BAB I PENDAHULUAN. berbasis syariah ini menerapkan prinsip tolong-menolong dan tidak berorientasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UANG MUKA KPR OLEH NASABAH DENGAN AKAD (Studi Kasus di BMT MUDA JATIM SURABAYA)

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik jumlah maupun waktunya. 1. berkaitan dengan industri. Dalam aktivitas bisnis berusaha menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. dana. Hal ini sesuai dengan fungsi lembaga keuangan itu sendiri. 1

BAB I PENDAHULUAN. seperti halnya bank konvensional juga berfungsi sebagai suatu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, perdagangan terutama dalam bidang ekonomi. Merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB III METODE PENELITIAN. sangat penting dalam suatu penelitian, berhasil tidaknya suatu penelitian

PELAKSANAAN AKAD WADI AH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen)

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. tertarik olehnya. Sejak itu, berkembanglah bank dengan cara-caranya. 1

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund).

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta: Ekonomi, 2005, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari ah, Cet. III, 2 Ibid. h. 96.

BAB I PENDAHULUAN. kontemporer yang telah memberikan warna dalam perekonomian. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang. bank tidak hanya terbatas pada penyimpanan dana dan penyaluran

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah negara,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keimanan dan ketakwaan melahirkan krisis politik sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. ditandai bermunculannya lembaga-lembaga keuangan yang berbasis syariah.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT NASABAH MUSLIM DAN NON MUSLIM TERHADAP TRANSAKSI PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Ikin Ainul Yakin

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara semakin. meningkat pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan. menyalurkannya kedalam masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan dimunculkannya sistem perbankan syari ah pada

BAB I PENDAHULUAN. Ini pun dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang bersedia untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dunia perbankan, terutama perbankan syari ah tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bukan hanya dalam permasalahan ibadah ubūdiyah saja

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN adalah Bank Muamalat (BMI). Walaupun perkembangannya agak. terlambat bila dibandingkan dengan Negara-negara muslim lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lembaga-lembaga keuangan di Indonesia, termasuk koperasi berupa

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Perbankan di Indonesia yang diatur dalam Undang-undang

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB I PENDAHULUAN. terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi sha>h{ib al ma>l

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, produk atau jasa yang bersaing dalam satu pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1966 di sebuah desa yang kecil, yang tepatnya berada di

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga financial intermediary yang menjadi. kekurangan dana. Karena itu industri perbankan mempunyai peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. disetujuinya Undang-undang No.10 Tahun Dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU nomor 25 tahun 1992, koperasi adalah suatu bentuk. badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pertukaran barang dan jasa berevolusi seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perdagangan. Bila ditelusuri asal mula timbulnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

BAB I PENDAHULUAN. dikenal lembaga keuangan mikro syariah yang bernama BMT. 1 BMT. menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat universal dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya di zaman sekarang kehidupan manusia. tidak terlepas dari kegiatan muamalat, baik itu anatara individu

BAB I PENDAHULUAN. alat analisis. Hal ini disebabkan karena di masa datang penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya persoalan itu bagi kehidupan manusia. Cita-cita di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. jasa dalam skala industri kecil, menengah sampai besar dengan peraturan pelayanan yang

BAB V PEMBAHASAN. A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit

BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. ikut islam disebut seorang muslim. Islam sebagai agama Allah yang telah. individu-sosial, jasmani-rohani, duniawi-ukhrawi muaranya

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit pula hambatan yang harus dihadapi, terutama dalam hal. Adanya perkembangan dalam industri perbankan serta terbukanya

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keberkahan yaitu untuk memenuhi kebutuhan baik berupa kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka, 1976), hlm ), hlm 6

BAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, 2010, h Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta:PT

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan suci ini, Allah memberikan petunjuk melalui para rasul-

