BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes agypti yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aedes sp. ,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Anatomi dan Morfologi Nyamuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI LARVA DAN NYAMUK AEDES, ANOPHELES, DAN CULEX

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedudukan Taksonomi dan Morfologi Cabai Rawit (Capsicum frutescen)

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. 2.1 Tanaman Bunga Pagoda (Clerodendrum squamatum Vahl) Deskripsi Morfologi

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke berbagai penjuru dunia. Di Indonesia sendiri, tanaman pepaya (Carica

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

BAB II PERANCANGAN VIDEO INFOGRAFIS MENGENAI PENYEBARAN DAN SIKLUS HIDUP NYAMUK

BAB II LANDASAN TEORI

Musca domestica ( Lalat rumah)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Dan Morfologi Nyamuk Culex quinquefasciatus Say

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Proses Penularan Penyakit

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Nyamuk sebagai vektor

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bionomik Nyamuk Aedes aegypti 2.2 Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit menular seperti demam berdarah, Japanese encephalitis, malaria,

BAB II TINJUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Nyamuk

Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

II. TINJAUAN PUSTAKA. memburuk setelah dua hari pertama (Hendrawanto dkk., 2009). Penyebab demam

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

Nyamuk Yang Berperan Sebagai Vektor Penyakit dan Cara Pengendaliannya Oleh Sitti Rahmah Umniyati

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. malaria berasal dari bahasa Itali Mal = kotor, sedangkan Aria = udara udara yang kotor.

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk Aedes sp. adalah serangga pembawa vektor penyakit Deman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari spesies, stadium larva

II. TINJAUAN PUSTAKA

... sesungguhnya segala sesuatu yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat rnenciptakan

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

BAB II TINJAUAN MENGENAI AEDES AEGYPTI

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

BAB II KAJIAN TEORI. Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit (Protozoa)

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SELAYANG PANDANG PENYAKIT-PENYAKIT YANG DITULARKAN OLEH NYAMUK DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2004 Oleh : Akhmad Hasan Huda, SKM. MSi.

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasi hewan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGENDALIAN VEKTOR NYAMUK OLEH KELOMPOK 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk 1. Nyamuk sebagai vektor Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae dan Anophelinae. Di seluruh dunia terdapat lebih dari 2500 spesies nyamuk namun sebagian besar dari spesies nyamuk tidak berasosiasi dengan penyakit virus (arbovirus) dan penyakit- penyakit lainnya. Jenis jenis nyamuk yang menjadi vektor utama, dari subfamili Culicinae adalah Aedes sp, Culex sp,dan Mansonia sp, sedangkan dari subfamili Anophelinae adalah Anopheles sp. Semua jenis nyamuk membutuhkan air untuk hidupnya, karena larva nyamuk melanjutkan hidupnya di air dan hanya bentuk dewasa yang hidup di darat. Telur nyamuk menetas dalam air dan menjadi larva. Nyamuk betina biasanya memilih jenis air tertentu untuk meletakkan telur seperti pada air bersih, air kotor, air payau, atau jenis air lainnya. Bahkan ada nyamuk yang meletakkan telurnya pada tanaman, lubang kayu (tree holes), tanaman berkantung yang dapat menampung air, atau dalam wadah bekas yang menampung air hujan, dan air bersih ( Purnama, 2010 ). Telur nyamuk menetas dalam air dan menjadi larva. Larva nyamuk hidup dengan memakan organisme kecil, tetapi ada juga yang bersifat sebagai predator seperti larva Toxorhynchites sp yang memangsa jenis larva nyamuk lain yang 5

6 hidup dalam air. Kebanyakan nyamuk betina menghisap darah manusia atau hewan lain seperti kuda, sapi, babi, dan burung dalam jumlah yang cukup sebelum perkembangan telurnya. Namun ada jenis nyamuk yang bersifat spesifik dan hanya menggigit manusia atau mamalia. Nyamuk jantan biasanya hidup dengan memakan cairan tumbuhan (Supartha, 2008). 2. Takstonomi nyamuk Kingdom : Animalia Philum : Antrophoda Sub Philum :Mandibulata Class Ordo Sub ordo Familia : Insecta : Diptera : Nematocera : Culicidae Ordo diptera ini mempunyai dua sayap ( di=dua, ptera=sayap ) yang terdapat pada mesothorax dan terdapat juga sayap yang sebagai alat keseimbangan ( Safar, 2010). B. Jenis - Jenis Nyamuk a. Aedes sp Nyamuk Aedes sp tersebar di seluruh dunia, nyamuk ini dapat menyebabkan gangguan gigitan yang serius terhadap manusia dan binatang, baik di daerah tropik dan daerah beriklim lebih dingin (Hastuti, 2008).

7 Klasifikasi Aedes sp adalah sebagai berikut : Kingdom Phylum Class Ordo Subordo Family Subfamily Genus Subgenus Spesies : Animalia : Arthropoda : Insecta : Diptera : Nematocera : Culicidae : Culicinae : Aedes : Stegomy : Aedes aegypti Gambar 1 telur Aedes sp (Sivanthan, 2006 ) Pada spesies Aedes telur diletakkan terpisah satu persatu, Setelah menetas telur akan berkembang menjadi larva (jentik-jentik). Pada stadium ini kelangsungan hidup larva dipengaruhi suhu, ph air perindukan, ketersediaan

8 makanan, cahaya, kepadatan larva, lingkungan hidup, serta adanya predator. Berikut ini adalah ciri-ciri dari larva Aedes sp: Gamba 2 larva Aedes sp ( Sivanthan, 2006 ) Adanya corong udara (siphon) pada segmen terakhir. Mempunyai siphon yang relatif pendek dan gemuk. Pada corong udara tersebut memiliki sepasang rambut. Pada segmen-segmen abdomen tidak dijumpai adanya rambut-rambut berbentuk kipas (palmate hairs). Berkembang biak di air jernih. (Herms, 2006). Larva Aedes sp biasa bergerak-gerak lincah dan aktif, dengan memperlihatkan gerakan-gerakan naik ke permukaan air dan turun ke dasar wadah secara berulang. Larva mengambil makanan didasar wadah, oleh karena itu larva Aedes sp disebut pemakan makanan di dasar (bottom feeder). Makanannya terdiri dari mikroorganisme, detritus, alga, protista, daun, dan invertebrate hidup dan mati. (Beaty, 1996).

9 Pada saat larva mengambil oksigen dari udara, larva menempatkan corong udara (siphon) pada permukaan air seolah-olah badan larva berada pada posisi membentuk sudut dengan permukaan air. (Kusnindar, 1990) Larva Aedes sp mempunyai tubuh memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdysis) dan larva yang terbentuk berturut-turut disebut instar I, II, III, dan IV. Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong pernapasan (siphon) belum menghitam. Larva instar II bertambah besar, ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernapasan sudah berwarna hitam. Larva instar III telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax), dan perut (abdomen). Larva ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif, dan waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan bidang permukan air. (Soegijanto, 2006). Larva instar IV akan berubah menjadi pupa yang berbentuk bulat gemuk menyerupai bentuk koma berikut adalah gambar pupa Aedes sp.

10 Gambar 3 pupa Aedes sp ( Purnama, 2010) Stadium larva Aedes sp mempunyai bentuk siphon yang hanya memiliki satu kelompok rambut dan pectin yang tumbuh tidak sempurna. Stadium pupa Aedes sp mempunyai corong pernafasan yang panjang dan langsing. Accesoir hair terletak di dalam sirip dan tidak didapati mulut karena pupa tidak makan. (Soegijanto, 2006). Nyamuk Aedes sp jantan menghisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya, sedangkan nyamuk betina menghisap darah berikut adalah gambaran nyamuk Aedes sp. Gambar 4. Nyamuk Aedes sp ( Purnama, 20010 ). b. Nyamuk Culex sp Culex adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vector penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis,stlouis

11 encephalitis. Nyamuk dewasa dapat berukuran 4 10 mm (0,16 0,4 inci). Dan dalam morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh umum yaitu, kepala, dada, dan perut. Gambar 5 telur culek sp ( Hani, 2014 ). Pada genus Culex telur diletakkan saling berkaitan sehingga membentuk rakit, telur diletakkan pada permukaan air. Telur Culex berbentuk seperti peluru senapan, bagian ujung telur terdapat bangunan seperti corolla. Berikut adalah ciri ciri larva Culex: Adanya corong udara ( siphon ) pada segmen terakhir. Bentuk Siphon langsing. Pada corong udara mempunyai rambut lebih dari 1 kelompok rambut Tidak ada rambut rambut berbentuk kipas ( Palmatus hairs ) pada segmen abdomen Berkembang biak di air kotor.

