I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

ANALISIS POTENSI KAWASAN PESISIR PULAU REMPANG DAN GALANG KECAMATAN GALANG KOTA BATAM UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA THERESIA RACHMALIA GINTING

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar didunia. Memiliki potensi

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fungsi lindung dan fungsi konservasi semakin berkurang luasnya. Saat ini

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Cilacap merupakan kota yang terletak di sebelah selatan dari

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

7. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KOTA MAKASSAR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

ANALISIS POTENSI WILAYAH UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA KABUPATEN JEPARA

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2006

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

PENDAHULUAN. Kawasan pesisir Indonesia, disarnping kaya akan potensi sumberdaya. alamnya, juga mempunyai potensi untuk dikernbangkan rnenjadi obyek

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera. Lampung memiliki banyak keindahan, baik seni budaya maupun

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan yang terdapat di daerah pantai dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan di Indonesia telah berlangsung kurang lebih

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

OCEANARIUM DI KAWASAN PANTAI KARTINI JEPARA

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak pakar dan praktisi yang berpendapat bahwa di milenium ketiga, industri jasa akan menjadi tumpuan banyak bangsa. John Naisbitt seorang futurist terkenal memprediksikan 3 (tiga) industri jasa yang akan memegang kendali di planet ini, yaitu telecommunication, transportation dan tourism. Perkembangan dunia pariwisata tidaklah terlepas dari latar belakang kebutuhan masyarakat akan jasa wisata (Sekartjakrarini, 2004). Apalagi dengan timbulnya nilai preferensi berwisata yang mengutamakan an authentic destination experience that gives opportunity to learn, yaitu pariwisata sebagai tempat yang memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman mental dan fisik dari sumberdaya alam (Sekartjakrarini dan Legoh, 2003) Tourism atau Kepariwisataan merupakan sektor ekonomi yang banyak diperhatikan pada beberapa dasawarsa terakhir. Sebagai mesin penggerak peningkatan ekonomi regional, pariwisata memiliki manfaat-manfaat penting yaitu sebagai pencipta lapangan kerja, menumbuhkan banyak peluang ekonomi skala kecil dan menengah serta dapat meningkatkan upaya dalam menjaga dan memperbaiki lingkungan. Bagi Indonesia, pariwisata diharapkan dapat berperan dalam menyumbang devisa negara, meningkatkan hubungan internasional, pemberdayaan masyarakat serta pemerataan kesempatan kerja dan pendapatan. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulau 17.508 buah dan memiliki panjang garis pantai 81.000 kilometer. Luas wilayah Indonesia, termasuk Zona Ekonomi Eksklusif, adalah 5,8 juta kilometer persegi. Species flora dan fauna di lautan Indonesia, sebagian besar menghuni wilayah pesisir. Ekosistem pesisir merupakan sumber kehidupan bagi rakyat, bahkan selama bertahun-tahun telah menjadi pendukung bagi pembangunan sosial dan ekonomi di Indonesia. Oleh karena itu ekosistem pesisir di Indonesia saat ini diarahkan untuk berbagai kegiatan pariwisata khususnya kegiatan pariwisata bahari. Peranan pariwisata bahari cenderung akan semakin meningkat dalam pembangunan nasional, mengingat jumlah kunjungan wisatawan ke berbagai obyek pariwisata terus meningkat. Salah satu wilayah pesisir dan laut yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi salah satu obyek wisata khususnya pariwisata bahari adalah Pulau Rempang dan Galang (Relang). Pulau Rempang dan Galang terletak di perairan

