1. Bab II Landasan Teori

dokumen-dokumen yang mirip
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Teori peplau. Kelompok 2 Afif D Alba. Suntara Resi Novia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan sangat berkaitan dengan tidak pasti dan tidak berdaya,

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. bergaul dan diterima dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

BAB II TINJAUAN TEORI

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS

. Riwayat Hildegard E.Peplau

Kecemasan ialah suatu perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN. Masa mengandung dan bersalin adalah masa yang penting bagi seorang wanita.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transfusi darah, prosedur invasif). (Potter & Perry, 2005). operasi dan prosedur-prosedur diagnostik yang besar, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai teori-teori yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini menguraikan tentang tingkat nyeri pada pasien post operasi, yang diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kegagalan anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Suliswati,

MODEL KEPERAWATAN MENURUT HILDEGARD PEPLAU. Di susun Oleh: Romadhon Abdi P Teguh Budimulia

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecemasan pada Mahasiswa Tingkat Pertama. Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

2. Variabel terikat (dependent variable), yaitu koping orang tua yang. anaknya dirawat di RSUD kota Semarang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan dialami pada waktu tertentu oleh tiap individu tanpa

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN )

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memiliki objek yang spesifik. Cemas dialami secara subjektif dan

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB Ι PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB II TINJAUAN TEORI

Transkripsi:

1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Freud mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan (Stuart dan Sundeen, 2009). Ramaiah (2003), mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya). Perbedaan intensitas kecemasan tergantung pada keseriusan ancaman dan efekivitas dari operasi-operasi keamanan yang dimiliki seseorang. Mulai munculnya perasaan-perasaan tertekan, tidak berdaya akan muncul apabila orang tidak siap menghadapi ancaman. 7

Menurut Carpenito (2000), kecemasan merupakan suatu keadaan dimana individu/kelompok mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivitasi sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ketidak jelasan, anacaman tidak spesifik. Secara psikologi dan fisiologi, tubuh manusia akan memberi respon terhadap segala sesuatu yang dialami setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakan tingkah laku. Kecemasan adalah rasa takut yang ditimbulkan oleh diri sendiri. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan dimana kondisi tubuh terganggu dengan ditandai dengan perasaan tidak nyaman, ketakutan, kekhawatiran yang berlebihan sehingga memunculkan tingkah laku yang tidak sewajarnya. 1.2. Tingkat Kecemasan Ada empat tingkatan kecemasan yang dialami seseorang menurut Stuart dan Sundeen (2009) : 1.2.1. Kecemasan ringan Berhubungan dengan ketegangan yang seseorang alami dalam kehidupan sehari-hari serta menyebabkan seseorang menjadi lebih waspada dan meningkatkan area persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar, menghasilkan pertumbuhan cara berpikir serta aktivitas. 1.2.2. Kecemasan sedang Memungkinkan seseorang bisa memusatkan pada suatu hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga perhatian seseorang menjadi selektif. Namun seseorang dapat melakukan sesuatu yang terarah. 8

1.2.3. Kecemasan berat Kecemasan berat sangat mengurangi daerah persepsi seseorang, seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukkan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada sesuatu yang lain. 1.2.4. Panik Berhubungan dengan pengaruh ketakutan dan teror. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Seseorang yang mengalami panik akan kehilangan kendali dan tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Bila seseorang panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan cenderung berpikir yang tak rasional. 1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan 1.3.1. Menurut Ramaiah (2003), ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan pola dasar seseorang, yaitu : 1.3.1.1. Lingkungan Lingkungan atau sekitar tempat tinggal anda mempengaruhi cara berpikir anda tentang diri anda sendiri dan orang lain. Hal ini bisa saja disebabkan pengalaman anda dengan keluarga, sahabat, rekan kerja, dan lain-lain. Kecemasan wajar timbul jika anda merasa tidak aman terhadap lingkungan anda. 9

1.3.1.2. Emosi yang ditekan Kecemasan bisa terjadi jika anda tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaan anda dalam hubungan personal. Ini benar terutama jika anda menekan rasa marah atau frustasi dalam waktu yang lama. 1.3.1.3. Jenis kelamin Kecemasan lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Wanita lebih mudah cemas karena mereka sangat takut dengan kemungkinan resiko-resiko yang akan terjadi, cemas yang wanita alami menunjukan karena perempuan sering menggunakan perasaannya. 1.3.1.4. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan sangat berpengaruh sekali terhadap kecemasan yang dialami. Biasanya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin rendah kecemasan yang mungkin akan mereka alami. 1.4. Peran Perawat Perawat adalah orang yang setia mendampingi pasien dan selalu ada ketika pasien membutuhkan sesuatu sehingga terciptalah suatu hubungan yang terbina antara perawat dan pasien/klien, dimana perawat sebagai pemberi layanan. Perawat menyediakan layanan atau keterampilan yang membantu individuindividu, meningkatkan atau memulihkan kesehatan, mengatasi gangguan yang mungkin tidak akan memperbaiki kondisi pasien dan jika pasien harus meninggal, mati dengan martabat (Timby, 2012). 10

