BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA DINAMIKA STASIUN ATMOSFER METEOROLOGI TERKAIT NABIRE KEJADIAN HUJAN 6 (ENAM) HARI BERTURUT-TURUT DI NABIRE TANGGAL 23 s/d 28 SEPTEMBER 2017 I. INFORMASI KEJADIAN KEJADIAN LOKASI TANGGAL 23-28 September 2017 DAMPAK Telah terjadi hujan dengan intensitas ringan, sedang & lebat, 6 (enam) hari berturut-turut di wilayah Kota Nabire dan sekitarnya. Tgl 23 September 2017, hujan terjadi mulai pukul 18.00 s/d 06.00 WIT Tgl 24 September 2017, hujan terjadi mulai pukul 15.00 s/d 23.00 WIT Tgl 25 September 2017, hujan terjadi mulai pukul 11.00 s/d 06.00 WIT Tgl 26 September 2017, hujan terjadi mulai pukul 18.00 s/d 23.00 WIT Tgl 27 September 2017, hujan terjadi mulai pukul 18.00 s/d 23.00 WIT Tgl 28 September 2017, hujan terjadi mulai pukul 16.00 s/d 06.00 WIT Kota Nabire dan sekitarnya Hujan dengan intensitas ringan, sedang & lebat yang terjadi tersebut menyebabkan genangan air di sekitar ruas jalan di Kota Nabire. II. DATA CURAH HUJAN Data Hujan Hujan terukur (mm) Keterangan Stasiun Meteorologi Nabire Tgl 23, hujan terukur 36.6 mm Tgl 24, hujan terukur 15.0 mm Tgl 25, hujan terukur 24.4 mm Tgl 26, hujan terukur 52.1 mm Tgl 27, hujan terukur 12.9 mm Tgl 28, hujan terukur 65.3 mm Hujan Sedang Hujan Ringan Hujan Sedang Hujan Lebat Hujan Ringan Hujan Lebat III. ANALISA DINAMIKA ATMOSFER INDIKATOR 1. Matahari 2. ENSO (El Nino South Osciilation) KETERANGAN Berdasarkan gambar gerak semu matahari, tanggal 23 s/d 28 September 2017 terlihat posisi matahari berada di wilayah ekuator. Hal ini berarti radiasi matahari akan lebih banyak diterima di daerah equator dibandingkan dengan di deaerah BBU & BBS. Hal ini dapat menimbulkan pemanasan yang lebih banyak di daerah equator yang dapat berakibatkan pada penurunan tekanan dan peningkatan awan awan konvektif di daerah equator. Berdasarkan data indeks Nino 3.4 dan data SOI : Tgl Nino 3.4 SOI 23-0.32 3.4 24-0.32 3.2 25-0.32 3.2 26-0.28 4.1 27-0.28 4.6 28-0.28 4.4
Dari data indeks Nino 3.4 dan data SOI diatas, maka dapat dikatakan bahwa pada tanggal 23 s/d 28 September 2017, menunjukkan kurangnya potensi penguapan dan BADAN METEOROLOGI perawanan di DAN wilayah GEOFISIKA Benua Maritim Indonesia dan BALAI BESAR METEOROLOGI DAN adanya GEOFISIKA potensi hujan WILAYAH di wilayah V Benua Maritim Indonesia, STASIUN terutama METEOROLOGI di bagian timur NABIRE 3. MJO (Madden Julian Oscillation) 4. SST (Sea Surface Temperature) 5. OLR (Outgoing Longwave Radiation) 6. Pola Arus Angin (Streamline) Berdasarkan data diagram fase MJO pada tanggal 23 s/d 28 September 2017 yang berada tengah lingkaran, sehingga tidak mempengaruhi kondisi curah hujan di sekitar wilayah Indonesia. Data model analisis SST tanggal 23-28 September 2017 : Tgl SST( C ) Anomali SST 23 26-29 (-1) s/d 1 24 27-30 (-1) s/d 1 25 27-31 (-1) s/d 2 26 27-31 (-1) s/d 2 27 27-31 (0) s/d 2 28 28-32 (0) s/d 2 Dari data SST dan anomaly SST diatas, maka dapat dikatakan bahwa pada tanggal 23-28 September 2017 menunjukkan bahwa suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia cukup hangat berkisar 27 31 C. Analisis anomali SST bernilai positif (0) (+2.0) C di sekitar perairan Nabire. Kondisi ini menunjukkan potensi penguapan yang cukup tinggi sehingga kadar uap air tersedia cukup banyak di sekitar wilayah tersebut. Berdasarkan hasil analisis Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 23 s/d 28 September 2017 : Tgl Anomali OLR (W/m2) 23-10 - (-30) 24-10 - (-30) 25-30 - (-50) 26-10 - (-30) 27-10 - (-30) 28-50 - (-70) Dari data diatas diketahui bahwa nilai anomali OLR disekitar wilayah Nabire berkisar antara : -10 W/m2 s/d -70 W/m2. Anomali OLR bernilai negatif menandakan tutupan awan cenderung lebih dari rata-rata klimatologisnya.. Berdasarkan peta gradient wind analysis tanggal 23 s/d 28 September 2017 pukul 12.00 UTC : Tgl Analisa Streamline 23 Eddies, Konvergensi, Shearline 24 Konvergensi, Shearline 