BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

2016 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS

Cipta, 2003), Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdikbud, Peraturan Menteri Pendidikan dan

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giri Lisyono R, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2016 PENGARUH PERMAINAN BULUTANGKIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP NEGERI 6 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan Jumlah Wakatu Aktif Belajar Saat Proses Belajar Mengajar Permainan Bola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013

BAB I PENDAHULUAN. merambah hingga masing-masing mata pelajaran, sehingga hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Defri Mulyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antara guru dan peserta didik, tujuan dari pembelajaran tersebut meliputi tiga

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

Mahendra (2009:10) juga memaparkan bahwa secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cemi Pratama, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdul Majid (2011:78) menjelaskan sabda Rasulullah SAW.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang cerdas di era seperti sekarang ini sangat penting

I. PENDAHULUAN. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat. daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran, terjadi kegiatan belajar mengajar. Sagala (2008:61)

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bervariasi untuk kepentingan pembelajaran matematika. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran agar siswa tertarik dalam proses belajar mengajar. Pendidikan dapat

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB I PENDAHULUAN. Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam

2015 SKALA UNTUK MENILAI SIKAP-SIKAP SISWA SMA KELAS XI DALAM PEMBELAJARAN HIDROKARBON

BAB I PENDAHULUAN. menuansakan pada pengalaman dan kebiasaan berolahraga siswa. Namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia. indonesia perlu memiliki warga yang bermutu atau berkualitas tinggi.

2016 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu

2015 KECENDERUNGAN SIKAP PESERTA DIDIK TERHADAP PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB VI PENUTUP Praktek Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Matauli Pandan mampu membangun interaksi komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keterampilan olah raga tetapi pada perkembangan si anak seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

I. PENDAHULUAN. melalui proses kerja praktikum di laboratorium untuk menghasilkan sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana, pembekalan

2015 PENGGUNAAN MEDIA TWITTER UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) belakangan ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aris Risyad Ardi, 2015

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang melatar belakangi suatu gerak yang ditampilkan dalam suatu perbuatan yang nyata dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia merupakan perwujudan manusia yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara

BAB I PENDAHULUAN. normal, namun anak anak yang memiliki keterbelakangan mental juga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata

I. PENDAHULUAN. SMAN 4 Metro adalah lembaga pendidikan menengah atas yg membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fisik sebagai media utama pembelajaran. Bentuk-bentuk aktivitas fisik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan (IPTEK) belakangan ini sangat. mempengaruhi pendidikan, terutama di negara-negara yang sudah maju.

BAB I PENDAHULUAN. negeri ini menghadapi persaingan global, khususnya dalam bidang. pendidikan nonformal. Pendidikan formal diperoleh melalui lembaga

PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM MENGIKUTI PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMK PGRI 2 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ada sejak adanya manusia, dalam arti sejak adanya manusia telah ada pula usahausaha

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan.

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembelajaran pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah dari mulai SD sampai dengan SMA memiliki cakupan yang begitu banyak dan luas. Kurikulum 2013 mengenai Pendidikan Jasmani terdiri dari beberapa aspek keterampilan gerak dari masing-masing Kompetensi Dasar (KD). Hal ini juga menandakan bahwa setiap KD yang dijelaskan pada kurikulum 2013 memiliki karakteristik tersendiri atau tingkat kompleksitasnya masing-masing. Dalam proses pembelajaran tentunya motivasi menjadi salah satu peran penting dalam aktifitas belajar, dengan adanya motivasi di diharapkan siswa dapat antusias dalam mengikuti proses belajar penjas. Dalam lingkungan pendidikan formal, tujuan pendidikan yang diselenggarakan pada setiap jenjang pendidikan formal harus merujuk pada tujuan pendidikan nasional. Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 Ayat 11, bahwa pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Karena merupakan pendidikan formal dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut harus terstruktur, terprogram dan terencana. Dalam konteks pendidikan yang dinamakan perencanaan itu adalah kurikulum, dalam kurikulum yang terkait dengan standar isi kurikulum memuat berbagai jenis mata pelajaran termasuk didalamnya mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Dalam pelaksanaannya, pendidikan tidak akan lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran dengan aktivitas pembelajaran yang khas dan tidak dimiliki oleh mata pelajaran lainnya. Jika mata pelajaran lainnya lebih bersifat pada kajian teoritis, berbeda dengan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, dimana pembelajaran lebih mengutamakan aktivitas gerak. Sementara itu dalam system pendidikan nasional, pendidikan jasmani mempunyai posisi yang cukup penting dalam konteks pendidikan secara keseluruhan. Seperti yang tercantum dalam standar isi kurikulum (Tanpa nama, 2006, hlm. 512), bahwa : 1