Laut China Selatan dan secara administratif termasuk ke dalam wilayah Propinsi Kepuluan Riau (Kepri). Secara administratif pula, kedua pulau tersebut dibawah pengelolaan pemerintah Kota Batam Kecamatan Galang. Sebagai sebuah kepulauan, Relang dianugerahi dengan potensi sumberdaya alam pesisir dan laut yang cukup besar. Dengan wilayah pesisir dan laut yang demikian luas, pembangunan ekonomi di Relang dapat didukung oleh sumberdaya alam wilayah pesisir dan laut, walaupun hingga saat ini pembangunan ekonomi di wilayah ini masih berbasiskan kepada pembangunan berbasis daratan. Secara umum, sumberdaya alam wilayah pesisir dan laut Relang dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu : sumberdaya terpulihkan, sumberdaya tidak terpulihkan dan jasa-jasa kelautan. Sumberdaya terpulihkan antara lain adalah ikan, udang, terumbu karang, rumput laut, padang lamun dan mangrove. Sementara itu, sumberdaya tidak terpulihkan antara lain adalah pasir dan mineral. Contoh dari jasa-jasa kelautan antara lain adalah wisata bahari, pantai dan perhubungan. Selain itu di kawasan ini banyak terdapat pulau-pulau kecil yang memiliki pantai yang berpasir putih dan pemandangan yang indah. Dilihat dari perputaran arus yang ada maka perairan di kota Batam yang berada di selat Malaka ini merupakan daerah subur bagi kehidupan perikanan dan biota lainnya. Panjang pantai Relang adalah sekitar 1.261 km dengan luas wilayah lautnya sebesar 289.300 ha yang mencakup sekitar 74% dari total wilayah administrasi Barelang. Ada sebanyak sekitar 325 pulau-pulau di wilayah Barelang, yang membuat daerah ini sebagai daerah gugusan pulau-pulau kecil yang sangat luas. Dengan pertumbuhan ekonomi lokal yang cukup atraktif dibanding dengan pulau-pulau lainnya, pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut menjadi salah satu kegiatan utama bagi perekonomian wilayah ini. Namun untuk menjaga keberlanjutan pembangunan pariwisata, kelestarian baik sebagai sumberdaya maupun lingkungan hidup perlu diperhatikan agar mampu memberikan sumbangan yang besar untuk keberlanjutan pembangunan nasional. Khusus menyangkut lingkungan, yang pada hakekatnya merupakan modal dasar bagi pengembangan pariwisata, sumber-sumber pariwisata baik alam maupun budaya relatif fragile terhadap perubahan atau pemanfaatan yang berlebihan. Pemanfaatan yang dilakukan tanpa arah yang jelas akan berakibat pada kerusakan sumber-sumber tersebut, yang pada gilirannya akan mematikan pariwisata itu sendiri.

Dampak negatif yang ditimbulkan sebagai salah satu lokasi wisata membuat para ahli konservasi prihatin terhadap dampak yang ditimbulkan. Meskipun pariwisata merupakan usaha yang menguntungkan tetapi pariwisata massal dapat menimbulkan konsekuensi negatif yang jauh lebih merugikan karena lingkungan dapat menjadi rusak akibat kunjungan yang berlebihan. Sudiana (1999), menyatakan bahwa kegiatan pariwisata yang dikembangkan saat ini hanya didasarkan pada aspek ekonomi, sehingga terjadi eksploitasi sumberdaya alam dan kurang memperhatikan unsur lingkungan hidup, sehingga banyak terjadi kerusakan sumberdaya alam akibat dampak yang ditimbulkan kegiatan tersebut. Untuk mengatasi permasalahan ini para ahli lingkungan telah membuat suatu pendekatan pariwisata yang lebih memperhatikan keseimbangan antara aspek konservasi dan ekonomi, konsep ini dinamakan ekowisata. Ekowisata disambut sebagai suatu pendekatan baru yang potensial untuk melindungi wilayah-wilayah yang labil dan terancam. Ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psikologis wisatawan. Menurut Eplerwood dalam Fandeli (2000), ekowisata merupakan bentuk baru dari perjalanan bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata. Ekowisata yang benar harus didasarkan atas sistem pandang yang mencakup didalamnya prinsip kesinambungan dan pengikutsertaan partisipasi masyarakat setempat didalam areal-areal potensial untuk pengembangan ekowisata. Terdapat 5 (lima) syarat kecukupan dalam konsep ekowisata, yaitu : (1) pemanfaatan untuk perlindungan; (2) pengikut sertakan masyarakat; (3) produk interpretasi; (4) dampak negatif minimal; (5) kontribusi ekonomi (Sekartjakrarini, 2004) Ekowisata harus dilihat sebagai usaha bersama antar masyarakat setempat dan pengunjung dalam usaha melindungi lahan-lahan dan aset budaya dan biologi melalui dukungan terhadap pembangunanan masyarakat setempat. Ekowisata sebagai bagian dari wisata alam yang dapat dilakukan dikawasan yang dilindungi pemerintah seperti Taman Nasional, Taman Wisata Alam atau lingkungan alam yang tidak dilindungi seperti daerah pertanian dan desa wisata (Hadinoto, 1996). Untuk dapat memanfaatkan wilayah pesisir, laut dan sumberdaya yang berada di dalamnya secara optimal dan lestari, maka perlu diadakan dan

