BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

BAB II KAJIAN TEORI. memungkinkan terjadinya proses belajar sesama siswa. 7 Proses interaksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan. semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

PENERAPAN STRATEGI BOWLING KAMPUS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Sehingga proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), efektivitas

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK BERKIRIM SALAM DAN SOAL PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP BUNDA PADANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika SMP. Dalam proses pembelajaran harus bisa membangun respon peserta didik dalam

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

Transkripsi:

BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003: 2) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan. Adapun ciri-ciri perubahan pada dirinya yaitu : (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, (5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan (6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Pembelajaran adalah suatu konsep dari dua dimensi kegiatan (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah kompetensi dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar. Pada dasarnya 10

11 pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang mengkondisikan/ merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran oleh sebab itu kegiatan pembelajaran akan bermuara pada dua kegiatan pokok. Pertama, bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar. Kedua, bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Menurut Degeng yang dikutip oleh Muliyardi (2002: 3) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Secara eksplisit terlihat bahwa dalam pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan. Hubungannya dengan pembelajaran matematika, menurut Nikson yang dikutip oleh Muliyardi (2002: 3) mengemukakan bahwa: Pembelajaran matematika adalah upaya untuk membantu siswa mengkontruksikan konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun kembali. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran matematika, siswa dibiasakan untuk mengkonstruksikan konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika melalui pengalaman dan kemampuan dirinya sendiri.

12 2. Model Pembelajaran Kooperatif Suherman (2003: 218) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mencakupi suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Dengan demikian pembelajaran kooperatif membuat siswa percaya diri untuk berbicara, mengeluarkan pendapat, berdiskusi dengan teman-teman dalam kelompok kecilnya untuk menyelesaikan soal atau tugas bersama, dengan demikian mereka akan mendapatkan kesimpulan materi setelah di diskusikan bersama. Warsono (2012: 172) menyatakan model pembelajaran adalah suatu deskripsi dari lingkungan pembelajaran, termasuk perilaku kita sebagai guru dimana model itu diterapkan. Dengan penerapan model pembelajaran guru membantu para siswa dalam memperoleh informasi, gagasan, keterampilan, nilai, cara berfikir, cara mengekspresikan diri, serta mengajar tentang bagaimana belajar. Pembelajaran kooperatif menurut Suyatno (2009: 52) adalah Kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan dan inkuiri yang mana tiap kelompok beranggotakan 4-5 orang, siswa heterogen, ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Selain untuk melatih siswa bekerja sebagai sebuah kelompok, pembelajaran kooperatif dapat memberi

13 banyak manfaat bagi proses pembelajaran di dalam kelas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Slavin (2005: 100) sebagai berikut: Pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, ini juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosial di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat penting untuk memperluas perkembangan interpersonal dan keefektifan. Menurut Rusman (2011: 208) ciri -ciri yang terjadi pada kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif. 2. kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang danrendah. 3. jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula. 4. penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. Suprijono (2014: 65) mengungkapkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif terdiri dari:

14 Tabel 2.1 Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Kooperatif Fase-fase Fase 1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Fase 2 Menyajikan informasi. Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Fase 4 Membantu Kerja kelompok dan belajar Fase 5 Mengevaluasi Fase 6 Memberikan pengakuan atau penghargaan. Perilaku guru Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa siap belajar. Mempresentasikan informasi kepada siswa secara verbal. Memberikan penjelasan kepada siswa tentang tata cara pembentukan kelompok belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien. Membantu kelompok-kelompok belajar selama siswa mengerjakan tugasnya. Menguji pengetahuan siswa mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok. Menurut Lie (2010: 30) pembelajaran kooperatif mempunyai 5 unsur penting yang harus diterapkan agar pembelajaran kooperatif tersebut mencapai hasil yang maksimal yaitu: 1. Saling ketergantungan positif Bila terdapat saling ketergantungan positif diantara anggota kelompok, maka akan tercipta suatu kerjasama yang dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi. Disamping itu juga siswa akan merasa bahwa mereka saling tergantung antara satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. 2. Tanggung jawab perorangan Setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab untuk belajar dan menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya dengan baik.

