I. PENDAHULUAN. 1.1 Kondisi Umum

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT PERLUASAN DAN PERLINDUNGAN LAHAN TAHUN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

.000 WALIKOTA BANJARBARU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

LAPORAN KINERJA TA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN. Kementerian Pertanian. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

PENGANTAR. Ir. Suprapti

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 58/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2013

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Jakarta, Februari Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS. DAA NIP

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLUASAN DAN PERLINDUNGAN LAHAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

LAKIP 2015 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

(REVIEW) RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT IRIGASI PERTANIAN TA

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 14 TAHUN 2013

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung terletak di Jalan Drs. Warsito

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN,

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

REVITALISASI PERTANIAN

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN KERJASAMA DIREKTORAT JENDERAL DENGAN TNI-AD MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN (TMKP) TA. 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN BUPATI CIANJUR

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2008

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERLUASAN AREAL UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN TERNAK KERBAU

PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 177 TAHUN 2008 T E N T A N G

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 54 TAHUN 2008

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN POKOK BERKELANJUTAN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum Ketersediaan lahan merupakan salah satu faktor utama dan strategis dalam pembangunan pertanian dalam rangka mewujudkan kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. Hal ini sudah diinisiasi sejak tahun 1960 melalui terbitnya Undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengaturan tanah dan sumberdaya alam. Rencana strategis Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 mengamanatkan berbagai kebijakan dalam peningkatan produksi pertanian guna memenuhi pasokan kebutuhan produksi pertanian dalam negeri, peningkatan devisa negara dan penyediaan lapangan kerja dengan tetap memperhatikan pelestarian lingkungan hidup dan pembangunan sektor yang berkelanjutan. Salah satu sasaran penyediaan lahan dalam tahun 2010-2014 adalah penyediaan perluasan lahan sebesar 2 juta ha. Dalam kaitannya dengan kebijakan tersebut,, sebagai salah satu kelembagaan yang mendukung peningkatan produksi pertanian dari aspek hulu diminta untuk memberikan kontribusinya sehingga tujuan dan sasaran akhir dari pembangunan pertanian dapat mewujudkan kedaulatan pangan nasional. Diketahui dalam periode tahun 2006-2010, Direktorat Perluasan Areal rata rata dapat menambah sekitar 60 ribu ha baku lahan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan melalui pendanaan dari Pemerintah. Hal ini dipandang tidak cukup, karena berbagai permasalahan pemenuhan kecukupan pangan ini bersifat strategis dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, sehingga di waktu yang akan datang hal tersebut menjadi perhatian utama bagi bangsa Indonesia. Pengalaman di berbagai negara lain, masalah kekurangan pangan dapat berimplikasi terhadap politik, ekonomi, sosial dan pertahanan serta keamanan suatu bangsa atau negara. Dengan demikian, kita berusaha agar kejadian di negara asing tersebut tidak terjadi di Indonesia. 1

1.2 Potensi dan Permasalahan 1) Potensi. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2009) luas lahan pertanian saat ini sekitar 80 juta hektar yang dapat dikelompokkan menjadi lahan padi sawah, lahan kering, lahan perkebunan dan padang penggembalaan dan lain-lain yang telah dibudidayakan. Hasil analisis sementara, lahan tersebut digunakan untuk komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Berdasarkan atas pola ruang, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, lahan yang diusahakan dengan komoditas pertanian tersebut harus dalam kawasan budidaya, namun pada kenyataannya sekarang bahwa sebahagian komoditas pertanian tersebut diusahakan dan masih berada di kawasan lindung. Hal ini terjadi karena (1) berbagai keputusan sektor di pusat maupun daerah tidak dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, (2) masyarakat atau pelaku usaha tidak mengetahui dimana mereka harus melakukan budidaya, (3) peraturan perundangundangan tersebut muncul kemudian setelah masyarakat melakukan budidaya di kawasan tersebut. Atas dasar hasil penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (2008) potensi lahan yang dapat dikembangkan menjadi lahan sawah sekitar 18 juta ha, namun belum diketahui status penguasaan dan penggunaannya terkini. Di samping itu, untuk sementara lahan rawa dan gambut belum dapat dimanfaatkan sesuai dengan konvensi Pemerintah Indonesia dalam Perjanjian Pengurangan Emisi Gas Karbon. Di samping itu, masih ada lahan terlantar dan lahan bekas kawasan hutan yang telah dilepas namun belum dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sekitar 11 juta ha. Lahan ini sebagai potensi pengembangan lahan pertanian yang pengaturannya ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah nomor 11 tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar dan Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan. 2

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2009) lahan sementara tidak diusahakan seluas sekitar 13 juta ha, terutama lahan-lahan kering atau huma yang ditinggalkan sebagai lahan tanaman pangan dan tanaman semusim lainnya akibat berbagai permasalahan yang dialami oleh pemilik atau penggarap. Lahan ini merupakan potensi untuk dioptimasi, direklamasi, dikonservasi dan direhabilitasi tergantung kebutuhan prasarana dan sarana serta keadaan sosial dan ekonomi masyarakat setempat. 2) Permasalahan Dalam dekade 30 tahun ke depan, lahan dan air merupakan 2 (dua) masalah utama di negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini sudah semakin terasa sejak 15 tahun lalu, karena berbagai pembangunan yang sangat pesat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa hal yang menjadi permasalah kini dan yang akan datang terkait dengan penyediaan lahan pertanian dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan nasional antara lain: a. Regulasi dan Kebijakan Pemerintah pusat dan daerah telah menerbitkan berbagai peraturan perundang-undangan tentang pengaturan pemilikan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah pertanian, termasuk pengendaliannya, tetapi belum dapat diimplementasikan sepenuhnya di lapangan. Hal ini antara lain disebabkan oleh (1) disharmonis persepsi kebijakan pemerintah pusat dengan daerah yang diimplementasikan oleh Kepala Daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam pengaturan pemanfaatan dan penggunaan lahan pertanian, (2) pengendalian dan penerapan punishment dan reward yang tidak konsisten. Namun setelah Undang-Undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, Undang-Undang nomor 18 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan 3