Pendidikamm Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dalam pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan social, penalaran, stabilitasi emosional, tindakan moral,aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang harus ada dan tidak akan bisa dipisahkan dalam rangka pelaksanaan system pendidikan nasional. Setiap pelaksanaan pembelajaran, tentu pembelajaran merupakan bagian terpenting sebagai target yang ingin dicapai dari pembelajaran yang teral dilaksanakan. Menurut Mahendra (2009, hlm. 10), secara sederhana pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk : 1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan social 2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani 3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari hari secara efesien dan terkendali 4. Mengembangkan nilai nilai peibadi melalui partisipasi dalam aktivitas penjas baik secara kelompok maupun perorangan 5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan social yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antara orang 6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga Dari keseluruhan tujuan yang telah dipaparkan sebelumnya, jika dianalisis maka tujuan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adalah untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk mencapai manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani. Ini membuktikan bahwa pendidikan jasmani bukan hanya berorientasi pada pengembangan aspek yang harus dikembangkan secara utuh, baik dari aspek kognitif, aspek afektif, serta aspek psikomotorik, sehingga mampu mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas. Setiap individu memiliki semangat yang berbeda beda dalam mencapai kemampuannya ilmu pengetahuan, teknologi, serta wawasan informasi yang luas diperlukan dalam menjalankan kehidupan sehari hari, karena dengan memiliki semua itu manusia akan menemukan kesulitan 2

dalam hidupnya. Begitu juga dengan motivasi dalam belajar, motivasi diperlukan untuk mendapatkan kesuksesan dalam belajar. Seorang siswa dikatakan mencapai tahap perkembangannya secara optimal apabila siswa memperoleh pendidikan dan prestasi belajar yang sesuai dengan bakat, kemampuan dan minat yang dimiliki Menurut Mc. Donald (dalam sardiman 2007, hlm. 73) menyebutkan bahwa motivasi sebagai perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Terkait dengan dunia pendidikan, untuk mencapai manusia yang berpendidikan dan berprestasi tinggi siswa harus memiliki prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar merupakan tolak ukur maksimal yang telah dicapai seorang siswa setelah belajar selama waktu yang telah ditentukan. Dalam dunia pendidikan gurulah yang perlu memberikan rangsangan (Stimulus) dan idea idea dalam pemberian motivasi yang berdampak positif terhadap siswa di sekolah, sesuai dengan yang di kemukakan oleh Azwar (2005, hlm. 15), mengatakan bahwa motivasi merupakan rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang atau kelompok masyarakat yang mau berbuat dan bekerjasama secara optimal dalam melaksanakan suatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau daya penggerak dari subjek untuk melakukan suatu perbuatan dalam suatu tujuan (Sardiman, 2000, hlm. 71). Siswa yang memiliki prestasi belajar yang baik, biasanya diikuti oleh motivasi yang tinggi pula, karena motivasi menentukan tingkat keberhasilan serta kegagalan dalam belajar seseorang. Pembelajaran yang di ikuti dengan motivasi yang kuat pada hakikatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada diri siswa. Motivasi merupakan bagian dari prinsip prinsip belajar dan pembelajaran karena motivasi menjadi salah satu faktor yang turut menentukan pembelajaran yang efektif (Djamarah, 2002, hlm. 123) Dalam pembelajaran, motivasi merupakan hal yang sangat penting. Tanpa adanya hal tersebut dalam pencapaiannya tidak maksimal. Dalam proses belajar mengajar, motivasi merupakan salah satu faktor yang besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Anak yang motivasi 3