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

University Press, 2009), hlm Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, dan Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia menerima dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan yang berprinsipkan syariah di era sekarang semakin menjamur. Semakin banyaknya ini merupakan bentuk kepedulian lembaga keuangan kepada masyarakat, di mana lembaga keuangan seperti bank yang berbasis syariah ini menerapkan prinsip tolong-menolong dan tidak berorientasi pada bisnis belaka. Hal ini dibuktikan dengan bertahannya bank berbasis sayariah terhadap krisis moneter pasca Indonesia merdeka. Yang mana pada waktu itu terjadi krisis moneter dan bank-bank konvensional banyak yang mengalami kebangkrutan, baik dalam hal penghimpunan maupun penyaluran dana. Itu disebabkan karena bank konvensional hanya berorientasi pada bisnis dan berbeda halnya dengan perbankan syariah. 1 Bank Muamalah misalnya, yang tidak terkena dampak krisis moneter karena Bank Muamalah itu dalam penghimpunan maupun penyaluran dananya berprinsipkan tolong-menolong sehingga masyarakat merasa percaya bahwa bank syariahlah yang dapat dipercaya dan dapat membantu krisis yang sedang dihadapi masyarakat kala itu. Pada saat ini, organisasi bisnis Islam yang sedang marak berkembang adalah bank syari ah. Dengan demikian, peranan bank syari ah sangat penting 1 Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), 39. 1

2 dalam rangka memperlancar mekanisme bisnis. Hal yang lebih penting lagi adalah fungsi-fungsi bank dalam rangka pengumpulan modal dan penyaluran modal, dengan sistem Mura@bah~ah dan Mud~a@rabah. Mengingat bank Islam berperan sebagai instrument ekonomi, maka upaya pelaksanaan organisasi bank yang menerapkan prinsip Mura@bah~ah dan Mud~a@rabah pembagian hasil harus dilaksanakan dengan benar. 2 Bank syari ah merupakan bank yang beroperasi berdasarkan prinsipprinsip syariah menurut ketentuan Al-qur an dan Al-hadist dan memiliki ciri yang berbeda dengan bank-bank yang ada (konvensional). 3 Di Indonesia sendiri perkembangan bank syari ah di mulai dengan didirikannya bank syariah yang pertama yaitu Bank Muamalat pada tahun 1992. Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, status bank syariah secara hukum mulai menjadi kuat. Bahkan, dalam UU tersebut, bank umum konvensional diperbolehkan membuka usaha syariah. Lembaga keuangan syariah non bank saat ini juga menjadi perhatian penting dari masyarakat, misalkan BMT khusunya daerah Jawa Timur yang di daerah-daerah terpencil sering dijumpai, seperti kecamatan dan bahkan pedesaan. Sehingga masyarakat merasa terbantu ketika hendak menjalankan usahanya, 2 Muhammad, Manajemen Bank Syari ah, (Yogyakarta: AMPYKPN, 2005), 87 3 Sumitro Warkum, Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-Lembaga Terkait: BAMUI, Takaful, dan Pasar Modal Syari ah di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 19

3 namun modal yang akan digunakan itu belum mencukupi. Dengan adanya BMT tersebut, maka kebutuhan akan modal sedikit terbantu. Selain fungsi diatas, keberadaan koperasi syariah di Indonesia merupakan media bagi umat Islam untuk mengamalkan kandungan Q.S Al-Baqarah : 278-279 Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. 4 Pengertian lembaga keuangan non bank adalah adalah badan usaha yang melakukan kegiatan-kegiatan di bidang keuangan, secara langsung atau tidak langsung, menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkannya ke dalam masyarakat guna membiayai investasi perusahaanperusahaan 5. Produk yang ditawarkan oleh BMT tak kalah dengan perbankan syariah, meskipun produk perbankan syariah itu lebih lengkap. Menariknya produk yang 4 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Surabaya: Penerbit Mahkota, Cet. V, 2001), 54. 5 Iman Munandar, Kedudukan BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) Dalam Lembaga Keuangan Di Indonesia, dalam http://imannumberone.wordpress.com/2013/04/16/kedudukan-bmt-baitul-maal- Wat-Tamwil-Dalam-Lembaga-Keuangan-Di-Indonesia/ diakses pada tanggal 16 Februari 2015.

4 sering ditawarkan oleh perbankan syariah adalah seperti Mura@bah~ah sering menjadi produk yang paling laku. Karena perbankan syariah yang dengan semangat oleh salesnya itu ditawarkan kepada masyarakat. Begitu pula BMT, produk yang paling sering ditawarkan kepada masyarakat itu adalah Mura@bah~ah. Karena produk Mura@bah~ah adalah penyaluran dana yang lebih menjanjikan daripada produk Mud~a@rabah maupun Musha@rakah. Mura@bah~ah menurut bahasa berasal dari kata ribh yang bermakna tumbuh dan berkembang dalam peniagaan. Dalam istilah syari ah, Mura@bah~ah merupakan salah satu bentuk jual beli yang mengahruskan penjual memeberikan informasi kepada pembeli tentang biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan komoditas (harga pokok pembelian) dan tambahan profit yang diinginkan yang tercermin dalam harga jual 6. Sedangkan Mud~a@rabah berasal dara kata darb artinya memukul dan berjalan, sedangkan zuhaily mengemukakan Mud~a@rabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak : pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal dan pihak kedua sebagai pengelola usaha. keuntungan yang di dapatkan dari akad Mud~a@rabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak dan biasanya dalam bentuk presentase (nisbah). 7 BMT merupakan kependekan dari bait al- ma@l wa al-tamwil. Secara harfiah bait al-ma@l berarti rumah dana dan bait al-tamwil berarti rumah usaha. 6 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2012), 91 7 Ibid, 141

5 Sedangkan bait al- ma@l dilihat dari segi istilah fikih adalah suatu lembaga atau badan yang bertugas untuk mengurus kekayaan Negara terutama keuangan, baik yang berkenaan dengan soal pemasukan dan pengelolaa, maupun yang berhubngan dengan masalah pengeluaran. Sedangkan bait al-tamwi@l berarti rumah penyimpanan harta milik pribadi yang dikelola oleh suatu lembaga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial. 8 BMT MUDA adalah salah satu lembaga keuangan syari ah non bank yang akan memberikan pembiayaan, mengecek atau mensurvei nasabah yang telah mengajukan pembiayaan untuk mengetahui uji kelayakan terhadap nasabah atas kekayaan sebagai jaminannya. Ini harus benar-benar dilakukan agar terjalin saling percaya nasabah dengan BMT. Sekiranya nasabah itu benar-benar dapat melunasinya dikemudian hari maka BMT MUDA melakukan akad pembiayaan Mura@bah~ah sesuai dengan prinsip keuangan syariah non bank yaitu tolong menolong dan tidak melanggar kesepakatan awal/akad. Maksudnya ketika ada kredit macet tidak ada akad baru daripada akad Mura@bah~ah semisal dialihkan kepada akad Mud~a@rabah. Salah satu produk yang ditawarkan oleh BMT MUDA adalah Mura@bah~ah yaitu akad yang digunakan untuk pinjaman uang dan akan terjadi peralihan akad ke Mud~a@rabah apabila terjadi kredit macet dalam pembayaran. Namun bentuk pinjaman dalam akad Mura@bah~ah di BMT MUDA ini merupakan perbedaan dari 8 Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta, Sinar Grafika, 2000), 114.

6 teori karena akad Mura@bah~ah seharusnya diaplikasikan untuk jual beli dengan sistem kredit yang harga asli diketahui oleh pembeli kemudian mengambil keuntungan sesuai kesepakatan bersama. 9 Di mana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah keuntungan. Artinya lembaga yang memberikan pembiayaan (BMT) memesankan barang kepada suplier dengan harga yang telah disepakati (harga beli). Oleh BMT dijual lagi kepada nasabah dengan harga yang lebih tinggi daripada harga beli kepada suplier. Harga lebih tinggi antara suplier dan nasabah ini merupakan keuntungan bagi BMT. Peralihan akad yang terjadi pada BMT MUDA dikarenakan kredit macet sedangkan akad awal pada kontrak adalah akad Mura@bah~ah yang merupakan akad akad pinjaman uang yang digunakan untuk berdagang yang pembayarannya dilakukan dengan cara kredit/cicil. Namun setelah nasabah melakukan penundaan pada pembayaran artinya tidak mampu membayar dalam jangka waktu tiga bulan kemudian pihak BMT MUDA melakukan penyuluhan terhadap rumah nasabah yang melakukan kontrak tersebut setelah diketahui permasalahannya kemudian pihak BMT MUDA melakuan peralihan akad dari Mura@bah~ah ke Mud~a@rabah dengan alasan meringankan beban nasabah agar nasabah dapat melunasi tunggakan pembayarannya. 9 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011). 138.

7 Bertitik tolak pada penjelasan tersebut di atas, maka penulis akan mengadakan penelitian dengan mengambil judul Analisis Hukum Islam Terhadap Peralihan Akad Mura@bah~ah Ke Mud~a@rabah Akibat Kredit Macet (Studi Kasus Di BMT MUDA Kedinding Surabaya). B. Identifikasi dan Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalahnya dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Aplikasi akad pembiayaan Mura@bah~ah 2. Aplikasi akad pembiayaan Mud~a@rabah 3. Pengalihan akad dari Mura@bah~ah ke Mud~a@rabah akibat kredit macet 4. Upaya yang dilakukan pihak BMT apabila terjadi kredit macet 5. Pemikiran ulama fiqh terhadap peralihan akad Mura@bah~ah ke Mud~a@rabah Supaya tidak terjadi kesalah pahaman terhadap penulisan proposal ini, maka penulis perlu membatasi permasalahannya sebagai berikut: 1. Proses Pengalihan akad dari Mura@bah~ah ke Mud~a@rabah akibat kredit macet 2. Faktor yang melatarbelakangi peralihan akad dari Mura@bah~ah ke Mud~a@rabah akibat kredit macet 3. Pemikiran ulama fiqh terhadap peralihan akad Mura@bah~ah ke Mud~a@rabah C. Rumusan Masalah Dari berbagai pertimbangan dan analisis di atas, maka permasalahan utama dalam penelitian Analisis Hukum Islam Terhadap Peralihan Akad Mura@bah~ah Ke

8 Mud~a@rabah Yang Diakibatkan Oleh Kredit Macet (Studi Kasus Di Bmt Muda Kedinding Surabaya) yang berupa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses peralihan akad Mura@bah~ah ke Mud~a@rabah akibat kredit macet di BMT MUDA? 4. Apa Faktor yang melatarbelakangi peralihan akad dari Mura@bah~ah ke Mud~a@rabah akibat kredit macet? 2. Bagaimana menurut Hukum Islam tehadap peralihan Mura@bah~ah ke Mud~a@rabah ketika kredit macet? D. Kajian Pustaka Kajian Pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada. Berdasarkan deskripsi tersebut, posisi penelitian yang akan dilakukan harus dijelaskan 10. Penelitian tentang Mura@bah~ah ini bukanlah yang pertama kali dan bahkan yang kesekian kali. Namun judul yang hampir mirip atau pantas dijadikan kajian pustaka hanyalah beberapa judul saja. Ada beberapa penelitian yang mengangkat judul yang hampir sama, yakni: 1. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akibat Hukum Wanprestasi Pada Pembiayaan Murabahah di PT. BPRS Al-Hidayah Beji Pasuruan oleh 10 Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Sekripsi, (Surabaya: Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, 2014), 8.

9 Istiqomah, di mana dalam penelitian tersebut menekankan ketika ada wanprestasi terhadap pembiayaan Mura@bah~ah (tidak dapat memenuhi pelunasannya), maka diekanakan denda ganti rugi, disini jelas melanggar hukum islam karena dengan adanya denda maka denda tersebut dianggap riba karena pembayarannya melebihi ketentuan awal yang sudah disepakati. 11 2. Nurul khotimah tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penyelesaian Default Produk Pembiayaan Mura@bah~ah Terhadap Kredit Macet Pada Bank Bukopin Syariah Cabang Surabaya yang inti pembahasannya yaitu faktor penyebab default yang mengakibatkan kredit macet ada 2 faktor yakni dari pihak nasabah berupa kondisi ekonomi dan karakter nasabah. Dari pihak Bank berupa kurangnya ketajaman dalam menganalisa kelayakan nasabah yang mengajukan pembiayaan. 12 3. Choirul Anwar tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap Mekanisme Penyelesaian Pembiayaan Mura@bah~ah Terhadap Aset Yang Terkena Lumpur Lapindo di BPRS Al-Hidayah Beji Pasuruan. Penelitian tersebut menekankan pada penyelesaian pembiayaan Mura@bah~ah akibat force Majeur berupa lumpur lapindo dengan cara melayangkan surat teguran, pengurangan margin, perpanjangan jangka waktu pembiayaan dan penambahan fasilitas 11 Istiqomah, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akibat Hukum Wanprestasi Pada Pembiayaan Murabahah di PT. BPRS Al-Hidayah Beji Pasuruan, (Skripsi-UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2013), 4. 12 Nurul Khotimah, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penyelesaian Default Produk Pembiayaan Mura@bah~ah Terhadap Kredit Macet Pada Bank Bukopin Syariah Cabang Surabaya, (Skripsi-UIN Sunan Ampel, 2011), 6.

10 pembiayaan, dalam hal ini tentu diperbolehan dalam hukum islam Karena force majeur merupakan kejadian yang tidak bisa direncanakan dan tambahan dalam akad diperbolehkan jika hal itu meringankan beban nasabah. 13 Dari ketiga kajian tersebut menunjukan bahwa tidak satupun yang sama dengan penelitian yang akan saya teliti namun justru penelitian-penelitian tersebut memperkuat penelitian yang akan saya pakai dalam mengkaji hukum islam. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang tertera di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui proses Pengalihan akad dari Mura@bah~ah ke Mud~a@rabah akibat kredit macet 2. Untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi peralihan akad dari Mura@bah~ah ke Mud~a@rabah akibat kredit macet 3. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Islam terhadap peralihan akad Mura@bah~ah ke Mud~a@rabah yang disebabkan kredit macet 4. Kegunaan Hasil Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas, penulis membagi manfaat penelitian ini ke dalam dua poin, yaitu: 13 Choirul Anwar, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Mekanisme Penyelesaian Pembiayaan Mura@bah~ah Terhadap Aset Yang Terkena Lumpur Lapindo di BPRS Al-Hidayah Beji Pasuruan, (Skripsi-UIN Sunan Ampel, 2013), 6.

11 1. Secara Teoritis, kajian tentang Analisis Hukum Islam Terhadap Peralihan Akad Mura@bah~ah ke Mud~a@rabah Yang Diakibatkan Oleh Kredit Macet (Studi Kasus Di BMT MUDA Kedinding Surabaya) adalah sebagai berikut: a. Memberikan sumbangan pemikiran yang bernuansa islami terhadap pemberian pembiayaan oleh lembaga keuangan syariah, khusunya lembaga keuangan seperti BMT. b. Sebagai acuan atau refrensi untuk mahasiswa jika hendak meneliti judul yang sama. 2. Secara Praksis a. Peneliti, memberikan pengetahuan lebih jauh, karena yang diteliti merupakan hal yang baru untuk pengkajian keislaman. b. BMT, dapat digunakan sebagai acuan atau pengetahaun bagaimana praktek penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan yang islami. c. Nasabah, dengan sistem yang islami, tidak ada yang merasa dirugikan. d. Masyarakat, dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mensosialisasikan terhadap masyarakat, bahwa lembaga keuangan syariah seperti BMT yang memberikan pembiayaan kepada masyarakt adalah untuk membantu masyarakat yang kurang mampu untuk melakukan pembelian maupun untuk modal usaha. 5. Definisi Operasional

12 Dalam definisi operasional ini, peneliti berusaha menjelaskan apa makna yang terkandung dalam variabel-variabel pada judul yang telah diangkat oleh peneliti. Dan inilah uraian tentang judul adalah: 1. Hukum Islam Adalah pendapat para ulama tentang Mura@bah~ah dan Mud~a@rabah serta peralihan akad dari Mura@bah~ah ke Mud~a@rabah. 2. Akad Mura@bah~ah Adalah akad pinjaman yang diberikan BMT kepada nasabah berupa uang yang digunakan untuk kegiatan berdagang. 3. Akad Mudà@rabah Adalah akad yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang mana pihak pertama sebagai pemilik modal dan pihak kedua sebagai pengelola modal. 14 4. Pengalihan akad Adalah perbuatan mengalihkan akad yang dalam hal ini adalah akad Mura@bah~ah dialihkan kepada akad Mud~a@rabah akibat kredit macet. 5. BMT-Muda (Bait al-ma@l wa al-tamw@ilmuda) Adalah lembaga keuangan yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip Syariah yang terdapat di Kedinding Surabaya. 14 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah klasik dan kontemporer,(bogor, Ghalia Indonesia, 2012), 178.

13 6. Metode penelitian Dalam sebuah penelitian di perlukan metode sebagai cara untuk mencapai tujuan. Metode adalah cara ilmiah yang digunakan dalam suatu penelitian untuk mencari suatu kebenaran secara objektif, empirik dan sistematis. Sutrisno Hadi mengemukakan, metode penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan usaha dimana dilakukan dengan menggunakan metode-metode penelitian 15. 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Sesuai dengan judul yang dikemukakan, maka jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian lapangan dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif didefinisikan oleh Bogdan & Taylor dalam Moleong adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 16 Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan tentang prosedural peralihan akad, penerapan sistem bagi hasil, serta faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap besar kecilnya bagi hasil di BMT MUDA JATIM Kedinding Surabaya. 15 Sutrisno Hadi, Metode Resech1 ( Yogyakarta: Penerbitan Fak. Psikologi UGM, 1984), 4. 16 Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 5.

14 2. Data Yang Dikumpulkan a. Data tentang perjanjian yang tertuang dalam kontrak pembiayaan Mura@bah~ah antara BMT-Muda dengan nasabah yang mengajukan pembiayaan b. Proses terjadinya peralihan akad Mura@bah~ah kepada akad Mud~a@rabah 3. Sumber Data Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. 17 Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan peneliti adalah pertanyaan yang disampaikan kepada informan sesuai dengan perangkat pertanyaan yang diajukan oleh peneliti yang berpedoman pada fokus penelitian dengan tujuan mendapatkan informasi sebanyak mungkin. 18 Sumber Data primer merupakan sumber data yang pokok/utama dari pihak yang bersangkutan di lapangan yakni: a. Data dari BMT-Muda b. Data dari nasabah Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada 17 Ibid, 157. 18 Dalam menggali sumber data peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan obyek yang diteliti, Selanjutnya data-data penunjang atau data sekunder diantaranya: wawancara dengan pihak terkait, misalnya dengan nasabah, dan pihak bank,

15 baik dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu 19. Data ini diperoleh dari dokumen-dokumen yang umumnya berupa bukti transaksi, laporan nasabah yang melakukan perlihan akad di BMT MUDA JATIM Kenjeran Surabaya pada bulan januari Tahun 2015, catatan atau laporan histories BMT MUDA JATIM Kenjeran Surabya yang telah tersusun dalam arsip. 4. Teknik Pengumpulan data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilandaskan pada aturan yang baku yang telah menjadi bahan didalam penelitian kualitatif yang mana pengumpulan datanya dengan cara pengamatan atau observasi dan interview atau wawancara 20. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam melakukan kajian penelitian, maka penelitian ini melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut: a. Observasi Observasi adalah suatu cara mengadakan penyelidikan dengan menggunakan pengalaman terhadap suatu objek dari suatu peristiwa atau kejadian yang akan diteliti. Dalam penelitian ini di gunakan observasi sistematis, dimana peneliti melakukan langkah sistematis dalam mengamati objek penelitian dengan mengikuti latihan-latihan yang 19 Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, 93. 20 Ibid., 211

16 memadai disertai dengan persiapan yang teliti dan lengkap, sehingga dapat menghasilkan data yang sesuai dengan fokus masalah yang telah ditetapkan. 21 Adapun data yang ingin diperoleh dengan menggunakan metode observasi ini adalah: 1) Kondisi objek penelitian. 2) Prosedur atau tata cara bertransaksi (berakad). 3) Peralihan akad Mura@bah~ah ke Mud~a@rabah sebagai akibat daripada kredit macet b. Interview (wawancara) Interview (wawancara) adalah teknik mendapatkan informasi dengan cara bertnya langsung kepada responden, percakapan itu dilakukan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang bertugas sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan yang dikenai pertanyaan atau orang yang menjawab dari pertanyaan tersebut. 22 Peneliti melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait yaitu kepada Staf Manager, Costumer Service, Teller, serta sebagian nasabah tabungan dengan maksud untuk melengkapi data yang diperoleh. Data ini berupa: data tentang prosedur peralihan akad di BMT MUDA JATIM Kenjeraan Surabaya penerapan sistem penggunaan akad 21 Ibid., 212 22 Ibid., 235

17 Mura@bahah, serta faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil antara shahibul maal (anggota koperasi) dengan mudharib. Adapun data yang ingin diperoleh adalah sebagai berikut : 1) Seberapa besar kepercayaan nasabah terhadap BMT-Muda dalam mengajukan pembiayaan Mura@bah~ah dan juga sebaliknya. 2) Proses penyelesaian kredit macet atas pembiayaan Mura@bah~ah. c. Dokumentasi Menurut Indriantoro, dkk 23 data ini berupa: faktur, jurnal suratsurat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan program. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumentasi sebagai sarana untuk mendapatkan data tentang: sejarah berdirinya BMT MUDA JATIM Kenjeran Surabya, struktur organisasi, visi dan misi, kegiatan operasionalnya, bukti-bukti transaksi pendanaan tabungan serta laporan keuangan di BMT MUDA JATIM Kenjeran Surabaya pada bulan januari tahun 2015. 5. Teknik Pengolahan Data Dilakukan sebuah mengelola data dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik pengeditan data dan pengorganisasian data. Setelah penelitian selesai atau telah terkumpul, maka diperlukan sebuah pengelolaan data-data yang terkumpul dengan mengadakan beberapa proses, antara lain: 23 Indriantoro Nur dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, ( Yogyakarta: BPFE, 2002), 146.

18 a. Pengeditan data atau editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan atau memeriksa kembali informasi yang telah diterima peneliti 24. Yakni memeriksa data yang terkumpul baik melalui observasi maupun wawancara terhadap para pialang saham, calon investor maupun pemilik perusahaan yang menerbitkan saham dari segi kelengkapan yang perlu di koreksi saja. b. Pengorganisasian data dalam hal ini mendapatkan data-data yang jelas dan terorganisir dengan baik, sehingga dapat di analisis lebih lanjut guna perumusan deskriptif. 6. Teknik Analisis Data Analisis data adalah sebagai bagian dari proses pengujian data yang hasilnya digunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik kesimpulan penelitian. 25 Analisis data dapat dilakukan setelah memperoleh data, baik dengan wawancara dan dokumentasi. Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis untuk mencapai tujuan akhir penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Kualitatif. Analisis kualitatif dalam hal ini dilakukan terhadap data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga 24 Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, 253. 25 Indriantoro Nur dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, ( Yogyakarta: BPFE, 2002), 11.

19 memperoleh gambaran baru ataupun menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaliknya. 26 Analisis datanya menggunakan metode deduktif yaitu untuk mengetahui tentang kasus diatas yang menjadi permulaan pembahasan untuk mengemukakan dalil-dalil yang bersifat umum dalam perkara Mura@bah~ah dan Mud~a@rabah. sedangkan yang bersifat induktif adalah hasil penemuan studi kasus yang terjadi di BMT MUDA kedingding Surabaya tentang realisasi akad Mura@bah~ah serta peralihan akad Mura@bah~ah ke Mud~a@rabah akibat kredit macet. I. Sistematika Pembahasan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas pada proposal penelitian skripsi ini, penulis akan menggunakan isi uraian pembahasan, adapun sistematika pembahasan proposal penelitian terdiri dari lima Bab sebagai berikut : Bab pertama berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab kedua memuat tentang konsep Mura@bah~ah dan Mud~a@rabah menurut Hukum Islam yakni meliputi pengertian, landasan hukum, rukun-rukun dan syarat-syarat. 26 Subagyo Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Edisi Pertama, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004),106

20 Bab ketiga membahas tentang temuan studi di BMT-Muda yakni memncakup, profil, Produk, struktur, tata cara mengajukan pembiayaan, dan bagaimana latar belakang peralihan akad, proses peralihan akad serta konsekuwensi peralihan akad. Bab keempat Merupakan analisis terhadap judul Analisis Hukum Islam Terhadap prosedur Peralihan Akad Mura@bah~ah Ke Mud~a@rabah Yang Diakibatkan Oleh Kredit Macet (Studi Kasus Di BMT-MUDA Kedinding Surabaya). Analisis ini meliputi bagaimana terhadap pengalihan akad Mura@bah~ah ke Mud~a@rabah, dan juga penentuan bagi hasilnya dari peralihan tersebut. Bab kelima merupakan bab penutup. Pada bab ini berisi kesimpulan yang di dalamnya menjawab semua rumusan masalah dan juga berisi saran.