Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol. 2 No. 4 November 2017 :

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

Indeks Harga Konsumen di 66 Kota (2007=100),

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan

PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL SOSIALISASI SIWAS DARI PENGADILAN TINGGI ( PER TANGGAL 31 JANUARI 2017 JAM 16:00 WIB FIX)

Buku ini bertujuan untuk memberikan gambaran kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sepanjang tahun 2016.

LIST PENGADILAN TINGGI YANG SUDAH KIRIM SOSIALISASI ( PER TANGGAL 31 JANUARI 2017 JAM 14:10)

PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL SOSIALISASI SIWAS DARI PENGADILAN TINGGI ( PER TANGGAL 1 FEBRUARI 2017)

PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL SOSIALISASI SIWAS DARI PENGADILAN TINGGI ( PER TANGGAL 16 FEBRUARI 2017)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Berikut tempat uji kompetensi pelaksanaan seleksi CPNS Tahun 2014 di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dalam rangka pengembangan kapasitas pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Negara tahun 2015, dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut:

NOMOR : 36 TAHUN 2015 TANGGAL z 9 SEPTEMBER2OlS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.16/Menhut-II/2013 TENTANG

PERBANDINGAN ANTAR DAERAH

ALOKASI ANGGARAN SATKER PER PROVINSI MENURUT SUMBER PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2011 PADA UNIT ESELON I PROGRAM

LIST PENGADILAN TINGGI YANG SUDAH KIRIM SOSIALISASI ( PER TANGGAL 27 JANUARI 2017 )

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2007 TENTANG

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DENGAN METODE PASSIVE SAMPLER TAHUN 2016

KODE KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK NO UNIT KANTOR KODE 1.

UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2011 TENTANG

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SATUAN BIAYA UANG HARIAN LUAR DAERAH / DALAM DAERAH LUAR KOTA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Menakar Kinerja Kota Kota DiIndonesia

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I

Hasil Evaluasi Pelayanan Publik Tahun Jakarta 24 Januari 2018

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENTUKAN PENGADILAN TINGGI AGAMA DI BENGKULU, DI PALU, DI KENDARI, DAN DI KUPANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

JUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN LOKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Tata kerja. Panitia urusan piutang negara.

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16/SEOJK.03/2015 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT

Lampiran Surat No. : Kepada Yth.

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

KEPALA BADAN PENGAW ASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NAMA DAN KODE KANTOR PELAYANAN PAJAK NO. N A M A KODE KANWIL/KPP KANWIL DJP NANGGROE ACEH 010

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Kota Ternate

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

2015, No Kepegawaian Negara Untuk Menetapkan Keputusan Penyesuaian dan Penetapan Kembali Pensiun Pokok Pensiunan Pegawai Negeri Sipil dan Janda

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

JUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BATAM

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 914/KPTS/M/2017

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas seluruh permasalahan perkotaan. Permasalahan kota yang

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 087/O/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMIN MUTU PENDIDIKAN

1. Survei Harga Properti Perumahan (SHPP) Oilaksanakan di 20 kota di 12 provinsi dengan rincian target sam pel sebagai berikut:

NAMA DAN ALAMAT DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Nama Dinas. Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NAD. Alamat Kantor

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

MENTERI HUKUM DAN HAM R.I REPUBLIK INDONESIA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT

UNDANGAN PEMASUKAN PENAWARAN Nomor : 005/PAN-PPBJ/KPAN/III/2011

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,32 PERSEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

2017, No Penyesuaian dan Penetapan Kembali Pensiun Pokok Pensiunan Hakim dan Janda/Dudanya, serta Orang Tua dari Hakim yang Tewas dan Tidak Men

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

REKAPITULASI SK PPID KOTA SE INDONESIA PUSAT PENERANGAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2016 DEFLASI 0,28 PERSEN

PROPOSAL. Olimpiade Pasar Modal Nasional 2013 Tingkat SMA/MA

Transkripsi:

