BAB II. Wacana dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal teringgi atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Untuk membedakan penelitian Analisis Wacana Persuasi dalam Iklan Sepeda Motor

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Iklan merupakan salah satu sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian tentang teknik-teknik persuasif pada bentuk wacana tulis sudah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB II LANDASAN TEORI. dalam Iklan Barang Kebutuhan Rumah Tangga pada Tabloid Wanita dan Saran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah penerima informasi atau berita dari segala informasi

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan luar. Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

ERIZA MUTAQIN A

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.)

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB II LANDASAN TEORI

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 2

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. dan situasi tidak resmi akan memberikan kesan menghormati terhadap keadaan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. komunikator kepada komunikan. Pesan tersebut dapat berupa pikiran, ide,

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB II LANDASAN TEORI. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang bervariasi itu merupakan hal yang menarik. Kalimat itu dapat

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan menggunakan perantara. Komunikasi bahasa tulis

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL)

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Tindak Tutur Persuasi pada Brosur Layanan Bimbingan Belajar dan Implikasinya.

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Wacana 1. Pengertian Wacana Wacana dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal teringgi atau terbesar (Kridalaksana,2008: 259). Menurut Stubbs (dalam Tarigan, 1993: 25) wacana adalah organisasi bahasa di atas kalimat atau di atas klausa, dengan perkatan lain unit-unit linguistik yang lebih besar dari pada kalimat atau klausa seperti pertukran-pertukaran percakapan atau teks-teks tertulis secara singkat apa yang disebut teks bagi wacana adalah kalimat bagi ujaran (utterance). Deese (dalam Tarigan 1993: 25) berpendapat bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa perpaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat dirangkum pengertian wacana itu adalah seperangkat proposisi yang berhubungan dan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar yang dinyatakan dalam karangan yang utuh (buku,novel, seri ensiklopedia, dan sebagainya). Wacana dapat berwujud karangan, paragraf, kalimat atau kata yang dapat menghasikan rasa kepaduan bagi penyimak atau pembaca. 2. Jenis Wacana 6

Klasifikasi diperlukan untuk memahami, mengurai, dan menganalisis wacana secara tepat. Ketika analisis dilakukan perlu diketahui terlebih dahulu jenis wacana yang dihadapi. Pemahaman ini sangat penting agar proses pengkajian, pendekatan dan teknik-teknik analisis wacana yang digunakan tidak keliru. Wacana berdasarkan pendapat Baryadi (2002: 9) dijeniskan antara lain: media yang dipakai untuk mewujudkannya, keaktifan partisipan komunikasi, tujuan pembuatan wacana, bentuk wacana, langsung tidaknya pengungkapan, genre sastra dan isi wacana. Penulis membatasi teori wacana, jenis wacana berdasarkan tujuan pembuatan wacana yang meliputi: narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Di antara wacana tersebut yang sesuai data peneliti yaitu wacana persuasi. B. Wacana Persuasi 1. Pengertian Wacana Persuasi Istilah persuasi merupakan alihan bentuk kata persuation dalam bahasa Inggris. Bentuk persuation tersebut dituturkan dari kata kerja to persuade yang artinya membujuk atau meyakinkan. Jadi wacana persuasi adalah wacana yang berisi paparan berdaya bujuk, ajak, ataupun berdaya himbauan yang dapat membangkitkan ketergiuran pembacanya untuk menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis ataupun pembuatnya (Marwoto, dkk., 1987: 176). Menurut (Moeliono (peny.) 2005: 864) persuasi dapat berarti (a) ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkan: bujukan halus, (b) karangan yang bertujuan membuktikan pendapat.

