BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita semua menyadari bahwa bahasa itu penting dalam kehidupan. Dengan bahasa, kita dapat menyampaikan keinginan, pendapat, dan perasan kita. Dengan bahasa pula kita dapat memahami dan mengetahui apa yang terjadi di dunia dan lingkungan sekitar kita. Bahasa bukanlah suatu bakat yang dimiliki oleh sebagian orang saja, tetapi setiap orang memiliki kemampuan berbahasa. Anak-anak telah belajar bahasa dan menguasai bahasa lisan dengan baik jauh sebelum mereka sekolah. Sering kita jumpai anak yang pandai bercerita dengan susunan kalimat yang benar sehingga orang yang mendengarkannya dapat memahami jalan cerita tersebut, ternyata anak tersebut belum bersekolah. Dalam hal ini, anak-anak tidak mempunyai kesulitan dalam belajar bahasa secara nonformal di rumah. Belajar layaknya sebuah proses membangun gedung. Anak-anak secara terusmenerus membangun makna baru (pengetahuan, sikap dan keterampilan) berdasarkan apa yang telah mereka kuasai sebelumnya. Pengetahuan dibangun siswa melalui keterlibatan mereka secara aktif dalam belajar. Untuk siswa SD teori diajarkan secara terpadu melalui kegiatan belajar bahasa yang sesuai dalam konteks yang bermakna. Keberhasilan pembelajaran tidak terletak pada seberapa banyak materi atau informasi yang disampaikan guru kepada siswa. Karena belum tentu yang guru sampaikan, mereka perhatikan dan pelajari dengan baik. Keberhasilan pembelajaran terletak pada seberapa jauh guru dapat melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Ketika anak mulai sekolah dan mendapatkan pelajaran bahasa, keadaan menjadi terbalik. Bahasa yang semula merupakan hal yang mudah dan mengasyikkan berubah menjadi pelajaran yang sulit. Sering kita mendengar orang tua mengeluh tentang anaknya yang mendapat nilai kurang baik untuk pelajaran bahasa Indonesia, sementara nilai pelajaran lain, matematika misalnya, mendapat nilai yang cukup baik. Pelajaran bahasa yang seharusnya menyenangkan dan mengasyikkan ternyata jauh dari harapan. Penyebabnya bisa pada anak itu sendiri, persepsi orang tua tentang pelajaran bahasa Indonesia, juga bisa karena pembelajarannya di sekolah. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, paling tidak ada tiga persoalan yang menjadi penyebab. 1
Pertama, pembelajaran bahasa terlalu didominasi oleh teori atau pengetahuan bahasa dan kurang mengaitkannya dengan kehidupan nyata anak sehingga membosankan anak. Kedua, pengetahuan, pengalaman dan kemampuan berbahasa yang telah dimiliki anak sebelum bersekolah tidak diperhatikan. Ketiga, kebiasaan dan strategi belajar bahasa anak di luar sekolah, yang memungkinkannya menguasai bahasa dengan baik kerap diabaikan. Dengan kondisi demikian, pencapaian hasil belajar bahasa Indonesia menjadi kurang maksimal. Dalam pembelajaran, peserta didik tidak mempunyai keleluasaan gerak, kurang bersemangat dan bergairah untuk belajar. Fokus pembelajarannya hanya pada pemberian pengetahuan tanpa memperhatikan pengalaman dan ketrampilan. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia di Kelas V SD Kalimanggis Kecamatan Subah Kabupaten Batang belum sesuai yang diharapkan. Sebagian besar siswa Kelas V belum mencapai ketuntasan belajar. Hanya 12 siswa (46%) dari 26 siswa yang tuntas belajar atau mencapai KKM sebesar 75 sedang 14 siswa lainnya atau 54% siswa belum tuntas belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut belum sesuai yang diinginkan sebab target pencapaian hasil belajar adalah 80% siswa mencapai KKM yang ditetapkan yaitu mencapai nilai 75. Dalam belajar dikenal berbagai model pembelajaran salah satunya adalah model pembelajaran inovatif Think Talk Write. Pembelajaran model ini dimulai dengan berfikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi dan alternatif solusi). Hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi dan kemudian dibuat laporan hasil presentasi. Selanjutnya adalah informasi, kelompok (membaca-mencatat-menandai), presentasi, diskusi dan melaporkan. Dengan model pembelajaran yang sifatnya baru seperti model Think Talk Write diharapkan akan tercipta pembelajaran yang efektif sehingga mampu meningkatkan hasil belajar bahasa indonesia. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas teridentifikasi permasalahanpermasalahan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia yaitu : 1. Siswa kurang memperhatikan pembelajaran, mereka tidak bersemangat belajar bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran siswa pasif, artinya hanya menerima materi 2