12 Berikut ini adalah gambar larva,pupa dan nyamuk Culex. Gambar 6 larva Culex sp (Swani, 2004). Gambar 7 pupa Culex sp (Swani, 2004). Gambar 8 nyamuk Culex sp ( Hani, 2014 ).

13 c. Nyamuk Mansonia sp Klasifikasi Mansonia adalah sebagai berikut : Kingdom Phylum Class Ordo Genus :Animalia : Arthropoda : Insecta : Diptera : Mansonia Gambar 9 telur Mansonia sp (Fahmi 2009 ). Pada telur Mansonia diletakkan saling berlekatan membentuk rakit dengan bentuk telur lancip seperti duri. Biasanya telur Mansonia diletakkan di balik permukaan tumbuhan air (Fahmi, 2009 ). Gambar 10 larva Mansonia sp (Fahmi, 2009)

14 Pada stadium larva Mansonia mempunyai siphon berujung lancip dan berpigmen gelap. Stadium pupa Mansonia mempunyai corong pernafasan seperti duri dan bentuk segmen 10 juga seperti duri. Pada stadium dewasa Mansonia betina palpusnya lebih pendek dari proboscis, sedang Mansonia jantan palpusnya lebih panjang dari proboscis. Sisik sayapnya lebar dan asimetri, Ujung abdomen tumpul dan terpancung. (Gandahusada, 2008 ). Daur hidup Mansonia juga mengalami metamorposis sempurna seperti halnya nyamuk-nyamuk anophelini, Aedes dan Culex. Telur diletakkan di balik permukaan daun tumbuhan air, telur akan menetas setelah 2 sampai 4 hari menjadi larva yang selalu hidup di dalam air. Gambar 11 pupa Mansonia sp (Fahmi, 2009) Gambar 12 nyamuk Mansonia sp (Fahmi, 2009)

15 Untuk menjadi pupa Mansonia memerlukan waktu kira-kira 3 minggu. Dan untuk tumbuh dewasa diperlukan waktu 1 sampai 3 hari. Setelah menjadi nyamuk dewasa, nyamuk betina kemudian menghisap darah yang diperlukan untuk pembentukan telur. Aktivitas nyamuk Anophelini sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara dan suhu. Umumnya nyamuk ini aktif menghisasp darah pada malam hari. Jarak terbangnya biasanya 0,5-3 km, dapat dipengaruhi transportasi dan kencangnya angin. Berbeda dengan nyamuk Anophelini, nyamuk Culicini ada yang mempunyai kebiasaan menghisap darah pada malam hari saja ( Culex ), ada yang menghisap darah pada siang dan malam hari ( Mansonia ) dan ada juga yang menghisap darah hanya siang hari ( Aedes ). Jarak terbang Culicini biasanya pendek. (Gandahusada, 2008). d.nyamuk Anophelessp Klasifikasi Anopheles sp adalah sebagai berikut : Kingdom Phylum Class Ordo Genus :Animalia : Arthropoda : Insecta : Diptera : Anopheles

16 Gambar 13 telur Anopheles ( Rosa, 2009 ). Telur Anopheles sp berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks dan bagian atasnya konkaf dan diletakkan satu per satu di atas permukaan air serta memiliki sepasang pelampung yang terletak di bagian lateral. Di tempat perindukan, larva Anopheles mengapung sejajar dengan permukaan air dengan bagian badan yang khas yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen, batu palma pada bagian lateral abdomen, dan tergal pada bagian tengah setelah dorsal abdomen. Pada stadium pupa terdapat tabung pernafasan yang disebut respiratory trumpet yang berbentuk lebar dan pendek yang berfungsi untuk mengambil O2 dari udara. Stadium dewasa Anophelini jantan dan betina memiliki palpi yang hampir sama dengan panjang probocisnya, hanya pada nyamuk jantan palpi pada bagian apikal berbentuk gada yang disebut club form sedangkan pada nyamuk betina ruas itu mengecil. (Safar, 2010 ).

