I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan antara kandungan radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia. Secara alami tubuh menghasilkan senyawa antioksidan, namun tidak cukup kuat untuk berkompetisi dengan radikal bebas yang dihasilkan oleh tubuh sendiri setiap harinya (Hernani dan Raharjo, 2005), sehingga menyebabkan radikal bebas menjadi sangat dominan di dalam tubuh. Hal ini melatarbelakangi timbulnya berbagai macam penyakit seperti jantung koroner, kanker, diabetes, hati dan penuaan dini (Widjaya,1996). Kekurangan antioksidan dalam tubuh dapat diatasi melalui asupan makanan dari luar yang banyak mengandung antioksidan. Salah satu sumber antioksidan yang berasal dari luar tubuh dapat diperoleh dari tanaman yang banyak mengandung senyawa metabolit sekunder seperti asam fenolat, flavonoid, tokoferol dan tannin. Senyawa tersebut dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan dan mengobati penyakit (Mahanom et al., 1999). Indonesia memiliki keanekaragaman hayati sangat besar, salah satunya adalah tanaman matoa. Matoa merupakan salah satu tanaman dari famili Sapindaceae yang tersebar di daerah tropis, termasuk Indonesia. Tanaman matoa di Bali dikenal dengan nama Liseh. Bagian dari tanaman ini yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat adalah bagian buahnya untuk dikonsumsi langsung
dan bagian daun. Sebagian masyarakat di daerah asalnya, telah mengenal dan memanfaatkan air dari seduhan daun matoa sebagai salah satu obat-obatan tradisional yang diketahui mengandung senyawa kimia berupa flavonoid, tanin dan saponin (Dalimartha, 2005). Menurut Variany (1999), isolasi dari daun matoa segar menggunakan pelarut etanol dengan uji warna dan analisis spekstroskopi ultraviolet, mengandung senyawa flavonoid golongan auron dan juga terdapat senyawa yang mengarah pada golongan saponin dan tanin. Penelitian Mahardika & Yoga (2012) mengenai kapasitas antioksidan dan fotal fenol daun matoa menurut posisi letaknya, bagian ujung daun matoa (daun matoa muda) memiliki kapasitas dan total fenol tertinggi. Senyawa kimia flavonoid telah terbukti memiliki efek farmakologis yang cukup tinggi sebagai antibakteri, antioksidan dan antijamur. Selain itu juga sebagai antibiotik terhadap penyakit kanker (Dalimartha, 2005 dalam Yudaningtyas, 2007). Pemilihan daun matoa untuk diekstrak antioksidannya bertujuan untuk memanfaatkan tanaman lokal sebagai penghasil zat antioksidan alami yaitu flavonoid. Senyawa turunan polifenol ini telah banyak digunakan sebagai antioksidan alami. Ekstrak suatu senyawa metabolit sekunder dapat digunakan sebagai suplemen (bahan makanan tambahan) untuk menjaga kesehatan dalam bentuk kapsul.
Pengambilan bahan aktif dari suatu tanaman, dapat dilakukan dengan proses ekstraksi. Proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut dapat terjadi dengan proses ekstraksi. Pemilihan jenis pelarut harus mempertimbangkan beberapa faktor antara lain selektivitas, kemampuan untuk mengekstrak, toksisitas, kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut (Harborne, 1987). Larutan pengekstraksi yang digunakan disesuaikan dengan kepolaran senyawa yang diinginkan. Menurut prinsip like dissolves like, suatu pelarut akan cenderung melarutkan senyawa yang mempunyai tingkat kepolaran yang sama. Pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan sebaliknya. Flavonoid merupakan senyawa golongan polifenol yang terdistribusi luas pada tumbuhan dalam bentuk glikosida yang berikatan dengan suatu gula, karena itu flavonoid merupakan senyawa yang bersifat polar. Terdapat beberapa jenis pelarut polar yang biasa digunakan untuk mengekstraksi flavonoid antara lain metanol, air, etanol aseton dan isopropanol. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menentukan jenis pelarut manakah yang terbaik untuk mendapatkan kandungan total flavonoid dan aktivitas antioksidan yang tertinggi. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana pengaruh jenis pelarut terhadap kandungan total flavonoid dan aktivitas antioksidan pada ekstrak daun matoa? 2. Jenis pelarut yang manakah yang dapat menghasilkan kandungan total flavonoid dan aktivitas antioksidan yang tertinggi pada ekstrak daun matoa?
1.3 HIPOTESIS 1. Jenis pelarut berpengaruh terhadap kandungan total flavonoid dan aktivitas antioksidan ekstrak daun matoa. 2. Jenis pelarut tertentu akan menghasilkan kandungan total flavonoid dan aktivitas antioksidan tertinggi dari ekstrak daun matoa. 1.4 TUJUAN PENELITIAN 1. Mengetahui pengaruh jenis pelarut terhadap kandungan total flavonoid dan aktivitas antioksidan ektrak daun matoa. 2. Menentukan jenis pelarut yang dapat digunakan dalam mengekstraksi daun matoa sehingga dihasilkan total flavonoid dan aktivitas antioksidan tertinggi. 1.5 MANFAAT PENELITIAN 1. Memberikan informasi kepada masyarakat umum mengenai kandungan total flavonoid dan aktivitas antioksidan pada daun Matoa 2. Memberikan informasi kepada masyrakat umum mengenai pemberdayagunaan daun matoa sebagai tanaman yang memiliki senyawa metabolit sekunder yang dapat berfungsi sebagai antioksidan alami.