25 Shearline 26 Eddies, Konvergensi, Shearline 27 Eddies, Konvergensi, Shearline 28 Eddies, Konvergensi, Shearline Dari data diatas menunjukkan terlihat gradient wind analysis bahwa adanya pergerakan angin yang membawa massa udara dingin dari samudera Pasifik, yang menyebabkan terjadi pola daerah bertekanan rendah (Low) 1008-1010 hpa, & serta terdapat pola Eddies (sirkulasi daerah tertutup) tepat diatas wilayah Nabire. Pergerakan angin tersebut juga menyebabakan terjadinya pola konvergensi serta pola shearline (belokan angin) disekitar wilayah Nabire, yang dapat berperan untuk pembentukan awan awan konvektif penghasil hujan lebat serta angin kencang.
Berdasarkan data kelembaban relatif tanggal 23 s/d 28 September 2017 pada lapisan 850, 700, 500 & 200 mb pukul 12.00 UTC wilayah Nabire yaitu BADAN METEOROLOGI Lap. DAN 850 GEOFISIKA Lap. 700 Lap. 500 Lap. 200 Tgl BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA mb WILAYAH mb V mb mb STASIUN METEOROLOGI 23 80% NABIRE 80% 70% 50% 7. Kelembaban Relatif 8. Indeks Labilitas Udara 9. Citra Satelit 24 90% 70% 90% 90% 25 80% 70% 70% 90% 26 90% 80% 70% 50% 27 80% 70% 80% 70% 28 70% 80% 90% 90% Dari data diatas diketahui bahwa kelembaban relatif tanggal 23 s/d 28 September 2017 berkisar 50 90%. Dapat disimpulkan bahwa pada saat kejadian hujan 6 (enam) hari berturut-turut, kondisi udara basah hingga lapisan 200 mb, sangat berpotensi untuk perbentukan awan-awan konvektif di sekitar wilayah Nabire. Berdasarkan analisis labilitas udara tanggal 23 s/d 28 September 2017 pukul 12.00 UTC di wilayah Nabire yaitu : Nilai K.Indeks tanggal 23 s/d 28 September 2017 berkisar antara 40 s/d 45, yang mengindikasikan potensi pembentukan awan konvektif kuat. Nilai L.Indeks tanggal 23 s/d 28 September 2017 berksar antara -1 s/d -2, yang mengindikasikan udara labil & kemungkinan potensi terjadi hujan. Nilai Showalter Indeks tanggal 23 s/d 28 September 2017 berkisar antara -1 s/d -2 yang mengindikasikan kemungkinan terjadi badai guntur. Berdasarkan gambar satelit Himawari 8 EH pada tanggal 23 s/d 28 September 2017 yang diambil mulai 06.00 s/d 21.00 UTC (15.00 s/d 06.00 WIT) memperlihatkan terdapatnya awan-awan konvektif tunggal meluas tepat diatas wilayah Nabire. Terlihat kumpulan awan konvektif tersebut bergerak masuk ke wilayah Nabire berasal dari arah timur s/d selatan yang merupakan area pergunungan & perbukitan di Nabire. Dari klasifikasi jenis awan diketahui awan yang terbentuk adalah awan Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan suhu puncak awan pada counter line satelit Himawari 8 EH yaitu (-75) s/d (-80) 0 C yang berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat serta angin kencang. Kumpulan awan Cumulunimbus tersebut bergerak menuju wilayah Nabire pada jam 06.00 UTC. IV. KESIMPULAN Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa : Secara analisis global, hujan 6 hari berturut-turut yang terjadi di wilayah kota Nabire dan sekitarnya dipengaruhi OLR, Indeks SOI serta kondisi SST yang cukup hangat. Adanya pola Low (daerah tekanan rendah), pola Eddies (sirkulasi daerah tertutup), pola konvergensi & pola shearline (belokan angin) di sekitar wilayah Nabire yang menyebabkan terjadinya pembentukan awan awan konvektif penghasil hujan 6 (enam) hari berturut-turut. Kelembaban relatif (RH) pada lapisan 850, 700, 500 & 200 mb bernilai 50-90%. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat kejadian hujan 6 (enam) hari berturut-turut kondisi udara basah hingga lapisan 200 mb, sangat berpotensi untuk perbentukan awan-awan konvektif diatas wilayah Nabire Dari klasifikasi jenis awan diketahui awan yang terbentuk adalah awan Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan suhu puncak awan pada counter line satelit Himawari 8 EH yaitu (-75) s/d (-80) 0 C yang berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat serta angin kencang. Kondisi atmosfer yang labil.
