BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi),

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Disusun oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. debt to equity ratio, rasio profitabilitas yaitu return on equity, earning per

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi

BAB 1 PENDAHULUAN. telah memperlihatkan kemajuan seiring dengan perkembangan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Seorang investor harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. obligasi (Tandelilin, 2008:13). Setiap perusahaan yang listing di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. peluang kepada masyarakat untuk menerima return saham, sesuai dengan. karakteristik investasi yang dipilih sebelumnya.

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal atau Capital market merupakan pasar yang. memperdagangkan instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana dapat mengeluarkan surat berharga yang akan. diperjualbelikan di pasar modal sehingga mereka dapat memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak yang besar bagi pihak-pihak yang bergelut dalam

A LA TAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemegang saham dalam bentuk dividen. Laba ditahan (retained earning)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang gencar dalam. melakukan pembangunan disemua sektor, salah satunya pembangunan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Penelitian dan Data Deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan cara melakukan penawaran saham kepada masyarakat di bursa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini jika berbicara mengenai investasi tentu kita akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. masa mendatang (Tandelilin, 2010:2).Secara umum, pemodal (investor) yang

BAB I PENDAHULUAN. nominal (mata uang) serta dapat diperjual-belikan. Sedangkan menurut Dyah

I. PENDAHULUAN. ingin memperoleh dana tambahan untuk operasional perusahaan serta

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. return yang setinggi-tingginya dari investasi yang dilakukannya. Tetapi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh kalangan-kalangan tertentu yang mahir dan mengetahui trend

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat dalam instrument keuangan seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator yang paling penting dalam menilai kemajuan perekonomian suatu

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Kasus Pada PT. Astra International, Tbk)

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai

BAB I PENDAHULUAN. Supriyadi, Pasar Modal Syariah di Indonesia (Menggagas Pasar Modal Syariah dari Aspek Praktik), Kudus, STAIN Kudus, 2009, hlm. 30.

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu bangsa. Secara formal, pasar

BAB I PENDAHULUAN. investor/pemilik modal. Media yang digunakan perusahaan dalam menjual

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah memberikan beberapa kemudahan untuk dapat lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia semakin lama semakin berkembang pesat. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu wadah yang memfasilitasi kegiatan investasi tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan suatu aktivitas pengerahan dana jangka panjang dari

I. PENDAHULUAN. authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 2003). Dalam Undang-

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin

BAB I PENDAHULUAN. more assets that will be held over some future time period, sedangkan Jogiyanto

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

BAB I PENDAHULUAN. (Tandelilin, 2010:31). Salah satu bidang investasi yang cukup menarik namun

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk mempercepat pembangunan. menjadi cerminan dinamika ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadinya penurunan perekonomian di suatu negara. Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal (capital market) adalah

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. Management (DIM) yang meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Model estimasi..., Andriyatno, FE UI, 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Pesinyalan (Signalling Theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah perusahaan pada hakekatnya memerlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Jumlah dana tersebut tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membiayai investasi pada proyek-proyek jangka panjang dan. memerlukan modal yang besar, sudah selayaknya para pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya. Berikut beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI JII PERIODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. yang menghitung indeks harga rata rata saham untuk jenis saham saham yang

BAB II LANDASAN TEORI. dan kreditor membuat keputusan investasi dan kredit yang baik (white et

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor yang produktif. memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan yang go public, nilai perusahaan dapat direfleksikan

BAB I PENDAHULUAN. modal. Modal merupakan salah satu faktor terpenting untuk menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. investasi pasar modal yang dikenal saat ini cukup beragam diantaranya saham,

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. 1

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dapat dilihat dan diukur melalui berbagai cara, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu negara dapat mempengaruhi pasar modal lainnya di negara yang. untuk negara yang masih berkembang (

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersumber dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana ke berbagai sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities maupun perusahaan swasta.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan besar bagi perekonomian suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana yang tersedia secara efisien akan berkurang. Akibatnya

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perusahaan adalah memberi keuntungan yang maksimal

