TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. konteks keruangan. Kajian geografi terbagi menjadi dua yaitu geografi fisik yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. ahli dan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan penelitian ini.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Semarang dalam Suharyono dan Moch. Amien (2013: 19) bahwa geografi adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

I.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. konteks keruangan dan kewilayahan (Suharyono, 1994:26). Selanjutnya dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. Manusia sebagai individu maupun golongan

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kaitan Antara Geografi Ekonomi Dengan Usaha Petani Singkong

PROFIL KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI TAMBAK DESA MARGASARI KECAMATAN LABUHAN MARINGGGAI (JURNAL)

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kaitan Antara Geografi Ekonomi Dengan Usaha Jamur Tiram

I PENDAHULUAN. Petani merupakan pekerjaan yang telah berlangsung secara turun-temurun bagi kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pengertian Geografi menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Sumadi

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan,

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Bintarto dalam Trisnaningsih (1998:7) mendefinisikan bahwa geografi

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena

II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR. Geografi menurut ikatan Geografi Indonesia (IGI :1988) dalam adalah ilmu yang

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA FAJAR BARU KECAMATAN JATI AGUNG. Oleh: Dila Afdila, Sudarmi*, Edy Haryono** ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN POKOK MINIMUM KELUARGA NELAYAN DI DESA MAJA KECAMATAN KALIANDA. Muhammad Rido 1) Budiyono 2) Yarmaidi 3)

I. PENDAHULUAN. baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Oleh karena itu setiap warga negara

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani

III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis deskriptif, karena penelitian ini

I. PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia merupakan daerah agraris artinya pertanian memegang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup.

I. PENDAHULUAN. upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya sangat erat kaitannya dengan pemanfaatan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pemerintah serta ditetapkan melalui undang-undang. Berdasarkan undang-undang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

DESKRIPSI SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI GUREM DI DESA SIDOSARI KECAMATAN NATAR (JURNAL) Oleh. Nita Nirwana

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk menaikan taraf hidup dan dapat dikatakan bahwa

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Pengertian Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat pertumbuhan kesempatan kerja, untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe),

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. KB, keinginan dalam memiliki sejumlah anak, serta nilai anak bagi PUS.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sumadi Suryabrata (2009:76), metode penelitian deskriptif adalah metode yang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR. Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, 1997:11).

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAPATAN PETANI PADA PENGGUNAAN LAHAN SAWAH IRIGASI DI KELURAHAN TEJOSARI KECAMATAN METRO TIMUR KOTA METRO

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sarana untuk membentuk sumber daya manusia yang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Unsur - unsur potensi Fisik desa. Keterkaitan Perkembangan Desa & Kota

Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli Definisi Ada Daftar Pustakanya

V. KARAKTERISTIK PETANI. Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

DESKRIPSI TENAGA KERJA INDUSTRI KERUPUK RAFIKA DI KELURAHAN TANJUNG HARAPAN KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA BALINURAGA TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh PUTU NILAYANTI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. Bagian kedua akan membahas mengenai tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

KARAKTERISTIK PETANI KOPI DI DESA BUKIT KEMUNING KECAMATAN BUKIT KEMUNING KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. penduduknya untuk mendapatkan pekerjaan atau mata pencaharian di daerah yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Suharyono dan Moch Amien (1994:15), Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Kajian geografi terbagi menjadi dua yaitu geografi fisik yang titik tekannya kajian pada bentang alam dan geografi manusia atau sosial dengan titik tekan kajiannya adalah manusia. Lebih lanjut menurut Nursid Sumaatmadja (1988:33) geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan memperhatikan tiaptiap gejala secara teliti ( yang merupakan bagian dari keseluruhan tadi) dalam hubungan interaksi-interelasi-integrasi keruangan. Secara garis besar, Nursid Sumaatmadja (1988:52) Geografi dapat diklasifikasikan menjadi tiga cabang, antara lain: (1) Geografi fisik yaitu cabang geografi yang meliputi tanah, air, udara dengan segala prosesnya. (2) Geografi manusia adalah cabang geografi yang bidang studinya yaitu aspek keruangan gejala di permukaan bumi, yang mengambil manusia sebagai objek pokok. (3) Geografi regional adalah deskripsi yang komperhensip-integratip aspek fisik dengan aspek fisik dengan aspek manusia dalam relasi keruangannya di suatu keruangan.

