PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP TINGKAT DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP TINGKAT DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PERBEDAAN PERILAKU ANTARA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN TERAPI MUSIK KLASIK PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

PERBEDAAN RISIKO DEPRESI POST PARTUM ANTARA IBU PRIMIPARA DENGAN IBU MULTIPARA DI RSIA AISYIYAH KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak. meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA CELEP KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I LATAR BELAKANG

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp. J DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Hipertensi diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA MURID YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF BEROLAHRAGA DI KELAS II SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan.kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Istilah remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Menurut perkiraan United States Bureau of Census 1993, populasi lanjut

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

KESEHATAN JIWA hari-hari produktif 'yang hilang

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.T DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI BANGSAL SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

WIJI LESTARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah Eksperimen Kuasi Pretest-Posttest Design.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi. konsentrasi yang buruk. Sementara itu depresi merupakan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

Lampiran 1 LEMBAR INFORMASI PASIEN Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Pasien di Unit Hemodialisis RS PKU Muhammadiyah Gamping Dengan hormat, Saya

BAB I PENDAHULUAN. epistemologi dan perbedaan status ontologi sekaligus basis aksiologis antara

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

Transkripsi:

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP TINGKAT DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Keperawatan KIKI SUSILOWATI J 210 050 075 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009 i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, sakit fisik, masalah dalam pernikahan dan hubungan, kesulitan ekonomi, tekanan di pekerjaan, atau rasisme dan diskriminasi meningkatkan resiko berkembangnya gangguan mood dan kambuhnya sebuah gangguan mood, terutama depresi mayor. Orang juga lebih cenderung untuk menjadi depresi bila mereka menanggung sendiri tanggungjawab dari peristiwa yang tidak diinginkan, seperti masalah sekolah, kesulitan keuangan, kehamilan yang tidak diinginkan, masalah interpersonal, dan masalah dengan hukum. (Nevid, 2006) Menurut Fausiah dan Julianti (2005) pasien dengan gangguan mood depresif (disebut depresi) kehilangan energi, merasa sedih, tidak berharga, dan merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, menarik diri dari orang lain, kehilangan minat, serta kesenangan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan berpikir tentang kematian serta bunuh diri. Ciri lain dari gangguan ini adalah perubahan dalam kemampuan kognitif, bicara, dan fungsi vegetatif (seperti tidur, selera makan, aktivitas seksual, dan ritme biologis lainnya). Semua gangguan ini menyebabkan terjadi masalah dalam hubungan interpersonal, sosial, serta pekerjaan. Prevalensi penderita gangguan depresi mayor di Amerika Serikat diperkirakan sebesar 15%, dengan perbandingan yang lebih

ini diperkirakan lebih banyak terjadi pada masyarakat kelas ekonomi bawah, dan pada orang dewasa muda. Namun 15 tahun terakhir prevalensi di Amerika Serikat sedikit mengalami perubahan, antara lain pravalensinya meningkat, dan pada saat yang sama onset usia menurun (saat ini muncul juga pada pertengahan atau akhir usia duapuluhan. Data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SK-RT) yang dilakukan Badan Litbang Departemen Kesehatan RI pada tahun 1995 pun menunjukkan 264 dari 1000 anggota Rumah Tangga menderita gangguan kesehatan jiwa pada level berat. Dalam kurun waktu 12 tahun terakhir ini, data tersebut dapat dipastikan meningkat karena krisis ekonomi dan gejolak-gejolak lainnya di seluruh daerah. Masalah internasional pun akan ikut memicu terjadinya peningkatan derita tersebut. Padahal Studi Bank Dunia (World Bank) pada tahun 1995 pun telah mengingatkan kita bahwa di beberapa negara hari-hari produktif yang hilang atau Dissabilitiy Adjusted Life Years (DALY s) dari seantero beban dunia oleh penyakit (Global Burden of Disease), 8,1% disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa. Angka ini lebih tinggi dari pada dampak yang disebabkan penyakit tuberculosis (7,2%), kanker (5,8%), penyakit jantung (4,4%) maupun malaria (2,6%). Tingginya masalah tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang besar dibandingkan dengan masalah kesehatan lainnya yang ada di masyarakat. Angka gangguan jiwa di Indonesia relatif tinggi, hal ini disebabkan krisis ekonomi yang berkepanjangan yang telah membuat masyarakat hidup dalam kecemasan serta bencana alam. Data dari

