dihasilkan lebih gurih.

BAB 1 PENDAHULUAN. kerusakan bila teroksidasi oleh udara dan suhu tinggi, demikian pula beta

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media

I. PENDAHULUAN. menggoreng makanan. Dalam proses menggoreng makanan, minyak goreng

BAB 1 PENDAHULUAN. jalan beragam. Contoh yang paling sering ditemui adalah pecel lele dan gorengan.

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

I. PENDAHULUAN. dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Minyak goreng berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

Kata Kunci: pengetahuan, pendapatan, minyak jelantah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah. untuk pasien dan keluarganya (Adibhatla et al., 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

I. PENDAHULUAN. Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian di negara dengan pendapatan rendah dan menengah

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. jenuh dan kurangnya aktivitas fisik menyebabkan terjadinya dislipidemia.

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

PENCEGAHAN PEMBENTUKAN ASAM LEMAK TRANS MINYAK KELAPA SAWIT

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. Minyak adalah satu bentuk umum senyawa kimia yang tidak bisa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG TERBEBANI KOLESTEROL SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2008 prevalensi penyebab kematian tertinggi terjadi pada akut miokard infark (AMI)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Pas Photo. 3x4 cm. Tempat / Tanggal Lahir : Johor, Malaysia / 3 July : No. 4, Jalan Dr Mansyur, Medan.

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (2014), mencatat dalam World Health Statistics Indonesia. meningkatnya tekanan darah sistolik diatas 140 mmhg dan

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. bahan dasar seperti kelapa sawit, kelapa, kedelai, jagung, dan lain-lain. Meski

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua

BAB I PENDAHULUAN. seimbang akan mempengaruhi rasio lingkar pinggang pinggul menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan kegawatan neurologi yang serius, menduduki peringkat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

DAFTAR ISI. Halaman. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai alat pengolah bahan bahan makanan. Dalam keseharian minyak berfungsi sebagai penghantar panas dan penambah cita rasa gurih. Minyak goreng adalah minyak yang telah mengalami proses pemurnian yang meliputi degumming, netralisasi, pemucatan, dan deodorisasi. Minyak merupakan komponen penting dalam kebutuhan menu manusia dan mampu memenuhi beberapa fungsi gizi. Minyak salah satu sumber energi yang padat (9 Kal/g ) dan dapat membantu meningkatkan densitas kalori pada makanan. Hal ini menjadi faktor penting khususnya pada makanan bagi anak-anak yang masih muda. Minyak makan yang sering juga disebut minyak goreng, merupakan wahana bagi berbagai vitamin yang larut dalam minyak, yaitu vitamin A, D, E, dan K serta berbagai fungsi membantu proses penyerapan dan mobilisasi vitamin tersebut didalam tubuh. Minyak setelah beberapa proses pengorengan mengandung asam lemak jenuh yang akan meningkatkan kadar LDL kolesterol, yang merupakan kolesterol jahat, karena mampu meningkatkan proses penyempitan pembuluh darah arteri yang beresiko terjadinya hipertensi (F.G. Winarno, 1999 dan Muchtadi, 2009 ). Menurut WHO ada 1 milyar orang yang terkena hipertensi. Peningkatan hipertensi dari 600 juta jiwa pada tahun 1980 menjadi 1 milyar jiwa pada tahun 2008 (WHO, 2013). Mungkin di tahun 2025 angka penderita 1

2 hipertensi akan meningkat 50% dari angka sebelumnya. Dari 1 milyar pengidap hipertensi, 33,3% berada di negara maju dan 66,7% sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia (Mankes, 2012). Data statistik terbaru menyatakan bahwa terdapat 24,7% penduduk Asia Tenggara dan 23,3% penduduk Indonesia berusia 18 tahun ke atas mengalami hipertensi pada tahun 2014 (WHO, 2015). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%), Jawa Barat (29,4%), dan Jawa Timur (26,2%), (Riskesdas, 2013). Secara keseluruhan jumlah penderita hipertensi di Jawa Timur mencapai 275 ribu orang. Daerah yang paling banyak menyumbang pasien menderita hipertensi adalah kabupaten Malang dengan jumlah penderita 31.789 penderita disusul Surabaya dengan jumlah 28.970 penderita. Madura sebanyak 28.955 penderita. Dengan rincian daerah Bangkalan sebanyak 11.292 penderita. Sampang 8933 dan Sumenep 8417 penderita, Sedangkan untuk Ponorogo wilayah tertinggi penderita hipertensi adalah kecamatan Jenangan dengan jumlah 1631 penderita, Ponorogo Selatan dengan jumlah 1540 penderita, dan Ponorogo Utara dengan jumlah 1521 penderita (Dinkes Ponorogo 2015). Pada penelitian ini mengambil data di Desa Paringan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo dan terdapat empat dusun yaitu Dusun Bagusan, Dusun Semambu, Dusun Krajan dan Dusun krangkungan. Pada penelitian ini mengambil sampel di Dusun Semambu karena tingkat penduduk ibu rumah