ANALISIS UKURAN KOTA OPTIMAL (STUDI KASUS: KOTA DI INDONESIA) Aprilia Purnama 1*, Abd Jamal 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email: purnamaaprilia@gmail.com 2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email: abdjamal@unsyiah.ac.id Abstract This study aimed to analyze the optimal size of cities in Indonesia from the viewpoint of economics. The main data used for this research was secondary data, those are the population size data, GRDP per capita at current market prices, capital expenditure in APBD, and labor force. Descriptive analysis is a model that the researcher uses in this research. The result of this research is optimal size of each city was different. The highest optimal size of city was in Java- Bali and Nusa Southeast Island, it was about 469.919 inhabitants and the lowest was Maluku- Papua Island as big as 312.343 inhabitants. Optimal city size is needed to solve population problems especially for large cities that each year experience rapid population growth. Therefore, urbanization restriction policy is needed for cities that have reached the optimum city size, so that the city s population can be controlled and for cities that have not reached their optimum city size by allowing population growth or urbanization to continue to reached optimal city size. Keywords : Optimal City Size, Population, Urbanization. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ukuran optimal kota-kota di Indonesia dari sudut pandang ilmu ekonomi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data jumlah penduduk, PDRB per kapita atas dasar harga berlaku, belanja modal dalam APBD, dan angkatan kerja. Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ukuran kota optimal berbeda untuk kota-kota di setiap pulau. Ukuran kota optimal yang paling tinggi adalah di Pulau Jawa-Bali dan Nusa Tenggara, yaitu sebesar 469.919 jiwa dan yang paling rendah adalah Pulau Maluku-Papua sebesar 312.343 jiwa. Ukuran kota optimal diperlukan untuk mengatasi masalah kependudukan terlebih bagi kota-kota besar yang setiap tahunnya mengalami pertumbuhan penduduk secara pesat. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan pembatasan urbanisasi bagi kota-kota yang telah mencapai ukuran kota optimal agar jumlah penduduk kota dapat terkendali dan untuk kota yang belum mencapai ukuran kota optimalnya adalah dengan membiarkan pertumbuhan penduduk atau urbanisasi terus terjadi hingga mencapai ukuran kota yang optimal. Kata Kunci: Ukuran Kota Optimal, Jumlah Penduduk, Urbanisasi. 500

PENDAHULUAN Penduduk merupakan elemen penting dan modal dasar bagi suatu negara dalam membangun negaranya karena penduduk yang berkualitas dapat memberikan efek yang positif bagi pertumbuhan ekonomi negara, akan tetapi penduduk yang terlalu banyak dan berkualitas rendah dapat menjadi dampak yang negatif bagi negara itu sendiri. Hal inilah yang saat ini masih menjadi masalah tersendiri bagi Indonesia, dimana masih banyaknya penduduk dengan kualitas yang rendah. Permasalahan penduduk lainnya adalah persebaran penduduk yang terjadi masih belum merata dikarenakan adanya ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar daerah dan perkembangan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di kota cukup cepat sehingga menyebabkan mobilitas atau perpindahan penduduk dari desa ke kota tidak dapat dihindari. Urbanisasi dari desa ke kota dilakukan karena banyak masyarakat yang menganggap daerah perkotaan sebagai tempat masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Urbanisasi jika dilihat dari pendekatan demografis dapat diartikan sebagai proses peningkatan konsentrasi penduduk di perkotaan sehingga penduduk yang tinggal di perkotaan secara keseluruhan meningkat. Proses urbanisasi terjadi karena adanya daya tarik kota (pull factor) dan karena adanya daya dorong (push factor) dari daerah asalnya (Jamaludin, 2015). Akan tetapi, di masa sekarang banyak juga penduduk kota yang memilih untuk tinggal jauh dari pusat kota atau di pnggir kota dikarenakan adanya dorongan yang dipengaruhi oleh kondisi kota yang sudah tidak lagi nyaman. Urbanisasi dapat memberikan pengaruh yang positif dan juga dampak negatif bagi suatu daerah. Dengan adanya urbanisasi, maka pembangunan juga akan terjadi, dimana kegiatan ekonomi yang baru akan muncul di daerah perkotaan. Namun, jika tingkat urbanisasi yang terjadi sudah berlebihan akan berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat kota, seperti pengangguran dan kemiskinan, harga tanah dan perumahan yang meningkat, kemacetan lalu lintas dan tingkat kriminalitas kota cenderung meningkat yang akan memperbesar biaya pengelolaan kota akibat ekternalitas negatif dari kelebihan penduduk. Akan tetapi, pertumbuhan penduduk di kota juga dapat menjadi suatu keuntungan bagi kota itu sendiri jika jumlah penduduknya masih dalam tahap yang wajar karena bisa memberikan keuntungan aglomerasi bagi kota. (Hitszckhe, 2011). Sjafrizal (2014) juga menjelaskan bahwa apabila dalam sebuah kota terdapat keuntungan aglomerasi yang positif, maka keuntungan tersebut nantinya akan mengalami penurunan atau decreasing apabila tingkat urbanisasi yang terjadi terlalu tinggi. Semakin tinggi tingkat urbanisasi maka semakin menurun pula keuntungan agglomerasi di daerah perkotaan. Pertumbuhan dan perkembangan sebuah kota sangat erat kaitannya dengan jumlah penduduk yang menetap di kota tersebut karena kualitas dari penduduk yang menjadi faktor utama dalam membangun perekonomian kota. Jumlah penduduk kota-kota di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya sedangkan ukuran kota tetap. Pertumbuhan penduduk yang terus terjadi di kota-kota di Indonesia menimbulkan pertanyaan mengenai apakah kota-kota di Indonesia telah mencapai ukuran kota yang optimal?. Karena sebagaimana yang dijelaskan dalam ilmu ekonomi perkotaan bahwa jumlah penduduk dapat menentukan besarnya sebuah kota. Penentuan ukuran kota optimal ini sangat penting dalam menentukan kebijakan urbanisasi dan pertumbuhan penduduk kota, apakah akan dibatasi atau dibiarkan saja berkembang secara alami. Sedangkan untuk kota dengan jumlah penduduk relatif kecil tentunya urbanisasi dan pertumbuhan penduduk kota sebaiknya dibiarkan saja karena kondisi tersebut dapat menimbulkan dampak positif dalam bentuk meningkatnya keuntungan aglomerasi yang 501