Dirjen Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan, menyimpulkan jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia meningkat pesat, mencapai 8% hingga 10% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2007. Jenis gangguan jiwa yang paling banyak adalah depresi (10%). Penyebab utamanya adalah kehilangan pekerjaan, harta benda, atau anggota keluarga. Jenis gangguan jiwa di urutan kedua adalah kecemasan (3-5%). (Lathifa, 2007) Maesswati (2006) berpendapat bahwa Depresi adalah gangguan jiwa yang paling lazim dijumpai di masyarakat. Prevalensinya cukup tinggi, berkisar 5-10%, perempuan dua kali lebih banyak daripada pria. Kelompok remaja dan usia lanjut lebih rentan menderita depresi. Survei Badan Kesehatan Dunia (WHO) di 14 negara (1990) memperlihatkan bahwa depresi merupakan masalah kesehatan yang mengakibatkan beban sosial nomor empat terbesar di dunia. Prediksi WHO dalam dua dekade mendatang diperkirakan lebih dari 300 juta penduduk dunia menderita depresi. Pada tahun 2020 depresi akan menempati masalah kesehatan nomor dua terbesar setelah penyakit kardiovaskuler. Dengan fakta ini, depresi harus mendapatkan perhatian serius. Kita harus bisa membedakan orang yang mengalami depresi ringan dan berat. Irmansyah (2006) menyatakan, orang dengan depresi ringan masih tetap bisa bekerja. Namun, jika orang tersebut sampai mengurung diri, tidak bisa bekerja atau sekolah, tidak bisa makan, tidak melakukan aktivitas apa-apa, bahkan timbul gejala psikotik seperti suara-suara yang menjelekkan dirinya, itu depresi berat.

Gejala utama depresi adalah kehilangan minat terhadap hal-hal yang menyenangkan, itu menyebabkan penderita menarik diri dari kehidupan sosial, sedangkan TAKS sendiri bertujuan meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Sehingga perlu dilakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi untuk meningkatkan hubungan interpersonal sehingga dapat mengurangi gejala yang muncul dan mereka bisa mendapatkan teman baru yang dapat saling mendukung, saling berbagi rasa, dan pengalaman sehingga masing-masing tidak merasa sendirian dalam menanggung derita. Gangguan depresi sendiri apabila tidak diobati maka akan mengakibatkan kesulitan pada penderitanya yang terlihat dalam pencapaikan akademik yang buruk, keterlambatan dalam perkembangan psikososial, penyalahgunaan zat adiktif, percobaan bunuh diri atau melakukan tindakan bunuh diri. (Pranowo, 2004) Berbagai macam pengobatan yang mampu mengurangi depresi, walaupun obat-obatan dapat meningkatkan fungsi otak dan mungkin dapat meningkatkan fungsi neurotransmiter, namun obat-obatan anti depresan mempunyai efek samping berupa hipotensi orto statik, tremor, mengantuk, lelah, mulut kering, takikardi, sukar kencing, kontipasi. Selain itu juga biayanya terlalu mahal. (Markam, 2006) Penanganan klien depresi selain pemberian obat dapat juga diberikan elektro convulsio theraphy (ECT), walaupun efektif untuk mengatasi depresi tetapi pemberian ECT selain biayanya mahal juga mempunyai efek samping berupa hipotensi atau hipertensi, bradikardi atau takikardi dan aritmia ringan

selama atau segera setelah pemberian ECT. Efek samping lain berupa mual, muntah, sakit kepala dan nyeri kepala. (Boyd, 1998) Berdasarkan uraian diatas penanganan depresi dengan nenggunakan farmakoterapi dan ECT selain biayanya mahal juga mempunyai efek samping selain itu juga membuat klien bosan, sedangkan TAKS sendiri bisa diterapkan bagi klien depresi selain biaya murah, menyenangkan juga mudah dilakukan. Kelebihan terapi kelompok sendiri dibanding terapi individu ialah anggota kelompok dianggap mewakili suatu lingkungan interpersonal dengan lebih baik daripada hanya satu orang terapis, sehingga dapat lebih menjamin perbaikan hubungan interpersonal. (Nietzel, 1998) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi banyak disebabkan karena faktor kehilangan yaitu melalui kematian atau perceraian. Kondisi depresi dengan faktor kehilangan seringkali mengurung diri atau menarik diri dari lingkungan bahkan mereka juga sering kali melakukan penolakan. Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta angka penderita depresi 98 pasien atau 8% dari seluruh pasien gangguan jiwa (selama tahun 2008). (RM RSJD Surakarta, 2009). Berdasarkan informasi dari salah satu dokter di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta ternyata jarang ditemukan pasien depresi murni, yang ada adalah pasien skizo afektif tipe depresif. Dari informasi tersebut untuk mempermudah penelitian ini maka yang diambil sebagai responden adalah semua pasien gangguan jiwa yang memiliki tipe depresif. Berdasarkan informasi dari salah satu perawat bangsal di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta bahwa penanganan pasien depresi dapat dilakukan dengan

terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Berdasarkan observasi peneliti di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pemberian TAKS tidak dilakukan secara rutin dan tidak mencapai target sampai semua sessi tercapai karena TAKS ini lebih sering dilakukan mahasiswa praktikan. Selain itu juga telah banyak model terapi yang lain antara lain terapi musik, olahraga, gerak jalan, serta spiritual yang telah dijadikan sebagai terapi rutin. Selain itu dalam terapi rutin ini klien tidak diklasifikasikan berdasarkan diagnosa tetapi semua klien dalam keadaan stabil bisa diikutkan dalam terapi tersebut. Oleh karena itu untuk menurunkan tingkat depresi maka penulis tertarik menggunakan TAKS agar pasien depresi tidak menarik diri dan mau berinteraksi dengan orang lain sehingga dapat terjalin hubungan interpersonal yang lebih baik. Maka penting untuk diteliti tentang pengaruh TAKS terhadap penurunan tingkat depresi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut Apakah Berpengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) terhadap Tingkat Depresi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh TAKS terhadap penurunan tingkat depresi.