perundang-undangan lainnya terbit maka instrumen perencanan, pemanfaatan dan pengendalian lahan berbasis ruang akan semakin lebih baik dan diharapkan para pemangku kepentingan terkait dengan penggunaan lahan semakin tertib dan melaksanakan perencanaan dan pemanfaatan lahan atas azas taat dan tertib hukum. Di samping itu, kehadiran dokumen dan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi dan Kabupaten/Kota telah tersedia dan akan digunakan secara transparan, terbuka dan profesional sebagai alat dan acuan dalam perencanaan dan pengendalian pembangunan daerah, karena sanksi perdata dan pidana tetap mengacu pada peraturan perundang-undangan jika terjadi pelanggaran terhadap ketentuan dalam Undang-undang. b. Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan petugas teknis Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang terbatas dikaitkan dengan koordinasi yang belum terlaksana dengan baik serta diiringi dengan mind set para pelaku usaha yang belum mengacu pada ketaatan pemanfaatan ruang merupakan resultante pengambilan kebijakan dan keputusan yang tidak mengacu pada regulasi. Hal ini merupakan suatu kesalahan yang tidak perlu diulangi dalam rangka pemanfaatan lahan untuk pembangunan pertanian di kemudian hari. Diketahui dalam rangka pengaturan ruang, khususnya para petugas di sektor pertanian masih belum sempat memikirkannya, karena fokus kebijakan masih terbatas pada upaya peningkatan produksi dan budidaya, sedangkan pemahaman terhadap pemanfaatan lahan, penggunaan peta dan pengaturan zonasi serta upaya pengendalian lahan masih terbatas. c. Pertambahan penduduk Hasil sensus penduduk bulan Mei 2010 menunjukkan bahwa pertambahan penduduk rata-rata nasional sekitar 1,49% per tahun, dan di masing-masing propinsi dan kabupaten/kota bervariasi. Hal 4

ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat pertumbuhan ekonomi daerah, migrasi penduduk dari propinsi atau kabupaten lainnya, serta keadaan sosial dan budaya masyarakat. Dengan pertambahan penduduk di atas, maka kebutuhan pangan, sandang dan papan di daerah tersebut meningkat, sehingga upaya peningkatan produksi pangan dalam rangka mewujudkan swasembada dan swasembada berkelanjutan pangan 2010-2014 harus terjamin dalam rangka ketahanan pangan nasional dan daerah. Peningkatan produksi pangan nasional merupakan salah satu solusi strategis dan utama untuk menciptakan stabilitas pertahanan dan ketahanan nasional. d. Pengadaan lahan untuk pembangunan daerah. Dalam rangka pembangunan daerah, baik untuk pembangunan sarana dan infrastruktur maupun pembangunan perkantoran sebagai wujud dari pemekaran kabupaten/kota, lahan merupakan komponen penting dan persyaratan utama. Pada umumnya, komponen penyediaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum maupun untuk swasta merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Agar pembangunan tersebut dapat direalisasikan, maka pemerintah daerah dengan tegas menyatakan kesediaannya untuk penyediaan lahan, walaupun kadangkala status kepemilikan, penguasaan, penggunaan maupun pemanfatan lahan tersebut tidak mengacu pada tata ruang. Pemerintah daerah tidak mampu memprediksi kebutuhan lahan untuk pembangunan prasarana dan sarana yang dibutuhkan dan melintasi wilayah kabupaten/kota, disebabkan berbagai kendala dan permasalahan. Hal tersebut berimplikasi kepada pembangunan di segala sektor yang bersifat tambal-sulam dan tidak terintegrasi dan terkoordinasi, walaupun telah tersedia Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah kabupaten/kota. Di lain pihak, intervensi dari sektor yang sangat besar dan dipandang menguntungkan pemerintah kabupaten/kota sebagai pemicu terjadinya pelanggaran terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah yang ada. 5

Dalam rangka penyediaan lahan tersebut, alih fungsi lahan pertanian sulit dihindarkan. Berdasarkan atas laporan Badan Pusat Statistik (2005), alih fungsi lahan pertanian menjadi peruntukan lainnya sekitar 140.000 ha per tahun, termasuk lahan sawah sekitar 110.000 ha per tahun. Di lain pihak, perluasan baku lahan sawah per tahun sekitar 40.000 ha yang dibangun melalui dana pemerintah. Dengan demikian dapat dikatakan terjadi penurunan luas baku lahan sawah sekitar 70.000 ha per tahun. Alih fungsi lahan sawah ini sebagian besar terjadi di Pulau Jawa, terutama di propinsi sentra produksi padi. Di samping itu, masih terjadi alih fungsi komoditas pertanian di dalam kawasan peruntukan pertanian di beberapa propinsi, sebagai contoh, yang semula lahan sawah dialihkan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit atau kakao, sebagai pengaruh nilai ekonomis komoditas perkebunan tersebut memberikan margin yang lebih besar. Berdasarkan peraturan perundang-undangan, alih komoditas di lahan sawah menjadi peruntukan komoditas lainnya tidak diijinkan. Hal ini perlu secara berkelanjutan dan bertahap disampaikan kepada pemerintah daerah dan pelaku usaha untuk disseminasi dan sosialisasi dalam rangka perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian kawasan peruntukan pertanian sebagai bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. e. Degradasi Kesuburan Tanah Penerapan teknologi pertanian dan pemanfaatan sumberdaya lahan dan air secara terus menerus sejak awal tahun 1970 dalam rangka mencapai kecukupan pangan dan swasembada beras yang tidak dan atau kurang memperhatikan sustainable development dan kaidah konservasi secara sistemik dan tidak disadari menimbulkan degradasi sumberdaya lahan. Sehingga sejak pertengahan tahun 1995 sudah dirasakan terjadinya pelandaian produksi (levelling off). Salah satu indikator yang menyebabkan terjadinya pelandaian produksi padi pada lahan sawah diketahui bahwa sekitar 85% lahan 6

sawah di Pulau Jawa mempunyai kandungan bahan organik kurang dari 2%, yang sebelumnya mencapai 3-4%. Di samping itu, terjadinya akumulasi unsur hara P dan K di dalam tanah yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi ketersediaan unsur hara lainnya bagi pertumbuhan tanaman. Di samping itu, lahan kering yang diusahakan dengan berbagai komoditas mengalami degradasi kesuburan tanah, terutama pada lahan dengan kemiringan (slope) lebih dari 8 % yang disebabkan oleh erosi. Tingkat kesuburan lahan kering semakin nyata pada musim kemarau, karena kapasitas menahan air (water holding capacity) tanah semakin rendah yang disebabkan oleh perubahan tata guna lahan di bagian hulu daerah aliran sungai. Perubahan tata guna lahan terjadi karena tata ruang khususnya pola ruang kawasan budidaya tidak dapat dikendalikan sesuai dengan peruntukannya. II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 2.1. Visi dan Misi Visi dan Misi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian merupakan landasan dan acuan dalam penetapan misi dan visi Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan. Salah satu misi Kementerian Pertanian yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi adalah 7

