BAB I PENDAHULUAN. kondisi keuangan dari suatu perusahaan atau organisasi kepada pihak-pihak yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. informasi yang digunakan oleh beberapa pihak untuk mengambil keputusan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawas Pasar Modal (Bapepam) (Susan dan Trisnawati, 2011). Di dalam. mendapatkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. maupun pihak eksternal perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan pada

BAB I PENDAHULUAN. Laporan ini sangat berpotensi dipengaruhi kepentingan pribadi, sedangkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tentang keadaan perusahaan. Hassan & Ahmed (2012) menyatakan bahwa laporan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi keuangan perusahaan atau organisasi kepada pihak-pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjembatani benturan kepentingan antara pihak principal (pemegang saham)

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pemakai dalam pembuatan keputusan akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelola perusahaan go public sebagai manajemen yang wajib

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pribadi, sementara pihak ketiga, yaitu pihak eksternal selaku pemakai

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban manajemen kepada stakeholder, terutama kepada pemilik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat mempengaruhi tingkat independensi seorang auditor karena auditor

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kinerja sebuah perusahaan. Penyampaian laporan keuangan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini dengan semakin berkembangnya perusahaan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gambaran atas kinerja mereka selama suatu periode waktu. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipercaya dan tidak menyesatkan sehingga kebutuhan masing-masing pihak

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri sehingga diperlukan pihak yang independen, dalam hal ini akuntan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak agen, yaitu manajemen sebagai pengelola perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan sebagai suatu gambaran prestasi kerja mereka. Laporan ini

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak internal dan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi finansial perusahaan yang dapat menggambarkan prospek

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi (IAI, 2012). Pengguna laporan keuangan dapat meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. mereka kepada pihak-pihak yang membutuhkan. SFAC No 2

BAB I PENDAHULUAN. yang akan berguna tidak saja bagi dunia bisnis, tetapi juga masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor. perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor

BAB I. Pendahuluan. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam. perusahaan, investor, kreditur, pemerintah, dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pemakainya sehingga memungkinkan kebutuhan masing-masing pengguna. laporan kauangan tersebut dapat terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengambilan keputusan baik pihak internal. eksternal (Jensen dan Meckling, 1976) dalam (Arsih dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kantor akuntan publik merupakan kantor tempat akuntan menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi, sehingga auditor akan melaporkan apa yang ditemukannya

BAB I PENDAHULUAN. disajikan oleh pihak manajemen perusahaan. Manajemen (dalam teori. keagenan disebut agen) dan pemegang saham (dalam teori keagenan

BAB I PENDAHULUAN. investor, kreditor dan pemerintah untuk menilai kinerja dan melihat kondisi

BAB I PENDAHULUAN. suatu keharusan bagi sebuah perusahaan, utamanya perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Makin banyaknya jumlah perusahaan yang go public menyebabkan arus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan di setiap akhir periode akuntansi perusahaan dan akhirnya menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. (Bapepam). Namun semakin banyaknya Kantor Akuntan Publik ini juga. menimbulkan sebuah pilihan yang dilematis, karena Kantor Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya kebutuhan akan jasa akuntan publik disebabkan oleh keinginan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang telah listing di Bursa

BAB I PENDAHULUAN. Auditor dituntut memiliki sikap independensi dalam melaksanakan pekerjaannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen kepada pemakai kepentingan laporan keuangan itu sendiri, baik

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham yang berisi tentang informasi akuntansi yang dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak agen, yaitu manajer sebagai pengelola keuangan peruahaan. Untuk. opini audit yang berkualitas bagi masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi dan aktivitas perusahaan yang dilakukan serta kebijakan-kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan perusahaan adalah salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dana dari pihak eksternal, dipihak lain pihak eksternal ingin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manajemen kepada stakeholder terutama terhadap pemilik perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. raksasa di Amerika Serikat pada tahun 2001 yaitu kasus Enron Corporation

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan alasan penggunaan judul

BAB I PENDAHULUAN. melakukan auditor switch. Faktor ini bisa berasal dari auditor atau KAP dan bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semakin berkembangnya eknomi bertambah pula jumlah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. saham untuk pengambilan keputusan. Selain itu juga, laporan keuangan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai perusahaan yang sudah Go public, perusahaan tentunya

BAB I PENDAHULUAN. saja bagi dunia bisnis tetapi juga masyarakat luas (Wibowo dan Hilda,2009).