Hubungan perawat-pasien ini membutuhkan perawat untuk merespon kebutuhan pasien. The National Council Of State Boards Of Nursing, yang mengembangkan The National Council Examination-Practical Nurse (NCLEX-PN), menetapkan 4 kategori kebutuhan pasien sebagai struktur untuk rencana pengujian: (1) lingkungan perawatan aman dan efektif, (2) promosi dan pemeliharaan kesehatan, (3) integritas psikososial dan (4) integritas psikologi. Empat kategori ini diaplikasikan untuk semua area praktik keperawatan terlepas dari tahapan dalam kehidupan klien atau pengaturan untuk penyediaan layanan kesehatan (Stuart dan Sundeen, 2009). 1.5. Teori Peplau Peplau menjelaskan ada 4 tahapan dalam hubungan perawat-pasien yang di sampaikan oleh Erci, et. al. (2008): orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi. Orientasi Dalam tahapan orientasi, individu memiliki kebutuhan dan mencari bantuan profesional. Pada permulaan intervensi, perawat memulai perkenalan diri dengan pasienkeluarga serta memulai komunikasi dengan mereka. Perawat dan pasien bersama-sama mengidentifikasi dan menentukan masalah kesehatan yang dialami pasien. Perawat juga berdiskusi membahas gejala dengan pasien dan menjelaskan apa yang diharapkan selama periode pra operasi dan post operasi. Menurut pernyataan pasien, perawat akan mengidentifikasi sumber kecemasan pasien dan membantu pasien untuk mengenali kecemasan mereka dan selanjutnya akan menghilangkan kecemasan itu. Informasi yang akurat dan terkini tentang operasi itu 11

diberikan kepada pasien dan pasien diberitahu tentang tes diagnostik dan perawatan potensial. Identifikasi Bergerak ke tahapan identifikasi, pasien mulai selektif menanggapi orang-orang yang terlihat menawarkan bantuan yang dibutuhkan. Hubungan antara perawat dan pasien berlanjut dan dikembangkan selama fase identifikasi. Kecemasan pasien diekplorasi oleh perawat lebih rinci lagi. Masalah yang teridentifikasi merupakan perasaan pasien mengenai tindakan operasi mereka, ketakutannya, kecemasannya, diagnosis mereka, hasil operasi nantinya serta prognosa mereka. Pasien bercampur emosinya tentang perkembangan operasi yang akan dilakukannya. Perawat menyediakan interaksi interpersonal selama periode ini dan menyediakan informasi tentang perawatan pra operasi dan pasca operasi serta pengobatan, obat, mungkin komplikasi, gizi, anestesi, eliminasi, rasa takut dan rasa sakit. Jenis diskusi ini membantu pasien dan keluarga untuk meningkatkan kepercayaan berkaitan dengan masalah kesehatan dan menciptakan harapan serta optimisme. Perawat memfasilitasi pengembangan tindakan kolaboratif dengan tujuan dimana mengarahkan perawat untuk memasukkan tahapan berikutnya dari hubungan interpersonal yang telah diciptakan. Eksploitasi Pada tahapan eksploitasi mengacu pada penggunaan hubungan yang maksimal untuk mencapai manfaat yang diharapkan. Beberapa pasien merasakan penggunaan yang maksimal dari semua sumber daya yang tersedia dan mulai mengendalikan serta mencari jawaban sendiri untuk masalah kesehatan mereka. Respon dukung positif yang 12

diberikan oleh perawat memfasilitasi perkembangan lanjutan dari hubungan terapeutik. Sepanjang waktu tersebut, perawat memiliki peran konselor dan narasumber. Perawat ara peneliti mengembangkan hubungan saling percaya dengan pasien menggunakan interaksi interpersonal. Dengan interaksi tersebut pasien menjadi tampak lebih merasa nyaman. Resolusi Tahapan terakhir adalah resolusi, dimana pasien menjadi independen dan hubungan antara perawat dan pasien semakin kuat. Para pasien didorong untuk proaktif mendapatkan informasi, dukungan, dan saran. Perawat terus bertindak sebagai narasumber dimana memberikan informasi dan dukungan tentang masalah seperti pemeliharaan kesehatan dan masalah gaya hidup. Dan akhirnya, pasien dapat mandiri untuk menciptakan harapan serta optimisme terhadap dirinya sendiri. Peran perawat menurut Teori Peplau yang disampaikan oleh Alligood dan Tomey (2006), adalah : 1.5.1. Stranger/ orang asing Perawat menerima pasien dengan cara yang sama ketika pasien bertemu orang asing dalam situasi kehidupan lainnya. Perawat hendaknya menciptakan suatu lingkungan yang membangun kepercayaan. 1.5.2. Resource person/ narasumber Memberikan jawaban tertentu untuk pertanyaan dalam konteks lebih besar. Salah satu yang menyediakan informasi spesifik yang membantu dalam memahami suatu masalah atau situasi baru. 13

1.5.3. Teacher/ guru Orang yang akan membantu untuk memberikan pengetahuan serta pendidikan kesehatan kepada klien, baik pasien maupun keluarga. 1.5.4. Leader/ pemimpin Perawat membantu pasien mengambil tanggung jawab maksimum untuk memenuhi tujuan pengobatannya dengan cara saling memuaskan. 1.5.5. Surrogate/ pengganti Perawat membantu pasien memperjelas domain ketergantungan, saling ketergantungan, dan kemerdekaan, dan bertindak sebagai advokat untuk pasien. 1.5.6. Counselor/ konselor Membantu untuk memahami dan mengintegrasikan arti dari keadaan hidup saat ini, menyediakan bimbingan dan dorongan untuk membuat perubahan. 1.6. Penelitian Terkait Berdasarkan penelitian Li dan Lam (2003) pada 112 anakanak Hongkong (berusia antara 7 sampai 12 tahun) beserta orang tua mereka tentang pengalaman kecemasan yang dialami ketika menjalani tindakan invasif circumsisi, menunjukkan bahwa pengalaman ini berpotensi mengancam untuk anak-anak terlepas dari apakah itu adalah operasi besar yang terjadi di sebuah rumah sakit besar, atau operasi minor yang terjadi di unit operasi sehari. Orang tua juga dapat mengalami stres dan kecemasan, yang pada gilirannya dapat dengan mudah ditransfer ke anak secara tidak langsung. Kecemasan yang berlebihan dan stres dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis anak-anak, menghambat. Kemampuan anak untuk mengatasi perawatan medis, mendorong perilaku negatif dalam hubungan dengan 14

pelayanan kesehatan, dan juga dapat menghambat pemulihan pasca operasi. Sedangkan penelitian yang dilakukan Scrimin, dkk (2009) menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang berdampak pada kecemasan orang tua, khususnya tingkat kecemasan orang tua dan gejala stress yang dialami; seperti jenis operasi anak dan jenis kelamin orang tua. Kecemasan orang tua menetap dan peningkatan stres yang akut harus menjadi tujuan pelayanan (Scrimin, dkk., 2005), yaitu dengan cara lebih banyak dukungan dan informasi yang diberikan untuk lebih memahami perawatan pasca operasi, rasa sakit atau masalah. Ada beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian ini. Pertama, jenis operasi anak (operasi sehari vs operasi kecil vs operasi besar) harus menjadi pertimbangan utama oleh para tenaga kesehatan profesional untuk bisa memberikan perawatan yang maksimal sesuai dengan yang dibutuhkan. Orang tua dari anak-anak yang menjalani operasi besar layak mendapat perhatian khusus karena mereka adalah kelompok yang paling berisiko untuk mengalami tingkat kecemasan yang tinggi atau gejala stres akut. Untuk kejadian seperti ini, tenaga kesehatan profesional mungkin perlu memberikan dukungan dan informasi secara lembut kepada kedua orang tua berulang-ulang kali. Selain itu, orang tua dari anak-anak yang menjalani operasi besar harus diberikan kesempatan untuk berkonsultasi dengan psikolog. Namun, informasi yang komprehensif tentang perawatan pasca-operasi harus diberikan kepada semua orang tua dari anakanak yang menjalani operasi termasuk hari pembedahan atau operasi kecil (perawatan universal) (Kazak, dkk., 2004; Scrimin, dkk., 2005). Kecemasan pre-operasi sangat wajar dialami oleh setiap orang tua yang anaknya akan menjalani operasi. Banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan yang dialami oleh mereka, seperti 15

jenis kelamin, usia orang tua/anak, tingkat pendidikan dan kondisi lingkungan sosial. Melihat masalah yang dihadapi oleh orang tua ini, perawat harus berperan dalam pendampingan serta pemberian pendidikan mengenai operasi untuk mengurangi kecemasan yang dialami oleh orang tua. Dalam menjalankan perannya perawat dapat menggunakan Teori Peplau, dimana teori yang menekankan tentang hubungan interpersonal perawat-pasien. Teori Peplau ini digunakan sebagai panduan untuk perawat dalam rangka meningkatkan kemampuan mereka untuk menjadi lebih efektif dalam perawatan untuk pasien serta membantu orang tua pasien untuk mengurangi kecemasannya. Dalam teori peplau ini, perawat dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh orang tua serta dapat menyimpulkannya lalu membantu orang tua untuk menyelesaikan masalah tersebut. Teori Peplau dapat menciptakan hubungan yang terapeutik guna mengurangi kecemasan yang dialami orang tua. Oleh karena itu, Teori Peplau sangat membantu perawat dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi orang tua dengan cara menurunkan kecemasan yang dialami oleh orang tua pada fase pre-operatif sebelum anaknya menjalani operasi. Namun, belum ada penelitian tentang interaksi perawat dengan orang tua yang sedang menghadapi tahap pra operatif pasien anak. Penelitian ini akan melihat lebih dalam interaksi tersebut dan dikaitkan dengan Teori Peplau. 16