menciptakan keseimbangan ekosistem pertanian yang mendukung keberlanjutan peningkatan produksi dan produktivitas untuk meningkatkan kemandirian pangan. Dalam kaitannya dengan ini diperlukan perluasan areal baru dan optimasi lahan dalam rangka peningkatan luas areal tanam yang bermuara pada peningkatan produksi. Rencana strategis Kementerian Pertanian menetapkan perluasan areal seluas 2 juta ha untuk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Adapun visi adalah mewujudkan ketersediaan lahan yang berkelanjutan sebagai motor penggerak peningkatan produksi pertanian. Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan mengembangkan misi sebagai berikut: 1.) Menyajikan data dasar lahan yang akurat, terukur dan terpetakan dalam bentuk numerik, dan spasial sebagai dasar dalam perencanaan perluasan dan pengelolaan lahan. 2.) Melaksanakan optimasi, rehabilitasi dan konservasi lahan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. 3.) Menyelenggarakan perluasan areal kawasan tanaman pangan 4.) Menyelenggarakan perluasan areal kawasan hortikultura, perkebunan dan peternakan. 5.) Melaksanakan pengendalian lahan pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. 6.) Menyelenggarakan koordinasi lintas sektor di tingkat pusat dan antara Direktorat dengan Dinas lingkup Pertanian di provinsi dan kabupaten/kota terkait dengan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian perluasan dan pengelolaan lahan. 7.) Melaksanakan pembinaan sumberdaya manusia baik di tingkat pusat dan daerah dalam bidang perluasan dan pengelolaan lahan. 8

2.2 Tujuan dan Sasaran 1.) Tujuan Tujuan perluasan dan pengelolaan lahan tahun 2010-2014 adalah: a. Tersedianya data dan informasi lahan dan lahan cadangan pertanian. b. Menambah baku lahan pertanian dan luas areal tanam komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan, khususnya yang diusahakan oleh petani dan masyarakat. c. Menata ulang dan memperbaiki penyajian data dan informasi numerik, tekstual dan spasial tentang lahan pertanian pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan dalam rangka mempermudah perencanaan dan pengendalian pemanfataan lahan pertanian. d. Mengendalikan pemanfaatan kawasan peruntukan pertanian sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. e. Mengendalikan laju alih fungsi lahan pertanian menjadi peruntukan lainnya, termasuk yang bersifat sementara dan atau permanen. f. Memantau rencana penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan. g. Melakukan upaya optimasi, konservasi dan rehabilitasi lahan pertanian dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas lahan dan komoditas pertanian dengan memperhatikan kaidah konservasi dan kearifan lokal yang berkelanjutan. h. Pengembangan budidaya pengelolaan budidaya padi sawah yang ramah lingkungan (system of rice intensification). i. Memfasilitasi pengembangan kawasan pertanian skala medium melalui koordinasi dan integrasi dengan pelaku usaha dan pemerintah daerah. j. Memberikan kontribusi dalam pemanfaatan dan pengendalian lahan pertanian di daerah perbatasan negara. 9

k. Mendorong dan fasilitasi pra dan pasca sertifikasi tanah dalam rangka peningkatan hak atas tanah petani pada lahan pertanian. 2.) Sasaran Sasaran pembangunan perluasan dan pengelolaan lahan 2010-2014 adalah sebagai berikut: a. Terwujudnya pembangunan perluasan areal baru seluas 2 juta ha, dengan perincian 250.000 ha lahan sawah, 400.000 ha lahan kering, 400.000 ha lahan hortikultura, 585.430 ha lahan perkebunan dan 364.570 pengembangan hijauan makanan ternak. b. Terwujudnya pengelolaan lahan usaha tani terpadu seluas 26.000 ha c. Tersedianya dokumen pra sertifikasi tanah petani yang akan disertifikatkan sebanyak 110.000 bidang dan tercapainya kemudahan akses petani dalam penguatan modal usaha tani melalui sertifikasi tanah pertanian di 33 propinsi dan 541 kabupaten/kota. d. Terwujudnya kawasan peruntukan pertanian dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi dan Kabupaten/Kota sebagai landasan dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian perencanaan lahan pertanian di 33 propinsi dan kabupaten/kota sentra produksi tanaman pangan. e. Terwujudnya pembangunan optimasi, rehabilitasi dan konservasi lahan pertanian seluas 582.000 ha dalam rangka upaya peningkatan produksi komoditas pertanian dan pendapatan petani. f. Terwujudnya luas dan lokasi indikatif yang ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan di dalam Dokumen dan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi dan Kabupaten/Kota. g. Terwujudnya rehabilitasi dan pembangunan Jalan Pertanian sepanjang 12.500 km dalam rangka mempercepat transportasi penyediaan sarana produksi dan transportasi produk pertanian menuju sentra pemasaran hasil di kawasan pertanian. 10

h. Terwujudnya pengelolaan lahan padi sawah berbasis ramah lingkungan seluas 40.000 ha, terutama di sentra produksi padi. i. Terwujudnya Unit Pengolahan Pupuk Organik sebanyak 7.766 unit. j. Terbangunnya usaha tanaman pangan skala medium di beberapa kabupaten seluas sekitar 26.500 ha. k. Meningkatnya kualitas koordinasi dan komunikasi antar Kementerian dan Lembaga di tingkat pusat, Direktorat dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah di Propinsi dan Kabupaten/Kota yang terkait dengan pembangunan perluasan dan pengelolaan lahan. III. KEBIJAKAN DAN STRATEGI Dalam penyusunan rencana strategi Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan harus mengacu pada Rencana Strategi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dan Kementerian Pertanian. Di samping itu, berbagai kebijakan dan strategi lintas sektor Kementerian dan atau Lembaga yang searah dengan kebijakan tersebut dapat diintegrasikan dan terpadu dalam rangka mengoptimalkan dan mempercepat pembangunan dan pencapaian sasaran yang telah dituangkan dalam Rencana Strategi ini. 3.1. Landasan Kebijakan dan Strategi Nasional Memperhatikan Rencana Strategi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, maka arah kebijakan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan adalah sebagai berikut: 1) Kebijakan yang terkait dengan Penyediaan Data Lahan harus dilakukan koordinasi dengan Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Badan 11

