Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. angkutan kereta api batubara meliputi sistem muat (loading system) di lokasi

Kajian Tarif Kereta Api Penumpang Pontianak Sanggau Kalimantan Barat

BAB III METODOLOGI. mendekati kapasitas lintas maksimum untuk nilai headway tertentu. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan

PERANCANGAN GEOMETRI JALAN REL MENGGUNAKAN BENTLEY MXRAIL

Perencanaan Lengkung Horizontal Jalan Rel Kandangan-Rantau Provinsi Kalimantan Selatan

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL JALUR GANDA KERETA API ANTARA BOJONEGORO SURABAYA PASARTURI

REKAYASA JALAN REL. MODUL 11 : Stasiun dan operasional KA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

DESAIN JALAN REL UNTUK TRANSPORTASI BATU BARA RANGKAIAN PANJANG (STUDI KASUS: SUMATERA SELATAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terdahulu, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM. 35 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA DAN STANDAR PEMBUATAN GRAFIK PERJALANAN KERETA API

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. murah, aman dan nyaman. Sebagian besar masalah transportasi yang dialami

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI POLA OPERASI JALUR KERETA API GANDA SEMBAWA-BETUNG 1

maupun jauh adalah kualitas jasa pelayanannya. Menurut ( Schumer,1974 ),

BAB III LANDASAN TEORI. Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

Kriteria Green Infrastructure dalam Penentuan Luas Stasiun Kereta Api

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

HADIRANTI 1, SOFYAN TRIANA 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB I PENDAHULUAN. maksimum termanfaatkan bila tanpa disertai dengan pola operasi yang sesuai.

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGUJIAN BANTALAN BETON UNTUK TRACK JALAN KERETA API SEPUR 1435 MM MENGGUNAKAN STANDAR UJI AREMA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sejalan dengan perkembangan teknologi automotif, metal, elektronik dan

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

KINERJA OPERASI KERETA BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Lintas Cirebon Kroya Koridor Prupuk Purwokerto BAB I PENDAHULUAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analaisis Tata Letak Jalur pada Stasiun Muara Enim

KINERJA WAKTU TEMPUH KERETA API SEGMEN BOJONEGORO-KANDANGAN

Kajian Pola Operasi Jalur Ganda Kereta Api Muara Enim-Lahat

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi jalan raya terjadi banyak kerusakan, polusi udara dan pemborosan bahan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISA RESISTANCE, TRACTIVE EFFORT DAN GAYA SENTRIFUGAL PADA KERETA API TAKSAKA DI TIKUNGAN KARANGGANDUL

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR PK. 04/BPSDMP-2016 TENTANG

2013, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir deng

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 110 TAHUN 2017 TENTANG

BAB X PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API DARI STASIUN PEKALONGAN KE STASIUN TEGAL

III. METODE PENELITIAN

PERENCANAAN JALUR KERETA API ANTARA STASIUN DUKU DENGAN BANDARA INTERNASIONAL MINANG KABAU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perancangan Tata Letak Jalur di Stasiun Betung

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

PENINJAUAN TINGKAT KEHANDALAN LINTAS KERETA API MEDAN - RANTAU PARAPAT

BAB I PENDAHULUAN. Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka... I-1 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7 JUTA PERJALANAN/HARI. 18,7 JUTA (72,95 %) MERUPAKAN PERJALANAN INTERNAL DKI JAKARTA, 6,9 JUTA (27,05 %) ME

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

USULAN PEMBANGUNAN JALUR Kereta Api LAYANG CEPAT JAKARTA SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MINIMALISASI KETERLAMBATAN KERETA API (STUDI KASUS PADA JADWAL KERETA API DI PT KERETA API INDONESIA DAOP IV SEMARANG)

KETIMPANGAN PRODUKSI ANGKUTAN BARANG DAN PENUMPANG TIAP MODA TRANSPORTASI JALUR UTAMA PANTURA JAWA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN TRAYEK KERETA API DALAM KOTA JURUSAN STASIUN WONOKROMO STASIUN SURABAYA PASAR TURI TUGAS AKHIR

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

PERENCANAAN REAKTIVASI JALAN REL KERETA API KORIDOR MAGELANG AMBARAWA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

angkutan umum missal merupakan system angkutan umum yang efektif dan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL DAFTAR DIAGRAM... DAFTAR GRAFIK...