dikembangkan penelitian potensi dasar secara menyeluruh. Salah satu contoh perwujudannya ialah dengan melakukan penelitian tentang Analisis Potensi Kawasan Pesisir Pulau Rempang dan Galang Kecamatan Galang Kota Batam untuk Pengembangan Ekowisata. 1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengkaji potensi dan menentukan kelas kesesuaian kawasan pesisir Pulau Rempang dan Galang untuk pengembangan ekowisata; 2. Menentukan daya dukung kawasan pesisir Pulau Rempang dan Galang dalam menunjang kegiatan ekowisata; 3. Menentukan arahan perencanaan kawasan pesisir Pulau Rempang dan Galang untuk pengembangan ekowisata. 1.3. Kerangka Pemikiran Penelitian ini diawali dari gagasan seorang futurist terkenal John Naisbitt yang memprediksikan 3 (tiga) industri jasa yang akan memegang kendali di planet ini, yaitu telekomunikasi, transportasi dan kepariwisataan. Industri kepariwisataan merupakan suatu industri gaya baru, yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam berbagai hal seperti kesempatan kerja, pendapatan dan taraf hidup. Wilayah pesisir dan laut merupakan wilayah perairan yang memiliki berbagai jenis sumberdaya yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu tujuan pariwisata bahari. Namun untuk menjaga keberlanjutan pembangunan pariwisata itu, kelestarian baik sebagai sumberdaya maupun lingkungan hidup perlu diperhatikan agar mampu memberikan sumbangan yang besar untuk keberlanjutan pembangunan nasional. Untuk dapat memanfaatkan wilayah pesisir, laut dan sumberdaya yang berada didalamnya secara optimal dan lestari, maka perlu dikaji sumber data yaitu berupa kondisi alam atau lingkungan dan kondisi sosial, ekonomi dan budaya secara menyeluruh yang kemudian akan dievaluasi dengan standar kriteria penilaian obyek dan daya tarik wisata alam, analisis daya dukung pariwisata dan analisis SWOT. Hasil dari evaluasi akan menghasilkan sebuah perencanaan sehingga terdapat prioritas bagi daerah yang akan dikembangkan, dan hal ini akan

membantu perencanaan potensi kawasan pesisir Pulau Rempang dan Galang Kecamatan Galang Kota Batam untuk pengembangan ekowisata. Bagan alir penelitian Analisis Potensi Kawasan Pesisir Pulau Rempang dan Galang Kecamatan Galang Kota Batam untuk Pengembangan Ekowisata terdapat pada Gambar 1. Pariwisata Wilayah Pesisir dan Laut Pulau Rempang dan Galang Kajian Sumber Data Kondisi Alam/Lingkungan Fisik Kondisi Sosial, Ekonomi, Budaya Evaluasi Analisis Daya Dukung Pariwisata Standar Kriteria Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam Perencanaan Analisis SWOT Prioritas Daerah yang Dikembangkan Perencana Pengembangan Ekowisata Gambar 1. Bagan alir penelitian