17 Gambar 14 larva Anopheles ( Rosa, 2009 ). Anopheles mengalami metamorfosis sempurna yaitu stadium telur, larva, kepompong, dan dewasa yang berlangsung selama 7-14 hari. Tahapan ini dibagi ke dalam 2 (dua) perbedaan habitatnya yaitu lingkungan air (aquatik) dan di daratan (terrestrial). Nyamuk dewasa muncul dari lingkungan aquaticke lingkungan terresterial setelah menyelesaikan daur hidupnya, Oleh sebab itu keberadaan air sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup nyamuk, terutama masa larva dan pupa. Nyamuk Anopheles betina dewasa meletakkan 50-200 telur satu persatu di dalam air atau bergerombol tetapi saling lepas. Telur Anopheles mempunyai alat pengapung dan untuk menjadi larva dibutuhkan waktu selama 2 sampai 3 hari, atau 2 sampai 3 minggu pada iklim-iklim lebih dingin. Pertumbuhan larva dipengaruhi faktor suhu, nutrien, ada tidaknya binatang predator yang berlangsung sekitar 7 sampai 20 hari bergantung pada suhu.

18 Gambar 14 pupa Anopheles ( Rosa, 2009 ). Gambar 15 nyamuk Anopheles ( Rosa, 2009 ). Kepompong (pupa) merupakan stadium terakhir di lingkungan aquatic dan tidak memerlukanmakanan.pada stadium ini terjadi proses pembentukan alat-alat tubuh nyamuk seperti alat kelamin, sayap dan kaki. Lama stadium pupa pada nyamuk jantan antara 1 sampai 2 jam lebih pendek dari pupa nyamuk betina, karenanya nyamuk jantan akan muncul kira-kira satu hari lebih awal daripada nyamuk betina yang berasal dari satu kelompok telur. Stadium pupa ini memakan waktu lebih kurang 2 sampai dengan 4 hari (Safar, 2010). C. Epidemologi nyamuk Ukuran tubuhnya kecil dan berat badannya 2-2,5 miligram, hingga kini nyamuk masih menjadi musuh yang belum terkalahkan. Setiap tahun, nyamuk penular penyakit masih dengan leluasa menyebarkan virus dan parasit,

19 menyebabkan sekitar 1,62 juta orang terserang malaria klinis dan lebih dari 100.000 orang menderita demam berdarah dengue di Indonesia. Penyakit filariasis atau kaki gajah, chikungunya, dan radang akut susunan saraf atau Japanese Enchepalitis juga belum bisa terberantas tuntas karena serangga yang tergolong famili Culicidae ini masih bisa berkembang biak dengan baik. Menurut ahli parasitologi Prof Mohammad Sudomo, setidaknya ada 29 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Aedes, Culex, dan Mansonia yang menjadi perantara penularan penyakit di Indonesia (Darmowandono, 2004). Ada 20 spesies nyamuk Anopheles, enam spesies nyamuk Mansonia, dua spesies nyamuk Aedes dan satu spesies nyamuk Culex. Spesies nyamuk Anopheles, termasuk Anopheles balabacensis, Anopheles maculatus, Anopheles barbirostris, dan Anopheles sundaicus, menularkan penyakit malaria dengan memasukkan protozoa dari genus Plasmodium ke dalam darah manusia melalui gigitannya. Nyamuk Aedes jenis Aedes aegypti memasukkan virus dengue yang menyebabkan demam berdarah dengue. Nyamuk yang dikenal dengan belang hitam putih pada badan dan kakinya ini juga dapat menularkan penyakit chikungunya. Sementara itu, nyamuk yang tergolong dalam genus Culex dan Mansonia umumnya menularkan filariasis dengan memasukkan cacing filaria ke dalam darah manusia melalui gigitannya. (Sutyoagus, 2014). Siklus hidup nyamuk-nyamuk penular penyakit tersebut, secara umum hampir sama. Masa pradewasa, dari telur, larva hingga pupa terjadi di air dan berlangsung antara 7 dan 14 hari. Hal ini tergantung dari suhu dan kondisi

20 lingkungan sekitarnya.sementara itu, proses perubahan pupa atau kepompong menjadi nyamuk berlangsung lebih singkat, yakni antara dua dan tiga hari. Nyamuk betina yang baru keluar dari pupa akan langsung terbang, berputar-putar di sekitarnya untuk mencari nyamuk jantan dan kawin. Setelah perkawinan selesai, dia melanjutkan, nyamuk betina akan beristirahat sebentar untuk kemudian terbang mencari darah yang dibutuhkan untuk mematangkan telur-telurnya nanti. Nyamuk yang sudah berhasil mendapatkan darah dengan menggigit hewan atau manusia akan kembali beristirahat di tempat perindukan dan meletakkan telurnya pada tanaman air. Seekor nyamuk betina bisa mengeluarkan 100-200 telur dan menetaskan 75 hingga 150 (Sutyoagus, 2014).