13 Berdasarkan pendapat tersebut, maka penelitian ini termasuk ke dalam cabang geografi manusia yaitu Geografi Sosial. Lebih lanjut diungkapakan oleh R. Bintarto (1998:17) sebagai berikut: Geografi sosial adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara penduduk dengan keadaan alam serta aktivitas dan usaha manusia dalam menyesuaikan dan menguasai keadaan alam demi kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya. Unsur pokok yang dipelajari dalam geografi sosial adalah manusia, lingkungan alam, hubungan dan pengaruh timbal balik antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan lingkungan alam. 2. Pengertian Desa Menurut N Daldjoeni (1987:53) pengertian desa secara umum adalah permukiman manusia yang letaknya di luar kota dan penduduknya berpangupajiwa agraris. Desa dalam arti lain adalah bentuk kesatuan administratif yang disebut juga kelurahan, lalu lurah adalah kepala desa. Sedangkan menurut pendapat Raharjo dalam Yarmaidi (2009:6) mengatakan bahwa eksistensi desa selalu dilekatkan dengan cocok tanam, dalam hal ini perlu dipahami secara kritis. Paling tidak ada dua sistem cocok tanam yang berbeda dan berbeda pula pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, yakni cocok tanam ladang dan cocok tanam menetap. Menurut Paul H. Landis ( ahli sosiologi pedesaan di Amerika Serikat) a. Untuk maksud stastik, pedesaan itu adalah tempat dengan penduduk kurang dari 2.500 orang, terkecuali bila disebutkan lain. b. Untuk maksud penelaahan psychology social, pedesaan itu adalah daerah dimana pergaulannya ditandai oleh sifat keakrabannya dan keramahtamahan yang meluas sekali.

14 c. Untuk maksud penelaahan ekonomi, pedesaan itu merupakan daerah dimana pusat perhatian kepentingan adalah pertanian dalam arti yang luas (bercocok tanam, peternakan, perikanan). (http://www.sosial.go.id/brs_file/sosiologi-diakses Desember 2010 pukul 13.00 WIB). Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa masyarakat desa sebagian besar penduduknya bermatapencaharian dibidang pertanian. Desa juga merupakan tempat di mana produksi pangan berlangsung, sebagai salah satu contoh adalah desa sebagai pemasok kebutuhan beras dan kebutuhan bahan makanan lain untuk wilayah kota dan wilayah lainnya. Selain itu sistem kekerabatan di desa masih sangat kuat bila dibandingkan dengan masyarakat kota. 3. Pengertian Petani Padi Petani adalah orang yang melakukan usaha dibidang pertanian yaitu dengan mengusahakan tanaman untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:1008) yang dimaksud petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam. Sedangkan arti kata tani yaitu mata pencaharian dalam hal bercocok tanam (mengusahakan tanah dengan tanam menanam). Petani padi adalah seseorang yang bergerak dibidang bisnis pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman padi, dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti beras maupun bibit padi. (http://diyahayuyusnita.wordpress.com/2011/04/04/etikaprofesi-petani- diakses pada hari Senin, 11 April 2011 pukul 20.00 WIB)

15 4. Tanaman Padi Tanaman padi merupakan salah satu jenis tanaman air yang pada saat membudidayakan memerlukan air dari awal memanam hingga tiba masa panen. Maka dari itu para petani biasanya melakukan masa tanam padi pada awal musim penghujan. Dengan demikian diharapkan tanaman padi dapat memperoleh air yang cukup. Di Indonesia ada dua jenis tanaman padi yaitu tanaman padi lahan kering dan padi sawah. Menurut Martono (1985:106) Penanaman padi ladang yaitu pertanian yang dilakukan dengan cara menebang hutan, membakarnya kemudian ditanami. Sedangkan yang dimaksud dengan tanaman padi sawah yaitu lahan pertanian yang mendapatkan pengairan yang baik, yang teratur maupun pengairan yang berasal dari hujan secara langsung. Dalam hal ini maka tanaman padi di Desa Labuhan Ratu I digolongkan ke dalam tanaman padi sawah, yaitu tanaman yang selalu mendapatkan pengairan dan tanahnya selalu digenangi air dari saluran irigasi yang berasal dari Danau Way Jepara. 5. Pengertian Karakteristik Sosial Ekonomi Menurut Marbun (2003:258) karakteristik adalah ciri -ciri khusus; mempunyai sifat khas. Bagaimanapun usaha menutupinya atau menyembunyikannya watak itu akan selalu dapat ditemukan, walaupun kadang-kadang dalam bentuk lain. Sedangkan menurut Gusti Ngurah Agung dan Akhir Harahap dalam Aris Ananta (1993:21) bahwa karakteristik sosial mencakup status keluarga, tempat lahir, tingkat pendidikan dan lain sebagainya.