3 tangga di Dusun tersebut cukup tinggi sebesar 446 orang dan penderita penyakit hipertensi dari empat dusun tertinggi terdapat di Dusun Semambu. Hasil penelitian Amalia, dkk (2010) di kota Bogor, melaporkan bahwa akibat dari penggunaan minyak goreng yang berulang kali dapat menimbulkan dampak negatif untuk kesehatan dan lingkungan karena minyak yang dipakai berulang kali dapat berpotensi untuk menimbulkan penyakit kanker dan penyempitan pembuluh darah yang dapat memicu penyakit jantung koroner, stroke, serta hipertensi, sedangkan menyisakan minyak jelantah untuk dibuang ke saluran air atau pun ke pekarangan dapat menimbulkan pencemaran air dan rusaknya kesuburan tanah. Ibu rumah tangga sering menggunakan minyak goreng berulang. Untuk alasan berhemat mereka sengaja menggunakan minyak goreng bekas dan mereka beranggapan jika menggoreng sesuatu dengan minyak jelantah rasa yang dihasilkan lebih gurih. Pada proses pemakaian yang berulang kali akan menyisakan lemak jenuh yang tinggi, asam lemak jenuh yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah. Hal tersebut banyak di dapat pada penggunaan minyak goreng yang lebih dari dua kali pakai (Nadirawati dan Muthmainnah, 2012). Minyak goreng mengandung asam lemak esensial atau asam lemak tak jenuh yang akan mengalami kerusakan bila teroksidasi oleh udara dan suhu tinggi, demikian pula beta karoten yang terkandung dalam minyak goreng tersebut akan mengalami kerusakan (Muchtadi, 2009). Minyak goreng selama proses penggorengan mengalami berbagai reaksi kimia, diantaranya hidrolisis, oksidasi, isomerisasi, dan polimerasisasi yang akan menghasilkan

4 zat-zat yang dapat mempengaruhi kesehatan dan mutu makanan goreng yang dihasilkan, baik ditinjau dari segi rupa, cita rasa, maupun nilai gizinya. Pemanasan minyak pada suhu sangat tinggi dan berulang ulang dapat menghasilkan isomer asam lemak trans yang banyak dikaitkan dengan gangguan kesehatan, salah satunya adalah penyebab terjadinya hipertensi ( F.G Winarno, 1999 ). Bahkan minyak yang sudah digunakan berulang-ulang apabila diberikan pada ternak atau disuntikan kedalam darah, akan timbul gejala diare, kelambatan pertumbuhan, pembesaran organ, deposit lemak yang tidak normal, kanker, kontrol tidak sempurna pada pusat saraf, dan mempersingkat umur. Peroksida lipid dalam aliran darah akan mengakibatkan denaturasi lipoprotein yang mempunyai kerapatan rendah. Dalam keadaan normal lipoprotein berfungsi sebagai alat transportasi trigliserida, sehingga apabila mengalami denaturasi akan mengakibatkan deposisi lemak dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala aterosklerosis (Kusmanto, 2007). Walaupun minyak goreng bekas (jelantah) telah dilakukan proses penyaringan beberapa kali, namun tidak bisa menghilangkan zat yang berada didalam kandungan minyak setelah dipanaskan dengan suhu tinggi berulang kali. Penggunaan minyak yang berulang, akan menimbulkan asam lemak trans. Selanjutnya, zat ini akan mempengaruhi metabolisme profil lipid darah yakni HDL kolesterol, LDL kolesterol dan total kolesterol yang kemudian menimbulkan penyumbatan pada pembuluh darah atau disebut atherosklerosis yang dapat memicu terjadinya hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner ( Sartika, 2012 ).

5 Di masyarakat, terutama dikalangan ibu rumah tangga penggunaan minyak goreng memiliki kecenderungan untuk dihabiskan dengan cara pemakian berulang kali. Dampak negatif untuk kesehatan karena minyak yang dipakai berulang kali dapat berpotensi untuk menimbulkan penyakit kanker, memicu terjadinya hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner. Pada proses penggorengan pertama, minyak mengandung asam lemak tidak jenuh yang cukup tinggi. Pada penggorengan berikutnya, asam lemak jenuh akan meningkat. Proses pemanasan minyak pada suhu tertentu, ketika dipakai untuk menggoreng akan memutuskan sebagian ikatan rangkap (tidak jenuh) menjadi ikatan tunggal (jenuh). Minyak goreng yang digunakan lebih dari empat kali akan mengalami oksidasi. Proses oksidasi tersebut akan membentuk gugus peroksida, asam lemak trans, dan asam lemak bebas (Amalia, dkk 2010). Melihat fenomena di masyarakat, maka kita perlu memberikan pengetahuan tentang perilaku menggunakan minyak goreng yang baik dan benar kepada para ibu rumah tangga yang merupakan peran penting dalam keluarga terutama dalam kegiatan pengolahan makanan dan penggunaan minyak. Salah satunya memberikan penyuluhan kepada ibu rumah tangga tentang perilaku penggunakan minyak goreng sekali pakai dengan cara membatasi minyak yang di perlukan saat pengorengan dan waktu pengorengan hindari dengan suhu tinggi karena dapat merusak kualitas minyak. Dengan metode ini maka menghasil pengorengan dengan nilai gizi yang baik dan berkualitas.