15 3. Tatap muka Setiap anggota kelompok diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membentuk suatu sikap yang dapat menguntungkan semua anggota. 4. Komunikasi antar anggota Keberhasilan suatu kelompok tergantung kepada kesediaan para anggota kelompok untuk menjelaskan dan memberikan pendapatnya. 5. Evaluasi proses kelompok Pengajar menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif. 3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Indeks Card Match (ICM) Model pembelajaran kooperatif tipe Indeks Card Match (mencari pasangan kartu) adalah pembelajaran yang menggunakan metode permainan kartu, yaitu kartu kartu yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan dan jawaban. Dalam pelaksanaannya kelas dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pemegang pertanyaan dan kelompok pemegang jawaban dibuat secara berpasangan. Giliran menjawab atas suatu pertanyaan sesuai undian. Jawaban dan pertanyaan dibuat secara berpasangan. Pembelajaran kooperatif tipe Indeks Card Match (mencari pasangan kartu) adalah pembelajaran yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan pembelajaran ini dengan catatan siswa diberi tugas mempelajari topik yang diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas siswa sudah memiliki bekal pengetahuan. (Hisyam Zaini, 2004: 67).

16 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Indeks Card Match (ICM) menurut Hisyam Zaini (2004: 67-68) sebagai berikut: 1. Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah siswa yang ada dalam kelas. 2. Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama. 3. Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan. 4. Pada separo kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaanpertanyaan yang tadi dibuat. 5. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban. 6. Beri setiap siswa satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separo siswa akan mendapatkan soal dan separoh yang lain akan mendapatkan jawaban. 7. Minta siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain. 8. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada temanteman lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasanganpasangan yang lain. Silberman (2009: 250-251) mengemukakan prosedur model pembelajaran kooperatif tipe Indeks Card Match (ICM) sebagai berikut: 1) Pada kartu indeks yang terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun yang diajarkan di kelas. Buatlah kartu pertanyaan dengan jumlah yang sama dengan setengah jumlah siswa. 2) Pada kartu yang terpisah, tulislah jawaban atas masing-masing pertanyaan itu. 3) Campurkan dua kumpulan kartu itu dan kocoklah beberapa kali agar tercampur aduk. 4) Berikan satu kartu untuk satu siswa. Jelaskan bahwa ini merupakan latihan pencocokan. Sebagian siswa mendapatkan pertanyaan tinjauan dan sebagian lain mendapatkan kartu jawabannya.

17 5) Perintahkan siswa untuk mencari kartu pasangan mereka. Bila sudah terbentuk pasangan, perintahkan siswa yang berpasangan itu untuk mencari tempat duduk bersama. (Katakan pada mereka untuk tidak mengungkapkan kepada pasangan lain apa yang ada di kartu mereka). 6) Bila semua pasangan yang cocok telah duduk bersama, perintahkan tiap pasangan untuk memberikan kuis kepada siswa lain dengan membacakan keras-keras pertanyaan mereka dan menantang siswa lain untuk memberikan jawabannya. Menurut Zaini (2008: 32) menjelaskan bahwa pembelajaran tipe indeks card match atau mencari pasangan adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe indeks card match yaitu: 1. Untuk menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar 2. Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa 3. Mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan 4. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar 5. Penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Indeks Card Match (ICM) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Membuat beberapa kartu indeks, sesuai dengan jumlah kelompok. Pada separo kartu indeks ditulis pertanyaan tentang materi yang

18 diajarkan di kelas. Dan pada separo kartu indeks lainnya ditulis jawaban dari kartu soal. 2) Semua kartu diacak dan kemudian memberikan dua kartu untuk satu kelompok, satu untuk kartu soal dan satu untuk kartu jawaban dimana itu bukan jawaban dari soal yang ada pada kelompok mereka. 3) Siswa diskusi dengan kelompoknya untuk menjawab soal yang ada pada kartu. 4) Guru membimbing anggota kelompok untuk menyelesaikan soal dan mencocokan jawabannya dengan kelompok yang lainnya. 5) Guru meminta perwakilan kelompok untuk mencari jawaban dan mencocokkan jawaban mereka dengan kartu yang ada pada kelompok lain. 6) Setelah semua jawaban dicocokan, guru meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan jawaban mereka secara bergantian. 7) Memperhatikan teman yang presentasi dan mengajukan pertanyaan jika tidak mengerti. 8) Mengakhiri proses ini dengan membuat kesimpulan. 4. Lembar Kerja Siswa (LKS) Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran guna menentukan sendiri prinsip dan keterampilan dalam