Bab I. Pendahuluan. perekonomian di Indonesia. Keberadaan pasar modal di suatu negara bisa

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia merupakan media pertemuan antara pihak yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa capital gain ataupun dividend yield. Capital gain dapat diperoleh jika

BAB II TIMJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. informasi penting yang diberikan oleh perusahaan kepada publik, khususnya bagi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari

I. PENDAHULUAN. Indeks kompas 100 merupakan suatu indeks saham yang terdiri dari 100 saham

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan swasta. Pasar modal menjadi sarana perusahaan untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam jenis salah satunya adalah pasar modal (capital market), pasar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini semakin memudahkan para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya terlebih bagi perusahaan yang telah go public. Dalam upaya menjaga eksistensi dan mengembangkan perusahaan, perusahaan-perusahaan berupaya memperoleh pendanaan baik dari internal maupun eksternal. Dengan kemajuan bisnis saat ini, perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor dapat memperoleh pendanaan melalui penjualan sahamnya di pasar modal. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana, instrument derivative, maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi, dengan demikian pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Menurut Shook (dalam Fahmi, 2012: 55), pasar modal merupakan sebuah pasar tempat dana-dana modal seperti ekuitas dan hutang di perdagangkan. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 mendifinisikan pasar modal sebagai Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Melihat tingginya animo masyarakat untuk berinvestasi melalui pasar modal, PT. Bursa Efek Indonesia terus berupaya memberi berbagai kemudahan serta menyajikan informasi yang akurat bagi masyarakat dalam melakukan transaksi di pasar modal. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan meluncurkan pasar modal syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII). Hal ini mengingat masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim. Sehingga keinginan masyarakat untuk berinvestasi pada saham-saham yang tidak bertentangan dengan syariat Islam dapat diakomodir. Salah satu indikator perkembangan saham syariah dapat dilihat dari perkembangan kapitalisasi pasar saham syariah di pasar modal seperti ditunjukkan pada Tabel 1.1 dan Gambar 1.1 berikut: Tabel 1.1 Perkembangan Kapitalisasi pada Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2011-2014 Tahun Jumlah Kapitalisasi (Rp Miliar) 2011 1.414.983,81 2012 1.671.004,23 2013 1.672.099,91 2014 1.944.531,70 Sumber: ojk.go.id (2016)

Sumber: ojk.go.id (2016) Gambar 1.1 Perkembangan Saham Syariah per Januari 2015 Pada Tabel 1.1 dan Gambar 1.1 terlihat bahwa kapitalisasi pasar saham syariah mengalami peningkatan disetiap tahunnya selama periode 2010-2014. Demikian halnya perkembangan saham syariah selama periode 2007-2014 menunjukkan trend positif disetiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa prospek saham-saham syariah yang terdaftar di Jakarta Islamic Index semakin diminati oleh investor karena dinilai mampu memberikan return dari investasi yang ditanamkan. Pasar modal syariah secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan MOU antara BAPEPAM-LK dengan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI). Di Indonesia, prinsipprinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non-syariah, melainkan berupa pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinisp syariah. Dalam hal ini, di Bursa Efek Indonesia terdapat Jakarta Islamic Index (JII) yang merupakan 30 saham yang memenuhi kriteria

syariah yang ditetapkan Dewan Syariah Nasional (DSN). Indeks JII dipersiapkan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama dengan PT Danareksa Invesment Management (DIM). Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui Indeks ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuitas secara syariah (http://www.idx.co.id/mainmenu/tentangbei). Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 jenis saham yang dipilih dari sahamsaham yang sesuai dengan Syariah Islam. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Invesment Management. Setiap perdagangan saham baik pada pasar modal konvensional maupun pada pasar modal syariah selalu mempertimbangkan return dan risiko. Semakin tinggi return yang diinginkan maka akan semakin tinggi pula risiko yang terkandung dari suatu saham. Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkian perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut. Agar investasi memberikan hasil yang efektif maka investor harus mampu menilai expected return dan risiko yang terdapat dalam investasi tersebut. Dalam investasi khususnya saham terdapat dua risiko yaitu risiko sistematis atau systematic risk merupakan risiko yang diluar kegiatan perusahaan dan risiko tidak sistematis atau unsystematic risk merupakan risiko unik untuk