2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui: a. Gambaran karakteristik responden. b. Gambaran tingkat depresi. c. Pengaruh TAKS terhadap tingkat depresi. d. Perbedaan tingkat depresi pada kelompok kontrol dan perlakuaan. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis sebagai berikut: 1. Bagi Keperawatan Terutama bagi keperawatan jiwa, diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan dalam pemberian asuhan keperawatan dan menambah pengetahuan. 2. Bagi Rumah Sakit Penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penanganan klien depresi. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk belajar penelitian mengenai penurunan tingkat depresi, sehingga dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya.

D. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Rusjini (2007) dengan judul Pengaruh Konseling dan Terapi Aktivitas Kelompok terhadap Perubahan Psikososial pada Wanita Dewasa Pasca Gempa di Desa Wonokersono, Pleret, Bantul, Yogyakarta menggunakan metode pre experiment design dengan rancangan one group pretest-posttest. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling dan subjek penelitiannya adalah wanita dewasa berusia 21-60 tahun, serta menggunakan sampel 23 orang. Hasil penelitian ini adalah konseling dan terapi aktivitas kelompok berpengaruh terhadap psikososial pada wanita dewasa pasca gempa. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel bebas TAKS dan variabel terikatnya adalah tingkat depresi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy eksperiment design. 2. Penelitian Purnomo (2005) dengan judul Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi terhadap Perubahan Perilaku Pasien Menarik Diri Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan rancangan quasy eksperiment dengan metode nonequavalent control group design. Instrumen yang digunakan adalah perilaku pasien menarik diri, pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada perubahan perilaku menarik diri klien, dari skor rata-rata perilaku menarik diri klien sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi sebesar 6.83 menjadi skor rata-rata 5.43 setelah dilakukan pemberian terapi aktivitas kelompok

sosialisasi. Hasil analisis dengan menggunakan uji wilcoxon diketahui ada pengaruh yang signifikan pada pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap perubahan perilaku menarik diri klien dimana nilai signifikasi 0.000 < 0.05 untuk kelompok eksperimen dan nilai signifikasi 0.405 > 0.05 pada kelompok kontrol. Perbedaan dari penelitian ini terdapat pada variabel terikat yaitu tingkat depresi, dan instrumen menggunakan Beck Depression Inventor (BDI). 3. Penelitian Nugraheni (2005) dengan judul Pengaruh Terapi Tertawa terhadap Depresi pada usia lanjut di Wirosaban, Rw XIV, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah control group pretest-posttest design. Instrument yang digunakan adalah Geriatric Depression Scale (GDS). Sampel kelompok control sebanyak 8 responden dan kelompok perlakuan sebanyak 8 responden. Hasilnya yaitu adanya perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah dilakukan terapi tertawa. Kelompok perlakuan mengalami penurunan tingkat depresi pada depresi ringan dan depresi sedang sampai berat, sedangkan kelompok kontrol penurunan hanya pada depresi ringan. Sehingga ada pengaruh terapi tertawa terhadap depresi pada usia lanjut. Perbedaan terletak pada variabel bebas dimana peneliti menggunakan TAKS dan metode yang digunakan adalah quasy eksperimen design. 4. Penelitian Jumiatun (2008) dengan judul Perbedaan Perilaku antara Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Musik Klasik pada Pasien Depresi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Metode yang digunakan quasi

eksperimen dengan rancangan one group pre-test-posttest design, teknik sampling yang digunakan adalah squensial sampling. Instrumen yang digunakan untuk menilai tingkat depresi adalah Skala Depresi-20 atau 20 item Self Administered Questions of Center of Epidemologis Studies on Depression (CES-D20). Teknik analisa data menggunakan T-Test. Pada paired sampel test yang merupakan hasil analisa uji t, rata-rata sebelum (X1) dan setelah (X2) sebesar 7,9333 dengan standar kesalahan rata-rata 1,2091 simpangan baku atau standar defisiasi 6,6225 degan derajad kebebasan (df) 29. pada taraf kesalahan 5% atau kepercayaan 95% dan skor signifikansi sebesar 0,00. hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan perilaku yang signifikansi antara sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik pada pasien depresi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung = 6,561 > t tabel = 2,045. kesimpulannya adalah hipotesis membuktikan adanya perbedaan perilaku antara sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik pada pasien depresi. Perbedaan terletak pada variabel bebas dimana peneliti menggunakan TAKS dan instrumen yang digunakan peneliti adalah Beck Depression Inventor (BDI).