BAB V PEMBAHASAN. kecerdasan spiritual pada nilai kejujuran di MTs Al-Ma arif pondok. pesantren Salafiyah As-Syafi iyah Panggung Tulungagung.

dokumen-dokumen yang mirip
A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara 1. yang tersebar diseluruh tubuh 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB V PEMBAHASAN. A. Persiapan Guru dalam Pengembangan Kecerdasan Spiritual pada. Anak Usia Dini di RA AL-Wathoniyah Jabon Kalidawir

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Islam pendidikan sangat diutamakan dan ditekankan dalam rangka

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. menemukan program baru dalam meningkatkan mutu serta kualitas. pendidikan dilembaga mereka, agar tidak kalah dengan lembaga-lembaga

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH :

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB V PENUTUP. penelitian tentang pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. yang diperoleh dari hasil wawancara (interview), observasi dan data

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diwujudkan melalui pendidikan. Pendidikan sangat diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. demikian pesatnya. Sebagai konsekuensi logis, kita harus menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Sayangnya, kemajuan dibidang ini tidak diimbangi dengan kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ani Sumarni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Proses belajar tersebut tercermin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang-undang

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK. DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO BUARAN PEKALONGAN

BAB V PEMBAHASAN. hasil penelitian. Sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilda Akmalia Fithriani, 2013

PIDATO SAMBUTAN PADA PEMBUKAAN TRAINING ESQ DI JAKARTA SABTU, 13 FEBRUARI 2010

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. terlalu banyak bermain, hura-hura, tawuran, mempraktikkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Tantangan akan semakin besar, dan membutuhkan kelulusan dari

BAB V PENUTUP. SPMAA, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Implementasi Pembelajaran Profetik dalam Pembentukan Karakter

BAB III PEMBIASAAN SEBAGAI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA-SISWI MIS NGALIAN TIRTO. Agama. Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Ngalian tersebut terletak di Desa

meningkatkan perilaku terpuji di MA Salafiyah Syafi iyah Hadirul Ulum Tasikrejo Kec. Ulujami, Kab. Pemalang, mengacu pada data utama yaitu data

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia mulai diperkenalkan sebagai suatu pendekatan baru. Pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian

BAB IV. variabel terikat (Y) dan tiga variabel bebas (X 1, X 2, X 3 ). Variabel terikat (Y)

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB I PENDAHULUAN. yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, sedangkan ayat 5. mendapatkan pendidikan sesuai dengan minat dan bakatnya tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu kunci keberhasilan dalam rangka memperbaiki kualitas

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

No Karakter Pengertian No 1. Bermutu adalah mencapai standar kualitas yang ditetapkan. Bermutu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat.di mana pengalaman-pengalaman yang didapat

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kepemimpinan: MENGENALI POTENSI DIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun karakter, character building is never ending process

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Pengalaman-pengalaman yang didapat anak pada masa ini

BAB II. TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs.

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori teori yang mendukung dan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah. kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku pemimpin pada lembaga-lembaga pendidikan seringkali menjadi

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhlaq merupakan suatu praktik dalam kehidupan sehari-hari,

BAB IV HASIL PENELITIAN. siswa di MTs Syekh Subakir Nglegok Blitar

BAB I PENDAHULUAN. mencetak santri/siswa yang berkualitas dalam belajar Pendidikan agama. dalam menguasai Ilmu Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan. negara (Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2013: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Sepanjang kita hidup, maka di situlah ada proses pendidikan. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perilaku hidup bersih dan sehat yang selanjutnya dalam penilitian ini

J. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SDLB AUTIS

PENGENALAN DIRI. Materi Pelatihan. Waktu : menit (135 menit) Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instuksional Khusus : Metoda :

