BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra diciptakan oleh pengarang dalam beberapa alasan yaitu proses berpikir secara imajinatif, fiktif, kontemplasi dan mengenai realita yang terjadi di masyarakat secara nyata. Hal tersebut akan diungkapkan oleh pengarang di dalam ataupun di luar cerita, sehingga dalam penciptaan karya sastra akan terjadi keharmonisan atau keselarasan. Karya sastra berfungsi sebagai suatu tindakan komunikasi antara penulis dan pembaca, serta menjembatani antara satu pembaca dengan pembaca lainnya. Karya sastra merupakan hasil proses kreatif seorang pengarang. Proses kreatif tidak hanya didapatkan dari sebuah keterampilan, akan tetapi aspek pengalaman hidup, intelektual, dan wawasan keilmuan terutama kesusastraan. Pengarang membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan budaya yang terjadi di masyarakat. Pengarang melakukan peniruan terhadap peristiwa kehidupannya. Tanpa melakukan proses peniruan, pengarang akan menciptakan karya-karya yang kosong atau khayalan belaka (Yasa, 2012: 8). Karya sastra juga dapat membantu pembacanya dalam menghadapi setiap problematika yang terjadi dalam kehidupannya. Hal ini dikarenakan karena karya sastra berasal dari pengalaman hidup pengarang maupun realitas kehidupan di sekelilingnya. Problematika perempuan sering ditonjolkan oleh pengarang dalam karya sastra khususnya dalam tema percintaan. Kita dapat mengambil contoh 1
2 novel Ronggeng Dukuh Paruk yang menampilkan Ahmad Tohari sebagai penulisnya, dalam karya sastranya, Ahmad Tohari menempatkan perempuan sebagai kajian tematik dalam novelnya, tidak terlepas dari permasalahanpermasalahan perempuan, seperti kekerasan dalam rumah tangga dan pelecehan seksual. Setiap masyarakat menempatkan perbedaan laki-laki dengan perempuan dengan maskulin dan feminim. Maskulin identik dengan kekuatan dan keperkasaan dan feminim identik dengan kelembutan, pesolek dan domestik (rumah). Novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer berbeda dengan novelnovel lainnya. Novel ini memiliki keunikan karena mengangkat kehidupan seorang gadis belia dari kampung nelayan yang menjadi istri percobaan dari seorang pembesar atau bendoro. Ia dinikahkan oleh orang tuanya hanya untuk memberikan prestise kehidupan keluarganya yang tidak berkecukupan dengan usia yang seharusnya belum pantas mengalami sebuah pernikahan. Selain itu, novel ini juga menguak adanya problematika gender tokoh perempuan yang sangat kompleks dalam kehidupan rumah tangga. Pada penelitian ini mengkaji lebih dalam ketidakadilan gender tokoh perempuan dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Aplikasi dan implikasi gender di masyarakat belum sesuai dengan yang diharapkan, karena masih sangat dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya setempat. Perbedaan gender dalam beberapa hal akan mengantarkan pada ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender merupakan suatu sistem dan struktur dimana laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem itu. Bentuk ketidakadilan gender
3 diantaranya subordinasi, marginalisasi, kekerasan, beban kerja lebih banyak, dan streotipe (Handayani, 2002: 15). Ketidakadilan gender yang dilahirkan oleh perbedaan gender inilah yang akan melahirkan suatu problematika gender. Penelitian tentang novel Gadis Pantai telah dilakukan oleh Rossika (2012) dengan judul Analisis Konflik Eksternal Tokoh dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer. Hasil penelitian yang dikaji mendeskripsikan bahwa ada dua konflik eksternal yang dialami oleh tokoh dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer yaitu pertama, konflik fisik adalah konflik yang disebabkan adanya perbenturan antara tokoh dan lingkungan alam. Kedua, konflik sosial adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antara manusia atau masalah-masalah yang muncul akibat adanya hubungan antara manusia. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian terdahulu menggunakan analisis konflik eksternal, sedangkan penelitian sekarang menggunakan ketidakadilan gender (Rossika, 2012: 69-70). Penelitian tentang ketidakadilan gender juga telah dilakukan oleh Rakhmad (2010) dengan judul Manifestasi Ketidakadilan Gender Dalam Novel Lelakon Karya Lang Fang (Pendekatan Sosiologi Sastra). Hasil penelitian yang dikaji mendeskripsikan bahwa ada berbagai bentuk manifestasi ketidakadilan gender, misalnya anggapan tidak penting keputusan politik (subordinasi), marginalisasi, beban kerja lebih banyak, dan pelabelan terhadap suatu kelompok atau jenis pekerjaan tertentu (setreotipe). Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian terdahulu menggunakan manifestasi ketidakadilan gender, sedangkan penelitian sekarang menggunakan bentuk-bentuk ketidakadilan