Waktu Tunggu Angkutan Antar Bis Di Terminal Leuwi Panjang Kota Bandung

KAJIAN TARIF KERETA API KALIGUNG JURUSAN TEGAL SEMARANG BERDASARKAN BOK DAN BIAYA KETERLAMBATAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010

a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian telah diatur ketentuan-ketentuan mengenai lalu lintas dan angkutan kereta api;

KULIAH PRASARANA TRANSPORTASI PERTEMUAN KE-8 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL

STUDI KINERJA PELAYANAN SISTEM ANGKUTAN KERETA REL LISTRIK JABODETABEK TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rencana Jaringan Kereta Api di Pulau Sumatera Tahun 2030 (sumber: RIPNAS, Kemenhub, 2011)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTRAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

Transkripsi:

Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 1 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2018 Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat MUHAMMAD FAISHAL, SOFYAN TRIANA Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional, Bandung Email: faishalibink83@gmail.com ABSTRAK Moda transportasi kereta api mempunyai banyak keunggulan dibandingkan transportasi jalan antara lain kapasitas angkut besar (massal), cepat, aman, hemat energi, dan ramah lingkungan serta membutuhkan lahan yang relatif sedikit. Dalam studi kasus ini pembangunan jaringan jalur kereta api di Pulau Kalimantan khususnya jalur Mempawah-Sanggau adalah untuk memenuhi kebutuhan pergerakan penumpang dan pergerakan barang. Jalur Kereta Api Mempawah- Sanggau direncanakan dengan satu jalur lintasan (single track) dengan panjang lintasan ± 237 km. Dari studi terdahulu (studi kelayakan dan perencanaan jalan kereta api Pontianak-Sanggau, 2016) diketahui bahwa jumlah pergerakan penumpang pada Tahun 2060 sebesar 1.936.375 orang/tahun dan untuk jumlah pergerakan barang yang menggunakan moda transportasi kereta api pada Tahun 2060 sebesar 45.061.558 ton/tahun. Untuk Tahun 2060 kapasitas lintas kereta api barang tertutup untuk jalur Mempawah-Sanggau tidak bisa dioperasikan sehingga perlu penambahan jalur. Kata kunci: kereta api, pola operasi kereta api, Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka). ABSTRACT The railway transport have many adventages over road transportation among other large capacity, more fast, safe, energy saving and environmentally friendly and require less land. In this case study the construction of the railway network at Kalimantan Island especially track of Mempawah-Sanggau is to meet the needs of the movement of passengers and movement of item. The Mempawah-Sanggau railway is planned with a single track with length ± 237 km. From previous studies (feasibility study and railway planning Pontianak-Sangggau, 2016) it is know thar the number of passenger movements in 2060 is 1.936.375 person/year and the total of item movement using railway transport in 2060 is 45.061.558 tons/year. For the year 2060 the capacity of trainway freight train for track at Mempawah- Sanggau can not be operation and need for additional trainway. Keywords: train, pattern of rail operations, Railway Travel Graph (RTG). Reka Racana 1

Muhammad Faishal, Sofyan Triana PENDAHULUAN Awal studi dapat dikaitkan dengan jumlah permintaan akan transportasi di Pulau Kalimantan yang mengacu pada Rencana Induk Perkeretaapian Nasional Pulau Kalimantan Tahun 2011 dari studi terdahulu studi kelayakan dan trase pembangunan jalan kereta api antara Pontianak- Sanggau Tahun 2016 bahwa prediksi jumlah pergerakan penumpang pengguna moda kereta api di Pulau Kalimantan pada Tahun 2060 adalah 1.936.375 orang/tahun dan untuk pergerakan barang pengguna moda kereta api pada Tahun 2060 adalah 45.061.558 ton/tahun. Berkaitan dengan jumlah pergerakan di Pulau Kalimantan maka dilakukan studi yang salah satunya adalah studi pola operasi kereta api. Pola operasi kereta api Mempawah-Sanggau dengan panjang Track ± 237 km, studi ini untuk mengetahui Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka). MAKSUD DAN TUJUAN Untuk menganalisis pola operasi kereta api Mempawah-Sanggau sesuai spesifikasi dengan maksud untuk mengetahui kecepatan dan waktu tempuh, kapasitas lintas yang nantinya akan dijelaskan dalam grafik perjalanan kereta api (Gapeka). TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Demand (Pergerakan) Demand (pergerakan) merupakan pola kegiatan tata guna lahan yang terdiri dari kegiatan interaksi manusia seperti sosial, ekonomi, kultur dan lain-lain. Kegiatan yang timbul dari sistem ini membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang perlu dilakukan setiap hari yang tidak dapat dipenuhi oleh tata guna lahan tersebut. Besarnya pergerakan sangat terkait dengan jenis dan intensitas kegiatan yang dilakukan menurut Atmaja (2015). 3.2 Hambatan Sepanjang Alinyemen Dalam studi analisis pola operasi ini ada beberapa faktor jenis hambatan, diantaranya Hambatan Jalan (H J ) terjadi selama kereta api bergerak, Hambatan Lengkung (H L ) terjadi pada saat di lengkung, Hambatan Landai atau Lereng (H s ) terjadi pada saat kereta api naik lereng. 3.2.1 Hambatan Jalan (H J ) Hambatan Jalan terjadi akibat gesekan di dalam gandar, gesekan gelinding antara roda dan rel, gesekan udara atau angin, per satuan berat. Dalam menentukan hambatan jalan dapat dilihat pada Persamaan 1: H = a + C V 2 (1) dengan: H j = hambatan jalan [kg/ton], a = 2,4, 1 C = (digunakan untuk kecepatan rendah sampai dengan kecepatan 80 km/jam), C = 1000 1 1300 (digunakan untuk kecepatan tinggi diatas 80 km/jam). Reka Racana 2