19 mempelajari yang diberikan guru. LKS merupakan suatu unit pembelajaran yang dapat berupa satu, dua atau lebih lembaran yang berisikan materi pelajaran, contoh soal dan latihan-latihan yang harus dikerjakan siswa dalam kegiatan pembelajaran, menurut Tim Revisi PKG Matematika dalam Ramadhan (2009: 24), "Lembar Kerja Siswa merupakan alat bantu mengajar yang dapat dipakai untuk mempercepat pelajaran, memberikan dorongan belajar pada tiap-tiap individu yang berisi sedikit petunjuk tertulis untuk mengarahkan kerja siswa". Jadi, LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap pemahaman konsep karena LKS dirancang untuk membimbing siswa dalam mempelajari topik. Pada tahap pemahaman konsep, LKS dimanfaatkan untuk mempelajari suatu topik dengan maksud memperdalam pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari sebelumnya. Adapun tujuan dan manfaat penggunaan LKS menurut Irianti dan Ramadhan (2009: 20) adalah: a. Mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran b. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep c. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan keterampilan proses. d. Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran e. Sebagai pedoman bagi guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. f. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari. g. Membantu siswa memperoleh informasi tentang konsep yang dipelajari.

20 LKS hendaknya ditulis dalam kalimat sederhana dan menggunakan kalimat yang mudah dipahami siswa. LKS juga perlu dilengkapi dengan cara penggunaan LKS. Pada model pembelajaran konvensional metode pembelajarannya tidak menerapkan metode kelompok tetapi ceramah dan tanya jawab. Setelah diberikan penjelasan tentang Lembar Kerja Siswa (LKS), maka berikut ini diberikan tinjauan tentang hasil belajar. 4. Model Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional dapat juga dikatakan sebagai pembelajaran yang dilaksanakan secara tradisional. Susanto (2013: 192) menyatakan bahwa pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran secara klasikal, dimana penerapan pembelajaran ini dengan ceramah, tanya jawab, pemberian tugas atau pekerjaan rumah (PR). Menurut Nasution (2010:209) pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik. b. Penyajian bahan pelajaran disajikan secara kelompok, tanpa memperhatikan murid secara individu. c. Kegiatan intruksional kebanyakan berbentuk ceramah. d. Pengalaman belajar berorientasi pada kegiatan pendidik. e. Partisipasi murid kebanyakan pasif. f. Kecepatan belajar ditentukan oleh kecepatan pendidik mengajar. g. Penguasaan tidak menyeluruh. h. Penguatan diberikan setelah ulangan atau ujian i. Keberhasilan siswa dinilai secara subjektif.

21 Djaafar (2001:5) mengungkapkan strategi pembelajaran konvensional sebagai berikut: Strategi pembelajaran konvensional merupakan strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru/lembaga pendidikan, dalam arti seluruh keputusan operasional diarahkan untuk dan bagaimana cara lembaga pendidikan dan peranan guru dalam mengorganisir proses pembelajaran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran konvensional adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang dimulai dengan menyajikan informasi mengenai materi yang akan dipelajari, pemberian contoh soal oleh guru dan latihan yang diberikan kepada siswa. Pada pembelajaran ini guru lebih aktif dan siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru, sehingga komunikasi yang terjadi hanya berlangsung satu arah. Setelah diberikan penjelasan tentang metode pembelajaran konvensional, berikut ini akan diberikan penjelasan tentang aktivitas belajar siswa. 5. Aktivitas Belajar Siswa Belajar tidak terlepas dari aktivitas, karena aktivitas merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari siswa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sardiman (2012: 97) Setiap orang yang belajar harus aktif, tanpa adanya aktivitas maka belajar tidak mungkin terjadi. Aktivitas dalam proses pembelajaran dapat dilakukan secara individu maupun kelompok dalam menyelesaikan permasalahan dan menemukan konsep dari materi yang dipelajari.

