BADAN METEROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl. Angkasa I No. 2 Jakarta, 10720 Telp: (021) 424 6321, Fax: (021) 424 6703, P.O. Box 3540 Jkt Website: http://www.bmkg.go.id ANALISIS KUALITAS UDARA JAKARTA TANGGAL 01 30 JUNI 2017 I. DASAR PERTIMBANGAN 1. Terjadinya perbedaan kondisi udara udara Jakarta yang bisa dilihat secara visual dengan mudah oleh masyarakat umum pada waktu pra, saat dan pasca libur Hari Raya Idul Fitri 1438 H. Informasi tersebut dimuat dalam beberapa koran nasional dengan dilampiri gambar seperti dibawah ini : Sumber : https://news.detik.com/berita/d-3544263/kata-bmkg-soal-ramai-fotolangit-jakarta-sebelum-dan-saat-lebaran 2. Kondisi cuaca (hujan, kelembaban udara, keberadaan lapisan inversi, arah dan kecepatan angin) pada kurun waktu tersebut yang mempengaruhi kualitas udara saat itu. 1
II. ANALISIS 1. Kualitas udara di Jakarta dipengaruhi oleh banyak hal dan sangat bervariasi, baik variasi dalam resolusi temporal (jam, hari, minggu, bulan maupun musim) maupun spatial. Partikulat matter merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kualitas udara. Keberadaan partikulat matter mempengaruhi kekeruhan udara (turbidity) sehingga berdampak pada jarak pandang (visibility). Keberadaan debu, pasir dan partikel-partikel padat (aerosol) dalam berbagai ukuran di atmosfer menyebabkan peningkatan konsentrasi partikulat. Partikelpartikel tersebut bisa berasal dari banyak hal antara lain aktivitas manusia, kegiatan konstruksi, kendaraan bermotor, musim, hujan dan angin. Semakin banyak partikel padatan yang terlarut di udara, semakin tinggi pula konsentrasi partikulatnya, sehingga udara menjadi semakin keruh yang berakibat pada penurunan jarak pandang. Sebaliknya, semakin sedikit partikel di atmosfer, semakin cerah udara, sehingga jarak pandang juga semakin jauh. Tabel berikut ini menunjukkan variasi kondisi partikulat udara PM10 dan PM2.5 di Jakarta (Kemayoran, dan Monas) dan Jakarta Selatan. Secara umum, pada skala musiman, konsentrasi PM menunjukkan konsentrasi yang lebih tinggi pada musim kemarau (sekitar Bulan Mei-November) daripada musim hujan (sekitar Bulan Desember - April). Pada periode harian, PM 10 mencapai konsentrasi terendah pada hari Minggu dan Senin. Berbeda dengan PM10, PM2.5 justru menunjukkan konsentrasi terendah pada hari Rabo dan Kamis. Sedangkan untuk periode jam, konsentrasi PM mengalami konsentrasi tertinggi pada pagi hari (pukul 06.00-07.00 WIB) dan mencapai konsentrasi minimum pada sore hari pukul 15.00-18.00 WIB, (selengkapnya bisa dilihat pada Tabel-tabel dibawah ini). Tabel 1. Variasi bulanan konsentrasi PM10 Jakarta sejak Januari 2015 April 2017 2
Tabel 2. Variasi konsentrasi harian PM10 Jakarta sejak Januari 2015 2017 April Tabel 3. Variasi konsentrasi jam-jaman PM10 Jakarta sejak Januari 2015 April 2017 Tabel 4. Variasi konsentrasi bulanan PM2.5 Jakarta Pusat sejak Desember 2015 Juli 2017 3
Tabel 5. Variasi konsentrasi harian PM2.5 Jakarta Pusat sejak Desember 2015 Juli 2017 Tabel 6. Variasi konsentrasi jam-jaman PM2.5 Jakarta Pusat sejak Desember 2015 Juli 2017 Tabel 7. Variasi konsentrasi bulanan PM2.5 Jakarta Selatan sejak Desember 2015 Juli 2017 4
Tabel 8. Variasi konsentrasi harian PM2.5 Jakarta Selatan sejak Desember 2015 Juli 2017 Tabel 9. Variasi konsentrasi jam-jaman PM2.5 Jakarta Selatan sejak Desember 2015 Juli 2017 2. Secara klimatologis, bulan Juni 2017 sudah memasuki awal musim kemarau untuk wilayah Jakarta. Hujan dengan berbagai intensitas masih terjadi selama Bulan Juni 2017. Hujan tersebut menyebabkan proses pencucian atmosfer (washout) dimana hujan melarutkan gas-gas dan partikel-partikel yang ada di udara. Gas dan udara tersebut sebagian akan jatuh bersama air hujan sehingga akan mempengaruhi kekeruhan atmosfer dan komposisi kimia atmosfer. Dampaknya, udara menjadi lebih cerah dan jarak pandang menjadi lebih jauh setelah turun hujan. Tabel-tabel dibawah ini menunjukkan bahwa konsentrasi partikulat matter PM2.5 di Jakarta Pusat dan Jakarta selatan turun yang disebabkan oleh terjadi proses wash-out. Terjadinya hujan (garis merah) selalu diikuti dengan penurunan konsentrasi PM2.5. Kotak yang berwarna hijau merupakan periode H-2 sampai dengan H+2 Hari Raya Idul Fitri 2017. Analisa spatial curah hujan di Jabodetabek dapat dilihat pada Lampiran. 5
