1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi di bidang keuangan yang telah dicapai oleh perusahaan dalam periode waktu tertentu yang dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan. Kinerja keuangan inilah yang akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui hasil analisis perkembangan kinerja, sehingga pihak - pihak yang terkait dapat mengambil kebijakannya masing - masing (Mulyadi, 2001). Bagi investor, kinerja keuangan merupakan salah satu indikator yang digunakan sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan investasi dan merupakan salah satu cara untuk melihat kondisi suatu perusahaan. Ukuran kinerja keuangan yang lazim digunakan perusahaan adalah analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, aktivitas, pertumbuhan dan analisis penilaian serta ukuran kebangkrutan. Penelitian ini menggunakan rasio likuiditas, profitabilitas dan aktivitas sebagai indikator dari kinerja keuangan. Menurut Sartono (2002:116) dalam (Almilia dan Devi, 2007), likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Menurut Kasmir (2008:196), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Menurut
2 Anggoro (1997:18-23) dalam (Hadiningsih, 2007) mengemukakan bahwa rasio aktivitas menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan harta yang dimilikinya. Dalam penelitian ini rasio likuiditas diproksikan dengan Current Ratio (CR), profitabilitas diproksikan dengan Return On Asset (ROA) dan aktivitas diproksikan dengan Asset Turnover (ATO). Setiap perusahaan atau lembaga yang sudah mendeklarasikan perusahaannya go public dituntut memberikan kinerja yang bernilai tidak hanya bagi lembaganya sendiri, melainkan juga masyarakat luas. Salah satu faktor yang berpengaruh pada upaya peningkatan nilai adalah komitmen organisasional yang tinggi. Ada berbagai tolak ukur dalam melihat pencapaian kinerja. Salah satu diantaranya adalah sejalan yang dikemukakan oleh Denilson (2000) dalam (Sembiring, 2005) bahwa suatu perusahaan dikatakan berkinerja baik dengan tolak ukur berpredikat baik, yaitu pada keuntungan, kualitas, inovasi pangsa pasar, pertumbuhan penjualan dan kepuasan para karyawannya. Tetapi selain laba (profit) dan pertumbuhan tak kalah pentingnya, yaitu keberlangsungan atau sustainability. Kunci utama pencapaian keberlangsungan adalah adanya penerimaan publik akan kehadiran perusahaan. Bentuk tanggung jawab yang diinginkan publik tidak hanya berupa keterlibatan perusahaan dalam kegiatan - kegiatan sosial, melainkan dalam bentuk suatu pengintegrasian kegiatan bisnis dan operasional dengan aspek sosial (Yuniasih dan Wirakusuma, 2007).
3 Keberlangsungan dapat dicapai dengan lahirnya suatu konsep yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). CSR merupakan suatu konsep terintegrasi yang menggabungkan aspek bisnis dan sosial dengan selaras agar perusahaan dapat membantu tercapainya kesejahteraan stakeholders, serta dapat mencapai profit maksimum sehingga dapat meningkatkan harga saham (Kiroyan, 2006). Belakangan ini CSR menjadi isu yang banyak dibicarakan berbagai kalangan, karena ada kesan buruk terhadap perusahaan yang terlanjur ada dalam pikiran masyarakat dan lebih dari itu pengusaha dianggap sebagai pemburu uang yang tidak peduli pada kerusakan lingkungan. Perusahaan sebagai pelaku ekonomi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat luas. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan industri, perusahaan dapat memberikan keuntungan kepada masyarakat dan juga memberikan kerugian berupa permasalahan sosial kepada masyarakat yang berasal dari aktivitas perusahaan. Perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan, keberadaannya tidak terlepas dari masyarakat dan lingkungan. Perusahaan tidak boleh mengembangkan diri sendiri dengan tidak memperhatikan masyarakat dan lingkungan. Dampak dari aktivitas perusahaan tidak hanya dirasakan oleh pihak yang terkait langsung dengan perusahaan. Keberadaan dan dampak aktivitas perusahaan seringkali bertentangan bahkan merugikan kepentingan pihak lain. Perbedaan kepentingan tersebut jika tidak ditindaklanjuti, maka akan mempengaruhi aktivitas dan eksistensi perusahaan,
4 oleh karena itu seharusnya perusahaan tidak hanya fokus pada kepentingan perusahaan saja, tetapi juga mencermati kepentingan pihak - pihak di luar perusahaan. Hadi (2011:21) dalam (Indrawan, 2011) menyatakan, orientasi perusahaan seharusnya bergeser dari yang diorientasikan untuk shareholder (shareholder orientation) dengan bertitik tolak pada ukuran kinerja ekonomi (economic orientation) semata, ke arah kesinambungan lingkungan dan masyarakat (community) dengan memperhitungkan dampak sosial (stakeholder orientation). Terjadinya pergeseran orientasi di dalam dunia bisnis dari shareholders kepada stakeholders telah disebut sebagai penyebab munculnya isu tanggung jawab sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja. Kesadaran atas pentingnya CSR dilandasi pemikiran bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban ekonomi dan legal kepada pemegang saham (shareholder), tetapi juga kewajiban terhadap pihak - pihak lain yang berkepentingan (stakeholder). CSR menunjukkan bahwa tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines, yaitu tanggung jawab perusahaan pada aspek sosial, lingkungan dan keuangan. Menurut The World Business Council for Sustainable Development, CSR merupakan komitmen dan kerjasama antara karyawan, komunitas setempat dan