BAB I PENDAHULUAN. Modal (BAPEPAM). Dengan semakin banyaknya perusahaan go public, pemakainya (Susan dan Trisnawati, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kredibilitas yang berguna bagi pihak pihak pemakai laporan. serta kesesuaiannya dengan prinsip prinsip akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai izin dari peraturan perundang-undangan untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modal pada perusahaan tersebut. Untuk memperoleh modal dari

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan faktor-faktor mengenai perusahaan dan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akuntan publik adalah pihak independen yang dianggap mampu

BAB V PENUTUP. Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh pergantian dewan komisaris,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan yang go public mempunyai kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bisa dikatakan baik atau tidak. Menurut PSAK No. 1 (Revisi. yang digunakan untuk kelangsungan bisnis.

BAB V KESIMPULAN. Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran KAP, ukuran klien, pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. gambaran atas kinerja mereka selama suatu periode waktu. Selain itu

ABSTRAK. Kata kunci: financial distress, opini audit, pertumbuhan perusahaan, auditor switching.

BAB I PENDAHULUAN. kasus laporan keuangan yang tidak disajikan secara wajar. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan. Menurut Robbitasari (2013), laporan keuangan suatu. pertimbangan dalam membuat keputusan yang tepat.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan ekonomi saat ini, komunikasi data keuangan dan

Abstrak. Kata Kunci: audit tenure, audit fee, rotasi auditor, spesialisasi auditor, umur publikasi perusahaan, kualitas audit.

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu, saat ini maupun masa depan perusahaan. terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen suatu perusahaan dapat di tunjukkan melalui penyajian laporan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perusahaan dalam mengungkapkan fakta-fakta yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang sangat pesat membuat bisnis-bisnis dari. sektor manufaktur banyak diminati oleh para investor,

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih

BAB I PENDAHULUAN. selaku pengelola atas sumber daya yang telah dipercayakan perusahaan. Maka

BAB I PENDAHULUAN. suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor independen (Nabila, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengaudit laporan keuangan yang di butuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor

BAB 1 PENDAHULUAN. keharusan bagi sebuah perusahaan, utamanya perusahaan-perusahaan yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Auditing adalah suatu proses pemeriksaan terhadap laporan keuangan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. menentukan atau menilai posisi dan kegiatan keuangan dari suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. manipulasi laporan keuangan. (Gultom dan Fitriani, 2013) Coorporation pada tahun Selanjutnya disusul oleh perusahaan besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk pertanggungjawaban dan penyampaian informasi mengenai kondisi keuangan dari suatu perusahaan atau organisasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan atau pengguna laporan keuangan baik internal maupun eksternal ditunjukan dengan adanya Laporan Keuangan (Jensen dan Meckling, 1976). Hal ini menunjukan bahwa sistem pelaporan akuntansi dan audit merupakan sesuatu yang sangat penting bagi perusahan dan juga stakeholders. Perusahaan yang sudah go public wajib mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh pihak independen setiap tahunnya. Audit atas laporan keuangan bertujuan untuk meningkatkan rasa kepercayaan kepada para pemilik atau pengguna laporan keuangan dan juga berguna dalam pengambilan keputusan jika memenuhi syarat seperti yang ditentukan oleh The Financial Accounting Standartd Board (FASB serta Statement of Financial Accounting Concepts No. 2 yang menyatakan bahwa standar kualitas yang ditetapkan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Oleh karena itu, laporan keuangan perusahaan harus diaudit sehingga menimbulkan kepercayaan bagi para pengguna terkait kualitasnya. Pengguna laporan keuangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pihak internal dan pihak eksternal. Pihak internal meliputi karyawan perusahaan, pihak manajemen dan dewan direksi. Di sisi lain, pihak eksternal meliputi pemegang saham, kreditur, lembaga pemerintahan, masyarakat umum dan lain sebagainya 1

