BAB III METODE PENELITIAN. terkait dan berkesinambungan yaitu (1) Perencanaan (planning), (2)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. dengan Classroom Action Research. PTK merupakan penelitian yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58)

BAB III METODE PENELITIAN. kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research. Wardani (2007: 1.4)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil. saling terkait dan berkesinambungan, yaitu :

BAB III METODE PENELITIAN. dengan classroom action research, yaitu satu action research yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan jenis penelitian tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. diungkapkan pada latar belakang, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

Prosedur penelitian dilaksanakan dengan menggunakan siklus-siklus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research (CAR). Menurut Tarigan (2011: 103), penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan kepada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (1) analisis masalah dan tujuan penelitian yang menuntut sejumlah informasi dan tindak

BAB III METODE PENELITIAN. yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46)

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian

III. METODE PENELITIAN. melakukan suatu perbaikan yang bersifat reflektif dan kolaboratif. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat

BAB III METODE PENELITIAN. pada situasi kelas, atau disebut dengan Classroom Action Research (CAR).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan

METODE PENELITIAN. Daryanto ( 2012: 1). Bagi mahasiswa terutama mereka yang mengambil

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB III METODE PENELITIAN. yang layak untuk melakukan PTK adalah guru di kelasnya sendiri. Lebih rinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research.

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang dikenal dengan classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. Ratu Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan.. Subjek pada penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas IV

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Gedongtataan Kabupaten Pesawaran pada semester genap dengan jumlah siswa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action

METODE PENELITIAN. kolaboratif. Menurut Wardhani (2009: 1.4) penelitian tindakan kelas adalah. aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

BAB III METODE PENELITIAN. Classroom Action Research, yaitu suatu Action Research yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaannya, serta memahami

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. pelajaran 2013/2014 selama 3 (tiga) bulan mulai dari bulan Juli sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran melalui model cooperative learning tipe

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. classroom action research Wardhani, dkk.( 2007: 1.3). Dalam setiap siklus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal sebagai clasroom action

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Sukoyoso

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK)

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Wardani (2007:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. (2011: 4) penelitian tindakan kelas istilah dalam bahasa

BAB III METODE PENULISAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu penelitian

METODE PENELITIAN. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk menganalisa suatu. pada metode yang digunakan oleh penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Sukadadi Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

III. METODE PENELITIAN. dan pembelajaran secara aktif profesional dan merupakan penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Kemmis & Mc. Taggart (Basrowi, 2008: 26) memandang PTK sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal classroom action research.

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Hamdani (2011: 326) Penelitian Tindakan Kelas pada

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan model pembelajaran AIR ( Auditory Intellectually

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. 2008: 58). Sedangkan menurut Kunandar (2010: 46) PTK dapat juga

BAB III METODE PENELITIAN. Classroom Action Research, Wardhani, dkk., (2007: 1.3), selain itu

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. situasi kelas, atau lazim dikenal classroom action research (Wardhani&

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan, dihitung dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK),

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau lebih dikenal

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian Sesuai dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK), prosedur penelitian yang akan ditempuh adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan yaitu (1) Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan ( acting), (3) Pengamatan (observing), dan (4) Refleksi (reflecting) (Wardhani, dkk., 2007: 2.4). Adapun gambar alur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) digambarkan sebagai berikut. Pelaksanaan Perencanaan SIKLUS I Observasi Refleksi Pelaksanaan Perencanaan SIKLUS II Observasi dst Gambar 2. Alur Siklus PTK

19 B. Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN 2 Metro Pusat, Kota Metro kelas VB pada mata pelajaran Matematika Semester genap tahun ajaran 2010/2011 selama 4 bulan. C. Subjek Penelitian Siswa kelas VB SDN 2 Metro Pusat yang berjumlah 23 siswa dengan komposisi 9 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. D. Alat Pengumpulan Data Instrumen penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap, valid, dan reliabel yang dapat mendukung keberhasilan dalam penelitian ini. Instrumen yang di gunakan untuk menjaring data dalam penelitian dan pengembangan ini terdiri dari: 1. Instrumen aktivitas guru. Instrumen untuk melihat aktivitas guru ini digunakan untuk menjaring data yang berkaitan dengan proses dan situasi riil pembelajaran di kelas, baik aktivitas siswa maupun yang menyangkut kinerja guru. Bentuk dari instrumen observasi adalah terbuka, observasi terbuka artinya setiap data yang diamati selama berlangsungnya pembelajaran langsung dicatat dalam lembar yang telah disediakan.