Persuasi tidak mengambil bentuk paksaan atau kekerasan terhadap orang yang menerima persuasi. Oleh sebab itu wacana persuasi memerlukan upaya-upaya tertentu untuk merangsang orang mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya. Upaya yang biasa digunakan adalah menyodorkan bukti-bukti, walapun tidak setegas seperti yang dilakukan dalam argumentasi. Bentuk-bentuk persuasi yang dikenal umum adalah : propaganda yang dilakukan oleh golongan-golongan atau badan-badan tertentu, iklan-iklan dalam surat kabar, majalah, atau media masa lainnya selebaran-selebaran, kampanye lisan, dan sebagainya. Semua bentuk persuasi tersebut biasanya mempergunakan pendekatan emotif, yaitu berusaha membangkitkan dan merangsang emosi para pembaca persuasi selalu bertujuan untuk mengubah pikiran orang lain. Ia berusaha agar orang lain dapat menerima dan melakukan sesuatu yang kita inginkan. Untuk menerima atau melakukan sesuatu yang kita inginkan, perlu diciptakan sesuatu dasar yaitu dasar kepercayan. Persuasi itu sendiri adalah suatu usaha untuk menciptakan kesesuaian kesepaktan melalaui kepercayaan. Orang yang menerima persuasi akan turut puas dan gembira karena ia tidak menerima keputusan itu berdasarkan ancaman (Keraf,1994: 118-119). Dari beberapa pengertian wacana persuasi tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud wacana persuasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha membujuk atau meyakinkan orang lain atau para pembaca, agar melakukan sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki oleh penulis atau pembuat wacana tersebut. 2. Ciri-Ciri Wacana Persuasi Adapun ciri-ciri wacana persuasi adalah sebagai berikut. a. Menggunakan Bahasa Emotif

Bahasa emotif di sini bukanlah suatu bahasa yang membuat orang emosi karena marah, tetapi bagaimana seseorang merasakan sesuatu perasaan yang datang dari hati untuk melakukan sesuatu. Bahasa emotif juga membuat seseorang penasaran terhadap sesuatu untuk bisa mengalami atau terlibat di dalamnya. b. Menggunakan Struktur Kalimat yang Unik Struktur kalimat yang unik maksudnya adalah struktur kalimat yang cenderung membuat para pembaca menikmati dan mudah mengerti, serta terkesan ketika para pembaca membaca sebuah tulisan yang menggunakan bahasa persuasi dan struktur kalimat yang mudah dimengerti.

c. Pilihan Kata yang Khusus Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum dan mudah dipahami oleh pembacanya. d. Ajakan yang Efektif Ajakan yang efektif adalah suatu ajakan yang tidak bertele-tele dan tidak bersembunyi secara makna tetapi ajakan yang bisa membuat hati seseorang tersentuh dan bergerak serta ada dorongan untuk melakukansesuatu (http://immer-online. blogspot. Com / 2010 / II / persuasif.html). 3. Teknik-Teknik Persuasi Menurut Keraf (1994: 124-131) persuasi juga memepergunakan fakta-fakta sebagai dasar, maka teknik-teknik atau metode-metode yang dipergunakan dalam argumentasi dapat dipergunakan juga dalam persuasi. Metode tersebut definisi atau genus, sebab-akibat, keadaan atau sirkumstansi,persamaan atau perbandingan, kebalikan atau pertentangan, kesaksian atau autoritas, teknik-teknik atau metode-metode yang digunakan dalam persuasi adalah sebagai berikut : rasionalisasi, identifikasi, sugesti, konformitas, kompensasi, penggantian dan proyeksi. a. Rasionalisasi Rasionalisasi sebagai sebuah teknik persuasi dapat dibatasi sebagai suatu proses penggunaan akal untuk memberikan suatu dasar pembenaran kepada suatu persoalan, di mana dasar atau alasan itu tidak merupakan sebab langsung dari masalah itu. Kebenaran yang di bicarakan dalam persuasi bukanlah suatu

kebenaran mutlak, tetapi kebenarn yang hanya berfungsi untuk melakukan dasardasar dan melicinkan jalan agar keinginan, sikap, kepercayaan, keputusan, atau tindakan yang telah ditentukan atau diambil dapat dibenarkan. Dalam rasionalisasi, penulis mengajukan alasan agar pembaca menerima suatu hal, walaupun diteliti secara seksama alasan-alasan yang diajukan itu tidak tepat. b. Identifikasi Dalam persuasi berusaha menghindari situasi konflik dan sikap ragu-ragu. Untuk itu penulis harus menganalisis pembacanya dan seluruh situasi yang dihadapi dengan seksama. Dengan menganalisis pembaca dan seluruh situasi, maka penulis dapat dengan mudah mengidentifikasi dirinya dengan pembaca. Agar identifikasi dapat berjalan sebagaimana diharapkan, harus diciptakan dasar umum yang sama. Bila dasar umum itu belum diciptakan, ia harus berusaha mencari dasar umum yang seluas-luasnya. Identifikasi merupakan kunci keberhasilan penulis. Apabila terdapat situasi konflik antara penulis dan pembaca, penulis akan lebih mudah mengidentifikasi dirinya dengan ciri, tingkat pengetahuan, dan kemampuan pembaca atau mereka yang akan membaca tulisannya. c. Sugesti Sugesti adalah suatu usaha membujuk atau mempengaruhi orang lain untuk menerima suatu keyakinan atau pendirian tertentu tanpa memberi suatu dasar kepercayaan yang logis pada orang yang ingin dipengaruhi. Dalam kehidupan