4 gender, faktor penyebab adanya ketidakadilan gender dan konstruksi gender dalam novel yang akan dikaji. Selain itu perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang terletak pada segi objek yang dikaji. Pada penelitian sebelumnya menggunakan objek novel Lelakon karya Lang Fang, sedangkan penelitian sekarang menggunakan objek novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer (Rakhmad, 2010: 95-96). Penelitian dengan judul Konstruksi Ketidakadilan Gender dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer sangat penting untuk diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengangkat berbagai bentuk, faktor-faktor ketidakadilan gender, dan konstruksi gender yang terdapat di dalam novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer tersebut. Alasan peneliti mengambil judul Konstruksi Ketidakadilan Gender dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer dikarenakan dalam novel tersebut menceritakan adanya ketidakadilan gender yang terjadi antar tokoh satu dengan tokoh yang lainnya. Ketidakadilan gender merupakan bagian yang melekat dalam problematika lingkungan masyarakat, yang mencerminkan kebijaksanaan berpikir yang menjadi pegangannya. Peneliti akan mengkaji secara mendalam mengenai bentuk, faktorfaktor ketidakadilan gender, dan konstruksi gender di dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Pada bentuk ketidakadilan gender peneliti hanya mengambil empat permasalahan saja, yaitu marginalisasi, subordinasi, setreotipe, dan kekerasan dalam Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer. Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas, peneliti mengangkat judul Konstruksi
5 Ketidakadilan Gender dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan-permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut. 1) Bagaimanakah bentuk-bentuk ketidakadilan gender dalam novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer? 2) Bagaimanakah faktor-faktor penyebab ketidakadilan gender dalam novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer? 3) Bagaimanakah konstruksi ketidakadilan gender dalam novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer? 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk ketidakadilan gender dalam novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer. 2) Untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab ketidakadilan gender dalam novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer. 3) Untuk mendeskripsikan konstruksi ketidakadilan gender dalam novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis.
6 1.4.1 Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengembangan kajian mengenai teori ketidakadilan gender. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu membantu pembaca untuk memperluas pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian dalam ilmu kesusatraan. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan dan menambah wawasan mengenai ketidakadilan gender bagi masyarakat. Sehingga masyarakat akan lebih mengetahui secara lebih luas mengenai gender, terutama dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, sehingga dapat menjaga tidak terjadinya ketidakadilan gender antar kelompok maupun antar individu. 1.5 Penegasan Istilah Istilah-istilah yang perlu ditegaskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Ketidakadilan gender: suatu sistem dan struktur dimana kaum perempuan menjadi korban dari sistem tersebut (Handayani, 2002: 16). 2) Marginalisasi: pemiskinan terhadap kaum perempuan karena perbedaan gender. 3) Subordinasi: anggapan tidak penting perempuan dalam mengambil keputusankeputusan (Fakih, 2001: 15). 4) Setreotipe: pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu yang biasanya merugikan atau menimbulkan ketidakadilan (Sugihastuti dan Sastriyani, Siti Hariti (2007: 225).
7 5) Kekerasan: suatu bentuk tindakan yang dilakukan terhadap pihak lain, yang pelakunya perseorangan atau lebih, yang dapat mengakibatkan penderitaan bagi pihak lain (Sugihastuti dan Saptiawan, 2010:171). 6) Konstruksi: susunan (model, tata letak) suatu bangunan (KBBI, 2003: 361).