20 2. Instrumen tes hasil belajar siswa, instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data besarnya prestasi belajar matematika kelas VB semester II SDN 2 Metro Pusat yang diajarkan dengan pendekatan problem solving. 3. Instrumen aktivitas siswa. Instrumen ini digunakan untuk menjaring data yang berkaitan dengan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. E. Teknik Analisis dan Pengolahan Data 1. Analisis kualitatif Analisis kualitatif, akan digunakan untuk menganalisis data yang terdiri atas data aktivitas siswa dan aktivitas guru. Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas. Data aktivitas diperoleh berdasarkan prilaku yang sesuai dan relevan dengan kegiatan pembelajaran. Data nilai aktivitas siswa dari setiap siklus akan dianalisis sebagai berikut : 1) Analisis Aktivitas Belajar Siswa Analisis yang dilakukan terhadap data aktivitas belajar siswa berdasarkan pendapat Purwanto,(2009: 102) adalah sebagai berikut: 1.1 Persentase aktivitas belajar setiap siswa diperoleh dengan rumus : R NP x 100% SM Keterangan: NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan

21 R = skor mentah yang diperoleh siswa SM = skor maksimum dari tes yang ditentukan 100 = bilangan tetap 1.2 Nilai rata-rata aktivitas siswa merujuk pada Memes dalam Suherman (2007: 30) diperoleh dengan rumus: x X n Keterangan: X = nilai rata-rata aktivitas kelas x n = jumlah nilai = jumlah aspek yang di nilai Tabel 1. Klasifikasi Aktivitas Siswa No Persentase Tingkat Aktivitas Belajar Siswa 1 >75,6% Aktif 2 59,4%-75,5% Cukup Aktif 3 <59,4% Kurang Aktif 2. Analisis kuantitatif Data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif dilakukan dengan tes uraian. Untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita, digunakan langkah-langkah dengan pemberian skor. Pemberian skor dalam menyelesaikan soal cerita yang dievaluasi dengan tes uraian, dikelompokan menjadi empat tahap,(diadopsi dari Muncarno,2001: 126), yaitu, (1) siswa tidak dapat memahami masalah yang disajikan skor 0, (2) siswa memahami masalah dan dapat

22 mengidentifikasi unsur-unsur yang ada dalam soal serta dapat menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas skor 2, (3) siswa dapat membuat kalimat matematika dan menyusun rencana serta langkah-langkah penyelesaian yang akan digunakan untuk pemecahan masalah skor 3, (4) siswa dapat menyelesaikan kalimat dan melaksanakan rencana pemecahan masalah yang telah disusun, serta mengidentifikasikan hasil sesuai dengan yang ditanyakan dalam soal skor 5., untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah. Tabel 2 Skor Dalam Soal Cerita Tahapan Penyelesaian Siswa dapat menyelesaikan kalimat dan melaksanakan rencana pemecahan masalah yang telah disusun, serta mengidentifikasikan hasil sesuai dengan yang ditanyakan dalam soal. Siswa dapat membuat kalimat matematika dan menyusun rencana serta langkah-langkah penyelesaian yang akan digunakan untuk pemecahan masalah. Siswa memahami masalah dan dapat mengidentifikasi unsurunsur yang ada dalam soal serta dapat menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas. Siswa tidak dapat memahami masalah yang disajikan. Skor 5 3 2 0

23 2.1 Analisis Hasil Belajar Siswa Data hasil belajar siswa diperoleh dari tes formatif setiap siklus dengan KKM 5,5. Hasil belajar siswa diklasifikasikan sesuai dengan table di bawah ini: Table 3: Klasifikasi Hasil Belajar. No Rentang Nilai Tingkat hasil belajar siswa 1 >81 Baik Sekali 2 66 81 Baik 3 56 66 Cukup 4 41 56 Kurang 5 <41 Gagal Adaptasi dari Arikunto dalam Suherman (2008: 30) Untuk analisis kuantitatif akan digunakan mendiskripsikan berbagai dinamika kualitas atau hasil belajar siswa dalam hubunganya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. a. Nilai hasil belajar siswa secara individual diperoleh dengan rumus: jumlahskor Nilai individu = x100 skormaksimal b. Nilai persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus: siswatuntas P = x100% siswa