dapat memberikan dampak positif bagi kegiatan ekonomi kota bersangkutan (Sjafrizal, 2014). Hasil penelitian Yarmohammadian et.al (2014) menunjukkan bahwa Teheran telah memiliki kelebihan penduduk lebih dari 71 persen dari ukuran optimal dan juga telah melampaui ukuran berkelanjutan dengan lima persen. Hal ini juga terjadi pada empat kota metropolitan lainnya di Iran, yaitu Kota Isfahan, Kota Mashhad, Kota Shiraz dan Kota Ahvaz yang telah melebihi ukuran optimal tetapi masih berada di batas berkelanjutan yang relevan. Ukuran kota optimum yang ditetapkan oleh perencana pusat tidak selalu berkelanjutan dikarenakan selalu terdapat penduduk yang ingin pindah ke kota karena berbagai alasan sehingga ukuran kota biasanya lebih tinggi dari ukuran optimal yang ditentukan. Ukuran kota optimal untuk kota-kota di Iran telah melampaui batas ukuran kota optimum yang ditetapkan pemerintah walaupun masih berada pada ukuran yang berkelanjutan kecuali kota Teheran. Hal ini terjadi karena terdapat pertumbuhan penduduk akibat migrasi terus terjadi. TINJAUAN PUSTAKA Kota Pada umumnya, kota diartikan sebagai suatu permukaan wilayah dimana terdapat pemusatan (konsentrasi) penduduk dengan jenis kegiatan ekonomi, sosial budaya dan administrasi pemerintahan. Kota memiliki daya tarik yang kuat bagi penduduk yang tinggal di wilayah luar perkotaan, hal ini terjadi karena relatif banyaknya lapangan pekerjaan terdapat di kota, upah yang ditawarkan lebih tinggi, taraf hidup yang lebih baik, dan memberikan peluang untuk melanjutkan studi sehingga menyebabkan arus urbanisasi yang terjadi semakin kuat (Adisasmita, 2005). Kota biasanya identik dengan kepadatan penduduk yang tinggi, kegiatan yang berlangsung tidak lagi pada sektor pertanian tetapi sudah beralih pada sektor perdagangan dan jasa serta kehidupan masyarakatnya lebih individual dan modern. Ukuran Kota Optimal Pertumbuhan penduduk yang terus terjadi tidak diikuti dengan perubahan ukuran kota itu sendiri dan jumlah penduduk merupakan salah satu indikator yang menentukan ukuran suatu kota. Hal ini membuat para ahli seperti Alonso, Cameron, dan Richardson mengemukakan pertanyaan mengenai apakah ada ukuran kota yang optimal bagi suatu kota. Pertanyaan ini sangat penting untuk menentukan berapa besar sebuah kota yang paling efisien jika ditinjau dari segi pembiayaan kota maupun dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi warganya (Sjafrizal, 2014). Banyak yang mendefinisikan ukuran kota yang optimal dilihat dari sisi biaya bersih dari pelayanan publik yang berkaitan dengan jumlah penduduk perkotaan. Ukuran kota optimal dapat juga diartikan sebagai tingkat populasi dimana skala dari ekonomi eksternal dimaksimalkan atau marjinal sosial utilitas dari meningkatnya jumlah penduduk mendekati nol (Kim et.al, 2014). Kependudukan Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. Pertumbuhan penduduk dianggap sebagai salah satu hal positif yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Meski demikian, peran laju pertumbuhan penduduk terhadap pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonomian untuk menyerap dan secara produktif 502