Pertanahan Nasional, serta Unit kerja Eselon I lingkup Kementerian Pertanian. Penyediaan data lahan meliputi (1) data dan informasi lahan yang telah diusahakan (2) lahan cadangan sebagai lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. 2) Kebijakan yang terkait dengan Pengendalian Lahan meliputi berbagai kebijakan yang terkait dan terintegrasi dengan perencanan, pemanfataan dan pengendalian perencanaan lahan pertanian dalam kawasan peruntukan pertanian yang mengacu pada Undang-Undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan serta peraturan perundang-undangan sektor pertanian yang terkait. 3) Kebijakan yang terkait dengan Perluasan Areal Kawasan Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan harus memperhatikan berbagai kebijakan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Undang-Undang Sektor dan Undang- Undang nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan serta peraturan perundang-undangan yang terkait lainnya. 4) Kebijakan yang terkait dengan Optimasi, Rehabilitasi dan Konservasi Lahan juga mengacu dan memperhatikan pada berbagai kebijakan lingkup Kementerian Pertanian, kebijakan subsektor Sumberdaya Air, kebijakan sektor Lingkungan Hidup serta kebijakan sektor Kehutanan, terutama dalam Konservasi Daerah Aliran Sungai dan Hutan Masyarakat. 5) Kebijakan yang terkait dengan perencanaan dan keuangan serta otonomi daerah dalam rangka pembangunan perluasan dan pengelolaan lahan harus memperhatikan peraturan perundangundangan tentang Sistem Perencanaan Nasional, Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan Otonomi Daerah, sehingga semua rencana kegiatan pembangunan ini dapat diwujudkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang. 12

3.2. Strategi Strategi yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan visi dan misi perluasan dan pengelolaan lahan adalah sebagai berikut : 1) Kepemerintahan yang baik (good governance) Melaksanakan manajemen pembangunan perluasan dan pengelolaan lahan yang efisien, bersih, transparan, bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) melalui penyelenggaraan disiplin anggaran dan penciptaan kebijakan yang mendorong peran pelaku usaha dan pemangku kepentingan lainnya baik di tingkat pusat maupun di daerah sesuai dengan kewenangannya. 2) Pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya lahan berkelanjutan Melaksanakan pembangunan perluasan dan pengelolaan lahan melalui ketaatan berbasis regulasi, kebijakan dan program sesuai dengan peraturan perundang-undangan, termasuk upaya penyediaan data yang akurat, pengendalian lahan, perluasan areal baru pertanian serta optimasi, rehabilitasi dan konservasi lahan. 3) Menetapkan skala prioritas Melaksanakan penetapan skala prioritas kegiatan/sub kegiatan perluasan dan pengelolaan lahan dengan memperhatikan kebutuhan dan kebijakan daerah serta aspirasi masyarakat, kelompok tani/petani di kabupaten/kota serta ketersediaan anggaran. 4) Mendorong pola partisipatif. Melaksanakan pemberdayaan dan perlindungan masyarakat melalui peningkatan pengetahuan dan pelaku usaha yang kompetitif. Di samping itu juga mendorong kemampuan petani untuk dapat secara mandiri melakukan usahataninya, sehingga secara bertahap petani mau dan mampu berusaha tani melalui kelompok dan organisasinya di tingkat lapang. 13

5) Menggalang sinergitas dan meningkatkan kualitas koordinasi Menggalang sinergitas lintas sektor maupun subsektor melalui pembentukan kelompok kerja dalam melaksanakan kegiatan pembangunan perluasan dan pengelolaan lahan baik di tingkat pusat maupun daerah dalam rangka pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan tersebut. Meningkatkan kualitas koordinasi diawali sejak perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi kegiatan/sub kegiatan dengan instansi terkait, terutama yang berada di luar sektor Kementerian Pertanian yang dilaksanakan secara periodik dan berkelanjutan. 6) Pemberdayaan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Pertanian Pemberdayaan kelembagaan dimaksudkan untuk mengoptimalkan keluaran yang diharapkan dari pembangunan perluasan dan pengelolaan lahan melalui inovasi, pengikutsertaan lembaga dan sumberdaya manusia yang tersedia pada kelembagaan tersebut. Pemberdayaan tersebut dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi kegiatan dengan memanfaatkan sumber anggaran dari masing-masing unit kerja yang tersedia. 3.3. Kegiatan/subkegiatan Direktorat Kegiatan/subkegiatan dikelompokkan ke dalam 8 jenis kegiatan/subkegiatan, yaitu: 1.) Pengembangan Basis Data Lahan Pertanian 2.) Perluasan Kawasan Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan 3.) Pengembangan Jalan Pertanian 4.) Pengembangan Optimasi Lahan Pertanian 5.) Pra dan Pasca Sertifikasi Tanah Petani 14

6.) Pengendalian Lahan Pertanian 7.) Penyediaan Data Basis Lahan Pertanian 8.) Unit Pengolahan Pupuk Organik Rincian Matriks Kegiatan 2010 sampai dengan 2014 Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan lampiran (tabel 1.1). 3.4. Program dan Kegiatan Direktorat A. Subdirektorat Basis Data Lahan Program yang dilaksanakan oleh Subdirektorat Basis Data Lahan adalah penyediaan basis data lahan pertanian seluruh Indonesia. Kegiatan yang dilaksanakan Subdirektorat Basis Data Lahan adalah : 1) Peningkatan SDM di bidang basis data lahan pertanian 2) Penyusunan program database (tabular dan spasial) sumber daya lahan dan air 3) Pemetaan infrastruktur JITUT dan JIDES 4) Penggabungan (overlay) peta JITUT dan JIDES dengan peta baku sawah pada setiap Kab/Kota di seluruh propinsi 5) Pemetaan luas baku sawah di seluruh propinsi 6) Penyajian data dan informasi sumberdaya lahan dan air sebagai bahan kebijakan perluasan dan pengelolaan lahan. Rencana strategis Subdirektorat Basis Data Lahan selama tahun 2010-2014 terdapat pada lampiran (tabel 1.2). B. Subdirektorat Pengendalian Lahan 15