suatu perusahaan, yaitu hal buruk terjadi di suatu perusahaan dapat diimbangi dengan hal baik terjadi di perusahaan lain (Jogiyanto, 2010: 278). Risiko sistematis dapat dihitung melalui konsep beta. Beta merupakan alat ukur sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar. Menurut Eduardus (2001: 98), beta merupakan ukuran risiko sistematis suatu sekuritas yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, misalnya dengan melakukan portofolio saham atau penggabungan beberapa saham-saham perusahaan manufaktur. Meskipun saham tersebut digabungkan risiko sistematis tetap akan muncul, karena risiko sistematis tersebut sangat di pengaruhi oleh kondisi pasar. Beta dalam dunia keuangan fundamental merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar (Jogiyanto dalam Tarsisius, 2011). Volatilitas tersebut merupakan fluktuasi dari return suatu sekuritas dalam suatu periode tertentu. Nilai dari beta dapat dinilai sama dengan satu, kurang dari satu, atau bahkan lebih besar daripada satu. Jika nilai beta suatu sekuritas atau portofolio sama dengan satu, maka berarti perubahan return pasar sebesar x% akan menyebabkan return sekuritas atau portofolio itu berubah pula sebesar x%. Jika nilai beta sama dengan nol, itu berarti perubahan return pasar sebesar x% tidak akan menyebabkan return sekuritas atau portofolio itu berubah. Jenis investasi yang dianggap memiliki beta nol adalah investasi yang bebas risiko seperti Sertifikat Bank Indonesia dan obligasi pemerintah. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis berupa data pasar (beta pasar), data akuntansi (beta

akuntansi), dan data fundamental (beta fundamental). Beberapa variabel fundamental yang berhubungan dengan tingkat risiko (beta) diantaranya seperti dikemukakan beberapa peneliti (Beaver, Kettler, dan Scholes dalam (Jogiyanto, 2010: 390) menggunakan 7 variabel yang merupakan variabel-variabel fundamental yaitu Dividend Payout, Asset Growth, Leverage, likuiditas, Asset Size, Variabilitas Keuntungan, dan Accounting Beta. Para investor dalam berinvestasi tentunya menginginkan tingkat return yang stabil sehingga kemungkinan risiko dari investasi yang dilakukan dapat dihindari. Para investor akan menghindari saham-saham yang dinilai berisiko sehingga saham-saham perusahaan dengan tingkat fluktuasi yang tinggi mencerminkan tingginya tingkat risiko dari saham tersebut. Dalam upaya meminimalisir tingkat risiko saham (beta) perusahaan senantiasa berupaya menjaga harga sahamnya pada level tertentu dengan bebagai kebijakan yang dapat mendorong meningkatnya permintaan pasar terhadap saham perusahaan sehingga harga saham perusahaan lebih stabil atau mengalami peningkatan. Berbagai upaya yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan kebijakan dividen dan kebijakan struktur modal perusahaan. Dividen merupakan laba bersih yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham dalam jumlah tertentu sesuai dengan kebijakan perusahaan. Kebijakan perusahaan dalam membagi besar laba bersih tersebut dinamakan kebijakan dividen. Kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) merupakan salah satu keputusan yang penting bagi perusahaan, dimana kebijakan dividen merupakan keputusan yang diterapkan oleh perusahaan dalam menentukan besarnya laba yang akan dibagikan dalam bentuk dividen atau dalam bentuk laba