16 Karakteristik ekonomi meliputi: aktifitas ekonomi, jenis pekerjaan, status pekerjaan, lapangan dan pendapatan. Dalam penelitian ini karakteristik sosial ekonomi yang dikaji yaitu mengenai umur kepala keluarga petani, tingkat pendidikan formal kepala keluarga petani, luas lahan garapan kepala keluarga petani, kepemilikan lahan kepala keluarga petani, tingkat pendapatan rata-rata kepala keluarga petani, rata-rata jumlah jiwa tanggungan keluarga petani, pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga petani yang bertempat tinggal di Desa Labuhan Ratu I Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur tahun 2010. 5.1 Umur Kepala Keluarga Petani Padi Menurut Lukman Ali (1997:480) kepala keluarga adalah orang yang bertanggung jawab terhadap suatu keluarga (biasanya bapak). Sedangkan umur adalah seseorang pada saat ulang tahun terakhir. Umur merupakan salah satu identitas dari seseorang (Kartono Wirosuharjo, dkk (1985:56)) Ruslan H. Prawiro (1983:48) membagi menjadi 3 golongan utam a untuk menunjukkan struktur penduduk, antara lain yaitu golongan muda dengan umur 14 tahun ke bawah, golongan penduduk produktif dengan umur 15-64 tahun, dan golongan umur tua berumur 65 tahun ke atas. Umur kepala keluarga pada saat penelitian ini dilaksanakan dikelompokkan dalam usia produktif dan tidak produktif. Adapun kriterianya dikategorikan sebagai berikut : Golongan produktif : yaitu berumur 19-64 tahun

17 Golongan tidak produktif : yaitu berumur 65 tahun ke atas. 5.2 Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga Petani Padi Tingkat pendidikan kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap jenis mata pencaharian, hal tersebut tentu akan mempengaruhi jumlah pendapatan dan pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga. Apabila pendidikan kepala keluarga rendah maka kemungkinan pendapatan keluarga pun rendah karena kurangnya skill atau kemampuan seseorang mempengaruhi jenis pekerjaan yang akan diperoleh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (SISDIKNAS, 2003: pasal 1, ayat 1). Dalam undang-undang RI. Nomor 20 tahun 2003 pasal 14 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (SISDIKNAS, 2003:12) Dijelaskan lebih lanjut mengenai kriteria jenjang pendidikan khususnya pada pendidikan dasar terdapat pada pasal 17 ayat 1 dan 2 bahwa pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah dan pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan

18 Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan untuk jenjang pendidikan menengah terdapat pada pasal 18 ayat 3 yang menjelaskan bahwa pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan ( MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Dan yang terakhir adalah jenjang pendidikan tinggi yang terdapat pada pasal 19 ayat 1 yang menjelaskan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinngi (SISDIKNAS, 2003:13, 14). Berdasarkan pendapat di atas pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lama pendidikan formal yang ditempuh oleh kepala keluarga petani. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 pasal 17, 18, dan 19 tentang Sistem pendidikan bahwa pendidikan dibagi menjadi 3 jenjang pendidikan, yaitu: 1. Pendidikan dasar = Tamat SD, MI, SMP dan MTs 2. Pendidikan menengah atas = Tamat SMA, MA dan SMK 3. Pendidikan tinggi = Tamat perguruan tinggi/ PT 5.3 Jumlah Anak Yang Dimiliki Jumlah anak artinya banyaknya anak yang dimiliki dalam suatu keluarga, dimana anak tersebut dalam keadaan hidup. Sehubungan dengan pengertian lahir hidup dalam suatu keluarga, Mantra (1985:125): Fertilitas dihubungkan dengan jumlah kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita atau sekelompok wanita. Suatu kelahiran disebut dengan lahir hidup (live birth) apabila pada waktu lahir terdapat tanda-tanda kehidupan misalnya menangis,bernafas dan denyut jantung. Apabila tidak ada tanda-tanda kehidupan

19 disebut dengan lahir mati (still birth) yang dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran. yang menyatakan suatu keluarga adalah keluarga besar dengan jumlah anaknya lebih dari tiga orang, sedangkan keluarga kecil adalah apabila jumlah anaknya kurang dari tiga orang Atas dasar pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keluraga kecil adalah keluarga yang mempunyai anak tidak lebih dari tiga orang, sedangkan keluarga besar adalah keluarga dengan anak lebih dari tiga orang, diharapkan pada keluarga kecil tingkat kehidupannya lebih baik dibandingkan dengan keluarga yang memiliki jumlah anak yang banyak. 5.4 Jumlah Jiwa Tanggungan Kepala Keluarga Petani Padi Keluarga dapat diartikan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang tinggal dalam suatu bangunan fisik atau satu atap dan umummya tinggal bersama untuk mengurus dan mengelola segala keperluan kebutuhan sehari-hari. Jumlah tanggungan yang dimiliki dalam suatu keluarga akan mempengaruhi besar kecilnya beban tanggungan kepala keluarga. Semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin besar pula beban yang ditanggung oleh kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masri Singarimbun (1981:169) menyatakan bahwa keluarga adalah satu kesatuan sosial ekonomi yang anggotanya berdiam dalam satu rumah atau bagian dari rumah. Jadi jumlah tanggungan dalam keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga yang masih menempati atau menghuni beban atau tanggungan kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