memanfaatkan tambahan tenaga kerja (Supartoyo dkk, 2013). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai dari seluruh produksi dari semua sektor yang ada dalam suatu daerah yang dinyatakan dengan uang dalam suatu jangka waktu tertentu. PDRB adalah salah satu indikator penting dalam melihat kondisi perekonomian di suatu daerah (Adisasmita R., 2014). PDRB merupakan salah satu indikator makroekonomi yang pada umumnya digunakan untuk mengukur kondisi dan pencapaian aktivitas atau kinerja perekonomian di suatu wilayah provinsi atau kabupaten/kota. Informasi mengenai PDRB sangat dibutuhkan guna mendukung setiap kebijakan yang akan diambil oleh para decision maker (pengambil keputusan) mulai dari tingkat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan di suatu daerah (Fitriani, 2013). Investasi Pemerintah Investasi merupakan pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal yang digunakan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa. Investasi adalah komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran aggregat (Sukirno, 2006). Investasi pemerintah biasanya dilakukan tidak untuk memproleh keuntungan tetapi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar dapat hidup dengan baik seperti pembangunan infrastruktur. Keuntungan dari investasi pemerintah adalah ketika bertambahnya permintaan dan menaikkan pendapat masyarakat (Chandra, 2016). Investasi pemerintah merupakan belanja modal pemerintah yang direalisasikan dalam Anggaran Pengeluaran dan Belanja Daerah (APBD). Belanja modal merupakan pos pengeluaran pemerintah daerahyang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah. Pada hakikatnya belanja modal adalah belanja yang ditujukan untuk membiayai proses perubahan untuk kemajuan dan perbaikan menuju kearah yang dicapai (Prabowoningtyas, 2011). Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (Mulyadi, 2006). Tenaga kerja (man power) terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang ingin dan yang benar-benar menghasilkan barang dan jasa. Setiap negara membedakan tenaga kerja menurut batasan umur, seperti di Indonesia batasan umur tenaga kerja minimal 10 tahun tanpa batasan umur maksimal (Prabowoningtyas, 2011). METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Data yang diambil pada setiap variabel ini adalah data kuantitatif sedangkan jenis datanya adalah data sekunder. Data yang digunakan adalah jumlah penduduk, PDRB per kapita atas dasar harga berlaku, belanja modal dalam APBD dan angkatan kerja. Adapun data yang digunakan adalah data dalam bentuk panel, yaitu data gabungan antara data runtun waktu (time series), yaitu tahun 2011-2015 dan data silang (cross section), yaitu 44 kota Indonesia. 503