Disusun Oleh : Nama : Novika Ginanto (23) Kelas : II TEL 6 SMK TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Strategi guru pembimbing ekstrakurikuler robotik dalam menanamkan kecerdasan spiritual pada nilai kejujuran di MTs Al-Ma arif pondok pesantren Salafiyah As-Syafi iyah Panggung Tulungagung. 1. Sesuai dengan visi dan misi madrasah Nilai kejujuran termasuk sikap akhlakul karimah. Hal ini sesuai dengan visi misi madrasah, di MTs Al-Ma arif Tulungagung memiliki visi misi yakni untuk mencetak generasi yang berakhlakul karimah serta berilmu pengetahuan dan teknologi yang baik. Dalam sebuah lembaga pendidikan visi misi merupakan sesuatu hal penting dan harus ada. Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal dalam Akhmad Muhaimin Azzet menyatakan bahwa: visi dan misi dapat membuat hidupnya terarah dan tidak mudah goyah ketika menghadapi cobaan atau masalah. 1 Jadi visi misi sangat dibutuhkan peserta didik untuk mengembangkan kualitas hidupnya ketika masih menjadi peserta didik maupun setelah lulus dari madrasah. Karena bersikap akhlakul karimah tidak hanya dibutuhkan di lingkungan madrasah atau sekolah saja, namun di lingkan masyarakat sikap akhlakul karimah sangat penting dan dibutuhkan. Agar setiap individu satu dengan yang lain dapat saling menjalin persaudaraan dengan baik tanpa ada yang saling menyakiti. 1 Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan..., hal. 43 103

104 2. Peran guru pembimbing ekstrakurikuler robotik Guru pembimbing adalah sosok yang akan diteladani dan dicontoh segala tingkah laku serta perbuatannya oleh peserta didiknya. Lewat ekstrakurikuler robotik guru pembimbing mempunyai peran yang sangat penting untuk mengembangkan nilai kejujuran pada peserta didiknya dengan tetap menjaga peningkatan pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Karena menurut Sulistiyorini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler adalah peningkatan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. 2 Hal ini juga di perkuat oleh pendapat Mamat Supriatna bahwa ekstrakurikuler adalah sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan yang mempunyai peranan utama salah satunya untuk melengkapi upaya pembinaan, pemantapan, dan pembentukan nilai-nilai kepribadian siswa. 3 Jadi, guru pembimbing berperan untuk menanamkan nilai kejujuran dengan tetap memperhatikan aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. 3. Kejujuran dimulai dari hal yang terkecil Sesuai dengan tujuan dan peran seorang guru pembimbing ekstrakurikuler robotik di MTs Al-Ma arif Tulungagung guru pembimbing ektrakurikuler robotik telah menanamkan nilai kejujuran yang dimulai dan dilatih dari hal paling kecil. Guru pembimbing selalu memberikan tugas, baik untuk kelompok atau individu. Lewat tugas-tugas tersebut pembimbing melatih kejujuran peserta didik dengan cara selalu 2 Sulistiyorini, Manajemen Pendidikan..., hal. 80 3 Mamat Supriatna, Modul: Pendidikan..., hal. 3

105 mengingatkan untuk mengerjakan sendiri semampunya, bila ada yang kurang jelas peserta didik dapat bertanya kepada pembimbing. Selain itu pembimbing juga mengajarkan untuk selalu mengatakan apa adanya serta bersikap sportif ketika mengikuti perlombaan robotik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mohamad Mustari yang menyatakan bahwa di sekolah murid-murid itu berbuat jujur apabila menyampaikan sesuatu dengan keadaan yang sebenarnya, tidak memanipulasi fakta atau informasi, berani mengakui kesalahan, dan tidak suka berbohong. 4 Dengan demikian kejujuran itu harus ditanamkan mulai dari hal kecil, di mana saja dan kapan saja. Agar nantinya peserta didik terbiasa dengan kejujuran. 4. Santai tapi serius Santai tapi serius adalah cara guru pembimbing mengajar ekstrakuriuler robotik. Dengan tujuan menjadikan anak berlatih untuk disiplin dan dapat bertanggung jawab terhadap apa yang dibebankan kepada dirinya. Disiplin dan bertanggung jawab akan membuat peserta didik selalu berpikir pada arah yang lebih baik, dengan begitu peserta didik akan terbiasa dan terlatih untuk bersikap jujur. Hal ini sesuai dengan pendapat Akhmad Muhaimin Azzet bahwa langkah-langkah mengembangkan kecerdasan spiritual salah satunya dengan membiasakan peserta didik untuk berpikir positif. 5 4 Mohamad Mustari, Nilai Karakter..., hal. 11 5 Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan..., hal. 50

106 Dengan berpikir optimis maka akan membangun semangat dan rasa optimis pada peserta didik dalam menghadapi sesuatu. Karena orang yang memmpunyai semangat akan mudah meraih apa yang diinginkannya karena dia telah berpandangan positif terhadap langkah-langkahnya. Begitu juga dengan orang yang mempunyai rasa optimis maka dia akan selalu positif dalam memandang sesuatu. 5. Faktor penghambat menanamkan nilai kejujuran Dalam mengembangkan kecerdasan spiritual pada nilai kejujuran tentu ada faktor penghambat yang ditemui oleh guru pembimbing. Salah satunya adalah faktor tersebut datang dari diri peserta didik itu sendiri, karena peserta didik tersebut tidak memiliki semangat untuk merubahnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Monty P. Satiadarma bahwa salah satu faktor yang menghambat tumbuhnya kecerdasan spiritual adalah Karena yang bersangkutan tidak mengembangkan beberapa bagian dari dirinya sama sekali. 6 Maka dari itu guru pembimbing adalah faktor pendukung sebagai fasilitator untuk menumbuhkan kecerdasan spiritual pada nilai kejujuran di dalam diri peserta didik. Berdasarkan penjelasan di atas sudah jelas bahwa kecerdasan spiritual pada nilai tawadhu tumbuh dan tertanam dengan baik pada nilai kejujuran melalui ekstrakurikuler robotik tumbuh dan tertanam dengan baik. Karena 6 Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan..., hal. 47

107 sesuai dengan ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual salah satunya adalah bersikap jujur dan memiliki tujuan yang jelas. 7 B. Strategi guru pembimbing ekstrakurikuler robotik dalam menanamkan kecerdasan spiritual pada nilai Tawadhu di MTs Al-Ma arif pondok pesantren Salafiyah As-Syafi iyah Panggung Tulungagung. 1. Cara menanamkan kecerdasan spiritual pada nilai tawadhu Cara guru pembimbing ekstrakurikuler menanamkan kecerdasan spiritual pada nilai tawadhu adalah pertama, membuat jalinan keluarga, cara ini dimaksudkan agar seorang guru pembimbing mudah mengajarkan dan mengajak anak berbuat kebaikan. Kedua, seorang pembimbing memberi arahan dan pengertian kepada peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler robotik tentang apa itu tawadhu dan seberapa penting kita menerapkannya. Dengan memberi pengertian anak akan tahu mengapa dalam dirinya harus ada sifat tawadhu. Ketiga, memberi pemahaman bahwa semua yang kita miliki tidak ada yang perlu disombongkan, karena semua yang kita miliki hanya sebatass titipan dari Allah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Imam Ghazali dalam khozin Abu Faqih bahwa Barang siapa yang ingin menjadi orang yang santun, dan menjadi orang yang tawadhu, hendaklah memaksakan dan membiasakan diri melakukan hal-hal yang biasa mereka lakukan sehingga sifat baik tersebut menjadi tabiatnya. 8 Ketiga cara yang guru pembimbing ajarkan 7 Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniyah..., hal. 10 8 Khozin Abu Faqih, Tangga Menuju..., hal. 134

108 adalah termasuk membiasakan peserta didik untuk melakukan hal-hal yang bersifat baik. 2. Faktor penghambat Faktor penghambat yang guru pembimbing temui saat menanamkan kecerdasan spiritual pada nilai tawadhu adalah peserta didik masih memiliki sifat sombong atau merasa paling bisa. Namun, sikap yang demikian dapat dicegah dengan cara-cara yang sudah dijelaskan di atas. 3. Nilai tawadhu tertanam dengan baik Kecerdasan spiritual pada nilai tawadhu melalui ekstrakurikuler robotik di MTs Al-Ma arif Tulungagung sudah tertanam dengan baik. Karena guru pembimbing memulai dari diri sendiri untuk bersikap tawadhu. Dengan demikian peserta didik akan mencontoh untuk selalu bersikap tawadhu. Hal ini sesuai dengan pendapat Khozin Abu Faqih bahwa peserta didik suka meniru apa yang pernah didengar dan disaksikan, terutama dari orang tua. 9 Sehingga peserta didik bersikap santun dan tawadhu kepada orang yang lebih tua, dan menghargai kepada sesamanya. 4. Pembimbing menjaga nilai tawadhu Pribadi yang demikian tentu tidak lepas dari bimbingang dan didikan seorang guru yang membimbing kecerdasan spiritual pada nilai tawadhu melalui ekstrakurikuler robotik, cara beliau membimbing tidak hanya sekedar mengajar atau melatih, namun juga mengekspresikannya lewat 9 Ibid..., hal. 140

109 media atau bahan yang diajarkan. Maksudnya, guru pembimbing selalu menuliskan Bismillah pada bagian bawah mobil (robot), dan tulisan tersebut tidak dapat terhapus, karena memang tulisan itu tercetak. Dan alasan beliau adalah dalam menanamkan serta menumbuhkan nilai tawadhu juga dapat melalui cara mengingatkan peserta didik agar selalu mengingat Allah dan tidak lupa untuk selalu berdo a sebelum melakukan pekerjaan apapun, karena semua yang kita dapat serta miliki datang dari Allah. Hal itu sesuai dengan pernyataan Khozin Abu faqih bahwa berdo a adalah lambang pengakuan atas kelemahan diri dan keagungan dan Islam menganggap do a sebagai inti ibadah serta menganggap orang yang tidak mau berdo a kepada Allah sebagai orang yang menyombongkan diri. 10 Berdasarkan penjelasan di atas sudah jelas bahwa kecerdasan spiritual pada nilai tawadhu tumbuh dan tertanam dengan baik. Karena sesuai dengan ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual salah satunya adalah cenderung berbuat kebaikan yakni tawadhu. 10 Ibid..., hal. 143

110 C. Strategi guru pembimbing ekstrakurikuler robotik dalam menanamkan kecerdasan spiritual pada nilai Ta awun di MTs Al-Ma arif pondok pesantren Salafiyah As-Syafi iyah Panggung Tulungagung. 1. Alasan menanamkan nilai ta awun Nilai ta awun ditanamkan agar peserta didik tidak hanya pandai dalam bidang keterampilan saja, karena dengan ta awun diharapkan ekstrakurikuler dapat mencapai tujuan bersama tanpa ada yang memiliki sifat individualisme. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ngainun Naim bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjadi bagian tidak terpisah dari lingkungannya. Maka dari itu manusia tidak bisa sepenuhnya egois dan beranggapan kalau dirinya bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. 11 2. Pentingnya nilai ta awun Ta awun sangat penting untuk ditanamkan karena mengajarkan untuk menjadi tim yang dapat bekerja sama dengan baik, memiliki rasa saling tolong-menolong, menghargai, saling memberikan rasa nyaman, serta saling memaafkan sehingga terjalin sebuah kekeluargaan. 3. Adanya perbedaan yang mendasar Anak yang mengikuti ekstrakurikuler robotik cenderung memiliki rasa percaya diri, berani mengungkapkan pendapatnya, dan membantu teman ketika ada kesulitan. Karena dalam merakit robot maka anak akan terlatih untuk bekerja sama dengan kelompok. Hal ini sesuai dengan pengertian 11 Ngainun Naim, Character Building..., hal. 200

111 ekstrakurikuler yakni sebagai salah satu sarana untuk melatih jiwa kepemimpinan. 12 Dengan latihan kepemimpinan maka akan tumbuh dalam diri peserta didik rasa percaya diri dan tanggung jawab untuk peduli dan saling menolong terhadap sesama. 4. Faktor penghambat dan strategi Yakni anak kurang disiplin dan memiliki sifat egois yang tinggi. Sehingga guru pembimbing menciptakan suasana yang menyenangkan pada ekstrakurikuler robotik. Karena dengan demikian anak akan mudah ditanamkan nilai-nilai kebaikan dan mudah diajak berbuat baik kepada sesama. Sikap disiplin juga sangat berpengaruh pada diri peserta didik. Hal ini sesuai dengan peryataan Ngainun Naim bahwa disiplin bertujuan untuk mengarahkan anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa. 13 5. Harapan guru pembimbing untuk kedepan Harapan guru pembimbing untuk kedepan adalah ekstrakurikuler dapat terus melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara IQ dan EQ, namun juga cerdas secara SQ serta berakhlakul karimah tanpa gagap teknologi. Karena kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dibangun dari kecerdasan intelektual dan emosional. Hal ini sesuai dengan pernyataan Danah Zohar dalam Akhmad Muhaimin bahwa kecerdasan spiritual merupakan bentuk kecerdasan tertinggi yang memadukan kedua 12 Kemendikbud, http://kbbionline.com..., 13 Ngainun Naim, Character Building..., hal. 143

112 bentuk kecerdasan sebelumnya, yakni kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. 14 Kecerdasan spiritual pada nilai ta awun melalui ekstrakurikuler robotik di MTs Al-Ma arif tertanam dengan baik karena sesuai dengan ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual yakni senang menolong orang lain. 15 Sikap ta awun ini juga bersifat berkesinambungan. Maksudnya, nilai ta awun tidak hanya diterapkan ketika berada di ekstrakurikuler robotik saja, namun juga diterapkan di kehidupan seharihari. Dengan sesama teman maupun orang lain di sekolah juga di luar sekolah. Peserta didik selalu siap sedia untuk menolong siapapun. Karena peserta didik memiliki rasa sosial yang baik, di mana manusia akan selalu membutuhkan bantuan orang lain. Jadi, kecerdasan spiritual yang di tanamkan guru pembimbing ekstrakurikuler robotik di MTs Al-Ma arif Tulungagung tumbuh dan tertanam dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual yakni mereka memiliki sikap akhlakul karimah. Hal ini sesuai dengan pendapat Ary Ginanjar Agustian bahwa: Dalam Islam hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan emosi dan spiritual seperti konsistensi (istiqomah), kerendahan hati (tawadhu ), berusaha dan berserah diri (tawakal), ketulusan/sincerity (ikhlas), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun), integritas dan penyempurnaan (ihsan) itu dinamakan akhlakul karimah. 16 Dengan adanya nilai-nilai akhlakul karimah tersebut tercermin dalam perilaku sehari-hari, tentunya akan semakin memberikan kesadaran kepada 14 Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan..., hal. 31 15 Ibid..., hal. 56 16 Ary Ginanjar Agustian, ESQ Rahasia Sukses..., hal. 280

113 setiap individu untuk selalu menerapkan nilai-nilai kejujuran, rendah hati (tawadhu ), saling menghargai (tasamuh) serta saling tolong menolong (ta awun) dalam proses pembelajaran yang akan selalu memberikan pancaran kebaikan di masa yang akan datang. Sehingga apa yang dicitacitakan akan tercapai yaitu mencetak generasi-generasi bangsa yang berilmu pengetahuan dan beragama dengan baik serta berakhlakul karimah.