V. PROSPEK KEDEPAN Untuk beberapa hari ke depan, wilayah Nabire masih berpotensi terjadinya hujan dengan intensitas ringan hingga sedang terutama pada malam hari dan dini hari BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VII. PERINGATAN DINI NIHIL LAMPIRAN
Gambar 1. Track MJO & OLR tanggal 23 s/d 28 September 2017 (Sumber : www.bom.gov.au)
Gambar 2. Grafik Indeks Nino 3.4 dan SOI tanggal 23 s/d 28 September 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) Gambar 3. Analisa streamline pukul 12.00 UTC 23 s/d 28 September 2017 (Sumber : www.bom.gov.au)
Gambar 4. Citra Satelit Himawari 8 EH pukul 10.00 s/d 12.00 UTC tanggal 23 September 2017 Gambar 5. Citra Satelit Himawari 8 EH pukul 13.00 s/d 21.00 UTC tanggal 24 September 2017
Gambar 6. Citra Satelit Himawari 8 EH pukul 12.00 s/d 21.00 UTC tanggal 25 September 2017 Gambar 7. Citra Satelit Himawari 8 EH pukul 08.30 s/d 12.00 UTC tanggal 26 September 2017
Gambar 8. Citra Satelit Himawari 8 EH pukul 09.10 s/d 12.00 UTC tanggal 27 September 2017 Gambar 9. Citra Satelit Himawari 8 EH pukul 09.00 s/d 18.00 UTC tanggal 28 September 2017
Gambar 10. RH Lapisan 850, 700, 500 & 200 mb pukul 12.00 UTC tanggal 23 September 2017 (Sumber : bom.gov.au/) Gambar 11. RH Lapisan 850, 700, 500 & 200 mb pukul 12.00 UTC tanggal 24 September 2017 (Sumber : bom.gov.au/)
Gambar 12. RH Lapisan 850, 700, 500 & 200 mb pukul 12.00 UTC tanggal 25 September 2017 (Sumber : bom.gov.au/) Gambar 13. RH Lapisan 850, 700, 500 & 200 mb pukul 12.00 UTC tanggal 26 September 2017 (Sumber : bom.gov.au/)
Gambar 14. RH Lapisan 850, 700, 500 & 200 mb pukul 12.00 UTC tanggal 27 September 2017 (Sumber : bom.gov.au/) Gambar 15. RH Lapisan 850, 700, 500 & 200 mb pukul 12.00 UTC tanggal 28 September 2017 (Sumber : bom.gov.au/)
Gambar 16. Analisa SST & Anomali SST tanggal 23 s/d 28 September 2017 (Sumber : www.bmkg.go.id/) Gambar 17. KI, LI & SI pukul 12.00 UTC tanggal 23 September 2017
Gambar 18. KI, LI & SI pukul 18.00 UTC tanggal 24 September 2017 Gambar 19. KI, LI & SI pukul 12.00 UTC tanggal 25 September 2017
Gambar 20. KI, LI & SI pukul 12.00 UTC tanggal 26 s/d 27 September 2017 Gambar 21. Peredaran Matahari