Model Analisis Data Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Metode ini adalah suatu metode dalam meneliti status manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa yang akan datang. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Ukuran Kota Optimal dan Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2015 (jiwa) NO Pulau Kota Jumlah Penduduk Tahun 2015 Ukuran Kota Optimal 1 Banda Aceh 250.303 2 Medan 2.210.624 3 Padang 902.413 4 Pekanbaru 1.038.118 Sumatera 5 Jambi 576.067 348.977 6 Palembang 1.580.517 7 Pangkal Pinang 196.202 8 Bandar Lampung 979.287 9 Bandung 2.481.469 10 Bekasi 2.714.825 11 Depok 2.106.102 12 Semarang 1.701.110 13 Surakarta 512.230 14 Pekalongan 296.400 15 Tegal 246.120 16 Magelang 120.790 17 Salatiga 183.820 18 Jawa-Bali dan Nusa Yogyakarta 412.704 19 Tenggara Surabaya 2.848.583 469.919 20 Malang 851.298 21 Kediri 280.004 22 Probolinggo 229.013 23 Serang 643.205 24 Tangerang 2.047.105 25 Tangerang Selatan 1.543.209 26 Denpasar 880.600 27 Mataram 450.226 28 Kupang 390.877 29 Pontianak 607.618 30 Singkawang 207.601 31 Banjarmasin 675.440 32 Banjarbaru 234.400 Kalimantan 33 Palangkaraya 259.865 398.272 34 Samarinda 812.597 35 Balikpapan 615.574 36 Bontang 163.326 37 Gorontalo 202.202 38 Makassar 1.449.401 39 Sulawesi Palu 368.100 387.088 40 Kendari 347.496 41 Manado 425.634 42 Ambon 411.617 43 Maluku-Papua Ternate 212.997 312.343 44 Jayapura 283.490 Sumber: diolah dari data BPS 504

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran kota optimal untuk kota-kota di setiap pulau berbeda-beda. Berdasarkan Tabel 1, Ukuran kota optimal yang paling tinggi adalah di Pulau Jawa-Bali dan Nusa Tenggara yaitu sebesar 469.919 jiwa dan diikuti oleh Pulau Kalimantan sebesar 398.272 jiwa. Selanjutnya adalah Pulau Sulawesi sebesar 387.088 jiwa, Pulau Sumatera sebesar 348.977 jiwa dan yang paling rendah adalah Pulau Maluku-Papua sebesar 312.343 jiwa. Ukuran kota optimal untuk Pulau Sumatera dicapai ketika jumlah penduduk sebesar 348.977 jiwa. Jika dilihat dari jumlah penduduk kota-kota di Pulau Sumatera seperti pada Tabel 1, rata-rata kota di Sumatera telah melewati ukuran yang optimal. Kota-kota tersebut adalah Kota Medan, Padang, Pekanbaru, Jambi, Palembang, dan Bandar Lampung.Sedangkan Kota Banda Aceh dan Pangkal Pinang untuk tahun 2015 belum mencapai ukuran yang optimal. Kota-kota di Pulau Jawa-Bali dan Nusa Tenggara mecapai ukuran kota optimal ketika jumlah penduduknya sebesar 469.919 jiwa. Sebelas dari dua puluh kota yang menjadi daerah penelitian telah mencapai bahkan melewati ukuran kota optimalnya di tahun 2015. Kota-kota tersebut diantaranya adalah kota yang menjadi ibukota provinsi di Pulau Jawa-Bali dan Nusa Tenggara, seperti Kota Bandung, Semarang, Surabaya, Serang, dan Denpasar. Sedangkan ibukota provinsi seperti Kota Yogyakarta, Mataram, dan Kupang masih belum mencapai ukuran kota optimalnya. Kota-kota di Pulau Kalimantan yang telah mencapai ukuran kota optimalnya adalah Kota Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, dan Balikpapan. Kota-kota tersebut telah melewati ukuran kota optimal untuk Pulau Kalimantan, yaitu 398.272 jiwa. Kota lainnya seperti Kota Singkawang, Banjarbaru, Palangkaraya dan Bontang masih belum mencapai ukuran kota optimalnya pada tahun 2015 karena jumlah penduduknya masih dibawah jumlah penduduk ukuran kota optimal. Kota-kota di Pulau Sulawesi mencapai ukuran kota optimal ketika jumlah penduduknya sebesar 387.088 jiwa. Kota dengan jumlah penduduk di tahun 2015 yang telah melewati ukuran tersebut adalah Kota Makassar dan Manado yang jumlah penduduknya telah mencapai 1.449.401 jiwa dan 425.634 jiwa. Sedangkan kota yang belum mencapai ukuran kota optimalnya adalah Kota Gorontalo, Palu, dan Kendari. Ukuran kota optimal untuk kota-kota di Pulau Maluku-Papua dicapai ketika jumlah penduduk kota sebesar 312.343 jiwa. Dari tiga kota yang diteliti, hanya Kota ambon yang jumlah penduduknya telah melewati ukuran kota optimalnya, yaitu sebesar 411.617 jiwa sedangkan kota lainnya seperti Kota Ternate dan Jayapura masih belum mencapai ukuran kota optimal di tahun 2015. Ukuran kota optimal diperlukan untuk mengatasi masalah kependudukan yang dialami beberapa kota saat ini melalui kebijakan urbanisasi, terlebih bagi kota-kota besar yang setiap tahunnya mengalami pertumbuhan penduduk secara pesat. Pertumbuhan penduduk yang terus terjadi di kota-kota besar dan urbanisasi yang terus terjadi membawa dampak yang negatif bagi kota-kota tersebut, seperti kemacetan, pengangguran, kriminalitas dan kemiskinan yang akan meningkatkan beban biaya bagi pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan pembatasan urbanisasi bagi kota-kota yang telah mencapai ukuran kota optimalnya agar tidak terjadi ledakan jumlah penduduk setiap tahunnya, terutama untuk kota-kota besar seperti Kota Bandung, Medan, Surabaya, dan Makassar. Sedangkan kebijakan untuk kota yang belum mencapai ukuran kota optimalnya adalah membiarkan pertumbuhan penduduk atau urbanisasi terus terjadi hingga mencapai ukuran kota yang optimal dengan cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi kotanya seperti dengan menyediakan lapangan pekerjaan dan infrastruktur yang lebih baik sehingga dapat menarik penduduk dari kota yang telah melewati ukuran kota optimalnya. 505

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran kota optimal yang paling tinggi adalah di Pulau Jawa-Bali dan Nusa Tenggara yaitu sebesar 469.919 jiwa dan diikuti oleh Pulau Kalimantan sebesar 398.272 jiwa. Selanjutnya adalah Pulau Sulawesi sebesar 387.088 jiwa, Pulau Sumatera sebesar 348.977 jiwa dan yang paling rendah adalah Pulau Maluku-Papua sebesar 312.343 jiwa. 2. Kota yang telah mencapai atau melewati ukuran optimal berdasarkan pulau di Indonesia adalah sebesar 75 persen dari 8 kota yang menjadi daerah penelitian di Pulau Sumatera, untuk Pulau Jawa-Bali dan Nusa tenggara sebesar 55 persen dari 20 kota, 50 persen untuk Pulau Kalimantan dari 8 kota, 40 persen dari 5 kota di Pulau Sulawesi, dan 33,33 persen dari 3 kota di Pulau Maluku-Papua. Saran Pertumbuhan penduduk kota yang terus terjadi menimbulkan dampak yang positif dan juga negatif bagi kota, sehingga diperlukan kebijakan yang tepat untuk mengelola kota. Oleh karena itu, untuk kota yang belum mencapai ukuran optimalnya dapat terus dibiarkan pertumbuhan penduduknya, baik secara alami maupun urbanisasi hingga mencapai ukuran yang optimal dengan cara membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan kualitas infrastruktur untuk menunjang pertumbuhan ekonomi kota sehingga dapat menarik penduduk dari daerah untuk datang. Sedangkan untuk kota yang telah melewati ukuran optimalnya, kebijakan yang harus dilakukan pemerintah adalah menghambat pertumbuhan penduduk dengan membatasi urbanisasi dengan cara memunculkan pusat-pusat pertumbuhan baru di daerah dengan jumlah penduduk yang masih sedikit dan memiliki potensi ekonomi sehingga penduduk tidak hanya berpusat pada satu kota. Selain itu, pemerintah harus membuat peraturan untuk mempersulit perpindahan penduduk desa ke kota, misalnya dengan membatasi jumlah penduduk yang boleh pindah ke kota setiap tahunnya DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, H. R. (2005). Pembangunan Ekonomi Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Adisasmita, R. (2014). Pertumbuhan Wilayah dan Wilayah Pertumbuhan. Yogyakarta: GRAHA ILMU. Badan Pusat Statistik. Aceh Dalam Angka 2016. Aceh: BPS Provinsi Aceh.. Bali Dalam Angka 2016. Bali: BPS Provinsi Bali.. Bangka Belitung Dalam Angka 2016. Bangka Belitung: BPS Provinsi Bangka Belitung.. Banten Dalam Angka 2016. Banten: BPS Provinsi Banten.. D.I.Yogyakarta Dalam Angka 2016. D.I. Yogyakarta: BPS Provinsi D.I. 506