5 masyarakat agar memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan. Dari aspek ekonomi, perusahaan mengungkapkan sesuatu apabila informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dari aspek investasi, investor cenderung menanamkan modal pada perusahaan yang memiliki kepedulian pada masalah sosial. Perusahaan akan menggunakan informasi tanggung jawab sosial sebagai keunggulan kompetitif perusahaan. Dalam aspek hukum, perusahaan harus taat pada peraturan pemerintah seperti Undang - Undang Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007 dan Undang - Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 yang mengharuskan perseroan melaksanakan aktivitas CSR (Zarkasyi, 2008). Dengan demikian, CSR merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan. Beberapa penelitian terdahulu telah berhasil membuktikan adanya pengaruh antara pengungkapan CSR perusahaan dengan kinerja keuangannya. Penelitian tersebut diantaranya dilakukan oleh Soelistyoningrum (2011) dengan variabel dependen kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROA, CR dan DPR serta variabel independennya, yaitu pengungkapan sustainability report atau CSR. Hasilnya pengungkapan SR atau CSR berpengaruh terhadap ROA dan CR, tetapi tidak berpengaruh terhadap DPR. Penelitian Almar, Rachmawati dan Murni (2012) menggunakan variabel dependen, yaitu kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROA dan NPM serta variabel independennya, yaitu pengungkapan CSR. Hasilnya pengungkapan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA dan NPM. Penelitian Simanjuntak (2012) menggunakan variabel dependen, yaitu kinerja keuangan
6 yang diukur menggunakan ATO dan Price to Book Value (PBV) serta variabel independennya, yaitu pengungkapan CSR. Hasilnya pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap ATO dan PBV. Penelitian Syahnaz (2012) menggunakan variabel independen pengungkapan CSR dan variabel dependen kinerja keuangan yang diukur dengan ROA, ROE dan CAR. Hasilnya pengungkapan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA dan ROE, namun tidak berpengaruh terhadap CAR. Penelitian Husnan (2013) menggunakan pengungkapan CSR sebagai variabel independen dan kinerja keuangan yang diukur dengan ROA, ROE, ROS dan Current Ratio sebagai variabel dependen. Hasilnya pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap ROA dan ROS, namun tidak berpengaruh terhadap ROE dan CR. Adapula penelitian yang menunjukkan hasil tidak berpengaruh antara pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan. Penelitian oleh Yaparto, Frisko, dan Eriandani (2013) tentang pengaruh CSR terhadap kinerja keuangan menyatakan bahwa pengungkapan CSR tidak memberikan pengaruh terhadap ROA, ROE dan EPS. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu di atas, terdapat gap antar beberapa penelitian tersebut. Hal ini merupakan fenomena yang menarik perhatian peneliti. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Pengaruh Pengungkapan CSR terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Termasuk dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia).
7 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh pengungkapan Corporate Social Resposibility (CSR) terhadap Current Ratio (CR)? 2. Bagaimana pengaruh pengungkapan Corporate Social Resposibility (CSR) terhadap Return On Asset (ROA)? 3. Bagaimana pengaruh pengungkapan Corporate Social Resposibility (CSR) terhadap Asset Turnover (ATO)? 4. Bagaimana pengaruh pengungkapan Corporate Social Resposibility (CSR) terhadap kinerja keuangan perusahaan? C. Batasan Masalah 1. Periode penelitian yang dilakukan adalah tahun 2009-2012. 2. Variabel independen yang akan diteliti di dalam penelitian ini adalah pengungkapan CSR. Sedangkan variabel dependen yang akan diteliti, yaitu kinerja keuangan perusahaan dengan indikator rasio likuiditas, profitabilitas dan aktivitas, antara lain: CR, ROA, dan ATO. D. Tujuan Penelitian 1. Untuk menguji secara empiris pengaruh pengungkapan Corporate Social Resposibility (CSR) terhadap Current Ratio (CR). 2. Untuk menguji secara empiris pengaruh pengungkapan Corporate Social Resposibility (CSR) terhadap Return On Asset (ROA).
8 3. Untuk menguji secara empiris pengaruh pengungkapan Corporate Social Resposibility (CSR) terhadap Asset Turnover (ATO). 4. Untuk menguji secara empiris pengaruh pengungkapan Corporate Social Resposibility (CSR) terhadap kinerja keuangan perusahaan. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pihak Perusahaan/Manajemen Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk pengambilan kebijakan oleh manajemen perusahaan mengenai pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan yang disajikan. 2. Bagi Investor dan Kreditor Penelitian ini diharapkan akan memberikan wacana baru dalam mempertimbangkan aspek - aspek yang perlu diperhitungkan dalam berinvestasi atau memberikan pinjaman modal kepada perusahaan dengan tidak terpaku pada ukuran - ukuran moneter saja, tetapi juga aspek sosial dan lingkungan. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya dalam bidang ilmu akuntansi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan untuk penelitian - penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengungkapan CSR dan kinerja keuangan.