BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu faktor bagi menurunnya derajat kesehatan masyarakat. Terkait dengan hal ini, Indonesia termasuk salah satu negara dengan tingkat kepemilikan sistem jaringan air limbah (sewerage) terendah di Asia. Kurang dari 10 kota di Indonesia memiliki sistem jaringan air limbah dengan tingkat pelayanan sekitar 1,3% dan keseluruhan jumlah populasi. Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemenintah untuk mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Khususnya untuk Kabupaten Wakatobi, tidak memadainya sistem sanitasi berdampak buruk tenhadap kondisi kesehatan lingkungan yang berakibat pada naiknya kasus penyakit menular seperti DBD, malaria, diare dan cacingan. Hal tersebut mendorong pemerintah Daerah untuk meningkatkan kondisi sanitasi melalui pendekatan menyeluruh berskala kabupaten. Pendekatan ini dimulai dengan pembentukan Tim Sanitasi Kabupaten. Salah satu tujuan dibentuknya tim ini adalah untuk mensinergikan kerja dinas-dinas yang berkaitan dengan sanitasi dalam satu wadah guna memperbaiki kinerja dan konsep sanitasi masyarakat. Komitmen Pemerintah Kabupaten Wakatobi dalam pembangunan sanitasi secara menyeluruh dimulai dengan pembentukan Tim Pokja Sanitasi Kabupaten Wakatobi berdasarkan Keputusan Bupati Wakatobi Nomor 462 Tahun 2008 Tanggal 1 Agustus 2012 tentang Pembentukan Tim Koordinasi/Pengarah dan Pelaksana Sanitasi Kabupaten Wakatobi. Keputusan Bupati ini memuat tugas dan kewajiban baik tim pengarah maupun tim pelaksananya. Profil dan perjalanan lengkap dan tim pelaksana sanitasi disajikan dalam bab 5 dan dokumen ini. Dalam menjalankan tugasnya, tim pelaksana melakukan pertemuan rutin untuk mengumpulkan, mengkaji serta menganalisa data dalam rangka memetakan kondisi sanitasi Kabupaten Wakatobi. Telah disepakati sebelumnya bahwa setidaknya setiap dua minggu sekali diadakan pertemuan tim kecil yang bertanggung jawab untuk menindaklanjuti data-data yang tersaji. Hasil
pengumpulan, kajian dan analisa data tersebut disajikan dalam sebuah dokumen yang disebut sebagai Sanitation White Book atau Buku Putih Sanitasi. Buku Putih Sanitasi merupakan dokumen yang berisi hasil pengkajian dan pemetaan kondisi sanitasi yang merupakan infonmasi awal bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) jangka menengah. Pada masa yang akan datang laporan dalam buku putih ini akan diperbaharui (review) sebelum suatu SSK yang baru akan disusun. Hal ini berarti bahwa buku putih ini akan mengikuti kemajuan rencana-rencana dalam hal pengembangan sanitasi daerah. Buku Putih versi pertama tersedia pada akhir periode pengumpulan data awal, buku ini memuat priority setting dan hasil pengolahan database sehingga terpilih lokasi-lokasi yang mempunyai Buku Putih Sanitasi Pemerintah Kabupaten Wakatobi Versi I Tim sanitasi Kabupaten Wakatobi Prioritas untuk ditangani dalam peningkatan sanitasi. versi final tersedia setelah dilaksanakannya Participatory Sanitation Assesment (PSA) survey, dan kegiatan pengumpulan data tambahan. Versi final dan Buku Putih Sanitasi merupakan dasar bagi penyusunan SSK. 1.2. Landasan Gerak 1.2.1. Defenisi dan Ruang Lingkup Sanitasi Defenisi dan ruang lingkup sanitasi dalam Buku Putih Sanitasi berdasarkan buku Opsi sistem dan teknologi sanitasi, TTPS, 2010 yakni upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan Lingkungan hidup sehat baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan. Adapun ruang lingkup sanitasi terbagi dalam 3 (tiga) sub sektor, yaitu Air Limbah, Persampahan dan Drainase tersier, dengan mempertimbangkan komponen terkait sanitasi seperti Air bersih, Limbah industri rumah tangga dan limbah medis. 1.2.2. Wilayah Kajian Buku Putih Sanitasi dan SSK Kabupaten Wakatobi. 1.2.3. Visi dan Misi Kabupaten Wakatobi dan Rencana Penataan Ruang Kabupaten Wakatobi. Penyusunan Buku putih Sanitasi Kabupeten Wakatobi mengacu pada Visi dan Misi Kabupeten Wakatobi. Adapun Visi Kabupeten Wakatobi yakni
Terwujudnya Surga Nyata Bawah Laut di Pusat Segi Tiga Karang Dunia. Adapun Misi Kabupeten Wakatobi yakni : - Meningkatkan Kualitas dan pemerataan kesejahteraan masyarakat - Meningkatkan pengelolaan dan pelestarian sumberdaya alam dan Lingkungan Hidup - Meningkatkan kualitas dan daya dukung infrastruktur wilayah - Meningkatkan kualitas pelayanan publik dan tata kelola pemerintahan, dan - Mengembangkan situasi yang kondusif bagi kehidupan masyarakat yang inovatif 1.3. Maksud dan Tujuan 1.3.1. Maksud Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wakatobi ini dimaksudkan sebagai profil dan gambaran pemetaan kondisi sanitasi Kabupaten Wakatobi baik aspek teknis maupun non teknis serta menjadi prioritas/arah pengembangan sanitasi Kabupaten Wakatobidan masyarakat. 1.3.2. Tujuan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wakatobi bertujuan untuk : 1. Menganalisis kondisi dan potensi sanitasi Kabupaten Wakatobi dari aspek teknis, kelembagaan, keuangan, komunikasi, Pemberdayaan Masyarakat, Jender & Kemiskinan (PMJK), aspek partisipasi berbagai sektor (swasta/lembaga non pemerintah/masyarakat) terhadap sarana sanitasi serta aspek PHBS. 2. Mensinergikan berbagai pihak baik itu pemerintah kota, swasta, Lembaga non pemerintahan dan media dalam perencanaan dan pembangunan sanitasi 3. Sebagai acuan dan pedoman dalam penyusunan strategi sanitasi serta rencana tindak sanitasi Kabupaten Wakatobi. 1.4. Metodologi Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi ini antara lain: 1.4.1. Pengambilan data
Adapun jenis data yang diperlukan dalam Buku Putih Sanitasi yaitu: a. Data Sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, atau melalui media perantara. Sumber data sekunder berasal dari dokumen perencanaan (Masterplan subsektor, RTRW, RPIJM, RPJMD, Renstra SKPD), laporan berbasis web, laporan SKPD baik provinsi, kementrian/lembaga, Kabupaten Wakatobi Dalam Angka, maupun data hasil penelitian. Data sekunder terdiri dari data demografi (populasi dan proyeksi), kepadatan penduduk, kemiskinan dan jumlah keluarga miskin, cakupan layanan sanitasi, data sarana dan prasana sanitasi, arah dan kebijakan pembangunan kota/kab, data kelembagaan, data keuangan, data aspek komunikasi, dan data sekunder lainnya. b. Data primer yaitu data yang bersumber dari survey atau observasi lapangan yang dilakukan pokja. Data primer dapat berupa hasil rekaman dan potret kondisi eksisting dilapangan. Rekaman hasil wawancara berasal dari narasumber yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/kantor terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil dan tokoh-tokoh masyarakat. Data primer terdiri dari hasil survey Environmental Health Risk Assessment (EHRA), penilaian sanitasi berbasis masyarakat, penilaian peran media dan aspek komunikasi; tingkat kepuasan masyarakat; dan penilaian penyedia sarana sanitasi oleh sektor swasta. 1.4.2. Tabulasi dan Analisis Data Data yang telah terkumpul kemudian di analisis oleh POKJA melalui FGD dan menjadi acuan pada tahap Identifikasi dan penyepakatan permasalahan di masing-masing sub sektor, Identifikasi program dan kegiatan pembangunan sanitasi yang sedang berjalan, serta penetapan prioritas pengembangan sanitasi termasuk penentuan area beresiko sanitasi.
1.4.3. Konsultasi dan audiensi konsultasi dan audiensi buku putih sanitasi Kabupaten Wakatobi melibatkan tim pengarah pokja, DPRD Kabupaten Wakatobi, dan masyarakat luas. 1.4. Dasar Hukum dan Kaitannya Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Buku Putih Sanitasi Kota Kendari merupakan bagian dari dokumen perencanaan sanitasi yang bersinergi dengan dokumen perencanaan kota lainnya seperti dokumen RPJMD Kota Kendari 2008-2012, Renstra SKPD, Renja, RPIJM dan RTRW. Sesuai kesepakatan pada kegiatan internalisasi dan penyamaan persepsi, BPS Kota Kendari akan disahkan sebagai Peraturan Walikota (Perwali), oleh karenanya Buku Putih Sanitasi akan mengacu pada peraturan-peraturan yang berada diatasnya, antara lain : UNDANG-UNDANG 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene. 2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah. 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025. 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air. 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai. 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan. KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. KEPUTUSAN MENTERI 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.
2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/IV/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. 4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik. 5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA). 6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. PERDA KABUPATEN WAKATOBI 1. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Wakatobi (Lembaran Daerah Kabupaten Wakatobi Tahun 2008 Nomor 3); 2. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Wakatobi (Lembaran Daerah Kabupaten Wakatobi Tahun 2008 Nomor 5) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Wakatobi (Lembaran Daerah Kabupaten Wakatobi Tahun 2010 Nomor 21); 3. Peraturan daerah No. 1 Tahun 2010tentang pengelolaan keuangan daerah (Lembaran Daerah kabupaten Wakatobitahun 2010 Nomor 1) 4. Peraturan Daerah No. 14 Tahun 2010 Pajak Air tanah 5. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Wakatobi Tahun Anggaran 2012; 6. Peraturan Daerah Kabupaten Wakatobi Nomor 3 Tahun 2012 tentang retribusi pelayanan persampahan/kebrsihan