IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN WONOSOBO THE IMPLEMENTATION OF TOURISM DEVELOPMENT POLICY IN WONOSOBO REGENCY

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MPANAU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

Adapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel IV.C.5.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Kepariwisataan Tahun 2013

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN Vol. 4, No. 1 (2015)

ANALISIS POTENSI SUBJEK PAJAK DAN KONTRIBUSI PAJAK ATAS PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH DI KOTA BATU

Implementasi Program Tahun Kunjungan Wisata Jawa Tengah 2013 di Jawa Tengah Oleh: Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Otniel Handityasa P 1), Hartuti Purnaweni 1,2) Universitas Diponegoro

KINERJA PENDAMPING DESA DALAM PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN JIPUT KABUPATEN PANDEGLANG

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SD NEGERI 2 GEMEKSEKTI KEBUMEN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

POTENSI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN GIANYAR

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini merupakan penelitian dengan tipe deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

Pelaksanaan Public Relations... (Tusri Suharyadi)

IMLEMENTASI PELAYANAN KESEHATAN WAJIB DI PUSKESMAS RATAHAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Inka Ines Soputan*, Febi K. Kolibu*, Chreisye K.F.

Rinmawan (Mahasiswa Program Studi Magister Administrasi Publik Pascasarjana Universitas Tadulako)

PENGAWASAN PEMANFAATAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN DI SMK NEGERI 5 KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PENERAPAN TUGAS PENGAWASAN SUPERVISOR DI DEPARTEMEN HOUSEKEEPING HOTEL PANGERAN BEACH PADANG RICKY BAYUANDRY FERNANDO

LAPORAN PENELITIAN POTENSI PENGEMBANGAN WISATA KULINER: STUDI KASUS DI SOLO. Oleh: Edy Purwo Saputro, SE, MSi Fatchan Achyani, SE, MSi

BAB III METODE PENELITIAN

PROGO. Oleh AN PENDIDIKAN

PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DANAU KEMBAR DI KABUPATEN SOLOK

Presentasi SAKIP. Kabupaten Magetan SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH KEBIJAKAN APBD PEMKAB SUKOHARJO TERHADAP KETAATAN MATA ANGGARAN BIAYA PENDIDIKAN DI SMA N 1 TAWANGSARI TAHUN 2011

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN UNDANG-UNDANG DESA DENGAN MODEL EDWARD III DI DESA LANDUNGSARI KABUPATEN MALANG

1 Available online at website: Copyright 2017 IJPA E-ISSN:

Pengembangan Pariwisata Berbasis CBT (Elina Elfianita) 1

perjalanan dari satu tempat ketempat lain bersifat

ANALISIS IMPLEMENTASI PROSEDUR PELAYANAN KOORDINASI MANFAAT DI RS ROEMANI MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

Terwujudnya Lamongan Lebih Sejahtera dan Berdaya Saing

BAB II PERENCANAAN KINERJA

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TIGA PROGRAM POKOK USAHA KESEHATAN SEKOLAH/ MADRASAH (TRIAS UKS/M) DI SMP KECAMATAN SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL

IMPLEMENTASI PRINSIP PELAYANAN PUBLIK DI KELURAHAN TASIKMADU BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

SINERGITAS STAKEHOLDER DALAM PEMASARAN PARIWISATA DI KABUPATEN BANTUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... KATA PENGANTAR... ABSTRAK...

ABSTRACT. vii Universitas Kristen Maranatha

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Idham: Kajian kritis pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan dalam perspektif otonomi..., USU e-repository 2008

PERAN SMK NEGERI 2 SEWON SEBAGAI SMK PUSAT LAYANAN TIK SE KABUPATEN BANTUL JURNAL SKRIPSI. Oleh Oka Deva Yunianto NIM

PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS

ANALISIS KUALITATIF HUBUNGAN ANTARA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN KINERJA KARYAWAN DINAS UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA KABUPATEN MAGETAN

PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN SRAGEN OLEH DINAS PARIWISATA, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA (DISPARBUDPOR)

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA PALU (STUDI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT)

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

MANAJEMEN PELAKSANAAN PROGRAM PUSAT INFORMASI KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI. REMAJA (PIK KRR ) di UPT BAPERMAS PP, PA dan KB,

PENGELOLAAN PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERKARAKTER DI SDN KEPATIHAN JEBRES SURAKARTA TAHUN 2016/2017 TESIS

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM KARTU INSENTIF ANAK (KIA) OLEH DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SURAKARTA

Bab i PENDAHULUAN. Tingkat II yaitu Kabupaten dan Kota dimulai dengan adanya penyerahan

ABSTRAKSI. : Kinerja Komunikasi Pemasaran Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Semarang : Indra Pratama : D0C009047

RELASI AKTOR DALAM PROGRAM ASURANSI PERTANIAN DI KECAMATAN MINGGIR, KABUPATEN SLEMAN

PERSEPSI STAKEHOLDERS

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. Bertolak dari kajian dan hasil analisis pada Bab sebelumnya maka dapat

STRATEGI KOMUNIKASI PLN DALAM MENYOSIALISASIKAN PROGRAM LISTRIK PRA BAYAR. (Study Diskriptif PLN Area Pelayanan Jaringan Sidoarjo) SKRIPSI

SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN SAMOSIR OLEH ACKORY NATALIA MALAU

PENGARUH ALOKASI DANA DESA TERHADAP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA TAMBANG KECAMATAN PUDAK KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2015

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERAN BIROKRASI PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAJUAN PERCERAIAN GURU Studi Kasus Perceraian Guru Sekolah Dasar Di Kabupaten Lima PuluhKota


HUBUNGAN PEMBANGUNAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DIBIDANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN

Disusun Oleh: YOSSY WIDYASTO NIM. D SKRIPSI

Strategi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Jepara

BAB I PENDAHULUAN. karena masyarakat lah yang berinteraksi secara langsung dengan wisatawan.

ANALISIS DAMPAK PARIWISATA TERHADAP TIMBULAN SAMPAH DI PULAU TIDUNG

PENCAPAIAN STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK GURU SEKOLAH DASAR NEGERI NGRUKEMAN KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL

IMPLEMENTASI GREEN CAMPUS PROGRAM DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Eksplorasi Karakteristik Pembangunan Ekonomi Desa Melalui Unsur-Unsur Budaya Universal di Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebagai destinasi wisata nasional dalam Masterplan Kementerian

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TATA RUANG KOTA SURAKARTA DALAM RANGKA MENCIPTAKAN KONSEP GREEN CITY

PENDAHULUAN Latar Belakang

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

Disusun Oleh: ERIANA PRINCE AGUSTIN

Implementasi Perwali Kota Surakarta Nomor 28D tahun 2014 tentang Sekolah Ramah Anak

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DALAM PERKEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI GANDORIAH DI KOTA PARIAMAN JURNAL

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU. Oleh : Reni Sabrina

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. para wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke negara Indonesia.

Diajukan oleh: ALFIAN CHANDRA PUSPITA A

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 42 SERI D

EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA PADA PROGRAM DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

MANFAAT PENGGUNAAN BUKU PENGHUBUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI GURU DENGAN ORANG TUA SISWA KELAS IIA SD MUHAMMADIYAH 3 NUSUKAN SURAKARTA

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL BERDASARKAN PP NO

PARTISIPASI MASYARAKAT LOKAL DALAM PENGELOLAAN OBJEK PARIWISATA PANTAI LAMPUUK KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR

Transkripsi:

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN WONOSOBO THE IMPLEMENTATION OF TOURISM DEVELOPMENT POLICY IN WONOSOBO REGENCY Oleh: Ika Nur Afni dan Drs. Argo Pambudi, M. Si. Afni140@gmail.com Abstrak Implementasi Kebijakan Pengembangan (Ika Nur Afni dan Drs. Argo Pambudi, M.Si) Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis implementasi kebijakan pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo serta mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan untuk rekomendasi bagi pemerintah pusat dan daerah untuk mengatasi permasalahan terkait pengembangan pariwisata. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Wonosobo, dengan menggunakan teori implementasi kebijakan menurut Edward III. Informan penelitian dalam penelitian ini adalah Kepala dan staff Bidang Pengembangan Destisansi Obyek Wisata, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, Kepala Karang Taruna Desa Maron, Pengelola Obyek Wisata, Pengunjung Obyek Wisata. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi sumber dipilih untuk pemeriksaan keabsahan data.teknik analisis data menggunakan model interaktif dari Miles and Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses implementasi kebijakan pengembangan pariwisata yang dilaksanakan belum berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan belum tercapainya ke empat kelompok variabel keberhasilan implementasi kebijakan menurut Edward III yaitu: (1) Sumber daya anggaran dan prasarana yang belum memadahi, (2) Belum adanya peraturan khusus yang mengatur Wonosobo, (3) Belum adanya komitmen yang kuat dari keseluruhan pelaksana kebijakan pengembangan pariwisata. Meskipun beberapa indikator belum terpenuhi, masih terdapat satu indikator yang sudah dilaksanakan dengan baik yaitu: Komunikasi yang dilakukan sudah berjalan dengan baik dalam upaya pengembambangan Kata Kunci : Kebijakan pemerintah, Implementasi kebijakan, Pariwisata Abstract This study aimed to describe and analyze the implementation of tourism development policy in Wonosobo Regency along with the supporting and impeding factors in the implementation of the policy. In addition, this research can also be used as recommendations for the central and local governments to making out issues related to the tourism development. This research used descriptive research design with a qualitative approach. This research was conducted in Wonosobo, by using the theory of policy implementation according to Edward III. The informants of this study are Head and staff of tourism object development division of the Tourism and Culture Department of Wonosobo Regency, the Head of Technical Implementation Unit of Tourism and Culture Department of Wonosobo Regency, Head of the Youth Community of Maron Village, the Tourism Object Manager, and the Visitors of the Tourism Object. The technique of collecting data was using interviews, observation and documentation. Triangulation source was chosen for examining validity of the data. Data were analyzed by using an interactive model by Miles and Huberman. The results of this study showed that the implementation process of the tourism development policy has not been going well. It is caused by the achievement of the four groups of successful variables of policy implementation by Edward III that has not been achieved, which are: (1) the insufficient of budget and infrastructure resources, (2) the absence of special regulations governing the tourism development in Wonosobo Regency, (3) the absence of a strong commitment from the overall implementation of tourism development policy. Although some indicators have not been achieved, there was still one indicator that has been well implemented. The indicator was that the communication has been done well in the effort of tourism development in Wonosobo Regency. Keywords: Government policy, Policy implementation, Tourism 393

PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu pilar utama yang digalakkan oleh pemerintah dalam pembangunan berkelanjutan. Pariwisata menjadi penyumbang produk domestik bruto, devisa bagi suatu negara. Jumlah kunjungan wisata dari tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan. Berdasarkan surat keterangan pers dari Biro Hukum dan Komunikasi Publik Kementrian Pariwisata, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada September 2016 mencapai 1.006.653 atau mengalami peningkatan sebesar 9,40% dibandingkan September 2015 yang berjumlah 920.128 wisman. Selama tiga bulan berturut-turut, yakni dari Juli, Agustus, dan September 2016 jumlah kunjungan wisman menembus angka di atas 1 juta wisman (Data Kementrian Pariwisata tahun, 2016) Pariwisata di Indonesia tersebar diberbagai daerah dari Sabang sampai Merauke, sehingga untuk memudahkan pengembangannya maka masing-masing daerah mempunyai wewenang sendiri dalam mengembangkan paiwisata yang ada. Hal ini juga berdasarkan pada pelaksanaan UU No 23 Tahun 2014 mengenai pemberlakuan Otonomi Daerah, dengan ini Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk mengembangkan dan mengelola segala potensi yang ada didaerahnya masing- masing. Hal tersebut juga berlaku untuk pariwisata, karena pariwisata merupakan salah satu potensi yang dimiliki oleh suatu daerah. Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu daerah yang kaya akan potensi pariwisata dan menjadi destinasi unggulan di Jawa Tengah karena kondisi geografis dan topografisnya. Adapun potensi daya tarik wisata yang dimiliki Kabupaten Wonosobo yaitu kesenian tradisional, tari, wisata kuliner, wisata alam, wisata pengunungan, wisata sejarah, wisata geologi, wisata pendidikan, wisata tradisi, hingga wisata buatan. Potensi pariwisata di Kabupaten Wonosobo sangat prospektif untuk terus dikembangkan dimasa depan, khususnya wisata alam yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara. Berdasarkan data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo pengunjung pada tahun 2014 mencapai 600.595 wisatawan atau mengalami peningkatan sebesar 24,3% dibandingkan tahun 2013 yang berjumlah 483.428 wisatawan. Adapun data pengunjung obyek wisata di Kabupaten Wonosobo sebagai berikut: Tabel. 1. Jumlah Pengunjung di Beberapa Obyek Wisata Wonosobo No Tahun Jumlah (orang) 1 2010 274.891 2 2011 292.583 3 2012 412.736 4 2013 483.428 5 2014 600.959 Sumber:Disparbud Kabupaten Wonosobo 2015 394

Kebijakan pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo tertuang pada Logframe Rencana Pembangunan Jangka Menengah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Logframe RPJM Dinas Pariwisata dan Kebudayaan berisi tentang program fisik maupun non fisik yang ditujukan untuk pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo yang mengacu pada Rencana Jangka Panjang Kabupaten Wonosobo serta Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo No. 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah. Selain itu Logframe juga ditujukan untuk mengatasi berbagai permasalahan terkait pengembangan pariwisata. Dalam mengembangkan pariwisata di Kabupaten Wonosobo, Pemkab Wonosobo dihadapkan pada dua masalah utama. Adapun masalah tersebut meliputi: (1) sarana dan prasarana yang masih minim diberbagai kawasan obyek wisata. Sarana penunjang seperti Kamar Mandi umum, tempat sampah, akses jalan, serta tempat parkir belum maksimal, (2) selama ini pemerintah hanya terpaku pada pengelolaan pariwisata di kawasan Dataran Tinggi Dieng saja. Kawasan lain seperti Taman Rekreasi Kalianget, Gardu Pandang serta Gelanggang Renang Mangli belum dikembangkan secara optimal. Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan implementasi kebijakan pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo dan upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam mengatasi permasalahan terkait pengembangan pariwisata yang ada. Penelitian ini menggunakan teori dari Edward III untuk menganalisis keberhasilan implementasi kebijakan pariwisata di Kabupaten Wonosobo. Edward mengajukan empat faktor yang berperan penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi. Faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan yaitu faktor komunikasi (communication), sumber daya (resources), disposisi (disposition), dan struktur birokrasi (bureucratic structure) (Edward dalam Widodo 2007:97). Penelitian ini juga mengacu pada konsep kepariwisataan Indonesia terdapat empat misi menurut Muljadi (2012:26). Empat misi tersebut berangkat dari sebuah konsep bahwa kepariwisataan memiliki tuntutan untuk mengendalikan diri yang mengutamaka manusia sebagai subjek sentral. Kepariwisataan berorientasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat sehingga kekuatan inti pariwisata Indonesia berada ditangan rakyat atau disebut kepariwisataan berbasis masyarakat (Community Based Tourism Development). Dibawah ini adalah empat misi Kepariwisataan Indonesia meliputi: (1) pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam mengembangkan kepariwisataan, (2) pemanfaatan kebudayaan untuk kepariwisataan guna kepentingan agama, pendidikanm ilmu pengetahuan, ekonomi, persatuan dan kesatuan 395

serta persahabatan antar bangsa, (3) pengembangan produk kepariwisataan yang berwawasan lingkungan bertumpu pada budaya daerah, pesona alam, pelayanan prima dan berdaya saing global, (4) pengembangan sumber daya manusia Kepariwisataan yang sehat, berakhlak mulia dan profesional. Teori dipilih karena ke empat variabel saling berkaitan dengan konsep kepariwisataan Indonesia serta dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda dalam menganalisis keberhasilan implementasi kebijakan Wonosobo. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penggunaan desain penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran lengkap tentang implementasi kebijakan pengembangan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, Kantor UPT Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, beberapa obyek wisata. Obyek wisata yang diilih adalah Telaga Warna, Telaga Menjer, Taman Rekreasi Kalianget, Dieng Plateau Theater. Hal ini disebabkan ke tiga obyek wisata merupakan destinasi yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017. Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini adalah Bapak Asrmoro selaku Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Obyek Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo, Bapak Oni Kepala UPT Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo bagian Garung, Bapak Budiroch Kepala UPT Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo bagian Kota, Bapak Arif Kepala UPT Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo bagian Wadaslintang Bapak Joko selaku Kepala Karang Taruna Desa Maron, Pengelola Obyek Wisata Telaga Warna, Telaga Menjer, Pengunjung Obyek Wisata. Data, Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan adalah data primer yang didapat secara langsung pada lokasi penelitian melalui proses wawancara dengan narasumber mengenai Impelementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Wonosobo. Sedangkan data sekunder adalah: data jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata di Wonosobo, Perda No 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Wonosobo, Logframe Rencana Pembangunan Jangka Menengah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, Tupoksi 396