ditahan untuk investasi yang akan datang. Semakin besar laba ditahan, maka semakin kecil pula laba yang akan dibagikan pada para pemegang saham dalam bentuk dividen. Jika dividen yang dibagikan tinggi, maka akan menarik minat investor untuk membeli saham perusahaan sehingga permintaan terhadap saham perusahaan akan mengalami peningkatan yang menyebabkan meningkatnya harga saham. Selanjutnya, struktur permodalan perusahaan akan membandingkan antara permodalan dari kreditor dan pemegang saham. Struktur permodalan yang lebih tinggi dimiliki oleh hutang menyebabkan perusahaan memiliki risiko ketidakmampuan melunasi kewajibannya. Rasio pendanaan yang diukur dengan indikator Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, sebaliknya semakin tinggi DER, maka semakin rendah kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya dengan modal yang dimiliki. Dengan demikian, tinggi rendahnya kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya, akan berdampak pada permintaan pasar terhadap saham perusahaan. Peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya tingkat return saham suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio hutang yang diukur dengan Debt to Equity Ratio mencerminkan tingginya kewajiban perusahaan sehingga akan berdampak pada tingkat return yang diharapkan investor, karena sebagian

keuntungan akan digunakan untuk melunasi hutang. Perusahaan dengan jumlah hutang yang lebih tinggi dibanding ekuitasnya dinilai lebih berisiko dibanding perusahaan dengan jumlah hutang yang lebih rendah dibanding ekuitasnya sehingga semakin tinggi Debt to Equity Ratio akan berdampak pada menurunnya harga saham demikian sebaliknya. Untuk menggambarkan hubungan variabel dividend payout ratio dan debt to equity ratio terhadap harga saham dan beta saham syariah pada beberapa perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) pada Tabel 1.1 berikut: Tabel 1.2 Data Dividen, Earning Per Share, Hutang, Ekuitas, Return Saham, dan Return Pasar di Jakarta Islamic Index (JII) periode 2011-2014. Emiten ASII KLBF PTBA Tahun Dividen (Rp) EPS (Rp) Total Hutang (Rp) Ekuitas (Rp) Harga Saham (Rp) Rata-Rata Return Individu Rata-Rata Return Pasar 2011 1.980,00 4.393,00 77.683.000 75.838.000 7.400 0,0279 0,003988 2012 216,00 479,73 92.460.000 89.814.000 7.800-0,0756 0,010832 2013 216,00 479,63 107.806.000 106.188.000 6.800-0,0070 0,000304 2014 216,00 473,80 115.705.000 120.324.000 7.425 0,0086 0,017055 2011 95,00 145,95 1.758.619 6.515.935 680 0,0063 0,003988 2012 19,00 28,45 2.046.314 7.371.644 1.060-0,0315 0,010832 2013 17,00 37,80 2.815.103 8.499.958 1.250 0,0197 0,000304 2014 19,00 44,05 2.607.557 9.817.476 1.830 0,0330 0,017055 2011 803,94 1.339,26 3.342.102 8.165.002 15.100-0,0265 0,003988 2012 720,75 1.258,66 4.223.812 8.505.169 10.200-0,0175 0,010832 2013 461,97 792,55 4.125.586 7.551.569 12.500-0,0417 0,000304 2014 324,57 875,02 6.141.181 8.670.842 4.525 0,0149 0,017055 Sumber: www.idx.co.id dan www.bi.co.id (2016) Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa pada PT. Astra International Indonesia, Tbk (ASII) jumlah dividen tahun 2011 merupakan yang tertinggi. Namun, dari tahun 2012-2014 jumlah dividen tetap sebesar Rp. 216 demikian halnya dengan jumlah Earning Per Share (EPS) tertinggi sebesar Rp. 4.393 di