sehari-hari, sugesti itu biasanya dilakukan dengan kata-kata dan nada suara. Rangkaian kata-kata yang menarik dan meyakinkan, disertai nada suara yang penuh dan berwibawa dapat mempengaruhi seseorang yang diajak berbicara dengan mudah. Satu dua fakta yang mencoba mengkongkritkan kata-katanya tadi sudah dapat membawa hasil yang diinginkan. d. Konformitas Konformitas adalah suatu keinginan atau suatu tindakan untuk membuat diri serupa dengan sesuatu hal yang lain. Konformitas adalah suatu mekanisme mental untuk menyesuaikan diri atau mencocokkan diri dengan suatu yang diinginkan itu. Teknik konformitas ini mirip dengan identifikasi. Perbedaannya dalam identifikasi penulis hanya menyajikan beberapa hal yang menyangkut dirinya dengan pembaca, sedangkan dalam konformitas penulis memperlihatkan bahwa dirinya mampu berbuat dan bertindak sebagai para pembaca.

e. Kompensasi Kompensasi adalah suatu tindakan atau suatu hasil dari usaha untuk mencari suatu pengganti (substitut) bagi suatu hal yang tidak dapat diterima, suatu sikap atau suatu keadaan yang tidak dapat dipertahankan. Dalam persuasi pembicara dapat mondorong lawan bicara untuk melakukan suatau tindakan atau perbuatan lain. Tindakan yang diinginkan oleh pembicara, yaitu dengan menujukan secara meyakinkan bahwa mereka memiliki kemampuan. f. Penggantian Penggantian (displacement) adalah suatu proses yang berusaha menggantikan suatu maksud atau hal yang mengalami rintangan dengan suatu maksud atau hal yang lain yang sekaligus menggantikan emosi kebencian asli, atau kadang-kadang emosi cinta kasih yang asli. Dalam persuasi pembicara berusaha meyakinkan lawan bicara mengalihkan sesuatu objek atau tujuan tertentu kepada suatu tujuan tertentu. g. Proyeksi Proyeksi suatu teknik untuk menjanjikan sesuatu yang tadinya adalah subjek menjadi objek. Sesuatubersifat atau watak yang dimiliki sesorang tidak mau diakui lagi sebagai sifat atau wataknya, tetapi dilontarkan sebagai sifat dan watak orang lain. Jika seseorang diminta untuk mendeskripsikan seseorang yang tidak disenanginya ia akan berusaha untuk mendeskripsikan hal-hal yang baik mengenai dirinya sendiri. Kesalahan yang dilakukan seseorang dilemparkanya kepada orang lain bahwa orang lain itu yang melakukannya.

Dalam penelitian ini dari beberapa teknik-teknik persuasi di atas penulis hanya membatasi : rasionalisasi, identifikasi dan sugesti saja sedangakan untuk teknik konformitas, kompensasi, penggantian dan proyeksi tidak digunakan karena keterbatasan waktu sehingga penulis tidak menggunakan teknik tersebut. C. Rambu Lalu Lintas 1. Pengertian Rambu Lalu Lintas Rambu lalu lintas adalah salah satu alat perlengkapan jalan dalam bentuk tertentu yang memuat lambang, huruf, angka, kalimat, atau perpaduan diantaranya yang digunakan, untuk memeberi peringatan, petunjuk, larangan dan perintah bagi pengguna jalan. Lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Sebenarnya hal yang pertama dan harus diketahui oleh masyarakat adalah mengenal dan mengetahui arti dan maksud dari rambu-rambu lalu-lintas yang di sediakan atau terpasang di jalan umum. 1. Jenis Rambu Lalu lintas a. Berdasarkan Jenis Pesan yang Disampaikan 1) Rambu Peringatan Rambu yang memperingatkan adanya bahaya agar para pengemudi berhati-hati dalam menjalankan kendaraannya. Misalnya: Rambu yang menunjukkan adanya lintasan kereta api, atau adanya persimpangan berbahaya bagi para pengemudi. 2) Rambu Petunjuk