Tabel 10. Konsentrasi harian PM2.5 vs Curah Jakarta Selatan tanggal 1-30 Juni 2017 Tabel 11. Konsentrasi harian PM2.5 vs Curah Jakarta Pusat tanggal 1-30 Juni 2017. 3. Berdasarkan pengamatan pada liburan serupa, yaitu libur nasional Hari Raya Idul Fitri 1437 H yang jatuh pada tanggal 6-7 Juli 2016, terjadi penurunan konsentrasi PM2.5 terhadap nilai rata-rata bulanannya. Untuk Jakarta Selatan, konsentrasi PM2.5 rata-rata harian (grafik histogram) mencapai 33.5 35.7 ug/m3 pada tanggal 7-8 Juli 2016. Nilai ini lebih rendah dibanding rata-rata konsentrasi bulan Juli 2016, yakni sebesar 44.4 ug/m3. Penurunan ini berkaitan erat dengan terjadinya hujan (grafik garis) pada tanggal 5, 6, dan 8 Juli 2016 (Tabel 12). Sedangkan untuk Jakarta Pusat, pada pada tanggal 7-8 Juli 2016 konsentrasi mencapai 38.2-40.7 ug/m3, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata konsentrasi 6
bulanannya sebesar 47.6 ug/m3. Pada saat yang sama, terjadi hujan dengan intensitas ringan dengan curah hujan harian sebesar 0.8 mm (Tabel 13). Tabel 12. Konsentrasi harian PM2.5 vs Curah Jakarta Pusat tanggal 1-31 Juli 2016 Tabel 13. Konsentrasi harian PM2.5 vs Curah Jakarta Pusat tanggal 1-31 Juli 2016 4. Selama periode Bulan Juni 2016, rata-rata konsentrasi PM2.5 di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan bervariasi. Merujuk pada Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat, tata-rata PM2.5 diklasifikasikan menjadi : Baik : konsentrasi 0-50 ug/m 3 Sedang : konsentrasi 51-100 ug/m 3 Tidak sehat untuk kelompok usia sensitif : konsentrasi 101-150 ug/m 3 Tidak sehat : konsentrasi 151-200 ug/m 3 Sangat tidak sehat : konsentrasi 201-300 ug/m 3 Berbahaya : konsentrasi 301-500 ug/m 3 7
Berikut ini rata-rata konsentrasi PM 2.5 Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan Gambar 1. Kalender plot konsentrasi PM 2.5 Jakarta Pusat (kiri) dan Jakarta Selatan (kanan). 5. Berdasarkan analisa udara atas pada Tanggal 26 Juni 2017 Pukul 12.00 UTC yang diambil dari Stasiun Meteorologi Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, terdapat lapisan inversi pada paras 325-850 hpa. Keberadaan lapisan inversi ini menyebabkan aerosol tidak dapat bergerak vertikal ke lapisan diatasnya sehingga aerosol lebih terkonsentrasi pada lapisan bawah. Namun demikian, kecepatan angin yang tinggi, 15 knot, menyebabkan aerosol mengalami mobilisasi horizontal yang cepat (Gambar 2). Gambar 2. Aerogram Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Tanggal 26 Juni 2017 Pukul 12.00 UTC. 6. Faktor lain yang mempengaruhi kualitas udara pada periode H-2 sampai dengan H+2 adalah hari libur nasional dimana aktivitas pembangunan (konstruksi gedung, 8
jalan raya) dan jumlah kendaraan di jakarta jauh lebih sedikit dibandingkan dengan hari lainnya. III.KESIMPULAN Perbedaan tingkat kekeruhan udara yang dilihat secara visual selama periode sebelum, saat dan sesudah lebaran disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : 1. Terjadinya hujan sejak tanggal 24-27 Juni 2017 sehingga hujan tersebut melarutkan partikel-partikel padat di atmosfer dan jatuh bersama air hujan (droplet). Hal ini berdampak visual dengan menurunnya kekeruhan udara Jakarta sehingga jarak pandang semakin jauh. 2. Tanggal 25-27 masih merupakan libur nasional Lebaran Idul Fitri 1438 H, maka aktivitas pembangunan konsturksi gedung, jalan, dan lalu lintas kendaraan bermotor yang merupakan penghasil (emitter) partikulat nyaris sangat sedikit. Akibatnya, konsentrasi partikulat mengalami penurunan. Jakarta, 7 Juli 2017 Sub Bidang Informasi Polusi Udara (IPU) 9
LAMPIRAN Gambar 3. Analisis Curah Hujan Jakarta tanggal 24-27 Juni 2017 10