22 Indikator yang menyatakan aktivitas siswa dalam pembelajaran menurut Dierich dalam Sardiman (2012: 101) adalah: a. Visual activities seperti memperhatikan gambar, demonstrasi, mengamati percobaan. b. Oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi. c. Listening activities seperti mendengarkan uraian, mendengarkan percakapan, mendengarkan diskusi, dan mendengarkan pidato. d. Writing activities seperti menulis, membuat laporan, mengisi angket, dan menyalin. e. Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, membuat peta dan diagram. f. Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi model, dan melakukan demonstrasi. g. Mental activities seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan. h. Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tegang, dan gugup.

23 Dari berbagai jenis aktivitas di atas, aktivitas siswa yang akan diamati oleh peneliti dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.2 : Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika No Jenis Aktivitas Indikator 1 Oral activities 1. Memperhatikan penjelasan guru. 2. Memperhatikan penjelasan siswa lainnya dalam presentasi 2 Listening activities 3. Berdiskusi dalam kelompok. 4. Menyampaikan ide atau gagasan.. 3 Writing activities 5. Mengerjakan soal latihan yang ada di LKS. 6. Menulis jawaban dari kartu yang diberikan. 4 Mental activities 7. Membuat kesimpulan Dalam proses pembelajaran aktivitas tersebut tidak berdiri sendiri tetapi harus saling melengkapi dan mendukung. Dalam pembelajaran matematika, aktivitas sangat membantu siswa dalam memahami konsep secara menyeluruh. 6. Hasil Belajar Matematika Hasil belajar adalah yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar dapat dijadikan tolak ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu pelajaran. Sudjana (2011: 22) berpendapat bahwa: Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat berupa nilai atau prestasi maupun tingkah laku atau sikap siswa setelah belajar.

24 Bloom dalam Sudjana (2011: belajar dibagi dalam tiga ranah yaitu: 22-23) menyatakan bahwa hasil a. Ranah kognitif (intelektual), yang terdiri dari enam aspek, yaitu: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Ranah afektif (sikap), yang terdiri dari lima aspek yaitu: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah pskimotoris (keterampilan dan kemampuan bertindak). Dari ketiga ranah di atas, di dalam penelitian ini penulis akan mengamati hasil belajar siswa dalam ranah kognitif yang dapat dilihat pada tes hasil belajar. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Indeks Card Match (ICM). B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Atmy (2006) dengan judul Penerapan Metode Belajar Aktif Tipe Indeks Card Match (ICM) Dilengkapi Hand out pada Siswa Kelas X SMAN 1 Kec. Situjuah Limo Nagari Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan Metode Belajar Aktif Tipe Indeks Card Match (ICM) dengan dilengkapi Hand out lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian ini

25 relevan dalam hal penggunaan Metode Belajar Aktif Tipe Indeks Card Match (ICM). Perbedaan penelitian Atmy ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada variabel yang dilengapi dengan Hand out. Penelitian Atmy menerapkan Pembelajaran Metode Belajar Aktif Tipe Indeks Card Match (ICM) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan peneliti menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Indeks Card Match (ICM) terhadap Aktivitas dan hasil belajar siswa. Peneliti melakukan penelitian ini pada tingkat SMP kelas VIII. Sedangkan penelitian yang dilakukan Atmy melakukan penelitian pada tingkat SMA. 2. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Sriweni Armita (2015) dengan judul pengaruh Penerapan strategi pembelajaranan aktif tipe indeks card match terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMPN 2 Lengayang tahun pelajaran 2014/2015. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep siswa yang menggunakan strategi pembelajaranan aktif tipe indeks card match lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran langsung. Penelitian ini relevan dalam hal penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe indeks card match. Perbedaan penelitian Sriweni Armita ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada penelitian Sriweni Armita hanya terfokus pada pemahaman konsep. Sedangkan peneliti melakukan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa. Peneliti melakukan