Rambu yang memberikan petunjuk atau keterangan kepada pengemudi atau pemakai jalan lainnya, tentang arah yang harus ditempuh atau letak kota yang akan dituju lengkap dengan nama dan arah letak itu berada. 3) Rambu Larangan dan Perintah Rambu ini untuk melarang atau memerintah semua jenis lalu lintas tertentu untuk memakai jalan, jurusan atau tempat-tempat tertentu. Misalnya: (1) Rambu dilarang berhenti, (2) kendaraan harus lewat jalan tertentu (3) semua kendaraan dilarang lewat b. Berdasarkan Cara Pemasangan a. Rambu Tetap Yang dimaksud dengan rambu tetap adalah semua jenis rambu yang ditetapkan menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan yang dipasang secara tetap.

b. Rambu Tidak Tetap Sedangkan rambu tidak tetap adalah rambu yang dipasang dan berlaku hanya beberapa waktu, dapat ditempatkan sewaktu-waktu dan dapat dipindahpindahkan Dari dua klasifikasi jenis rambu lalu lintas di atas penulis membatasi hanya mengenai jenis rambu-rambu lalu lintas berdasarkan jenis pesan yang disampaikan meliputi: (a) rambu peringatan, (b) rambu petunjuk (c) rambu larangan, dan (d) rambu perintah. D. Pragmatik Bidang pragmatik dalam linguistik dewasa ini mulai mendapat perhatian para peneliti dan pakar bahasa Indonesia. Pragmatik cenderung mengkaji fungsi ujaran atau fungsi bahasa daripada bentuk atau strukturnya. Dengan kata lain, pragmatik lebih cenderung ke fungsionalisme daripada formalisme. Menurut Levinson (dalam Djajasudarma, 2006: 4) pragmatik adalah studi terhadap semua hubungan antara bahasa dan konteks yang di gramatikalisasikan atau ditandai (terlukisan) di dalam struktur suatu bahasa. Firth (dalam Wijana, 1996: 5) mengemukakan bahwa kajian bahasa tidak dapat dilakukan tanpa mempertimbangkan konteks situasi yang meliputi partisipasi, tindakan partisipasi (baik tindak verbal maupun nonverbal), ciri-ciri situasi lain yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung, dan dampak-dampak tindak tutur yang diwujudkan dengan bentuk-bentuk perubahan yang timbul akibat tindakan partisipan. Studi bahasa adalah sebagai kajian tentang sistem tanda. Sebagai salah satu sistem tanda, bahasa merupakan sistem makna yang membentuk budaya manusia. Sistem makna ini

berkaitan dengan struktur sosial masyarakat. Kata-kata atau secara lebih luas bahasa yang digunakan oleh manusia memperoleh maknanya dari aktivitas-aktivitas yang merupakan kegiatan sosial dengan perantara-perantara dan tujuan-tujuan yang bersifat sosial juga ( Halliday dan Hasan dalam Wijana,1996: 5). Pragmatik sebagai suatu cabang semiotik, ilmu tentang tanda sebenarnya telah dikemukakan sebelumnya oleh seorang filsuf, yang bernama Charles Moris (dalam Schiffrin, 2007: 269) mengidentifikasikan tiga cara untuk mempelajari tanda-tanda: sintaksis adalah studi tentang hubungan formal antara tanda-tanda yang satu dengan yang lain, semantik adalah studi tentang bagaimana tanda-tanda tersebut dihubungkan dengan objek-objek yang dirujuknya atau yang dapat dirujuknya, pragmatik adalah studi tentang hubungan tanda-tanda dengan interpreter. Dengan demikian, pragmatik adalah studi tentang bagaimana interpreter menggunakan atau mengikutsertakan pemakai tanda atau penerima tanda pada saat memaparkan (pengontruksian dari interpretan) tanda itu sendiri. Dari berbagai pengertian pragmatik di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud pragmatik adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari bahasa secara eksternal yaitu antara bahasa dan konteks situasi yang meliputi partisipasi, tindakan partisipasi (baik tindak verbal maupun nonverbal), dan dampak-dampak tidak tutur yang diwujudkan dengan bentuk-bentuk perubahan yang timbul akibat tindakan partisipan. E. Hubungan Wacana dan Pragmatik Media merupakan sarana dalam jalur komunikasi. Sarana sebagai upaya dalam masyarakat tutur berupa berbicara-menyimak (speaking-listening), sedangkan di dalam masyarakat, wacana berupaya menulis -membaca (writing-reading). Sarana sebagai