Analisis Pola Operasi Kereta Api Mempawah-Sanggau, Kalimantan Barat 3.2.2 Hambatan Lengkung (H L ) Hambatan landai atau lereng adalah hambatan yang terjadi karena kereta api bergerak naik lereng, bila kereta api menjalani sepur turun maka tidak ada Hambatan Lereng, hanya ada bila kereta api menjalani sepur naik dapat dihitung dengan Persamaan 2: dengan: H L = hambatan lengkung [kg/ton], R = jari-jari lengkung [m]. H L = 375 ( R 50 ) (2) 3.2.3 Hambatan Landai atau Lereng (H s ) Hambatan landai atau lereng adalah hambatan yang terjadi karena kereta api bergerak naik lereng, bila kereta api menjalani sepur turun maka tidak ada Hambatan Lereng, hanya ada bila kereta api menjalani sepur naik, dapat dilihat pada Persamaan 3: H s = S kg/ton (3) dengan S adalah besaran kelandaian jalur tersebut. Besar hambatan hambatan yang terjadi tersebut dapat dikombinasikan dengan berat rangkaian dan kecepatan KA untuk mendapatkan daya traksi minimal yang dibutuhkan, seperti tertera pada Persamaan 4: N = 1,1 G (H J + H L + H S ) dengan: N = daya traksi minimal [hp], G = berat rangkaian [ton], V = kecepatan KA [km/jam]. V 270 (4) 3.1 Sarana Kereta Api Jenis sarana kereta api dalam studi ini dibagi dua yaitu: a. Lokomotif dapat dilihat pada Gambar 1. b. Kereta (untuk penumpang) dapat dilihat pada Gambar 2 dan gerbong (untuk barang) dapat dilihat pada Gambar 3, Gambar 4 dan Gambar 5. Gambar 1. Lokomotif CC 206 Gambar 2. Kereta penumpang Reka Racana 3

Muhammad Faishal, Sofyan Triana Gambar 3. tangki (curah cair) Gambar 4. terbuka (curah padat) Gambar 5. tertutup (Sumber: PT Munasa, 2016) 3.1 Diagram Waktu-Ruang Perjalanan Kereta Api Diagram waktu-ruang pada praktek perkeretaapian di Indonesia disebut Gapeka (Grafik Perjalanan Kereta Api). Gapeka merupakan diagram waktu-ruang yang merupakan alat untuk menggambarkan variabel kendaraan (Kereta Api) yaitu jarak, headway, dan kecepatan kereta api dengan variabel arus (konsentrasi, arus dan kecepatan rata-rata). Gerakan setiap kereta api digambarkan sebagai grafik atau garis trayektori pada diagram tersebut. Untuk melihat contoh pergerakan kereta api waktu-ruang dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Diagram pergerakan antara waktu dan ruang Reka Racana 4