26 penelitian ini pada tingkat SMP kelas VIII sedangkan penelitian yang dilakukan Davis Hunailin menerapkan pada kelas VIII SMP. 3. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh lia (2010) Strategi Pembelajaran FIRE-UP untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTsN Limbanang. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar metematika yang menggunakan Strategi Pembelajaran FIRE-U lebih baik dari pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian ini relevan dalam sama-sama untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa. Perbedaan penelitian Lia ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada penelitian Lia dalam Strategi Pembelajaran FIRE-UP sedangkan pada peneliti melakukan model pembelajaran kooperatif tipe indeks card match. Peneliti melakukan penelitian ini pada tingkat SMP kelas VIII sedangkan penelitian yang dilakukan Lia menerapkan pada kelas VIII MTsN. 4. Jurnal penelitian yang dilakukan oleh Edi Eryanto dan Sri Sutarni (2011) peningkatan dan aktivitas hasil belajar matematika melalui strategi pembelajaran aktif indeks card match pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Gondangrejo. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan dan aktivitas hasil belajar matematika siswa yang strategi pembelajaran aktif tipe indeks card match. Penelitian ini relevan dalam hal penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Indeks Card Match. Perbedaan penelitian Edi Eryanti dan dan Sri Sutarni ini dengan

27 penelitian yang peneliti lakukan adalah pada penelitian Edi Eryanti dan dan Sri Sutarni hanya terfokus pada peningkatan dan aktivitas hasil belajar matematika siswa. Sedangkan peneliti melakukan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa. 5. Jurnal penelitian yang dilakukan oleh Diyah Ayu Intan Sari (2012) upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe indeks card match kelas VII SMP Negeri 4 Pandak. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe indeks card match. Penelitian ini relevan dalam hal penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe indeks card match. Perbedaan penelitian Diyah Ayu Intan Sari ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada penelitian Diyah Ayu Intan Sarihanya terfokus pada meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa. Sedangkan peneliti melakukan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa. 6. Jurnal penelitian yang dilakukan oleh Wandityas Asy ari dan Sutama (2010) Penerapan strategi aktif indeks card match dalam pembelajaran matematika sebagai upaya peningkatan keberanian dan hasil belajar matematika. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan keberanian dan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan strategi pembelajaranan aktif tipe indeks card match. Penelitian ini relevan dalam hal penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

28 indeks card match. Perbedaan penelitian Wandityas Asy ari dan Sutamaini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada penelitian Wandityas Asy ari dan Sutamahanya terfokus pada peningkatan keberanian dan hasil belajar matematika siswa. Sedangkan peneliti melakukan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa. C. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan kegiatan berpikir yang menjadi dasar pada penelitian yang dilakukan. Kurangnya pemahaman siswa akan sebuah konsep yang dipelajari membuat siswa sulit membedakan hal-hal yang berkaitan dan yang tidak berkaitan dengan materi yang diajarkan. Hal ini berdampak kepada hasil belajar matematika siswa yang rendah.selain itu guru diharapkan mampu menciptakan kondisi pembelajaran matematika yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar matematika. Untuk menjawab permasalahan di atas maka perlu dibuat suatu rancangan model pembelajaran yang dapat membangun suasana belajar yang kreatif, menyenangkan dan disiplin yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan sejumlah kelompok kecil siswa yang bekerja sama dan belajar bersama dengan saling membantu secara interaktif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran koperatif tipe

29 Indeks Card Match (ICM), yang akan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran dengan melibatkan seluruh siswa untuk aktif dan berpartisipasi. Untuk mengetahui apakah proses belajar dan pembelajaran yang dilakukan mampu meningkatkan belajar siswa maka dilakukan penilaian hasil belajar berupa soal uraian. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Indeks Card Match (ICM) ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa. Untuk lebih jelasnya kerangka konseptual ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Konseptual KERANGKA KONSEPTUAL PROSES BELAJAR MENGAJAR Model Pembelajaran Kooperatif tipe Indeks Card Match (ICM) Aktivitas Belajar Siswa Hasil Belajar Siswa Tes Akhir Aktivitas belajar siswa meningkat Hasil belajar siswa melalui model Pembelajaran Kooperatif Indeks Card Match (ICM) lebih tinggi daripada siswa yang tidak diajar dengan model Pembelajaran Kooperatif Indeks Card Match (ICM) Tidak diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Indeks Card Match (ICM) Hasil Belajar Siswa Tes Akhir

30 D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kerangka konseptual, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Indeks Card Match (ICM) lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang tidak diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Indeks Card Match (ICM). H 0 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe indeks card match sama dengan hasil belajar matematika yang tidak diajar model pembelajaran kooperatif tipe indeks card match. H 1 : Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe indeks card match lebih tinggi dari pada hasil belajar yang tidak diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe indeks card match.