1.4. Perumusan Masalah John Naisbitt seorang futurist terkenal memprediksikan 3 (tiga) industri jasa yang akan memegang kendali di planet ini, yaitu telecommunication, transportation dan tourism. Tourism atau kepariwisataan merupakan salah satu sektor yang berkembang di Kota Batam, yang selain didominasi oleh obyek wisata hiburan, Kota Batam juga didominasi dengan kegiatan wisata alam, bahari, laut, budaya serta wisata spiritual. Modal dasar bagi pengembangan wisata alam, bahari, laut dan budaya adalah lingkungan. Khusus menyangkut lingkungan, relatif fragile terhadap perubahan atau pemanfaatan yang berlebihan. Pemanfaatan untuk kegiatan pariwisata yang dilakukan tanpa arah yang jelas akan berakibat pada kerusakan sumber-sumber daya alam sebagai obyek wisata, yang pada gilirannya akan mematikan pariwisata itu sendiri. Para ahli konservasi prihatin terhadap dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata saat ini. Meskipun pariwisata merupakan usaha yang menguntungkan tetapi pariwisata tanpa perencanaan yang baik dapat menimbulkan konsekuensi negatif yang jauh lebih merugikan karena lingkungan dapat menjadi rusak akibat kunjungan yang berlebihan. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan ini para ahli lingkungan telah membuat suatu pendekatan pariwisata yang lebih memperhatikan keseimbangan antara aspek konservasi dan ekonomi, konsep ini dinamakan ekowisata. Menurut Sekartjakrarini (2004) terdapat 5 (lima) syarat kecukupan dalam konsep ekowisata, yaitu : (1) pemanfaatan untuk perlindungan; (2) pengikut sertaan masyarakat; (3) produk interpretasi; (4) dampak negatif minimal; dan (5) kontribusi ekonomi. Atas dasar syarat tersebut maka ekowisata dapat dipandang sebagai suatu konsep baru yang mengandung ciri-ciri potensial melindungi wilayah yang labil dan terancam, tidak melakukan eksploitasi alam, menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan tentang fisik dan psikologis wisatawan. Oleh karena itu ekowisata yang benar harus didasarkan atas usaha bersama antar masyarakat setempat dan pengunjung dalam usaha melindungi sumberdaya alam dan aset budaya. Untuk dapat menerapkan konsep ekowisata dalam memanfaatkan wilayah pesisir, laut dan sumberdaya yang berada di dalamnya secara optimal dan lestari, maka perlu dilakukan identifikasi potensi sumber daya alam untuk kegiatan wisata secara menyeluruh. Salah satu contoh perwujudannya ialah dengan melakukan

penelitian tentang Analisis Potensi Kawasan Pesisir Pulau Rempang dan Galang Kecamatan Galang Kota Batam untuk Pengembangan Ekowisata. Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah : 1. Bagaimana menggali dan mengembangkan potensi sumberdaya alam dan sosial budaya wisata yang ada di kawasan pesisir Pulau Rempang dan Galang Kecamatan Galang Kota Batam 2. Bagaimana kondisi kawasan pesisir Pulau Rempang dan Galang Kecamatan Galang Kota Batam dalam menunjang pengembangan ekowisata? 3. Bagaimana strategi pengelolaan yang harus ditempuh dalam mencapai ekowisata? 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Merupakan bahan acuan dan pertimbangan bagi berbagai pihak terkait terutama bagi pemerintah kota Batam sebagai bahan masukan dalam menentukan strategi yang optimal dalam penentuan kebijakan pengelolaan pariwisata secara berkelanjutan; 2. Memberikan gambaran yang jelas bagi berbagai pihak terkait terutama pemerintah kota Batam mengenai kegiatan yang dilaksanakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir Pulau Rempang dan Galang Kecamatan Galang Kota Batam sebagai kawasan ekowisata.