belajarnya tinggi akan memperoleh hasil belajar yang baik, namun sebaliknya anak-anak yang kurang memiliki motivasi akan memperoleh hasil yang kurang maksimal, bahkan cenderung rendah. Sejalan dengan pernyataan tersebut, fakta dilapangan menunjukan bahwa mutu pendidikan di Indonesia sangatlah memprihatinkan. Hasil survei World competitiveness year book tahun 1997-2007 menunjukan bahwa dari 47 negara yang di survei, pada tahun 1997 indonesia berada pada urutan 39, pada tahun 1999 berada pada urutan 46, tahun 2002 dari 49 negara yang di survei, Indonesia berada pada urutan 47, dan pada tahun 2007 dari 55 negara yang di survei, Indonesia menempati posisi ke 53. Menurut laporan monitoring global yang dikeluarkan lembaga PBB, UNESCO, tahun 2015 posisi Indonesia menempati peringkat 69 dari 76 negara berkembang di dunia. Sedangkan menurut The Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang merupakan lembaga konsultan dari hongkong menyatakan kualitas pendidikan Indonesia sangat rendah, diantara 12 negara asia yang di teliti, Indonesia satu tingkat di bawah Vietnam. Bardasarkan survei dilapangan, rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, salah satu factor penyebabnya tidak lepas dari rendahnya motivasi belajar pada anak dan generasi-generasi selanjutnya. Sesuai dengan pendapat Handoko M. dalam bukunya ( 1992, hlm. 43 ) mengatakan : Siswa yang termotivasi dengan baik dalam belajar, akan melakukan kegiatan lebih banyak dan lebih cepat, dibandingkan dengan siswa yang kurang termotivasi dalam belajar. Prestasi yang diraih akan lebih baik apabila mempunyai seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi pula. Sesuai dengan kurikulum 2013 Kompetensi Inti poin 2 (K2) Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong-royong, kerjasama, toleran, damai) santun, responsive dan Pro-aktif dalam menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, guru dan pihak sekolah harus memiliki bentuk pembelajaran yang dapat menjadikan siswa termotivasi. Salah satu bentuk aktifitas yang diberikan untuk menghilangkan kejenuhan dan meningkatkan motivasi belajar pada siswa adalah 4

dengan memberikan penerapan Ice Breaking, yang dapat dilakukan sebelum atau saat pembelajaran berlangsung Ice Breaking merupakan suatu bentuk aktivitas kecil, yang mengalihkan situasi membosankan, membuat ngantuk, menjenuhkan, dan tegang menjadi rileks dan bersemangat, serta ada perhatian dan ada rasa senang untuk melakukan aktifitas belajar di sekolah, namun pemberian aktifitas Ice Breaking ini jarang sekali diberikan oleh guru. Hal ini menjaddikan aktifitas guru cenderung menyampaikan materi pelajaran tanpa memperhatikan kondisi dan kemampuan daya tangkap atau memori para siswanya. Sehingga terkadang tidak memungkinkan diberikannya aktifitas tersebut secara terus menerus kepada siswa pada setiap pertemuannya. Dalam hal ini penulis menekankan cara pemberian motivasi terhadap siswa agar Pro-aktif sesuai yang dikemukakan oleh kurikulum 2013 Kompetensi Inti poin no 2 (K2). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : pengaruh penerapan Ice breaking terhadap motivasi beajar penjas kelas XI di SMAN 1 Lembang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan apa yang telah diungkapkan pada latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : Apakah terdapat pengaruh penerapan Ice Breaking tehadap motivasi belajar penjas di SMAN 1 Lembang?. C. Tujuan Penelitian Untuk mencapai tujuan penelitian maka penulis merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Ingin mengetahui pengaruh penerapan Ice breaking terhadap motivasi belajar penjas di kelas XI SMAN 1 Lembang. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang dapat diambil dari penelitian ini, adalah agar dapat menjadi bahan kajian atau acuan tambahan dalam aplikasi ilmu psikologi pendidikan. 2. Manfaat Praktis 5

Bagi peneliti diharapkan agar dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan referensi tambahan dalam penelitian selanjutnya. a) Guru Bagi guru aktifitas Ice Breaking ini diharapkan dapat diaplikasikan dalam proses belajar penjas di sekolah, agar siswa lebih antusias dalam menerima pelajaran yang berlangsung. b) Siswa Bagi siswa aktifitas Ice Breaking ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan menerima pelajaran penjas di sekolah agar tidak merasa jenuh atau bosan. Sehingga siswa dapat menerima materi ajar dengan psikologis yang menyenangkan tanpa beban. E. Struktur Organisasi Struktur organisasi ini meliputi BAB dan sub BAB, agar tidak keluar dari batasan organisasi ini maka dibuat struktur organisasi BAB petama hingga BAB terakhir, urutan dalam penyusunan sebagai berikut : 1. BAB 1 PENDAHULUAN Dalam BAB ini akan dibahas tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi. 2. BAB II LANDASAN TEORITIS Dalam BAB ini akan mengemukakan landasan teori yang mendukung dan relevan dalam pembahasan yang ada pada penelitian ini. 3. BAB III PROSEDUR PENELITIAN Dalam BAB ini mengemukakan tentang desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrument penelitian, prosedur penelitian, analisis data. 4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam BAB ini mengemukakan tentang hasil pengolahan dan analisis data motivasi belajar, dan pembahasan penelitian. 5. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Dalam BAB ini berisi simpulan, implikasi dan rekomendasi 6

7