Analisis Pola Operasi Kereta Api Mempawah-Sanggau, Kalimantan Barat 3.2 Kecepatan Operasi Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Tahun 2003 bahwa penetuan batas kecepatan operasi kereta api harus didasarkan: a. Kelas jalur kereta api, b. Kemampuan sarana kereta api (Lokomotif). ANALISIS DATA 4.1 Prosedur Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan berawal dari identifikasi masalah dan penentuan topik pola operasi kereta api Pulau Kalimantan, kemudian mencari literatur-literatur yang berkaitan dengan pola operasi kereta api. jumlah pergerakan (demand) penumpang ataupun barang dari tahun 2024 sampai dengan Tahun 2060 dan rencana petak jalur kereta api yang menunjang studi kasus ini didapatkan dari studi terdahulu jalur Pontianak-Sanggau (PT. Munasa, 2016). Jenis lokomotif dalam studi kasus ini diasumsikan menggunakan lokomotif seri CC 206 dapat dilihat pada Gambar 1, jenis kereta untuk penumpang dapat dilihat pada Gambar 2, sedangkan untuk kereta barang dibagi atas gerbong tangki (curah cair) dapat dilihat pada Gambar 3, gerbong terbuka (curah padat) dilihat pada Gambar 4 dan gerbong tertutup dapat dilihat pada Gambar 5. Jumlah kereta api per rangkaian, sistem jalur, fasilitas operasi dan stasiun didapatkan dari studi terdahulu (jalur Pontianak-Sanggau, 2016). Jenis hambatan dalam studi ini dibagi atas Hambatan Jalan (Hj), Hambatan Lengkung (Hl) dan Hambatan Lereng atau landai (Hs). Hambatan-Hambatan tersebut nantinya akan mempengaruhi Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka). 4.2 Analisis Data Dalam studi pola operasi Kereta api Mempawah-Sanggau data sekunder yang didapatkan dari studi terdahulu melanjutkan pengembangan dari perencanaan sarana dan prasarana perkeretaapian Pulau Kalimantan. Jumlah pergerakan penumpang dan barang telah dibahas pada pendahuluan, selanjutnya loading profile untuk Tahun 2024 sampai Tahun 2060. Untuk contoh perhitungan diambil Tahun 2024 dengan menggunakan kereta kereta penumpang dilihat Tabel 1 sampai dengan Tabel 4. No Kapasitas Tabel 1. Sarana Kebutuhan Kereta Api Tahun 2024 Kebutuhan Rangkaian Lokomotif Jumlah per Rangkaian 1 Kereta Penumpang 80 Orang 8 1 1 8 2 Barang: - - - - - 2a Tertutup 50 ton 41 2 2 21 2b Curah Padat 50 Ton 0 0 0 0 2c Curah Cair 30 Kiloliter 13 1 1 13 Jumlah 63 4 6 (Sumber: PT Munasa, 2016) Reka Racana 5

Muhammad Faishal, Sofyan Triana No Kapasitas Tabel 2. Sarana Kebutuhan Kereta Api Tahun 2030 Kebutuhan Rangkaian Lokomotif Jumlah per Rangkaian 1 Kereta Penumpang 80 Orang 9 1 1 9 2 Barang: - - - - - 2a Tertutup 50 ton 70 3 3 23 2b Curah Padat 50 Ton 27 1 1 27 2c Curah Cair 30 Kiloliter 54 2 2 26 Jumlah 161 7 7 (Sumber: PT Munasa, 2016) No Kapasitas Tabel 3. Sarana Kebutuhan Kereta Api Tahun 2045 Kebutuhan Rangkaian Lokomotif Jumlah per Rangkaian 1 Kereta Penumpang 80 Orang 11 2 2 6 2 Barang: - - - - - 2a Tertutup 50 ton 243 9 9 30 2b Curah Padat 50 Ton 27 1 1 26 2c Curah Cair 30 Kiloliter 96 3 3 30 Jumlah 378 14 14 (Sumber: PT Munasa, 2016) No Kapasitas Tabel 4. Sarana Kebutuhan Kereta Api Tahun 2060 Kebutuhan Rangkaian Lokomotif Jumlah per Rangkaian 1 Kereta Penumpang 80 Orang 12 2 2 7 2 Barang: - - - - - 2a Tertutup 50 ton 782 27 27 30 2b Curah Padat 50 Ton 27 1 1 27 2c Curah Cair 30 Kiloliter 210 7 7 30 Jumlah 1027 37 37 (Sumber: PT Munasa, 2016) Dalam hal ini jenis perhitungan menggunakan contoh kereta penumpang pada tahun 2060. 4.3 Perhitungan Hambatan Traksi Asumsi berat setiap kereta adalah 40 ton, sedangkan lokomotif CC206 sendiri berbobot 90 ton, memiliki 6 gandar, dan berkekuatan 2250 hp. Kecepatan operasi kereta api direncanakan dengan kecepatan 80 km/jam. Berat total kereta api dapat dihitung dengan menggunakan persamaan G = berat lokomotif + (jumlah gerbong x berat setiap gerbong), kemudian menghitung hambatan traksi dengan memasukan Persamaan 1, Persamaan 2 dan Persamaan 3. Setalah mendapatkan jenis hambatan maka dapat dikombinasikan dengan berat rangkaian dan kecepatan kereta dengan menggunakan Persamaan 4. Reka Racana 6