Kegiatan pengendalian lahan pertanian dilaksanakan melalui penegakan regulasi dan kebijakan yang telah ditetapkan di dalam peraturan perundang-undangan. Dalam pemanfaatan ruang untuk pertanian sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang serta turunannya yang dijabarkan ke dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi dan Kabupaten/Kota maupun Rencana Detail Tata Ruang kabupaten/kota. Di dalam Peraturan Daerah tersebut, telah dimuat dengan jelas kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Di samping itu berbagai Undang-undang, Peraturan Pemerintah serta Peraturan Daerah Sektor harus menjadi bagian acuan yang harus diperhatikan dalam pengaturan pemberian ijin pembangunan daerah. Untuk mengawali pengendalian ini, Direktorat Perluasaan dan Pengelolaan Lahan akan melakukan pelatihan Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam bidang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLPPB), yang pada gilirannya dapat melaksanakan fungsi pemantauan dan pengendalian, perencanaan serta pemanfaatan lahan di lapangan bersama dengan instansi terkait. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan adalah pemberian insentif dan disinsentif kepada para pelaku usaha, antara lain pemberian sertifikat tanah, penyediaan infrastruktur pertanian, penyediaan sarana pertanian dan berbagai bimbingan perlindungan dan pemberdayaan dalam bidang pertanian, khususnya terkait dengan pengendalian lahan pertanian. Kegiatan Subdirektorat Pengendalian Lahan periode 2010 2014 dapat dilihat pada matrik rencana kerja tahunan pada lampiran (tabel 2.1 dan 2.2). C. Subdirektorat Optimasi, Rehabilitasi dan Konservasi Lahan 16

Program kerja Subdirektorat Optimasi, Rehabilitasi, dan Konservasi Lahan disusun berdasarkan sasaran dan kebijakan yang telah ditetapkan, mulai tahun 2010 sampai tahun 2014. Sebagaimana telah diuraikan di atas, tugas yang dimiliki oleh dalam penanganan masalah sumber daya lahan sangat terbatas, sehingga memerlukan dukungan, koordinasi, integrasi dan sinergi dengan instansi terkait. Adapun program kerja yang akan dilaksanakan pada periode 2010 sampai tahun 2014 adalah sebagai berikut : 1) Pengembangan optimasi lahan melalui kegiatan optimasi lahan dengan pemberdayaan masyarakat petani/peternak pada lahan terlantar, kegiatan konservasi lahan, dan kegiatan reklamasi lahan pada rawa, bekas tambang dan industri dalam rangka pendayagunaan lahan. 2) Pengembangan (pembangunan dan rehabilitasi) infrastruktur pertanian melalui pembuatan jalan pertanian yang meliputi jalan usaha tani dan jalan produksi. 3) Peningkatkan pemberdayaan masyarakat petani dalam peningkatan kesuburan dan produktivitas lahan melalui pengembangan usahatani padi ramah lingkungan. 4) Peningkatan kualitas koordinasi dan sinkronisasi kelembagaan dalam menangani masalah lahan. 5) Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia Pertanian dalam pengelolaan lahan. Rincian rencana kegiatan Subdirektorat Optimasi, Rehabilitasi dan Konservasi Lahan tahun 2010 sampai dengan 2014 terdapat pada lampiran (tabel 3.1; 3.2 dan 3.3). D. Subdirektorat Perluasan Kawasan Tanaman Pangan 17

Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka rencana kegiatan perluasan areal kawasan tanaman pangan periode tahun 2010 2014 sebagai berikut: 1) Perluasan areal sawah baru dilakukan dengan menambah luas areal tanam padi guna mendukung program peningkatan produksi dan ketahanan pangan nasional. 2) Perluasan areal lahan kering dilakukan dengan menambah luas areal tanam komoditas palawija (padi gogo, jagung, kedele, umbiumbian, dll) unggulan nasional guna mendukung program peningkatan produksi sehingga dapat meningkatkan daya saing dan menekan impor. 3) Pengembangan perluasan areal skala medium pada kawasan tanaman pangan dilakukan dengan menambah luas areal tanam komoditi tanaman pangan dengan skala medium (food estate) dilakukan untuk mendukung program swasembada beras yang berorientasi bisnis. Secara rinci kegiatan perluasan areal kawasan tanaman pangan periode 2010 2014 dapat dilihat pada Matrik Rencana Kerja Tahunan sebagaimana terdapat pada lampiran (tabel 4.1 dan 4.2). E. Subdirektorat Perluasan Kawasan Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan Kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Subdirektorat Perluasan Kawasan Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan adalah sebagai berikut : 1.) Perluasan areal hortikultura dilakukan dengan menambah areal tanam komoditas hortikultura unggulan nasional guna mendukung program peningkatan produksi buah lokal. 2.) Perluasan areal perkebunan dilakukan dengan menambah luas areal tanam komoditas perkebunan unggulan nasional guna 18

mendukung program peningkatan produksi meningkatkan daya saing dan menekan impor. sehingga dapat 3.) Perluasan areal peternakan dilakukan dengan menambah luas areal tanam hijauan makanan ternak guna mencukupi kebutuhan pakan ternak yang berkualitas melalui kegiatan perluasan areal kebun hijauan makanan ternak dan padang penggembalaan. Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung program swasembada daging sapi (PSDS), peningkatan produksi susu segar dan pemberdayaan petani/ peternak melalui peningkatan jumlah kepemilikan ternak. Secara rinci kegiatan perluasan areal kawasan hortikultura, perkebunan dan peternakan periode 2010 2014 dapat dilihat pada matrik rencana kerja tahunan pada lampiran (tabel 5.1; 5.2 dan 5.3). F. Sub Bagian Tata Usaha Dalam rangka menunjang kegiatan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian serta memperhatikan tugas pokok dan fungsi Sub Bagian Tata Usaha yang meliputi urusan kepegawaian, urusan keuangan, urusan rumah tangga, urusan perlengkapan, urusan surat menyurat, urusan kearsipan, urusan ketatalaksanaan dan pelaporan, maka untuk memperlancar pelaksanaan dan keberhasilan kegiatan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, diperlukan : 1.) Peningkatan pelayanaan ketatausahaan; 2.) Bimbingan dan pengendalian pengadaan barang; 3.) Penertiban aset dan barang inventaris; 4.) Koordinasi pelaporan administrasi, keuangan dan teknis. 19