2 (Adeng dan Adi, 2012). Setiap pihak memiliki kepentingan yang berbeda dan beragam. Oleh sebab itu, laporan keuangan diharapkan dapat memberikan informasi yang wajar, dapat dipercaya dan mudah untuk dipahami oleh para penggunanya. Untuk memberikan informasi yang wajar, dapat diperaya dan mudah dipahami, maka diperlukan adanya prosedur pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) tertentu melalui seorang auditor yang independen. Akuntan Publik merupakan pihak yang paling independen dan dianggap bisa menjembatani kepentingan pihak principal (pemegang saham/ stakeholders) dengan pihak agen atau manajemen yang menjalankan atau mengelola sistem operasional perusahaan. Seorang auditor independen berfungsi untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan melalui pemberian opini audit atas laporan keuangan yang disajiakan oleh perusahaan melalui akuntan internal perusahaan. Auditor dituntut untuk menjalankan tugasnya dengan baik sehingga mampu memberikan opini audit yang berkualitas dan berguna bagi kepentingan bisnis perusahaan. Selain itu, seorang auditor juga harus bersikap obyektif dan independen dalam melaksanakan tugasnya. Objektivitas dan independensi yang dituntut kepada auditor bertujuan untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan perusahaan. Oleh sebab itu, sikap objektif dan independensi merupakan hal yang penting dan merupakan kunci utama bagi profesi akuntan, khususnya akuntan publik. Sikap objektif dan independensi ini harus melekat dalam diri seorang auditor terlebih ketika sedang dalam penugasan audit dan harus memberikan penilaian kewajaran laporan keuangan perusahaan atau organisasi yang diaudit.

3 Sikap independensi memiliki makna bahwa auditor tidak mudah dipengaruhi oleh pihak-pihak tertentu (Standar Profesi Akuntan Publik/ SAP 2001). Oleh sebab itu, seorang auditor akan melaporkan apa yang ditemukan selama penugasan audit berlangsung. Namun, hubungan antara auditor (KAP) sebagai pemeriksa dengan perusahaan (klien) sebagai pemberi tugas yang telah lama terjalin dapat mengancam kurangnya independensi auditor sehingga secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap kualitas laporan audit yang dikeluarkan oleh auditor (KAP). Masa perikatan audit yang telah berlangsung cukup lama akan menciptakan kenyamanan bagi perusahaan karena pada suatu ketika auditor akan mencapai tahap dimana ia terikat secara emosional dan hal ini dapat mengancam independensinya (Marsela, 2009). Pembatasan tenure (masa perikatan audit) adalah usaha yang dilakukan untuk mencegah agar auditor (KAP) tidak terlalu sering berinteraksi dengan klien yang akan mempengaruhi independensinya. Untuk menghindari hal ini maka diberlakukanlah peraturan mengenai kewajiban pergantian KAP oleh perusahaan. Efraim (2010) berependapat bahwa ada dua argumen yang mendukung adanya kewajiban pergantian KAP. Pertama, independensi auditor (KAP) akan hancur karena adanya hubungan jangka panjang antara auditor (KAP) dengan klien (perusahaan). Kedua, kompetensi dan kualitas kerja auditor dari waktu ke waktu cenderung menurun secara signifikan. Runtuhnya KAP Arthur Anderson di Amerika Serikat pada tahun 2001 sebagai salah satu KAP besar yang masuk dalam jajaran Big 5 KAP terbesar dunia menjadi alasan adanya pergantian Kantor Akuntan Publik (Marsela, 2009). KAP

4 Arthur Anderson terlibat dalam kecurangan yang dilakukan oleh klien Enron sehingga gagal mempertahankan independensinya. Di samping itu, runtuhnya KAP Arthur Anderson ini menjadi sinyal untuk negara-negara lain agar segera memperbaiki sistem pengawasan terhadap Kantor Akuntan Publik di Negara masing-masing dengan menerapkan pergantian KAP dan Auditor (Auditor Switching). Auditor Switching merupakan pergantian Kantor Akuntan Publik yang dilakukan oleh perusahan (klien) dalam pemberian penugasan audit atas laporan keuangan. Auditor Switching bisa terjadi karena ada regulasi atau peraturan yang mewajibkan perusahaan untuk melakukan rotasi KAP (mandatory) dan juga karena keinginan dari perusahaan yang melakukan pergantian secara sukarela diluar peraturan yang berlaku (voluntary). Auditor Switching yang terjadi secara voluntary dapat terjadi karena berbagai macam faktor yang berasal dari klien dan auditor. Faktor dari klien yang dapat mempengaruhi terjadinya Auditor Switching adalah seperti financial distress, kegagalan manajemen, kepemilikan public. Di samping itu, faktor dari auditor yang bisa mempengaruhi terjadinya Auditor Switching adalah seperti fee audit dan kualitas audit. Sampai dengan saat ini, banyak Negara yang menerapakan adanya pergantian KAP secara wajib (mandatory) tersebut. Penerapan Auditor Switching di Indonesia dilaksanakan secara wajib (mandatory). Kewajiban mengenai rotasi auditor telah diatur oleh pemerintah dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 tentang Jasa Akuntan Publik dalam pasal 2 sebagai