masyarakat wacana berfungsi sebagai pengawet (tulisan) yang dapat disimpan dan diwariskan secara turun temurun. Sarana pada masyarakat tutur sulit diawetkan karena terikat ruang dan waktu (berlaku pada saat tertentu saat ujaran terjadi ) (Djajasudarma, 2006: 53). Konsep masyarakat wacana dan masyarakat tutur dilihat dari kepentingan yang berbeda, yakni antara kelompok sosioloinguistik dan sosioretorik. Dalam masyarakat, kepentingan komunikatif kelompok (antara lain berupa sosialisasi atau solidaritas kelompok) dapat diamati melalui pengembangan dan pemeliharaan wacana melalui ciri-cirinya. Pada masyarakat sosioretorik, penentuan adalah faktor perilaku berbahasa (linguistik). Masyarakat wacana (baik tutur maupun wacana) yang melibatkan penulis, pembaca (masyarakat wacana tulis) dan pembicara menyimak memiliki hubungan dengan pragmatik. Pragmatik berhubungan dengan wacana melalui bahasa dan konteks. Dalam yang selalu berhubungan, yakni sintaktis, semantik, dan pragmatik. Sintaksis merupakan hubungan antar unsur, semantik adalah makna, baik dari setiap unsur maupun makna antar hubungan (pertimbangan makna leksikal dan makna gramatikal ), dan pragmatik yang berhubungan dengan hasil ujaran (pembicara, pendengar, dan penulis, pembaca (Djajasudarma, 2006: 54). Keunggulan wacana dapat dipertimbangkan melalui hubungan lain gramatikal, semantik, dan leksikal. Pragmatik mencakup deitik (misalnya, sebutan kehormatan atau honorifiks), praduga (presupposition), dan tindak tutur (speech acts). Berdasarkan unsurunsur itu, pragmatik mengkaji unsur makna ujaran yang tidak dapat dijelaskan melalui referensi langsung pada pengungkapan ujaran. Menurut Djajasudarma (2006: 54) pragmatik mencakup studi interaksi antara pengetahuan kebahasaan dan unsur pengetahuan tentang dunia yang dimiliki oleh pendengar atau pembaca. Studi ini melibatkan unsur interpretatif yang mengarah pada studi tentang

keseluruhan pengetahuan dan keyakinan akan koteks. Konteks merupakan ciri atau gambaran yang berfokous pada budaya dan linguistik yang sesuai dengan ujaran yang dihasilkan dan iterpretasinya. Beberapa ciri atau gambaran konteks adalah adanya pengetahuan tentang: norma (norma pembicara dan kaidah sosial), dan status (konsep-konsep status sosial ), ruang dan waktu, tingkat formalitas, media (sarana), tema, wilayah bahasa. Mulyana (2005: 79) berpendapat bahwa pendekatan pragmatik terhadap wacana perlu mempertimbangkan faktor-faktor nonverbal seperti : 1. para lingual (intonasi, nada, pelan, keras ); 2. kinesik(gerak tubuh dalam komunikasi, gerakan mata, tangan kaki, dan sebagainya); 3. proksemik (jarak yang diambil oleh para penutur); 4. kronesik (penggunan dan strukturisasi waktu dalam interaksi); Di samping itu yang mempelajari pragmatik mencakup empat hal yaitu: (1) dieksis, (2) praanggapan, (3) tindak tutur, dan (4) implikatur. Dalam penelitian ini penulis membatasi teori pragmatik hanya mengenai tindak tutur. 1. Pengertian Tindak Tutur Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) adalah fungsi bahsa sebagai sarana penindak. Setiap kalimat atau ujaran yang diucapkan oleh sebenarnya mengandung fungsi komunikasi terentu. Tuturan dari seseorang (penutur) tentu saja tidak semta-mata hanya asal bicara, tetapi mengandung maksud tertentu. Fungsi inilah yang menjadi semangat para penutur untuk menindakan sesuatu. Tindak tutur mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pragmatik karena tindak tutur adalah satuan analisisnya. 2. Jenis Tindak Tutur