3.5. Rencana Implementasi Program dan Kegiatan A. Subdirektorat Basis Data Untuk rencana implementasi program dan kegiatan dari Subdirektorat Basis Data Lahan adalah : Menyediakan data dan informasi sumberdaya lahan dan air sebagai bahan kebijakan pembangunan pertanian terkait perluasan areal sawah, optimasi lahan, pembangunan jalan usaha tani dan jalan produksi, rehabilitasi lahan, konservasi lahan dan infrastruktur pertanian lainnya. B. Subdirektorat Pengendalian Lahan Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengendalian lahan di daerah, pendekatan yang harus ditempuh melalui koordinasi dengan lintas sektor terutama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah propinsi dan kabupaten/kota, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional propinsi dan Kantor Pertanahan kabupaten, Dinas Pemukiman dan Tata Ruang serta Dinas lingkup Pertanian di propinsi dan kabupaten serta pemangku kepentingan dan petugas lapangan yang terkait lainnya. C. Subdirektorat Optimasi, Rehabilitasi dan Konservasi Lahan Rencana implementasi program dan kegiatan Sub Direktorat Optimasi, Rehabilitasi dan Konservasi Lahan adalah mengembangkan infrastruktur pertanian aspek lahan pada kawasan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan yang meliputi : 1) Melakukan Upaya Optimasi Lahan dengan meningkatnya pemberdayaan masyarakat petani melalui : 1) pengembangan optimasi lahan terlantar seluas 352.000 ha, 2) melaksanakan usahatani konservasi dan rehabilitasi pada lahan potensial kritis, semi kritis dan kritis seluas 185.000 ha, dan 3) melakukan reklamasi lahan pada lahan rawa, bekas tambang dan industri seluas 45.000 ha. 20

2) Melakukan Pengembangan Jalan Pertanian melalui : 1) Jalan Usahatani (JUT) pada kawasan tanaman pangan sepanjang 7.000 km, dan 2) Jalan Produksi (Japrod) pada kawasan hortikultura, perkebunan dan peternakan sepanjang 5.500 km. 3) Melakukan peningkatkan pemberdayaan masyarakat petani dalam peningkatan kesuburan dan produktivitas lahan melalui pengembangan usahatani padi ramah lingkungan seluas 40.000 ha. 4) Peningkatan kualitas koordinasi dan sinkronisasi kelembagaan dalam menangani masalah lahan sebanyak 15 kali. 5) Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia Pertanian dalam pengelolaan lahan sebanyak 15 paket. D. Subdirektorat Perluasan Kawasan Tanaman Pangan Rencana pengimpletasian program dan kegiatan perluasan areal kawasan tanaman pangan adalah sebagai berikut : 1.) Organisasi dan Kelembagaan a. Di Pusat Untuk mewujudkan keberhasilan rencana strategis Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan perlu penjabaran tugas pokok dan fungsi yang diemban Direktorat dengan pendistribusian penanganan kegiatan dengan susunan organisasi dan kelembagaan Direktorat, maka Sub Direktorat Kawasan Tanaman Pangan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perluasan kawasan tanaman pangan. b. Di Daerah 21

Kegiatan perluasan areal kawasan tanaman pangan di daerah khususnya di Propinsi dan Kabupaten/Kota berada pada Dinas lingkup pertanian yang menangani perluasan areal kawasan tanaman pangan. c. Di Lapangan Penerima manfaat dan sekaligus pelaku dari kegiatan perluasan areal kawasan tanaman pangan adalah petani/ kelompok tani, swasta dan lainnya. 2.) Koordinasi Dan Hubungan Kerja Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah, maka hubungan kerja antara Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota bersifat koordinasi. Adapun hubungan kerja antara pusat dan daerah sebagai berikut : a. Pemerintah Pusat menetapkan kebijaksanaan, norma, kriteria, strategi dan standar teknis perluasan areal pertanian secara nasional. b. Pemerintah Propinsi menyusun perencanaan dan Petunjuk Pelaksanaan serta melakukan koordinasi lintas sektoral di propinsi. c. Pemerintah Kabupaten/Kota menyusun perencanaan dan Petunjuk Teknis pelaksanaan serta melakukan koordinasi dan pelaksanaan di Kabupaten/Kota. 3.) Partisipasi Masyarakat Sesuai paradigma baru pembangunan pertanian, maka perluasan areal kawasan tanaman pangan dilaksanakan berdasarkan prinsip dari petani, oleh petani dan untuk kepentingan petani itu sendiri. Sebagai konsekuensi logis dari paradigma baru tersebut maka 22

pemerintah bertindak sebagai fasilitator, penyedia dan regulator untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi masyarakat/petani dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan usahanya. Dalam pengertian ini pula bahwa masyarakat/petani bukan lagi sebagai obyek, melainkan sebagai subyek pembangunan pertanian itu sendiri. Dalam hal ini pemerintah dan pemerintah daerah harus lebih memberdayakan masyarakat agar mampu mengembangkan usahanya, termasuk mengembangkan usaha pelayanan dan jasa di bidang pertanian. Dimana petani dapat menetapkan sendiri bidang usaha yang akan dilaksanakannya. Untuk itu petani perlu dibimbing untuk menganalisa resiko / keuntungan dari usaha yang akan dilaksanakan dan mengambil keputusan mengenai bidang usaha yang akan dilaksanakan. Hal ini dimulai dengan peningkatan komunikasi, saling mengerti dan mengenal peranan serta kegiatan masing-masing pihak. Dengan kata lain, pendekatan perencanaan pembangunan pertanian yang lebih partisipatif, transparan dan metodologi perencanaan yang berorientasi pada kepentingan petani akan mewarnai perencanaan pelaksanaan perluasan areal pertanian di masa akan datang. E. Subdirektorat Perluasan Kawasan Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan Untuk rencana implementasi program dan kegiatan dari Subdirektorat Perluasan Kawasan Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan antara lain adalah : 1.) Melaksanakan perluasan kawasan hortikultura, perkebunan dan peternakan secara regular melalui dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara. 2.) Melaksanakan perluasan kawasan hortikultura, perkebunan dan peternakan melalui pola khusus yang akan melibatkan petani, pemerintah dan pemerintah daerah dan swasta. 23