pembelajaran tanpa terlibat secara aktif. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran bahasa di sekolah kurang variatif. 2. Hasil belajar bahasa Indonesia yang masih rendah karena terlalu banyaknya materi atau informasi yang diisampaikan tanpa diikuti pembelajaran yang bermakna bagi siswa. 1.3 Pemecahan Masalah Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sri Qomariah, penerapan metode pembelajaran TTW dalam pembelajaran menulis pantun di kelas IV SDN 1 Platar, dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hasil observasi aktivitas siswa pada setiap siklusnya mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yang menunjukkan terjadi perubahan aktivitas siswa ke arah yang lebih aktif sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan lebih bermakna. Penerapan metode pembelajaran TTW juga dapat meningkatkan keterampilan/aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil observasi aktivitas guru pada siklus I hasil yang dicapai adalah 68,75% dan masuk kategori cukup/c, pada siklus II aktivitas guru sebesar 85,71% masuk dalam kategori sangat baik/a, dan pada siklus III hasil obsrevasi aktivitas guru sebesar 96,49% dan masuk dalam kategori sangat baik/a. Dari hasil penelitian tersebut, saya menjadi tertarik menggunakan metode pembelajaran TTW untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia di kelas V SD N Kalimanggis. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan penelitian dan identifikasi masalah di atas maka penulis menyusun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : Apakah penerapan model pembelajaran inovatif Think Talk Write dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia bagi siswa kelas V SD Negeri Kalimanggis Semester 1 Tahun Ajaran 2013-2014? 1.5 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia melalui penggunaan model pembelajaran inovatif Think Talk Write pada siswa kelas V SD Negeri Kalimanggis pada Semester 1 Tahun Ajaran 2013-2014. 3
1.6 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang sangat berharga pada perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada penerapan modelmodel pembelajaran untuk meningkatkan hasil proses pembelajaran dan hasil belajar di kelas. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa 1) Dapat mengatasi kesulitan-kesulitan siswa dalam mempelajari Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang menyangkut penguasaan komponen mendengarkan, membaca, menulis, berbicara yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam bidang Bahasa Indonesia. 2) Siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia karena pembelajaran tidak hanya berfokus pada pemberian pengetahuan tetapi juga pengalaman dan keterampilan. 3) Hasil belajar Bahasa Indonesia siswa meningkat karena penyampaian materi dengan model pembelajaran yang menarik dan dengan pembelajaran yang bermakna. b. Bagi Guru 1) Memperoleh pengalaman profesional dalam menguasai siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. 2) Memperoleh pengalaman profesional dalam menerapkan model pembelajaran Think Talk Write. 3) Memperoleh materi untuk menulis makalah mengenai mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. c. Bagi Kepala Sekolah Penelitian dilakukan untuk memajukan prestasi sekolah. Dengan penelitian ini Kepala Sekolah dapat mendorong guru-guru mengembangkan wawasan profesionalnya. Mengingat prestasi sekolah dalam bidang bahasa masih kurang, dengan contoh hasil penelitian ini diharapkan para guru mulai terbuka pandangannya mengenai upaya meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia. 4
5