24 Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa secara klasikal dalam (%), yaitu 80% (sangat tinggi), 60-79% (tinggi), 40-59 (sedang), 20-39% (rendah), <20% (sangat rendah). (adaptasi dari Aqib, 2009: 41). F. Rincian Prosedur Penelitian SIKLUS I 1. Tahap Perencanaan (Persiapan) 1) Menetapkan materi pelajaran, yaitu materi kelas V sesuai dengan KTSP SDN 2 Metro Pusat. 2) Menyusun rencana pembelajaran 3) Menyusun LKS 4) Menyusun alat tes, yaitu bentuk tes uraian untuk setiap siklus 5) Menetapkan cara pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat observasi 6) Menyusun alat observasi dan angket, baik unuk siswa maupun untuk guru 7) Menetapkan jenis data yang dikumpulkan yang sesuai dengan respon terhadap tindakan yang dilakukan, baik data kuantitif maupun data kualitatif. 8) Menetapkan cara refleksi yang dilakukan oleh semua tim peneliti yang terdiri dari satu orang pengajar dan satu orang observer secara

25 bersama-sama, dan dilakukan setiap akhir tindakan pada setiap siklusnya. 2. Tahap Pelaksanaan Tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan terutama skenario pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan. 1) Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan. 2) Melalui apersepsi guru bertanya jawab kepada siswa untuk menciptakan masalah yang jelas untuk dipecahkan sesuai dengan taraf kemampuan siswa dan materi penjumlahan pecahan, serta tujuan pembelajaran. 3) Kemudian guru menjelaskan materi tentang penjumlahan pecahan dengan menggunakan pendekaan problem solving melalui empat tahapan, yaitu pemahaman masalah, perencanaan penyelesaian, pelaksanaan penyelesaian, dan pengecekan kembali. 4) Guru memberikan contoh soal cerita dan cara menyelesaikannya dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dengan langkah-langkah sebagai berikut: Pemahaman masalah a. Mengidentifikasi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal. b. Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas Perencanaan penyelesaian a. Merumuskan masalah sesuai dengan persepsi yang diperoleh b. Pembentukan model matematika c. Menyusun prosedur kerja untuk dikerjakan dalam memecahkan masalah

26 Pelaksanaan rencana penyelesaian Pelaksanaan rencana penyelesaian sesuai dengan apa yang telah dibuat pada langkah kedua. Pengecekan kembali kebenaran penyelesaian. a. Interprestasikan atau memaparkan jawaban melalui pengecekan kembali b. Memeriksa langkah-langkah penyelesain secara keseluruhan. 5) Siswa memahami penjelasan guru mengenai bagaiman cara menyelesaikan soal cerita dengan menggunakan langkah-langkah dengan tepat 6) Kemudian guru membentuk beberapa kelompok yang beranggotan 4-5 orang siswa. 7) Kelompok dibagikan lembar kerja siswa (LKS) yang dirancan g guru. Sebelumnya siswa diberi kesempatan bertanya mengenai pelaksanaan diskusi kelompok. 8) Selama diskusi kelompok mengerjakan LKS, guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, dan memberikan bimbingan serta membantu siswa yang memerlukan bantuan. 9) Setelah waktu diskusi selesai, guru menunjuk siswa secara acak perwakilan dari masing-masing kelompok menuliskan hasil diskusi di papan tulis untuk ditanggapi dalam diskusi kelas. 10) Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan hasil kegiatan presentasi dan memberikan umpan balik beserta penguatan untuk menghadapi tugas-tugas berikutnya. 11) Guru memberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang belum dimengerti.