Yogyakarta. Gorontalo Dalam Angka 2016. Gorontalo: BPS Provinsi Gorontalo.. Jambi Dalam Angka 2016. Jambi: BPS Provinsi Jambi.. Jawa Barat Dalam Angka 2016. Jawa Barat: BPS Provinsi Jawa Barat.. Jawa Tengah Dalam Angka 2016. Jawa Tengah: BPS Provinsi Jawa Tengah.. Jawa Timur Dalam Angka 2016. Jawa Timur: BPS Provinsi Jawa Timur.. Kalimantan Barat Dalam Angka 2016. Kalimantan Barat: BPS Provinsi Kalimantan Barat.. Kalimantan Selatan Dalam Angka 2016. Kalimantan Selatan: BPS Provinsi Kalimantan Selatan.. Kalimantan Tengah Dalam Angka 2016. Kalimantan Tengah: BPS Provinsi Kalimantan Tengah.. Kalimantan Timur Dalam Angka 2016. Kalimatan Timur: BPS Provinsi Kalimantan Timur.. Lampung Dalam Angka 2016. Lampung: BPS Provinsi Lampung.. Maluku Dalam Angka 2016. Maluku: BPS Provinsi Maluku.. Nusa Tenggara Barat Dalam Angka 2016. Nusa Tenggara Barat: BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat.. Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2016. Nusa Tenggara Timur: BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur.. Papua Dalam Angka 2016. Papua: BPS Provinsi Papua.. Papua Barat Dalam Angka 2016. Papua Barat: BPS Provinsi Papua Barat.. Riau Dalam Angka 2016. Riau: BPS Provinsi Riau. Sulawesi Selatan Dalam Angka 2016. Sulawesi Selatan: BPS Provinsi Sulawesi Selatan.. Sulawesi Tengah Dalam Angka 2016. Sulawesi Tengah: BPS Provinsi Sulawesi Tengah. 507

. Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2016. Sulawesi Tenggara: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara.. Sulawesi Utara Dalam Angka 2016. Sulawesi Utara: BPS Provinsi Sulawesi Utara.. Sumatera Barat Dalam Angka 2016. Sumatera Barat: BPS Provinsi Sumatera Barat.. Sumatera Selatan Dalam Angka 2016. Sumatera Selatan: BPS Provinsi Sumatera Selatan.. Sumatera Utara Dalam Angka 2016. Sumatera Utara: BPS Provinsi Sumatera Utara. Chandra, P. T. (2016). Sensi Ekonomi Makro. Surabaya: Zifatama Publisher. Fitriani. (2013). Perhitungan dan Analisis Produk Domestik Regioanl Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota Berdasarkan Harga Konstan (Studi Kasus BPS Kabupaten Kendal). Skripsi. Semarang: Unversitas Diponegoro Semarang. Hitzschke, S. (2011). The Optimal Size of German Cities: An Efficiency Analysis Perspective. Darmstadt Discussion Papers in Economics, No. 202, 1-23. Kim, E., Hewings, G. J., & Nam, K.-M. (2014). Optimal Urban Population Size: National vs. Local Economic Efficiency. Urban Studies 51, No. 2, 428 445. Mulyadi. (2006). Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Prabowoningtyas, D. H. (2011). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Output Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Model Pertumbuhan Neo- Klasik. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, 1-28. Sjafrizal. (2014). Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Sukirno, S. (2006). Makroekonomi. Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Supartoyo, Y. H., Tatuh, J., & Sendouw, R. H. (2013). The Economic Growth And The Regional Characteristics: The Case Of Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 1-17. Yarmohammadian, N., Akbari, N., Asgary, A., & Movahedinia, N. (2014). Optimal and Sustainable City Size by Estimating Surplus Function. International Journal of Business and Development Studies Vol. 6, No. 1, 21-38. 508