5 perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002. Menurut peraturan ini, pemberian jasa audit secara umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Regulasi yang membahas mengenai pergantian auditor ini kembali disempurnakan pada Tahun 2008 dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Perubahan dalam peraturan menteri ini mencakup dua hal. Pertama, pemberian jasa audit secara umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama enam tahun buku secara berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik selama tiga tahun buku secara berturut-turut (pasal 3 ayat 1). Kedua, Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Akuntan Publik dapat menerima kembali penugasan audit setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien yang sama (pasal 3 ayat 2 dan 3). Peraturan mengenai rotasi auditor kembali diperbarui pada Tahun 2015 dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2015 tentang Praktik Akuntan Publik. Pasal 11 dalam peraturan pemerintah ini menyatakan bahwa pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1) huruf a terhadap suatu entitas oleh seorang akuntan publik dibatasi paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturutturut. Akuntan publik dapat memberikan kembali jasa audit atas informasi

6 keuangan entitas tersebut setelah tidak 2 (dua) tahun buku berturut-turut tidak memberikan jasa audit tersebut. Kebijakan mengenai Auditor Switching memang penting untuk dipertimbangkan dan dilakukan. Akan tetapi, ada pihak-pihak tertentu yang tidak setuju dengan adanya Auditor Switching tersebut. Pihak-pihak yang tidak setuju dengan hal ini berpendapat bahwa biaya yang dikeluarkan oleh klien untuk melakukan pergantian auditor akan lebih tinggi daripada manfaat yang diterima apabila pergantian itu dilakukan (Martina, 2010). Stefan (2012), Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, mengatakan bahwa sektor manufaktur menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi karena berperan sebagai penyedia kebutuhan masyarakat di suatu Negara. Negara Republik Indonesia memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan pangsa pasar secara global di sektor manufaktur agar dapat bertumbuh secara lebih kompetitif dan berkelanjutan. Ada dua alasan mengapa penelitian mengenai Auditor Switching ini perlu dilakukan pada perusahaan manufaktur. Pertama, seperti yang dikatakan oleh Stefan, bahwa Negara Indonesia berpeluang untuk meningkatkan pangsa pasar secara global di sektor manufaktur. Oleh sebab itu, auditor diharapkan mampu memberikan informasi mengenai kewajaran laporan keuangan agar dapat menanamkan kepercayaan investor sehingga pada akhirnya muncul keinginan investor untuk menanamkan modal pada perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia. Kedua, pergantian auditor (KAP) di sektor manufaktur penting untuk diteliti karena penelitian mengenai Auditor Switching belum dapat menunjukan hasil yang konsisten pada periode yang berbeda.

7 Adanya perbedaan pendapat mengenai faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya Auditor Switching pada perusahaan manufaktur di Indonesia menarik untuk kembali dijadikan topic penelitian mengingat adanya pihak-pihak yang mendukung dan tidak mendukung dengan pelaksanaan Auditor Switching. Jika pergantian auditor (Auditor Switching) terjadi secara mandatory, maka hal ini tidak menjadi masalah karena Auditor Switching merupakan kewajiban yang tertuang dalam Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 dan Peraturan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008. Penelitian kembali mengenai Auditor Switching yang terjadi secara voluntary sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Auditor Switching secara Voluntary pada perusahaan Manufaktur di Indonesia. Faktor lain yang mendukung penelitian ini adalah hasil dari penelitianpenelitian terdahulu yang tidak konsisten. Penelitian sebelumnya yang menggunakan variabel pergantian manajemen telah dilakukan oleh Adeng dan Adi (2012), Varadita dan Mochammad (2012), serta Apriyeni dan Sri (2014) menemukan bukti bahwa variabel pergantian manajemen signifikan mempengaruhi Auditor Switching. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Arezo, Zakiah dan Azam (2011), Rizkillah dan Didin (2012), Agusrinda, R. Ardi dan Devi (2014), serta Dewi dan Joicenda (2014) menunjukan bahwa pergantian manajemen tidak berpengaruh signifikan terhadap Auditor Switching. Penelitian yang dilakukan oleh Rizkillah dan Didin (2012), Agus, R. Adri dan Devi (2014) serta Sonya, Desmiyawati dan Rofika (2015) menunjukkan

8 bahwa variabel ukuran klien signifikan berpengaruh terhadap Auditor Switching. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Arezo, Zakiah dan Azam (2011), Adeng dan Adi (2012), Varadita dan Moch. Didik (2012) serta Setya, Rina dan Abrar (2015) menunjukan bahwa variabel ukuran klien tidak berpengaruh signifikan terhadap Auditor Switching. Penelitian yang dilakukan oleh Adeng dan Adi (2012) serta Varadita dan Moch. Didik (2012) menunjukan bahwa variabel presentase perubahan ROA berpengaruh signifikan terhadap Auditor Switching. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Setya, Rina dan Abram (2015) menemukan bahwa variabel presentase perubahan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap Auditor Switching. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching Secara Voluntary pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 1.2 Rumusan Masalah Berbagai penelitian mengenai Auditor Switching telah dilakukan dan menunjukan hasil yang berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba menguji kembali faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan Auditor Switching. Rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

9 1. Apakah pergantian manajemen berpengaruh terhadap Auditor Switching? 2. Apakah financial distress berpengaruh terhadap Auditor Switching? 3. Apakah ukuran KAP berpengaruh terhadap Auditor Switching? 4. Apakah presentase perubahan ROA berpengaruh terhadap Auditor Switching? 5. Apakah ukuran klien berpengaruh terhadapa Auditor Switching? 6. Apakah opini audit berpengaruh terhadap Auditor Switching? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh pergantian manajemen terhadap Auditor Switching. 2. Untuk mengetahui pengaruh financial distress terhadap Auditor Switching. 3. Untuk mengetahui pengaruh ukuran KAP terhadap Auditor Switching. 4. Untuk mengetahui pengaruh presentase perubahan ROA terhadap Auditor Switching. 5. Untuk mengetahui pengaruh ukuran klien terhadap Auditor Switching. 6. Untuk mengetahui pengaruh opini audit terhadap Auditor Switching. 1.4 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak, antara lain : 1. Bagi Profesi Akuntan Menjadi bahan informasi untuk profesi Akuntan Publik mengenai praktik perpindahan KAP (Auditor Switching) yang dilakukan oleh perusahaan.

10 2. Bagi Perusahaan Mengetahui lebih lanjut hal-hal mengenai Auditor Switching yang terjadi secara voluntary dan memberikan wawasan yang berkaitan dengan pengembangan audit khususnya pergantian auditor (Auditor Switching) di perusahaan. 3. Bagi Regulator Menjadi salah satu sumber bagi pembuat regulasi yang berkaitan dengan praktik perpindahan KAP (Auditor Switching) oleh perusahaan go public yang sangat erat kaitannya dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Pasar Modal. 4. Bagi Penulis Mengetahui lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Auditor Switching secara voluntary pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku perkuliahan. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber refrensi dan informasi untuk penelitian yang berkaitan dengan Auditor Switching.

11 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Dalam Bab I, penilitian ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah yang diteliti, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam Bab II, penelitian ini akan membahas mengenai penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian, landasan teori yang digunakan, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Dalam Bab III, penelitian ini akan membahas tentang variabel penelitian serta defenisi operasionalnya, pupulasi dan sampel dalam penelitian, jenis dan sumber data yang digunakan, metode pengumpulan data yang digunakan dan metode analisis yang digunkan. BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Dalam Bab III, penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai hasil uji statistik deskriptif dan hasil analisis regresi logistik. Dalam bab ini peneliti juga akan memberikan penjelasan terkait hasil analisis dan pembahasannya. BAB V PENUTUP Dalam Bab V, penelitian akan membahas kesimpulan, saran dan keterbatasan penelitian.