27 12) Sebagai latihan untuk penguatan, guru membuat permainan (semut dan gajah) dimana siswa yang salah mengucapkan perintah guru diminta untuk maju menyelesaikan soal yang disiapkan oleh guru dengan memperhatikan langkah-langkah problem solving. Selanjutnya siswa lainnya memperhatikan dan menanggapi jawaban yang dikerjakan di papan tulis. 13) Sebagai akhir kegiatan pembelajaran guru memberikan pengarahan dari berbagai jawaban pada latihan. 14) Guru meminta siswa merapihkan tempat duduk, menyimpan buku dan menyiapkan alat tulis untuk mengerjakan asesmen siklus I tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan. 15) Setiap siswa diberi lembar soal beserta lembar jawaban. 16) Guru mengawasi siswa selama kegiatan asesmen berlangsung agar berjalan tertib. Selama kegiatan asesmen berlangsung, siswa tidak diperkenankan untuk bekerjasama dan mencontek jawaban teman maupun buku. 17) Setelah kegiatan asesmen dilaksanakan, siswa diminta untuk mengumpulkan lembar jawaban di meja guru. 18) Sebagai bahan latihan penguatan dan pemahaman materi, guru meminta siswa mengerjakan soal untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran dalam menyelesaiakan soal. 19) Setiap kelompok mengumpulkan lembar kerja pemecahan masalah. 20) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan dari pemecahan masalah di atas.

28 21) Siswa mengerjakan tes formatif. 3. Tahap Observasi. Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti, guru dan observer dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi, lembar observasi yang disiapkan meliputi lembar observasi tentang aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam pelaksanaan tindakan untuk melihat peningkatan kemampuan siswa dalam melaksanaan pemecahan masalah. Evaluasi terhadap keberhasilan tindakan dilakukan tes formatif, yang juga untuk mengukur keberhasilan siswa dalam meningkatkan hasil belajar pada masing-masing pokok bahasan disetiap siklus. Data yang dikumpulkan merupakan data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui tes formatif, sedangkan data kualitatif dikumpulkan melalui lembar observasi. 4. Analisis dan Refleksi Berdasarkan data hasil observasi selanjutnya dilakukan analisis data sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya (indikator keberhasilan). Pada kegiatan refleksi yang menjadi acuan keberhasilan misalnya apakah dalam proses pembelajaran tersebut tujuan dan kompetensi dasar sudah

29 dicapai, bagaimana hasil dari proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik (metode pembelajaran, teknik pemberian tugas pengelolaa n kelas, bimbingan siswa dalam pemecahan masalah). Hasil observasi kemudian dianalisis untuk dijadikan bahan refleksi yang digunakan sebagai acuan untuk membuat perencanaan/ pertemuan pembelajaran pada siklus II. SIKLUS II 1. Tahap Perencanaan (Persiapan) 1) Menetapkan materi pelajaran, yaitu materi kelas V sesuai dengan KTSP SDN 2 Metro Pusat. 2) Menyusun rencana pembelajaran 3) Menyusun LKS 4) Menyusun alat tes, yaitu bentuk tes uraian untuk setiap siklus 5) Menetapkan cara pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat observasi 6) Menyusun alat observasi dan angket, baik unuk siswa maupun untuk guru 7) Menetapkan jenis data yang dikumpulkan yang sesuai dengan respon terhadap tindakan yang dilakukan, baik data kuantitif maupun data kualitatif. 8) Menetapkan cara refleksi yang dilakukan oleh semua tim peneliti yang terdiri dari satu orang pengajar dan satu orang observer secara bersama-sama, dan dilakukan setiap akhir tindakan pada setiap siklusnya.

30 2. Tahap Pelaksanaan Tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan terutama skenario pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan. 1) Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan. 2) Melalui apersepsi guru bertanya jawab kepada siswa untuk menciptakan masalah yang jelas untuk dipecahkan sesuai dengan taraf kemampuan siswa dan materi penjumlahan pecahan, serta tujuan pembelajaran. 3) Kemudian guru menjelaskan materi tentang penjumlahan pecahan dengan menggunakan pendekaan problem solving melalui empat tahapan, yaitu pemahaman masalah, perencanaan penyelesaian, pelaksanaan penyelesaian, dan pengecekan kembali. 4) Guru memberikan contoh soal cerita dan cara menyelesaikannya dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dengan langkah-langkah sebagai berikut: Pemahaman masalah a. Mengidentifikasi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal. b. Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas Perencanaan penyelesaian a. Merumuskan masalah sesuai dengan persepsi yang diperoleh b. Pembentukan model matematika c. Menyusun prosedur kerja untuk dikerjakan dalam memecahkan masalah Pelaksanaan rencana penyelesaian Pelaksanaan rencana penyelesaian sesuai dengan apa yang telah