20 Sedangkan Muhammad Hasan dan kawan-kawan (1982:108) penggolongan keluarga dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut: 1. Kecil : apabila jumlah tanggungan kepala keluarga kurang dari atau sama dengan 4 orang. 2. Besar : apabila jumlah tanggungan kepala keluarga lebih dari 4 orang. 5.5 Luas Kepemilikan Lahan Kepala Keluarga Petani Padi Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka bertambah pula angkatan kerja (usia produktif), sebagai akibat dari tingginya pertumbuhan penduduk adalah semakin sempitnya lahan pertanian khususnya di daerah pedesaan. Semakin bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan persediaan tanah untuk lahan pertanian semakin mengecil, akibatnya kebutuhan pangan tidak terpenuhi dengan maksimal. Menurut Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad (1987:95) luas lahan pertanian adalah jumlah tanah sawah, tegalan dan pekarangan yang dianggap selama 1 tahun dan dihitung dalam satuan hektar. Luas lahan pertanian digolongkan dalam 4 kelompok yaitu sangat sempit (< 0,25 ha), sempit (0,25-0,49 ha), sedang (0,50-0,99) dan luas (>1,0 ha). Mengingat pentingnya lahan bagi kehidupan petani, kepemilikan luas lahan merupakan salah satu permasalahan yang dapat menekan tingkat perekonomian para petani. Luas lahan garapan dapat digolongkan menjadi tiga golongan menurut Fadholi Hernanto (1989:46), yaitu:

21 a. Luas lahan lebih dari 2 hektar disebut petani berlahan luas b. Luas lahan setara 0,5-2 hektar disebut petani berlahan sedang c. Luas lahan kurang dari 0,5 hektar disebut petani berlahan sempit Dari pendapat di atas maka dapat dijelaskan bahwa sempitnya luas lahan pertanian akan menyebabkan hasil usaha tani dan pendapatan dari usaha tersebut menjadi kecil. Atau dengan kata lain apabila lahan yang digarap luas maka pendapatan pun akan cenderung lebih meningkat. 5.6 Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Petani Padi Pendapatan adalah gambaran yang lebih tepat tentang posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat yang merupakan jumlah seluruhan pendapatan dan kekayaan keluarga. Pendapatan ini bisa berupa uang atau barang, baik dari pihak lain atau hasil sendiri (Masri Singarimbun, 1987:24) Besar kecilnya pendapatan itu sendiri akan membawa pengaruh pada pemenuhan kebutuhan pokok penduduk yang bersangkutan. Sesuai dengan pendapat Emil Salim (199 4:44) bahwa rendahnya pendapatan akan menyebabkan sulit terpenuhinya berbagai kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan. Sedangkan menurut Mulyanto Sumardi (1982:224) pendapatan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1. Pendapatan pokok merupakan pendapatan yang utama atau pokok yaitu hasil yang diperoleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukan secara teratur untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

22 2. Pendapatan tambahan merupakan hasil pendapatan yang tidak tetap namun hasilnya dapat membantu untuk menambah pendapatan tiap bulan. 3. Pendapatan keseluruhan merupakan pendapatan pokok ditambah pendapatan tambahan yang diperoleh pada setiap bulan. Tingkat pendapatan kepala keluarga juga dapat dikelompokan menjadi 2 kriteria, berdasarkan rata-rata pendapatan seluruh kepala keluarga, yaitu : 1. Pendapatan kepala keluarga di bawah atau sama dengan rata-rata 2. Pendapatan kepala keluarga di atas rata-rata. Kriteria tingkat pendapatan tersebut diperoleh berdasarkan interval dengan rumus sebagai berikut : Jumlah seluruh pendapatan kepala keluarga/ respoden Banyaknya jumlah kepala keluarga/ responden Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh kepala keluarga dalam jangka waktu satu bulan dan dihitung dengan satuan rupiah. Baik pendapatan pokok, pendapatan tambahan/ sampingan maupun pendapatan total yang diperoleh selama satu bulan. 5.7 Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga Kebutuhan pokok adalah keperluan dasar manusia yang mencakup kebutuhan konsumsi, pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan pengembangan diri (Moh. Soeryani, 1987:136). Dasar menghitung kebutuhan pokok keluarga dapat dipakai pedoman perhitungan kebutuhan pokok minimal per-kapita/ orang/ tahun yang dikemukakan Totok Mardikanto (1990:23) berikut ini:

23 bahan pokok yang meliputi beras 140 kg, disamping itu kebutuhan ikan asin 15 kg, gula pasir 3,5 kg, garam 9 kg, tekstil kasar 4 m, minyak tanah Pemenuhan kebutuhan pokok keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan pokok minimum yang meliputi sembilan bahan pokok per kapital per tahun yang dihitung berdasarkan jumlah tanggungan dalam setiap keluarga yang terdiri dari kebutuhan beras, ikan asin, gula pasir, tekstil kasar, minyak tanah, minyak goreng, garam, sabun dan kain batik yang diukur dalam satuan rupiah. Untuk mempermudah dan memberikan gambaran yang jelas mengenai kebutuhan minimum per-kapita/ tahun tersebut akan diperhitungkan berdasarkan nilai atau harga pasar yang berlaku pada saat penelitian di Desa Labuhan Ratu I Kec. Way Jepara Kabupaten Lampung Timur tahun 2010. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan pokok keluarga yang harus dipenuhi dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Rincian Kebutuhan Pokok Minimum yang Harus Dipenuhi Perkapital Pertahun di Desa Labuhan Ratu I Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur Tahun 2010. No. Jenis Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Harga Total Pokok (Orang/ Thn) Satuan (Rp) (Rp) 1. Beras 140 Kg 6.000 840.000 2. Ikan Asin 15 Kg 10.000 150.000 3. Gula Pasir 3,5 Kg 12.000 42.000 4. Tekstil Kasar 4 meter 20.000 80.000 5. Minyak Goreng 6 Kg 12.000 72.000 6. Minyak Tanah 60 liter 8.000 480.000 7. Garam 9 Kg 2.000 18.000 8. Sabun 20 Kg 5.000 100.000 9. Kain Batik 2 potong 35.000 70.000 Jumlah 1.840.000 Sumber: Arie Kusumadewa dalam Totok Mardikanto (1990: 23-24)

24 Berdasarkan Tabel 5 di atas, dapat dijelaskan bahwa jumlah kebutuhan pokok minimum per tahun harga barang konsumsi sembilan bahan pokok di daerah penelitian adalah sebesar Rp. 1.840.000,. per kapita per tahun. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pokok per bulan dibagi 12 maka hasilnya adalah Rp. 153.300,. per kapita per bulan. Selanjutnya berdasarkan patokan tersebut, dalam Totok Mardikanto (1990:24) perhitungan garis kemiskinan dengan menggunakan klasifikasi sebagai berikut: pemenuhan kurang dari 75% ( miskin sekali), pemenuhan 76%-125% ( miskin), pemenuhan 125%-200% ( hampir miskin) dan pemenuhan lebih dari 200% (tidak miskin). Dalam penelitian ini pemenuhan kebutuhan pokok minimum dalam setiap keluarga petani padi pertahun dapat diketahui dengan mengalikan kebutuhan pokok minimum per kapital pertahun dengan jumlah tanggungan dalam setiap keluarga petani padi. B. Kerangka Pikir Pemenuhan kebutuhan pokok keluarga pada dasarnya ditanggung oleh kepala keluarga dan dibantu dengan anggota keluarga lainnya. Pendapatan yang diperoleh biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti rendahnya pendidikan, kurangnya skill, sempitnya lapangan pekerjaan yang sesuai dengan skill, dll. Karakteristik sosial ekonomi terdiri dari dua aspek yaitu aspek sosial yang mencakup status keluarga, tempat lahir, tingkat pendidikan dan lain sebagainya dan aspek ekonomi yang meliput: aktivitas ekonomi, jenis pekerjaan, status pekerjaan, lapangan pekerjaan dan pendapatan. Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan pada bagan berikut ini: Kondisi Sosial Kondisi Ekonomi

25 1. Umur Kepala Keluarga 2. Pendidikan Formal Kepala Keluarga 3. Jumlah Anak yang dimiliki 4. Jumlah Jiwa Tanggungan Kepala Keluarga 1. Luas Kepamilikan Lahan 2. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga 3. Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga Karateristik Petani Padi di Desa Labuhan Ratu I Kec. Way Jepara Kab. Lampung Timur Tahun 2010 Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir