BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan tingkat sosial ekonomi masyarakat terjadi pergeseran pola gaya hidup dan pola nutrisi yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya karbohidrat dan lemak. Oleh sebab itu, hal ini berpengaruh terhadap meningkatnya prevalensi obesitas termasuk di kalangan remaja putri. Obesitas sendiri dapat diartikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan (Chumlea et al., 2005). Berdasarkan laporan dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III) tahun 2013 sekitar 20% anak remaja putri mengalami obesitas (indeks massa badan (IMB) > 85 persentil). Jika dibandingkan dengan data Riskesdas (2010), prevalesi obesitas di Indonesia pada tahun 2013 cenderung meningkat. Menurut Riskesdas (2013), diketahui bahwa prevalensi obesitas pada kelompok umur 13 15 tahun di Indonesia sebesar 2,5% dan prevalensi obesitas di Provinsi Yogyakarta sebesar 2,6%. Hal tersebut menunjukkan bahwa prevalensi obesitas di Provinsi Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional. Telah lama dibuktikan bahwa faktor ukuran badan seperti tinggi badan, berat badan, IMB, dan persentase lemak badan berasosiasi kuat dengan mulainya menarche (Chang et al., 2000). Remaja yang lebih berat dan lebih tinggi dengan 1
2 massa lemak badan yang lebih besar pada umumnya cenderung mencapai usia menarche di usia muda (Rah et al., 2009). Usia menarche di Amerika Serikat lebih dini dibandingkan data normal yang dibuat dua dekade sebelumnya. Hal ini dihubungkan dengan meningkatnya prevalensi overweight dan obesitas pada remaja (Herman-Giddens, 1997). Terdapat beberapa kajian retrospektif yang menunjukkan bahwa remaja yang mengalami menarche sebelum usia 12 tahun lebih gemuk dan lebih berat dibandingkan remaja yang mengalami menarche setelah itu (Adair dan Lansen, 2001). Korelasi antara IMB dan usia menarche berhubungan dengan adipositas dan sekresi gonadotropin. Lebih tinggi kadar lemak subkutan dan IMB berassosiasi dengan usia menarche yang lebih awal (<11 tahun) (Frisch & Revelle, 2010). Saat ini ditemukan bahwa adipocyte-derived hormone Leptin, yaitu suatu hormon yang menimbulkan rasa kenyang dan dihasilkan oleh sel lemak mungkin merupakan penghubung antara berat badan dan pubertas (Ganong, 2008). Berdasarkan perkembangan penelitian tentang usia menarche ditemukan bahwa faktor gizi memegang peranan yang sangat penting terhadap onset menarche dibandingkan faktor lainnya. Peningkatan lemak badan dikalangan anak-remaja putri menyebabkan kecenderungan penurunan onset menarche (Chumlea et al., 2005). Penelitian Al-Awadhi (2013) menunjukkan adanya hubungan antara usia menarche dengan obesitas.
3 Menurut Hammond (2008) penilaian tebal lipatan kulit dapat menilai jumlah lemak di dalam badan individu. Tempat lipatan kulit yang menggambarkan lemak badan adalah di trisep dan bisep, di bawah skapula, di atas krista iliaka, dan paha atas. Menurut Supariasa dkk (2002), pengukuran pada trisep adalah yang paling praktis untuk semua umur disebabkan oleh peningkatan dan penurunan penyimpanan lemak di jaringan sub kutan tidak sama pada seluruh permukaan badan. Kombinasi antara pengukuran lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit trisep dapat menentukan area otot di lengan serta area lemak di lengan secara tidak langsung (Hammond, 2008). Hasil penelitian Kesuma (2000) pada siswi kelas I di SLTP Mardi Yuana Depok menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara lingkar lengan atas dengan usia menarche. Hasil penelitian Batubara (2010) yang membandingkan usia menarche dengan IMB dari daerah yang berbeda di Indonesia, menunjukan bahwa usia menarche terendah ditemukan di Yogyakarta (12,45 tahun). Hal ini dikaitkan dengan tingginya IMB perempuan di Yogyakarta yaitu 19,37. Tingginya IMB pada perempuan di Yogyakarta berkaitan erat dengan kasus obesitas yakni terjadi peningkatan kadar lemak badan, yang diantaranya dapat diketahui dengan melakukan pengukuran seperti lingkar lengan atas serta tebal lipatan kulit bisep dan trisep. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari satu Kota Madya dan empat Kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kabupaten Bantul. Kota Madya Yogyakarta merupakan
4 daerah urban dan Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah rural. Penduduk yang tinggal di daerah urban cenderung mempunyai aktifitas fisik yang lebih ringan, namun karena tingkat ekonomi penduduk urban tercukupi, asupan nutrisi penduduk urban tinggi. Penduduk yang tinggal di daerah rural mempunyai tingkat aktivitas fisik yang lebih berat dan asupan nutrisi juga tinggi. Perbedaan penghasilan antara penduduk kelompok urban dan rural juga berpengaruh terhadap fasilitas-fasilitas yang mendukung pertumbungan seperti gizi yang cukup (Wijanarko, 2007). Hal ini menyebabkan terjadinya variasi pertumbuhan pada penduduk di daerah urban dan rural yang juga turut berpengaruh pada usia menarche pada remaja putri. Penelitian yang dilakukan Ali et al. (2011) menunjukan bahawa usia menarche bervariasi dari populasi ke populasi akibat perbedaan faktor geografis, nutrisi, dan kondisi lingkungan. Burhanuddin (2007) melakukan penelitian terhadap 400 orang pelajar putri di Bugis Kota dan Desa di Sulawesi Selatan dan ditemukan bahwa perbedaan berat badan, status gizi, status sosial ekonomi, dan aktivitas fisik subjek berpengaruh terhadap usia menarche. Datangnya menarche lebih awal pada penduduk yang tinggal di daerah perkotaan jika dibandingkan dengan daerah pedesaan merupakan hasil interaksi dengan berbagai faktor seperti sosial ekonomi, nutrisi, serta faktor psikis (Harjono, 1998). Telah disebutkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi obesitas di berbagai daerah terutama pada usia remaja. Hal ini berpengaruh terhadap usia menarche yang lebih awal. Berbagai cara dapat dilakukan untuk menilai status gizi
5 seseorang yaitu dengan pengukuran antropometrik di antaranya lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit bisep dan trisep. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mengenai korelasi antara lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit bisep trisep terhadap usia menarche pada siswi usia 13-15 tahun di D.I. Yogyakarta. Di samping itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pebedaan lingkar lengan atas, tebal lipatan kulit bisep dan trisep, serta usia menarche pada siswi usia 13-15 tahun daerah rural dan urban di D.I. Yogyakarta. Daerah di Indonesia sebagian besar merupakan daerah rural sehingga penting untuk dilakukan penelitian ini dan juga untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan tersebut. B. Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu : 1. Apakah terdapat perbedaan lingkar lengan atas, tebal lipatan kulit bisep dan trisep, serta usia menarche pada siswi usia 13-15 tahun daerah rural dan urban di D.I. Yogyakarta? 2. Apakah terdapat korelasi antara lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit bisep dan trisep terhadap usia menarche pada siswi usia 13-15 tahun daerah rural dan urban di D.I. Yogyakarta?
6 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengkaji lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit bisep dan trisep serta usia menarche pada siswi usia 13-15 tahun di D.I. Yogyakarta. D. Keaslian penelitian Terdapat beberapa penelitian yang membahas mengenai hubungan antara tebal lipatan kulit dengan pola menstruasi, yaitu : 1. Murni (1998), meneliti hubungan antara status gizi dan usia menarche pada siswi SMPN 5 Yogyakarta. Pada penelitian yang dilakukan Murni (1998) variabel yang digunakan adalah status gizi dan usia menarche dan subjek penelitian berasal dari sekolah menengah di Yogyakarta. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan dalam hal variabel dan subjek penelitian. 2. Rahman (1999), meneliti tentang hubungan antara status gizi dengan umur menarche pada pelajar putri SLTP di Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan Rahman (1999) dilaksanakan di SLTP Negeri VIII Yogyakarta dan SLTP Negeri I Depok menggunakan variabel status gizi dan usia menarche. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan dalam hal variabel lingkar lengan atas serta tebal lipatan kulit bisep dan trisep dan tempat penelitian.
7 3. Ayu (2008), mengkaji hubungan antara status gizi dari IMB dan lingkar lengan atas terhadap umur menarche pada remaja putri usia 13-16 tahun di SLTPN 3 Sleman. Penelitian yang dilakukan Ayu (2008) menggunakan variabel indeks massa badan, lingkar lengan atas dan usia menarche serta memiliki subjek penelitian yang berasal dari sekolah menengah di Sleman. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan dalam hal variabel tebal lipatan kulit bisep trisep dan tempat penelitian. 4. Tamara (2011), meneliti tentang hubungan antara tebal lipatan kulit dengan pola menstruasi pada siswi usia 14-18 tahun di SMA Taruna Nusantara Magelang. Penelitian ini dilakukan pada 216 subjek. Penelitian yang dilakukan Tamara menggunakan variabel tebal lipatan kulit dan pola menstruasi serta memiliki subjek penelitian yang berasal dari sekolah menengah di Magelang. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan dalam hal variabel lingkar lengan atas dan usia menarche serta tempat penelitian. 5. Rakhmawati & Dieny (2013), mengkaji tentang hubungan obesitas dengan kejadian gangguan siklus menstruasi pada wanita dewasa muda. Penelitian dilakukan pada subjek berusia 19-25 tahun di Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Pada penelitian yang dilakukan Rakhmawati dan Dieny variabel yang digunakan adalah persen lemak badan diukur dengan menggunakan Bioelectrical Impedance Analyzer (BIA), stress, data karakteristik subjek, dan gangguan siklus menstruasi, subjek penelitian ini berasal dari seluruh wanita
8 muda di 10 desa di Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan dalam hal usia subjek dan cara pengukuran total lemak badan. 6. Emilia et al. (2013), meneliti tentang perbandingan usia menars dan pola siklus menstruasi antara remaja putri di kota dan desa (SMP Negeri 6 Makassar dan SMP Negeri 11 Bulukumba) di Sulawesi Selatan. Penelitian yang dilakukan Emilia et al. berbeda menggunakan variabel usia menars dan pola sikuls menstruasi dengan subjek penelitia remaja putri di daerah kota dan desa Sulawesi Selatan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan dalan hal variabel dan subjek penelitian. Namun belum ada penelitian yang membahas mengenai kajian lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit bisep dan trisep serta usia menarche di D.I. Yogyakarta sehingga penelitian ini belum pernah dilakukan. E. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti Menambah wawasan dan pengalaman mengenai penelitian dan dapat menerapkan ilmu selama kuliah terutama mengenai korelasi lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit bisep dan trisep terhadap usia menarche pada siswi usia 13-15 tahun.
9 2. Bagi masyarakat a. Memberi informasi tentang hubungan lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit bisep trisep dengan usia menarche. b. Memberi pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi usia menarche. 3. Bagi remaja putri Memberikan gambaran mengenai hubungan lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit bisep dan trisep dengan usia menarche serta memberikan motivasi agar depat menyeimbangkan aktivitas, nutrisi, istirahat, dan olah raga sehingga tercapai kondisi badan yang optimal dan terhindar dari masalah gangguan menstruasi. 4. Bagi Universitas Gadjah Mada Diharapkan dapat menambah informasi ilmiah dan pustaka di bidang antropometri dan pertumbuhan remaja di D.I. Yogyakarta.