Searle (dalam Wijana, 1996: 17-21) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidaktidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur yakni tindak lokusi (locutionary act), tidak ilokusi (illocutionary act) dan tindak perlokusi (perlocutionary act).

a. Tindak Lokusi Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini disebut sebagai The act of Saying Something. b. Tindak Ilokusi Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Bila hal ini terjadi, tindak tutur yang terbentuk adalah tindak ilokusi. Tindak ilokusi disebut sebagai The Act of Doing Something. Tindak ilokusi sangat sukar untuk diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan penutur, kapan dan dimana tindak tutur itu terjadi. Dengan demikian, tindak ilokusi merupakan bagian sentral untuk memahami tindak tutur. c. Tindak Perlokusi Sebuah tuturan yang diutarakan seseorang sering kali mempunyai daya pengaruh atau efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur disebut dengan tindak perlokusi. Tindak ini disebut The Act of Affecting Someone. F. Aspek dan Efek Komunikasi Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communication yang bersumber dari kata komunis yang berarti sama. Sama di sini maksudnnya sama makna, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada

kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna atau dapat dikatakan mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu (Effendy, 2009: 9). Dengan demikian maka dibutuhkan suatu aspek komunikasi. Menurut Mulyana (2007: 77) aspek komunikasi dibedakan atas empat macam yaitu: 1. Aspek berupa fisik (iklim cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan). 2. Aspek psikologis (sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi para peserta komunikasi). 3. Aspek sosial (norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya). 4. Aspek waktu (kapan berkomunikasi: hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam) Efek komunikasi adalah efek atau dampak yang ditimbulkan oleh komunikasi berupa umpan balik (feedback). Umpan balik dapat bersifat positif, dan bersifat negatif. Umpan balik positif adalah tanggapan atau respon komunikan yang menyenangkan komunikator sehingga komunikasi berjalan lancar. Umpan balik negatif adalah tanggapan komunikan yang tidak menyenangkan komunikatornya sehingga komunikator tidak bisa melanjutkan komunikasinya (Effendy, 2009: 14).

G. Kerangka Pikir Analisis wacana persuasi dalam ragam bahasa rambu-rambu lalu lintas terdiri dari beberapa teori yang dipaparkan meliputi, jenis wacana diklasifikasikan berdasarkan jumlah penutur yaitu, wacana monolog dan wacana dialog. Berdasarkan media penyampaiannya yaitu, wacana tulis dan wacana lisan. Berdasrkan sifat wacana fiksi (prosa, puisi, drama), dan wacana non fiksi. Berdasarkan tujuannya di bagi menjadi: wacana narasi, wacana deskripsi, wacana eksposisi, wacana argumentasi, dan wacana persuasi. Dalam analisis wacana persuasi dalam ragam bahasa rambu-rambu lalu lintas ini, teori wacana persuasi lebih dijelskan secara rinci yaitu mencakup wacana persuasi, ciriciri wacana persuasi, teknik-teknik wacana persuasi, dan bentuk wacana persuasi. Pengertian wacana persuasi yang dipaparkan berisi pengertian-pengertian wacana persuasi. Ciri-ciri wacana persuasi yaitu, menggunakan bahasa emotif, menggunakan struktur kalimat yang unik, pilihan kata yang khusus dan ajakan yang efektif. Teknik-teknik wacana persuasi yaitu rasionalisasi, identifikasi, sugesti, konformitas, kompensasi, penggantian, dan proyeksi. Teori ragam bahasa rambu-rambu lalu lintas di jelaskan secara rinci mulai dari pengertian rambu lalu lintas dan jenis rambu lalu lintas, berdasarkan jenis pesan yang disampaikan. Teori pragmatik mencakup pengertian pragmatik, hubungan wacana dan pragmatik, dalam teori hubungan wacana dan pragmatik dijelaskan bagaimana hubungan antara wacana dan pragmatik, termasuk kajian pragmatik yang dapat di terapkan dalam wacana. Kajian pragmatik tersebut dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu dieksis, praanggapan, tindak tutur, dan implikatur. Kajian tindak tutur dapat diklasifikasikan lagi

menjadi dua yaitu, berdasarkan bentuk tindak tutur, dan berdasarkan jenis tindak tutur. Berdasarkan bentuk tindak tutur meliputi, tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi.