Jurnal Ekonomi Pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari. penelitian ini adalah:

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA APBD

BAB I PENDAHULUAN. daerah masalah perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA DINAS PEREKONOMIAN DAN PARIWISATA KABUPATEN TUBAN RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya penyelenggaraan Otonomi Daerah menyebabkan terjadinya

CENDEKIA AKUNTANSI Vol. 1 No. 2 Mei 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna ( efektivitas )

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri)

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

JURNAL SKRIPSI EVALUASI POTENSI PENDAPATAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

ANALISIS KONTRIBUSI RETRIBUSI JASA UMUM TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN

BAB VI PENUTUP adalah pada tahun 2009 proporsi untuk belanja operasi sebesar

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BREBES PADA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB VI PENUTUP. pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) ratarata

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PROVINSI PAPUA PERIODE Ary Anjani Denis 1 Mesak Iek 2

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah. sumber daya alamnya sendiri. Sumber dana bagi daerah antara lain terdiri dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal MONEX Vol.6 No 1 Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah semua penerimaan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan Otonomi Daerah membuat Pemerintah menggantungkan sumber

Disusun oleh: B

: Shella Vida Aprilianty NPM : Fakultas /Jurusan : Ekonomi /Akuntansi Dosen Pembimbing : Dr. Masodah Wibisono SE.,MMSI

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PAJAK DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

EVALUASI PENERIMAAN PBB PASKA UU PDRD (UU NO 28 TAHUN 2009) ( Studi Kasus Diwilayah Kabupaten Sukoharjo ) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka semakin besar pula diskreasi daerah untuk menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI ERA OTONOMI PADA PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan tentunya mempunyai masalah dalam menyusun

UPAYA PENINGKATAN PAJAK DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN BIMA. Oleh: Sahrudin

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

Jurnal Ekonomi Pembangunan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU. Afriyanto 1, Weni Astuti 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bergulirnya gelombang reformasi, otonomi daerah menjadi salah

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD dan pendapatan lain-lain yang sah.

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) DI KABUPATEN SUMBAWA SKRIPSI

ANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR DALAM RANGKA MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Kediri)

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

Daftar Referensi. Halim, Abdul Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Yogyakarta: (UPP) AMP YKPN.

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN TREND PADA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. (Diana Sari, 2013:40). Selanjutnya Diana Sari menyatakan, sebagai sumber

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI APBD

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Setiap provinsi terbagi dari beberapa Kabupaten maupun Kota.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA KEDIRI TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah menegaskan

ANALYSIS OF EFFECTIVESS AND EFFICIENCY, OF THE HOTEL TAXES AND RETRIBUSI FOR CLEANING AS A SOURCE OF RECEIPT INCOME PAD KEDIRI CITY

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dapat menetepkan berbagai jenis sumber penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memperkenalkan kebijakan otonomi daerah. Keseriusan pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

Kemampuan anggaran pendapatan desa: studi komparatif pada Desa Tanjung Mulia dan Desa Ujung Tanjung di Kecamatan Bahar Selatan Kabupaten Muaro Jambi

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan pembangunan nasional tersebut. Pemerintah harus

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang negatif. Dampak ini dapat dilihat dari ketidakmerataan

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA SAMARINDA

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo)

Transkripsi:

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 3, No. 2 (2017) 43 51 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Palopo Jurnal Ekonomi Pembangunan http://journal.stiem.ac.id/index.php/jurep/index Analisis Efektifitas dan Efisiensi Retribusi Pedagang Kaki Lima di Kota Parepare Yadi Arodhiskara 1, Zulkarnain 2 1,2 Universitas Muhammadiyah Parepare INFO NASKAH Diserahkan 10 September 2017 Diterima 16 Oktober 2017 Diterima dalam revisi 30 November 2017 Diterima dan disetujui 4 Desember 2017 Kata Kunci: Efektifitas Efisiensi Pendapatan daerah Retribusi daerah Pedagang kaki lima Kode Klasifikasi JEL: O10 O12 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektifitas dan efisiensi retribusi pedagang kaki lima di Kota Parepare. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan positivism yang menekankan pada kombinasi antara logika deduktif dan penggunaan alat-alat kuantitatif dalam menginterpretasikan suatu fenomena secara objektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi penerimaan yang bersumber dari pedagang kaki lima setiap bulannya mencapai Rp21.879.000 atau setiap tahunnya Rp262.548.000. Jumlah pedagang kaki lima menunjukkan peningkatan yang signifikan menjadi 187 orang dengan tingkat efektifitas yang sangat tinggi yakni berada pada angka rata-rata 100% atau 158,53% capaian penerimaan retribusi pedagang kaki lima. Hal ini didukung dengan efisiensi yang baik dalam pengelolaan biaya pemerolehan yang hanya mencapai 2,04% dari penerimaan pedagang kaki lima. Peta potensi teridentifikasi pada 3 (tiga) zona yang merupakan wilayah sebaran pedagang kaki lima di Kota Parepare. 1. Pendahuluan Sistem pengelolaan keuangan pemerintahan di Indonesia untuk mendukung pembangunan pada awalnya menerapkan sistem sentralisasi namun setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 32 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang menjadi sistem pemerintahan Indonesia menjadi desentralisasi. Sistem ini telah memperluas wewenang pelaksanaan otonomi daerah dengan menyerahkan sepenuhnya segala urusan pemerintahan kepada pemerintah daerah. Salah satu kewenangan yang diberikan pada daerah yaitu kewenangan dalam menggali dan mengolah pendapatan daerah. hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 yang menyatakan pendapatan daerah adalah Corresponding Author: 1 yadhi01@gmail.com; +62 812 4293 322 2 sulkarnain8877@yahoo.com; +62 852 4467 5523

semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun tahun anggaran yang bersangkutan. Kemandirian keuangan yang dimiliki pemerintah daerah dapat meningkatkan kemampuan daerah untuk membiayai urusan rumah tangganya sendiri. Kemampuan tersebut berupa penggalian dan pemobilisasian sumber-sumber pendapatan daerah yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Iskandar, 2013). Retribusi merupakan sumber penerimaan daerah yang cukup potensial di daerah, dalam rangka meningkatkan kemandirian daerah maka pelaksanaan dalam mengelolahnya perlu dikembangkan secara efektif dan efisien. Setiap daerah dapat berkreatifitas dalam peningkatan retribusi daerah untuk kesejahteraan masyarakat. Penerimaan daerah harus didukung oleh tingkat efektifitas. Halim (2008) menyatakan bahwa efektifitas adalah kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi ril daerah. Efektifitas terkait antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai (Mahmudi, 2015). Faktor lain yang menggambarkan penerimaan retribusi semakin baik adalah tingkat efisiensi suatu jenis penerimaan retribusi. Menurut Mahmudi (2015) efisiensi terkait dengan hubungan antara output berupa barang atau pelayanan yang dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Sementara Halim (2008) menyatakan bahwa efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan eratnya keterkaitan antara efektifitas dan efisiensi dengan penerimaan retribusi daerah. Murniati dan Kasasih (2017) meneliti tentang kontribusi dan efektifitas penerimaan retribusi pelayanan pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat efektifitas retribusi pasar dari tahun 2011 sampai dengan 2015 mengalami kenaikan dan penurunan antara periode tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Ramlan (2015) mengenai efektifitas dan potensi retribusi pedagang kaki lima terhadap Pendapatan Asli Daerah di kota Makassar periode 2009-2013, menunjukkan bahwa efektifitas retribusi pedagang kaki lima di Kota Makassar bersifat sangat efektif. Kota Parepare sebagai kota niaga dan jasa, perekonomiannya didukung berbagai sektor namun yang paling dominan sektor perdagangan sehingga banyak bertumpu pada UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro) diantaranya pedagang kaki lima yang menjadi potensi Y. Arodhiskara & Zulkarnain 44

besar bagi penerimaan daerah. Tahun 2012 Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp67 miliar, tahun 2013 Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp84,9 miliar dan tahun 2014 Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp75,1 miliar. (www.pareparekota.go.id). Kota Parepare sedang dalam tahap pembangunan dan dikenal sebagai kunjungan untuk wisata kuliner sekaligus menarik pengusaha dari luar daerah untuk membangun usaha kuliner di kota ini. Banyaknya pasar dan pedagang kaki lima menjadi potensi pembangunan yang menciptakan peluang terbukanya pekerjaan. Sehingga dari potensi pekerjaan itu bisa kembali dalam bentuk retribusi ke penerimaan daerah. 2. Metode Penelitian 2.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menganalisis efektifitas dan efesiensi penerimaan retribusi pedagang kaki lima di Kota Parepare. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif atau biasa disebut positivism, yaitu pendekatan yang menekankan pada kombinasi antara logika deduktif dan penggunaan alat-alat kuantitatif dalam menginterpretasikan suatu fenomena secara objektif (Efferin dkk., 2008:35). Pendekatan ini diharapakan dapat menjelaskan fenomena yang ada berdasarkan data dan fakta yang ada di lapangan. Penelitian ini dilakukan pada pemerintah daerah Kota Parepare khususnya Dinas Pendapatan Daerah kota Parepare; Dinas Koperasi; dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah kota Parepare. 2.2 Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah efektifitas dan efisiensi retribusi pedagang kaki lima, diukur dengan menggunakan rasio efektifitas dan efesiensi penerimaan retribusi daerah. 2.3 Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis potensi, efektifitas dan efisiensi. a. Analisis Potensi Analisis perhitungan potensi mutlak diperlukan dalam analisis menetapkan target rasional. Dengan potensi yang ada, setelah dibandingkan penerimaan untuk masa yang akan datang, maka akan didapatkan besarnya potensi terpendam, sehingga akan dapat diperkirakan rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk menggali potensi yang tersebut untuk Y. Arodhiskara & Zulkarnain 45

menentukan berapa besarnya rencana penerimaan yang akan datang. Cara menghitung potensi retribusi pedagang kaki lima adalah sebagai berikut (Prakosa, 2005): Potensi Retribusi PKL = (Jumlah PKL) x (Tarif) x (Waktu/Hari). b. Analisis Efektifitas Rasio Efektifitas digunakan dalam mengukur tingkat efektivitas dari penerimaan retribusi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Parepare, dengan formulasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (Mahmudi, 2010): Realisasi Penerimaan Retribusi PKL Target Penerimaan Retribusi PKL X100% Nilai Efektifitas dapat dikategorikan sebagai berikut: 1) Sangat Efektif : > 100% 2) Efektif : 100 % 3) Cukup Efektif : 90% - 99% 4) Kurang Efektif : 75% - 89% 5) Tidak Efektif : < 75% c. Analisis Efisiensi Rasio Efisiensi digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi dari penerimaan retribusi pedagang kaki lima,formulasi yang digunakan adalah Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah (Mahmudi, 2010): Realisasi Pemerolehan Retribusi PKL X 100% Target Pemerolehan Retribusi PKL Nilai efisiensi dapat dikategorikan sebagai berikut: 1) Sangat Efisien : < 10% 2) Efisien : 10%-20% 3) Cukup Efisien : 21%-30% 4) Kurang Efisien : 31%-40% 5) Tidak Efisien : > 41% Y. Arodhiskara & Zulkarnain 46

3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Potensi Retribusi Pedagang Kaki Lima Berdasarkan hasil analisis potensi retribusi pedagang kaki lima (PKL) di Kota Parepare, diketahui bahwa jumlah potensi retribusi pedagang kaki lima sebesar Rp21.879.000 perbulan atau dalam setahunnya mencapai Rp262.548.000. Besaran potensi tersebut didasarkan atas temuan lapangan yang mengakumulasikan sebanyak 187 pedagang kaki lima secara ril membayar retribusi selama periode tahun 2016. Sesuai data yang didapatkan menunjukkan potensi retribusi pedagang kaki lima masih memiliki peluang kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jumlah Pedagang Kaki Lima Data lapangan yang diperoleh menunjukkan sebanyak 187 pedagang kaki lima yang tersebar pada 18 tempat atau lokasi di Kota Parepare. Lokasi PKL berjualan terbanyak berada di Pasar Senggol dengan 35 pedagang dan Jl. Bau Massepe sebanyak 33 pedagang sementara di Jl. A. Sinta hanya ada 1 orang pedagang kaki lima. Tingkat Efektivitas dan Efisiensi Retribusi Pedagang Kaki Lima Berdasarkan hasil pengolahan data, maka dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat efektivitas penerimaan retribusi pedagang kaki lima selama 3 (tiga) tahun terakhir dari tahun 2012 sampai dengan 2014 rata-rata persentase efektifitasnya sebesar 158,53%, dimana pada tahun 2012 penerimaan retribusi pedagang kaki lima sebesar 162,94%, pada tahun 2013 penerimaan retribusi pedagang kaki lima sebesar 205,69%, pada tahun 2014 penerimaan retribusi pedagang kaki lima sebesar 106,96%. Hasil tersebut dapat diklasifikafikan tingkat efektifitasnya sangat efektif meskipun dalam periode tersebut terjadi fluktuasi penerimaan retribusi namun masih di atas 100%. Tingkat efisiensi retribusi pedagang kaki lima didasarkan atas hasil pengolahan data menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi penerimaan retribusi pedagang kaki lima selama 3 (tiga) tahun dari tahun 2012 sampai dengan 2014 sebesar 2,04%. Pada tahun 2013 tingkat efisiensi retribusi pedagang kaki lima sebesar 1,69% mengalami tingkat yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya dan pada tahun 2014 tingkat efisiensi retribusi pedagang kaki lima mengalami sedikit perubahan menjadi 1,88%. Tingkat persentase mengalami Y. Arodhiskara & Zulkarnain 47

fluktuasi dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun. Hal ini tidak menyebabkan terjadinya perbedaan kategori tingkat efisiensi setiap tahunnya, dikarenakan masih berada pada kisaran tingkatan kategori sangat efisien. Peta Potensi Pedagang Kaki Lima Peta potensi pedagang kaki lima disusun berdasarkan sebaran pedagang kaki lima yang tersebar pada 4 (empat) kecamatan. Hasil identifikasi menunjukkan sebaran lokasi yang digunakan pedagang kaki lima tersebar pada 18 lokasi. Berdasarkan sebaran tersebut, disusun zona sebagai salah satu poin dalam perumusan baru tarif retribusi pedagang kaki lima selain tarif standar yang hanya mengenakan ukuran luas permeter tempat yang digunakan oleh para PKL di Kota Parepare. 3.2 Pembahasan Potensi Retribusi Pedagang Kaki Lima Data yang dimiliki oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Parepare menunjukkan target yang direncanakan sebesar Rp187.148.000. Setelah dianalisis menunjukkan masih tingginya potensi retribusi pedagang kaki lima. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah pedagang dari data sebelumnya yaitu sebanyak 187 PKL dengan potensi penerimaan perbulannya sebesar Rp21.879.000 atau dalam setahunnya mencapai Rp262.548.000. Potensi peningkatan memberikan ruang bagi pemerintah daerah untuk memperbesar target penerimaan retribusi yang berasal dari pada pedagang kaki lima. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramlan (2015), dimana dalam penelitiannya menunjukkan bahwa setiap tahunnya potensi retribusi pedagang kaki lima terus meningkat. Jumlah Pedagang Kaki Lima Data lapangan menunjukkan terjadi peningkatan jumlah pedagang kaki lima dari sebelumnya hanya 70 meningkat menjadi 187 PKL. Peningkatan jumlah pedagang kaki lima di tahun 2016 memberikan gambaran iklim usaha di Kota Parepare masih dapat dikembangkan lagi khususnya di sektor usaha kecil dan menengah. Sebaran pedagang kaki lima saat ini tidak hanya terpusat lagi di perkotaan tapi juga sudah tumbuh di pinggiran kota. Hal ini terlihat dengan adanya 24 pedagang kaki lima di Kecamatan Bacukiki dan 4 (empat) di Kecamatan Bacukiki Barat, dimana selama ini kedua kecamatan tersebut jauh dari pusat kota. Y. Arodhiskara & Zulkarnain 48

Perkembangan pedagang kaki lima tidak hanya akan berkontribusi terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tapi juga akan mendorong tumbuhnya pusat ekonomi baru dan menciptakan lapangan kerja alternatif bagi masyarakat Kota Parepare. Tingkat Efektivitas dan Efisiensi Retribusi Pedagang Kaki Lima Tingkat efektivitas retribusi dalam kurun waktu 3 tahun 2012-2014 menunjukkan ratarata penerimaan berdada di atas 100% atau 158,53% dan dikategorikan sangat efektif. Tingkat efektifitas yang sangat tinggi ini dapat memberikan keyakinan kepada Pemerintah Daerah Kota Parepare untuk meningkatkan target penerimaan retribusi dengan memperluas atau membuka ruang yang lebih banyak kepada pedagang kaki lima. Peningkatan target akan mendorong kreatifitas instansi terkait dalam memenuhi target atau di atas target tersebut. Jika pada periode 2012-2014 retribusi PKL hanya ditargetkan rata-rata Rp120.045.666,67 pertahunnya, maka dengan potensi penerimaan yang mencapai Rp262.548.000 pertahunnya akan mudah bagi pemerintah daerah memenuhi target tersebut. Temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ramlan (2015) yang menunjukkan sangat efektifnya penerimaan retribusi yang bersumber dari PKL. Pada tingkat efisiensi menunjukkan bahwa dalam periode 2012-2014, efisiensi dari penerimaan retribusi sangat baik rata-rata berada pada kisaran 2,04%. Hal ini menunjukkan bahwa jenis retribusi pedagang kaki lima mampu menekan biaya pemerolehannya sangat rendah dengan kontribusi yang cukup tinggi. Kemampuan tersebut akan memberikan jaminan bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan PAD melalui penambahan petugas pungut atau peningkatan insentif agar para petugas dapat lebih memperluas daya jangkaunya dalam melakukan pemungutan retribusi. Peta Potensi Pedagang Kaki Lima Peta potensi pedagang kaki lima merupakan satu tawaran bagi pemerintah daerah untuk menambahkan item tersebut masuk dalam rumus penentuan tarif retribusi pedagang kaki lima. Peta ini didasarkan atas zona masing-masing yang memiliki tarif retribusi sendiri dengan indikator zona yang terdekat dengan pusat kota akan memiliki nilai pasar atau tarif yang lebih tinggi dibandingkan dengan zona lainnya. Peta potensi terbagi atas 3 (tiga) zona yang ditawarkan, yaitu zona 1, 2, dan 3. Penentuan zona didasarkan pada sebaran pedagang kaki lima yang memiliki akses lebih cepat dengan pusat kota. Zona tidak membatasi pada wilayah Y. Arodhiskara & Zulkarnain 49

tertentu, tapi atas potensi kontribusi terbesar diberikan pada penerimaan pendapatan daerah. Gambar 1. Peta Zona Retribusi Pedagang Kaki Lima di Kota Parepare Penambahan item zona dalam penentuan tarif retribusi selain akan menambah kenaikan PAD juga akan memberikan keadilan bagi PKL yang lokasinya berjauhan dengan pusat kota, namun pengenaan tarif yang diberikan sama. 4. Simpulan dan Saran Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektifitas dan efisiensi retribusi pedagang kaki lima di Kota Parepare. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka beberapa kesimpulan dalam penelitian ini adalah: potensi penerimaan pedagang kaki lima sebesar Rp21.879.000 perbulan atau Rp262.548.000 pertahunnya; jumlah pedagang kaki lima sebanyak 187 orang di tahun 2016; tingkat efektifitas berada pada angka rata-rata 100% atau 158,53%; dan peta potensi menunjukkan 3 (tiga) zona yang merupakan wilayah sebaran pedagang kaki lima di Kota Parepare. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu menggunakan data belanja langsung dan tidak langsung setiap SKPD terkait dengan retribusi daerah. Penelitian selanjutnya diharapkan lebih mendalam dan fokus pada upaya pemerintah daerah memperoleh retribusi daerah tidak hanya pada satu wilayah saja agar hasilnya dapat digeneralisasi pada wilayah lainnya. Daftar Pustaka Efferin, S., S.H. Darmaji, dan Y. Tan. 2008. Metode Penelitian Akuntansi: Mengungkap Fenomena dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halim, A. dan M. Iqbal. 2012. Pengelolaan Keuangan Daerah Seri Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Y. Arodhiskara & Zulkarnain 50

Halim, A. 2015. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat. Iskandar, N. 2013. Analisis Penerimaan Retribusi Daerah dan Pajak Daerah Serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Parepare. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Parepare. Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Mahmudi. 2015. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi. Mardiasmo. 2013. Perpajakan. Edisi Revisi 17. Yogyakarta: Andi. Masyarakat Sebagai Pelaku Ekonomi. http://www.gerbangilmu.com. Diakses tanggal 23 Februari 2016. Murniati, S. dan D. Kasasih. 2017. Analisis Kontribusi dan Efektifitas Penerimaan Retribusi Pelayanan Pasar Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang. Jurnal Kompetitif, 6 (1): 85-109. Prakosa, K.B. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta: UII Press. Ramlan, M. N. 2015. Analisis Efektivitas dan Potensi Retribusi Pedagang Kaki Lima Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Makassar Periode 2009-2013. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar. Realisasi APBD Tahun 2012 sampai tahun 2014 Kota Parepare. http://www.pareparekota.go.id. Diakses tanggal 2 Februari 2016. Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil. Y. Arodhiskara & Zulkarnain 51