6 Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Hubungan Perilaku Menggunakan Minyak Goreng Bekas (Jelantah) Dengan Kejadian Penyakit Hipertensi Pada Ibu Rumah Tangga di Dusun Semambu Desa Paringan kecamatan Jenangan kabupaten Ponorogo. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian: Apakah ada hubungan perilaku menggunakan minyak goreng bekas ( jelantah ) dengan kejadian penyakit hipertensi pada ibu rumah tangga di Dusun Semambu Desa Paringan Kecamatan Jenangan kabupaten Ponorogo?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan perilaku menggunakan minyak goreng bekas ( jelantah ) dengan kejadian penyakit hipertensi pada ibu rumah tangga di Dusun Semambu Desa Paringan Kecamatan Jenangan kabupaten Ponorogo. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi perilaku menggunakan minyak goreng bekas di Dusun Semambu Desa Paringan Kecamatan Jenangan 2. Mengidentifikasi terjadinya penyakit hipertensi di Dusun Semambu Desa Paringan Kecamatan Jenangan 3. Menganalisis hubungan perilaku menggunakan minyak goreng bekas ( jelantah ) dengan terjadinya penyakit hipertensi pada ibu rumah tangga

7 di Dusun Semambu Desa Paringan Kecamatan Jenangan kabupaten Ponorogo. 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Teoritis Dapat dijadikan penelitian lebih lanjut sebagai dasar untuk lebih memantapkan dalam pemberian informasi pengetahuan. Serta mengatahui Hubungan perilaku menggunakan minyak goreng bekas ( jelantah ) dengan kejadian penyakit hipertensi pada ibu rumah tangga. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Responden Memberikan gambaran tentang hubungan perilaku menggunakan minyak goreng bekas (jelantah) dengan kejadian penyakit hipertensi pada ibu rumah tangga 2. Institusi Menambah keragaman hasil penelitian dalam dunia kesehatan serta dapat dijadikan sumber referensi. 3. Peneliti Selanjutnya Sumber data peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan hubungan perilaku menggunakan minyak goreng bekas (Jelantah) dengan kejadian penyakit hipertensi pada ibu rumah tangga. 1.5. Keaslian Penelitian 1. Amalia, et al (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Perilaku Penggunaan Minyak Goreng Serta Pengaruhnya Terhadap Keikutsertaan Program Pengumpulan Minyak Jelantah Di Kota Bogor. Hasil

8 penelitian disimpulkan dari 120 responden, 0 responden atau 0,0% memiliki sikap negatif, 117 responden atau 97,5 memiliki sikap netral dan 3 responden atau 2,5% memiliki sikap positif. Persamaan: Pengumpulan data dengan kuisioner. Perbedaan: Perbedaan terletak pada variabel. 2. Astria P. Nasrun, dkk ( 2014 ) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Bahaya Penggunaan Minyak Jelantah Dan Pendapatan Dengan Tidakan Penggunan Minyak Jelantah Pada Ibu Rumah Tangga Di Desa Poigar Iii Kecamatan Poigar Kabupaten Bolaang Mongondow. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan bahaya penggunaan minyak jelantah dengan tindakan penggunaan minyak jelantah dan tidak terdapat hubungan antara pendapatan dengan tindakan penggunaan minyak jelantah. Pengetahuan responden tentang penggunaan minyak jelantah responden yang memiliki pengetahuan kurang baik yaitu sebanyak 105 responden (56,8%) dan yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 80 responden (43,2%). Persamaan : Responden adalah ibu rumah tangga Perbedaan: Perbedaan terletak pada variabel. 3. Ferat F. K. Imbiri ( 2012 ) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Penggunaan Minyak Jelantah Pada Ibu Rumah Tangga Di Kelurahan Kleak Kecamatan Malalayang Kota Manado. Hasil penelitian ini menunjukan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 31 orang (62%), responden

9 yang memiliki sikap baik sebanyak 36 orang (72%) dan responden yang memiliki tindakan baik sebanyak 33 orang (66%). maka terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan penggunaan minyak jelantah pada ibu rumah tangga di Kelurahan Kleak Kecamatan Malalayang Kota Manado yaitu nilai (p = 0,047). Persamaan : Responde ibu rumah tangga dan Pengumpulan data dengan kuisioner. Perbedaan : Perbedaan terletak pada variabel.