F. Sub Bagian Tata Usaha 1.) Melakukan urusan kepegawaian a. Menyiapkan bahan usulan penyusunan rencana kebutuhan dan pengembangan pegawai, b. Menyiapkan bahan usulan kenaikan pangkat, pensiun dan mutasi, c. Menyiapkan bahan dan melakukan bimbingan disiplin pegawai, d. Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data kepegawaian, e. Dan lain-lain. 2.) Melakukan urusan keuangan a. Menyiapkan bahan perencanaan anggaran dan administrasi serta penggunaan anggaran, b. Melakukan urusan pembayaran gaji dan lembur pegawai, c. Membuat laporan realisasi keuangan kegiatan. 3.) Melakukan urusan perlengkapan a. Mendistribusikan peralatan kantor, b. Melakukan pengelolaan barang inventaris kantor, c. Menyiapkan bahan usulan pengahapusan barang inventaris kantor, d. Memberi nomor, kode label pada barang inventaris, e. Membukukan barang inventaris. 4.) Melakukan urusan rumah tangga 24

a. Menyiapkan usulan perbaikan dan pemeliharaan peralatan kantor, b. Menyiapkan usulan pemeliharaan dan biaya operasional kendaraan dinas, c. Menjaga keamanan, kebersihan dan ketertiban kantor, d. Dan lain-lain. 5.) Melakukan urusan surat menyurat a. Melakukan pengiriman dan penerimaan surat, b. Menerima, mencatat dan mengagendakan surat masuk serta mendistribusikan ke sub direktorat, c. Dan lain-lain. 6.) Melakukan urusan kearsipan Direktorat a. Melakukan penyiapan bahan pengelolaan dan pengendalian kearsipan, b. Melakukan pemberkasan, penyimpanan dan penataan arsip/ dokumen, c. Dan lain-lain 7.) Melakukan urusan ketatalaksanaan Direktorat a. Menghimpun, menyusun rancangan penyempurnaan organisasi dan tatalaksana kerja Direktorat, serta melakukan menyiapkan bahan evaluasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, b. Menyiapkan bahan perumusan sistem, prosedur dan tata hubungan kerja, serta pengembangan budaya kerja, c. Menyiapkan bahan pembakuan sarana kerja, 25

d. Menganalisis dan menyusun rincian tugas pekerjaan eselon IV serta mengevaluasi pelaksanaannya. 8.) Melaksanakan penyusunan laporan a. Mengumpulkan bahan laporan, b. Menyiapkan konsep laporan. IV. PENUTUP Rencana strategis tahun 2011-2014 merupakan penjabaran dari Rencana Strategis Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, yang dapat mempertegas dan 26

mengurai lebih rinci untuk dapat dioperasionalkan sampai ke tingkat daerah melalui Dinas lingkup Pertanian di propinsi dan kabupaten/kota. Penjabaran lebih rinci meliputi sasaran-sasaran kegiatan dan subkegiatan di setiap propinsi dan kabupaten/kota yang terdiri dari uraian jenis kegiatan dan volume berdasarkan potensi dan kebutuhan para pelaku pembangunan dan petani sebagai penerima manfaat atas dasar usulan dari daerah dan kelompok tani. Jika ada usulan perubahan atas permintaan dari berbagai pihak, akan disesuaikan tergantung kepada urgensi, sifat, permintaan khusus dan hasil evaluasi setiap tahun. 27