31 dibuat pada langkah kedua. Pengecekan kembali kebenaran penyelesaian. a. Interprestasikan atau memaparkan jawaban melalui pengecekan kembali b. Memeriksa langkah-langkah penyelesain secara keseluruhan. 5) Siswa memahami penjelasan guru mengenai bagaiman cara menyelesaikan soal cerita dengan menggunakan langkah-langkah dengan tepat 6) Kemudian guru membentuk beberapa kelompok yang beranggotan 4-5 orang siswa. 7) Kelompok dibagikan lembar kerja siswa (LKS) yang dirancang guru. Sebelumnya siswa diberi kesempatan bertanya mengenai pelaksanaan diskusi kelompok. 8) Selama diskusi kelompok mengerjakan LKS, guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, dan memberikan bimbingan serta membantu siswa yang memerlukan bantuan. 9) Setelah waktu diskusi selesai, guru menunjuk siswa secara acak perwakilan dari masing-masing kelompok menuliskan hasil diskusi di papan tulis untuk ditanggapi dalam diskusi kelas. 10) Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan hasil kegiatan presentasi dan memberikan umpan balik beserta penguatan untuk menghadapi tugas-tugas berikutnya. 11) Guru memberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang belum dimengerti.

32 12) Sebagai latihan untuk penguatan, guru membuat permainan (semut dan gajah) dimana siswa yang salah mengucapkan perintah guru diminta untuk maju menyelesaikan soal yang disiapkan oleh guru dengan memperhatikan langkah-langkah problem solving. Selanjutnya siswa lainnya memperhatikan dan menanggapi jawaban yang dikerjakan di papan tulis. 13) Sebagai akhir kegiatan pembelajaran guru memberikan pengarahan dari berbagai jawaban pada latihan. 14) Guru meminta siswa merapihkan tempat duduk, menyimpan buku dan menyiapkan alat tulis untuk mengerjakan asesmen siklus I tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan. 15) Setiap siswa diberi lembar soal beserta lembar jawaban. 16) Guru mengawasi siswa selama kegiatan asesmen berlangsung agar berjalan tertib. Selama kegiatan asesmen berlangsung, siswa tidak diperkenankan untuk bekerjasama dan mencontek jawaban teman maupun buku. 17) Setelah kegiatan asesmen dilaksanakan, siswa diminta untuk mengumpulkan lembar jawaban di meja guru. 18) Sebagai bahan latihan penguatan dan pemahaman materi, guru meminta siswa mengerjakan soal untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran dalam menyelesaiakan soal. 19) Setiap kelompok mengumpulkan lembar kerja pemecahan masalah. 20) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan dari pemecahan masalah di atas.

33 21) Siswa mengerjakan tes formatif. 3. Tahap Observasi. Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh semua peneliti, guru dan observer dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi, lembar observasi yang disiapkan meliputi lembar observasi tentang aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam pelaksanaan tindakan untuk melihat peningkatan kemampuan siswa dalam melaksanaan pemecahan masalah. Evaluasi terhadap keberhasilan tindakan dilakukan tes formatif, yang juga untuk mengukur keberhasilan siswa dalam meningkatkan hasil belajar pada masing-masing pokok bahasan disetiap siklus. Data yang dikumpulkan merupakan data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui tes formatif, sedangkan data kualitatif dikumpulkan melalui lembar observasi. 4. Analisis dan Refleksi Berdasarkan data hasil observasi selanjutnya dilakukan analisis data sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya (indikator keberhasilan). Pada kegiatan refleksi yang menjadi acuan keberhasilan misalnya apakah dalam proses pembelajaran tersebut tujuan dan kompetensi dasar sudah dicapai, bagaimana hasil dari proses pembelajaran sudah berjalan dengan

34 baik (metode pembelajaran, teknik pemberian tugas pengelolaan kelas, bimbingan siswa dalam pemecahan masalah). Hasil observasi kemudian dianalisis untuk dijadikan bahan refleksi yang digunakan sebagai acuan untuk membuat perencanaan/ pertemuan pembelajaran pada siklus III. SIKLUS III 1. Tahap Perencanaan (Persiapan) 1) Menetapkan materi pelajaran, yaitu materi kelas V sesuai dengan KTSP SDN 2 Metro Pusat. 2) Menyusun rencana pembelajaran 3) Menyusun LKS 4) Menyusun alat tes, yaitu bentuk tes uraian untuk setiap siklus 5) Menetapkan cara pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat observasi 6) Menyusun alat observasi dan angket, baik unuk siswa maupun untuk guru 7) Menetapkan jenis data yang dikumpulkan yang sesuai dengan respon terhadap tindakan yang dilakukan, baik data kuantitif maupun data kualitatif. 8) Menetapkan cara refleksi yang dilakukan oleh semua tim peneliti yang terdiri dari satu orang pengajar dan satu orang observer secara bersama-sama, dan dilakukan setiap akhir tindakan pada setiap siklusnya.

35 2. Tahap Pelaksanaan Tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan terutama skenario pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan. 1) Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan. 2) Melalui apersepsi guru bertanya jawab kepada siswa untuk menciptakan masalah yang jelas untuk dipecahkan sesuai dengan taraf kemampuan siswa dan materi penjumlahan pecahan, serta tujuan pembelajaran. 3) Guru membentuk kelompok-kelompok kecil secara heterogen berdasrkan kempuan siswa yang beranggotakan 3-4 siswa. 4) Setiap kelompok mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang ada dalam LKS dengan membaca buku cetak matematika yang sesuai dengan materi yang diajarkan, bertanya, dan berdiskusi. 5) Setelah mengumpulkan data setiap kelompok menetapkan jawaban sementara (hipotesis) dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang diperoleh. 6) Setiap kelompok menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai.

36 7) Sebagai bahan latihan penguatan dan pemahaman materi, guru meminta siswa mengerjakan soal untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran dalam menyelesaiakan soal. 8) Setiap kelompok mengumpulkan lembar kerja pemecahan masalah. 9) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan dari pemecahan masalah di atas. 10) Siswa mengerjakan tes formatif. 3. Tahap Observasi. Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti, guru dan observer dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi, lembar observasi yang disiapkan meliputi lembar observasi tentang aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam pelaksanaan tindakan untuk melihat peningkatan kemampuan siswa dalam melaksanaan pemecahan masalah. Evaluasi terhadap keberhasilan tindakan dilakukan tes formatif, yang juga untuk mengukur keberhasilan siswa dalam meningkatkan hasil belajar pada masing-masing pokok bahasan disetiap siklus. Data yang dikumpulkan merupakan data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui tes formatif, sedangkan data kualitatif dikumpulkan melalui lembar observasi.

37 4. Analisis dan Refleksi Berdasarkan data hasil observasi selanjutnya dilakukan analisis data sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya (indikator keberhasilan). Pada kegiatan refleksi yang menjadi acuan keberhasilan misalnya apakah dalam proses pembelajaran tersebut tujuan dan kompetensi dasar sudah dicapai, bagaimana hasil dari proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik (metode pembelajaran, teknik pemberian tugas pengelolaan kelas, bimbingan siswa dalam pemecahan masalah). Hasil observasi kemudian dianalisis untuk dijadikan bahan refleksi yang digunakan sebagai acuan untuk membuat perencanaan/ pertemuan pembelajaran pada siklus berikutnya. G. Indikator Keberhasilan Tindakan Siklus penelitian ini berhenti apabila aktivitas belajar memenuhi indikator persentase aktivitas belajar siswa yang diharapkan memperoleh rata-rata 70% pada skala baik dan sangat baik dan untuk hasil belajar memperoleh nilai rata-rata ketuntasan (nilai 56) 80% dari jumah siswa. (Adaptasi dari Aqib, 2009: 41)