Analisis Pola Operasi Kereta Api Mempawah-Sanggau, Kalimantan Barat 4.4 Perhitungan Kapasitas Lintas Kapasitas lintas adalah banyaknya kereta api yang dapat dioprasikan pada suatu petak jalan per satuan waktu, untuk menghitung kapasitas lintas dapat menggunkan Persamaan 5: C = 1440 n (5) H dengan: C = kapasitas lintas [KA/hari], 1440 = 60 24 [60 adalah jumlah menit dalam satu jam, 24 adalah jumlah jam dalam 1 hari], n = 0,6 untuk jalur tunggal (PT. Dinamika Konsultan Mandiri, 2016), H [headway] = 60 D + t v (dimana D adalah jarak, t adalah sinyal blok mekanik CTC dengan nilai 0,75 dan v adalah Kecepatan rata-rata. Satuan headway adalah menit). 4.5 Menghitung Waktu Tempuh Dalam menghitung waktu tempuh tergantung jarak dan kecepatan, dalam waktu tempuh kecepatan yang digunakan adalah kecepatan rata-rata, untuk menghitung waktu tempuh dapat menggunakan Persamaan 6: t = s v (6) dengan: t = waktu tempuh [menit], s = jarak [km], v = kecepatan rata-rata [km/jam]. untuk menganalisis kapasitas lintas dan menganalisis waktu tempuh dapat menggunakan Persamaan 1 sampai dengan Persamaan 6. setelah mendapatkan kecepatan aktual, kapasitas lintas dan waktu tempuh maka selanjutnya masukan ke dalam grafik perjalanan kereta api. Untuk kereta curah padat Tahun 2024 tidak ada dan untuk kereta gerbong tertutup pada tahun 2060 kapasitasnya melebihi kapasitas lintas makatidak dimasukan ke dalam Gapeka. Grafik perjalanan kereta api dari Tahun 2024 sampai dengan Tahun 2060 dapat dilihat pada Gambar 7 sampai Gambar 10. Reka Racana 7

Muhammad Faishal, Sofyan Triana Gambar 7. Gapeka kereta penumpang dan barang tahun 2024 Reka Racana 8

Analisis Pola Operasi Kereta Api Mempawah-Sanggau, Kalimantan Barat Gambar 8. Gapeka kereta penumpang dan barang tahun 2030 Reka Racana 9

Muhammad Faishal, Sofyan Triana Gambar 9. Gapeka kereta penumpang dan barang tahun 2045 Reka Racana 10

Analisis Pola Operasi Kereta Api Mempawah-Sanggau, Kalimantan Barat Gambar 10. Gapeka kereta penumpang dan barang tahun 2060 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap kecepatan dan waktu tempuh kereta api berbeda-beda tergantung jumlah rangkaian, jenis lokomotif, jenis dan jumlah gerbong. Pada tahun 2060 pola pergerakan kereta api pada jalur Mempawah-Sanggau padat, jumlah pergerakan barang jauh lebih besar dibandingkan jumlah pergerakan penumpang. Kapasitas lintas untuk kereta gerbong tertutup Tahun 2060 tidak bisa beroperasi karena melebihi kepasitas, sehingga diperlukan penambahan jalur kereta api (double track). DAFTAR RUJUKAN Atmaja, S. (2015). Rekayasa Jalan Kereta Api. Yogyakarta: LP3M-UMY. Kementerian Perhubungan. (2003). Pengoperasian Kereta Api. Jakarta: Ditjen Perhubungan. Kementerian Perhubungan. (2011). Rencana Induk Perkeretaapian Nasional. Jakarta: Ditjen Perkeretaapian. PT. Dinamika Konsultan Mandiri. (2016). DED Pembangunan Jalur Kereta Api Lintas Tanjung- Tanah Grogot-Balikpapan. Bandung. PT. Munasa. (2016). Analisis Pola Operasi Kereta Api Pontianak-Sanggau. Jakarta. Reka Racana 11