Tahun Sasaran Cara Mencapai Tujuan dan Sasaran No. Tujuan Sub Kegiatan Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah Uraian Indikator Kebijakan Kegiatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) I Mengembangkan basis data Menyusun Basis Data Lahan Tersedianya Basis Data Lahan Menyediakan Basis Data Lahan 1. Pengembangan Basis Data Lahan Pertanian 1 Peningkatan SDM dibidang basis data lahan pertanian Paket 2 2 lahan pertanian Pertanian Pertanian Pertanian 2 Penyusunan program database (tabular dan spasial) sumber Paket 1 1 daya lahan dan air 3 Pemetaan infrastruktur JITUT dan JIDES Paket 1 1 2 4 Penggabungan (overlay) peta JITUT dan JIDES dengan peta Paket 1 1 1 3 baku sawah pada setiap Kab/Kota di seluruh propinsi. 5 Pemetaan luas baku lahan sawah di seluruh propinsi Paket 1 1 1 3 6 Penyajian data dan informasi sumberdaya lahan dan air Paket 1 1 1 3 sebagai bahan kebijakan perluasan dan pengelolaan lahan. II Mengendalikan laju alih fungsi Pengendalian laju alih fungsi Terlaksananya pensertipikatan Meningkatkan status kepemilikan lahan 2. Pra dan Pasca Sertipikasi 1 Koordinasi penetapan subjek dan objek lahan yang akan Paket 2 2 2 2 2 10 lahan pertanian ke non lahan bersama instansi terkait lahan petani sebanyak 125.000 Ha untuk petani disertipikat. dan peningkatan jumlah persil 2 Pemantauan pemanfaatan sertipikat lahan pasca sertipikasi. Bidang 23.300 25.000 24.850 25.700 26.150 125.000 pertanian dan mendorong lahan petani yang bersertipikat. peningkatan status kepemilikan lahan petani Terlaksananya consolidated farming seluas 26.000 Ha. TABEL 1.1 RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TAHUN 2010-2014 Melaksanakan fungsi pemantauan pengendalian, perencanaan serta pemanfaatan lahan pertanian. 3. Konsolidasi Pengelolaan Lahan Usaha Tani seluas 26,000 Ha 1 Melakukan koordinasi dalam rangka penyusunan bahan Paket 5 5 5 5 5 25 legislasi dan regulasi aspek lahan. 2 Melakukan kajian akademis dalam rangka penyusunan Paket 2 2 1 5 RPP/ Permentan aspek lahan. 3 Melakukan penyusunan naskah/ bahan RPP/ Permentan Paket 2 1 1 1 5 aspek lahan 4 Sosialisasi naskah akademis tentang RPP/ Permentan Paket 1 1 1 1 1 5 aspek lahan III Melakukan upaya optimasi Pencapaian optimasi lahan Terlaksananya optimasi lahan Meningkatnya perluasan areal tanam, 4. Pengembangan Optimasi Lahan Pertanian 1 Pengembangan optimasi lahan Ha 9.000 69.000 70.000 60.000 74.600 282.600 lahan dengan pemberdayaan melalui kegiatan optimasi lahan, seluas 582.000 ha melalui kesuburan dan produktivitas tanah 2 Pengembangan konservasi lahan Ha 7.000 26.000 29.385 27.000 18.000 107.385 masyarakat petani/peternak konservasi lahan, reklamasi kegiatan : pengembangan melalui pemberdayaan masyarakat 3 Pengembangan reklamasi lahan Ha 2.887 10.000 10.000 10.000 10.207 43.094 pada lahan terlantar dan lahan lahan, pengembangan SRI, dan optimasi lahan terlantar seluas petani/peternak pada lahan terlantar, 4 Pengembangan SRI Ha 7.600 35.000 34.560 40.025 30.000 147.185 yang berpotensi untuk pengelolaan lahan tanpa bakar. 282.600 ha, konservasi lahan lahan kering potensial kritis, lahan 5 TOT pengembangan SRI Paket 2 2 2 2 2 10 ditingkatkan IPnya, konservasi seluas 107.385 ha, rehabilitasi/ rawa/ bekas tambang dan industri dan 6 Pelatihan petugas dan CO Paket 2 2 2 2 2 10 pada lahan kering potensial reklamasi lahan seluas 43.000 ha, pencegahan lahan rawan kebakaran. 7 Workshop pengembangan SRI Paket 1 1 1 1 1 5 kritis, rehabilitasi/ reklamasi dan pengembangan SRI, seluas 8 Koordinasi dengan instansi terkait Paket 2 2 2 2 2 10 pada lahan rawa/ bekas 1407.185 ha dan pengelolaan 9 Pengelolaan lahan tanpa bakar Ha 300 336 400 300 400 1.736 tambang dan industri, lahan tanpa bakar seluas 1.736 peningkatan kesuburan dan ha. produktivitas lahan melalui pengembangan usaha tani IV Mengembangkan Pengembangan Jalan Pertanian Berkembangnya Jalan Pertanian 5. Pengembangan Jalan Pertanian 1 Pembangunan/ rehabilitasi JUT Km 500 2.000 2.000 1.700 1.700 7.900 (pembangunan dan melalui Jalan Usaha Tani (JUT) melalui JUT sepanjang 7.900 km Berkembangnya Jalan Pertanian melalui 2 Pembangunan/ rehabilitasi Japrod Km 454 1.358 988 900 900 4.600 rehabilitasi) infrastruktur pada kawasan tanaman pangan, dan Jalan Produksi sepanjang JUT pada kawasan tanaman pangan pertanian melalui pembuatan hortikultura dan Jalan Produksi 4.600 km. dan hortikultura serta Japrod pada jalan pertanian yang meliputi (Japrod) pada kawasan kawasan perkebunan dan peternakan. jalan usaha tani dan jalan perkebunan dan peternakan. V Unit Pengolah Pupuk Organik Pengembangan pengolah pupuk Berkembangnya unit pengolah Berkembangnya unit pengolah pupuk 6. Pengembangan Unit Pengolah Pupuk 1 Pengembangan UPPO Unit 0 773 1.277 2.758 3.000 7.808 organik melalui unit pegolah pupuk organik sebanyak 7.808 organik dan rumah kompos. Organik (UPPO) 2 Pengembangan Rumah Kompos Unit 0 400 400 500 674 1.974 pupuk organik dan pembangunan unit dan rumah kompos sebanyak 3 Pelatihan petugas dan petani UPPO Paket 3 3 3 3 3 15 rumah kompos. 1.974 unit. VI Memperluas areal pertanian Meningkatnya luas areal Terlaksananya perluasan areal Penambahan luas baku lahan, untuk 7. Perluasan areal tanaman pangan A. Perluasan Sawah Ha 12.025 60.850 59.505 59.200 58.420 250.000 pada kawasan tanaman pertanian pada kawasan tanaman pangan 650.000 Ha, subsektor tanaman pangan, 1 Pembinaan dan pemberdayaan petugas dan petani Paket 1 1 1 1 1 5 pangan hortikultura, tanaman pangan, hortikultura, hortikultura 400.000 Ha, hortikultura, perkebunan maupun 2 SID perluasan sawah Ha 12.025 60.850 59.505 59.200 58.420 250.000 perkebunan dan peternakan. perkebunan dan peternakan. perkebunan 585.430 Ha dan peternakan. 3 Konstruksi Ha 12.025 60.850 59.505 59.200 58.420 250.000 peternakan 364.570 Ha. 4 Pendampingan perluasan sawah Paket - 57 100 100 100 357 5 Model perluasan areal pola skala medium Ha 12.025 60.850 59.505 59.200 58.420 250.000 6 Peningkatan produktivitas sawah baru Paket 1 1 1 1 1 5 7 Evaluasi potensi perluasan sawah baru Paket 1 1 1 1 1 5 B. Perluasan Lahan Kering Ha 1.000 8.420 130.800 130.600 129.180 400.000 1 Pembinaan dan pemberdayaan petugas dan petani Paket 1 1 1 1 1 5 2 SID perluasan lahan kering Ha 1.000 8.420 130.800 130.600 129.180 400.000 3 Konstruksi Ha 1.000 8.420 130.800 130.600 129.180 400.000 4 Model perluasan areal tanam pola wanatani Ha 1.000 8.420 130.800 130.600 129.180 400.000 8. Perluasan baku lahan hortikultura, perkebunan dan peternakan A. Perluasan areal kawasan hortikultura Ha 3.525 96.475 100.000 100.000 100.000 400.000 1 Pembinaan dan pemberdayaan petugas dan petani Paket 1 1 1 1 1 5 2 Inventarisasi, identifikasi dan penetapan lokasi Ha 3.525 96.475 100.000 100.000 100.000 400.000 3 Desain sederhana Ha 3.525 96.475 100.000 100.000 100.000 400.000 4 Konstruksi Ha 3.525 96.475 100.000 100.000 100.000 400.000 B. Perluasan areal kawasan perkebunan Ha 10.200 143.670 143.850 143.850 143.860 585.430 1 Pembinaan dan pemberdayaan petugas dan petani Paket 1 1 1 1 1 5 2 Inventarisasi, identifikasi dan penetapan lokasi Ha 10.200 143.670 143.850 143.850 143.860 585.430 3 Desain sederhana Ha 10.200 143.670 143.850 143.850 143.860 585.430 4 Konstruksi Ha 10.200 143.670 143.850 143.850 143.860 585.430 C. Perluasan areal kawasan peternakan Ha 5.705 92.500 90.115 88.750 87.500 364.570 1 Pembinaan dan pemberdayaan petugas dan petani Paket 1 1 1 1 1 5 2 Inventarisasi, identifikasi dan penetapan lokasi Ha 5.705 92.500 90.115 88.750 87.500 364.570 3 Desain sederhana Ha 5.705 92.500 90.115 88.750 87.500 364.570

Tahun Sasaran Cara Mencapai Tujuan dan Sasaran No. Tujuan Sub Kegiatan Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah Uraian Indikator Kebijakan Kegiatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) 4 Konstruksi Ha 5.705 92.500 90.115 88.750 87.500 364.570