tahun 2011 namun dari tahun 2012-2014 relatif stabil tidak ada peningkatan yang signifikan. Sedangkan total hutang dan ekuitas mengalami peningkatan selama periode 2011-2014. Harga saham berfluktuasi sedangkan return saham individu cenderung mengalami penurunan meskipun di tahun 2014 mengalami peningkatan dari tahun 2013 dan rata-rata return pasar cenderung mengalami fluktuasi selama periode 2011-2014 searah dengan fluktuasi yang terjadi pada harga saham. Dengan demikian, pada PT. Astra International Indonesia, Tbk (ASII) menunjukkan bahwa jumlah dividen dan EPS yang cenderung stabil tidak menyebabkan harga saham stabil atau terus meningkat justru mengalami fluktuasi. Sama halnya dengan peningkatan pada total hutang dan total ekuitas tidak menyebabkan penurunan harga saham yang signifikan. Selanjutya, return individu mengalami fluktuasi namun fluktuasi yang terjadi pada return saham tidak searah dengan fluktuasi pada harga saham. Pada PT. Kalbe Farma, Tbk (KLBF) terlihat bahwa jumlah dividen, EPS dan total hutang cenderung mengalami fluktuasi dan jumlah ekuitas mengalami peningkatan selama periode 2011-2014 namun harga saham justru terus mengalami peningkatan selama periode 2010-2014. Return saham individu dan return pasar mengalami fluktuasi selama periode 2011-2014. Pada PT. Kalbe Farma, Tbk (KLBF) menunjukkan bahwa saat jumlah dividen dan EPS berfluktuasi tidak menyebabkan fluktuasi pada harga saham. Total hutang yang berfluktuasi dan lebih rendah dibanding jumlah ekuitasnya searah dengan meningkatnya harga saham. Peningkatan yang terjadi pada harga saham secara umum relatif searah dengan peningkatan yang terjadi pada return

saham individu meskipun ada penurunan di tahun 2012 namun pada tahun 2011,2013 dan 2014 return saham searah dengan meningkatnya harga saham. Pada PT. Tambang Batubara Bukit Asam, (Persero), Tbk (PTBA) terlihat bahwa jumlah dividen dan EPS cenderung menurun, namun harga saham justru berfluktuasi sedangkan peningkatan yang terjadi pada hutang menyebabkan harga saham cenderung menurun namun perubahan pada ekuitas tidak searah dengan pergerakan harga saham. Selanjutnya meskipun harga saham berfluktuasi namun return saham individu justru bernilai negatif dari tahun 2011-2013 dan bernilai positif ditahun 2014. Dengan demikian, pada PT. Tambang Batubara Bukit Asam, (Persero), Tbk (PTBA) meningkat atau menurunnya Dividen dan EPS tidak selalu searah dengan pergerakan harga saham, sedangkan total hutang yang tinggi menyebabkan menurunnya harga saham dan peningkatan pada ekuitas tidak mendorong meningkatnya harga saham. Selanjutnya, fluktuasi yang tinggi pada harga saham menyebabkan rata-rata return individu bernilai negatif serta rata-rata return pasar lebih tinggi dibanding rata-rata return indvidu selama periode 2011-2014 sehingga hal ini mengindikasikan tingginya tingkat risiko saham (beta saham) pada perusahaan tersebut. Dari uraian pada beberapa perusahaan tersebut menunjukkan adanya perbedaan serta ketidaksesuaian antara kebijakan dividen dan struktur modal dengan harga saham dan beta saham. Berdasarkan uraian tersebut, Penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh dengan memilih judul Analisis Pengaruh Kebijakan Dividen dan Struktur

Modal Terhadap Harga Saham dan Beta Saham di Perusahaan Yang Terdaftar Pada Jakarta Islamic Index Periode 2011-2014. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) periode 2011-2014? 2. Apakah struktur modal (Debt to Equity Ratio) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) periode 2011-2014? 3. Apakah harga saham berpengaruh signifikan terhadap beta saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) periode 2011-2014? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) periode 2011-2014. 2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh struktur modal (Debt to Equity Ratio) terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) periode 2011-2014. 3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh harga saham terhadap beta saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) periode 2011-2014.

1.4 Manfaat Penelitian Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Perusahaan di Jakarta Islamic Index (JII) Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan terutama mengenai kebijakan dividen, struktur modal, harga saham dan beta saham. 2. Bagi Investor Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam mengambil keputusan investasi khususnya investasi pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) agar kemungkinan risiko investasi dapat diminimalisir. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitianpenelitian selanjutnya. 4. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis terkait dengan kebijakan dividen, struktur modal, harga saham dan beta saham.