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo, Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo serta Jurnal terkait Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri menggunakan alat bantu penelitian pedoman observasi dan wawancara dalam menggali informasi terkait implementasi Wonosobo. Selain itu peneliti juga menggunakan pedoman analisis data sekunder. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan wawancara, observasi serta dokumentasi. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber yang dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dan mengklarifikasi data yang diperoleh dari informan penelitian yang diperoleh dari data primer, sehingga peneliti dapat memperoleh data informasi yang valid untuk membantu dalam menganalisis Implementasi kebijakan pariwisata di Kabupaten Wonosobo. Teknis Analisis Data 1. Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam proses penelitian ini yaitu hasil wawancara dengan informan penelitian mengenai indikator keberhasilan dalam implementasi kebijakan Wonosobo. 2. Reduksi Data Dalam penelitian ini peneliti mengumpullkan data dengan secara tertulis melalui hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti memilah mana data yang perlu dan yang tidak diperlukan agar sesuai dengan fokus penelitian yaitu tentang implementasi kebijakan pengembangan 3. Penyajian Data Dalam pembahasan, peneliti menganalisis dan mengkaji data untuk disesuaikan maupun dibandingkan dengan teori yang dipilih. Teori yang digunakan adalah teori keberhasilan implementasi kebijakan menurut Edward III. Analisis data yang digunakan mengarah pada fokus penelitian yaitu Implementasi kebijakan Wonosobo. 4. Penarikan Kesimpulan Dalam pengolahan data, peneliti mulai mencari makna dari data-data yang sudah terkumpul, sehingga ditarik kesimpulan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Wonosobo 1. Komunikasi Komunikasi merupakan variabel yang sangat mempegaruhi keberhasilan dalam implementasi kebijakan. Menurut Edward dalam Widodo (2007:97) 397

komunikasi diartikan sebagai proses penyampain informasi komunikator kepada komunikan. Informasi mengenai kebijakanperlu disampaikan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditrasnmisikan kepada kelompok sasaran. Dalam penelitian ini terdapat dua komunikasi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaa yaitu komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi internal yaitu komunikasi antar pelaksana kebijakan. Komunikasi ini dilakukan dengan cara rapat koordinasi rutin yang dilakukan dua bulan sekali. Rapat koordinasi ini betujuan untuk menyampaikan program- program pengembangan serta monitoring pada program yang telah dilakukan. Apabila terdapat beberapa masalah teknis dilapangan maka biasanya akan ada rapat insidental untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Sedangkan untuk komunikasi ekternal dilakukan melalui sosialisasi langsung kepada masyarakat melalui seminar dan berbagai macam event. Selain itu juga melalui brosur yang dibuat oleh Disparbud dalam mempromosikan obyek wisata yang ada di Kabupaten Wonosobo. Selain itu promosi obyek wisata juga terbantu oleh masyarakat yang saat ini aktif menggunakan sosial media. Semakin banyak masyarakat yang mengunggah foto ke media sosial menjadikan pariwisata di Kabupaten Wonosobo juga ikut berkembang. Berdasarkan penjelasan diatas dari segi komunikasi yang dilakukan untuk mengembangkan pariwisata di Kabupaten Wonosobo sudah berjalan dengan baik. Namun juga perlu peningkatan dalam penggunaan teknologi seperti website dan beberapa media sosial lainnya agar penyampain kepada masyarakat dapat optimal. 2. Sumber Daya Sumber daya terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya anggaran serta sumber daya peralatan/ sarana. Pertama, sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dinas Parwisiata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo berjumlah 44 orang pegawai. Jumlah tersebut sudah termasuk petugas Unit Pelaksanaan Teknis. Namun untuk menambah sumber daya manusia Disparbud Kabupaten Wonosobo juga menjalin kerjasama dengan masyarakat yang tergabung dalam Karang Taruna, Kelompok Sadar Wisata, Pedagang, hingga biro/ agen perjalanan wisata. sehingga hal ini menjadikan sumber daya yang manusia dimiliki sudah cukup untuk pengembangan pariwisata yang ada. Kedua adalah sumber daya anggaran, anggaran ini merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan. 398

apabila dana yang dialokasikan besar maka implementasi kebijakan akan berjalan dengan lancar dan mencapai tujunnya. Namun apabila anggaran yang dialokasikan minim maka kebijakan tidak akan berhasil. Dalam penelitian ini anggaran yang diberikan oleh Pemerintah Pusat untuk pengembangan pariwisata sangat terbatas. Jumlah dana yang tersedia untuk pengembangan pariwisata kira- kira Rp 2 Milyar. Jumlah tersebut tentu tidak cukup untuk pengembangan pariwisata yang ada di Kabupaten Wonosobo karena Disparbud tidak hanya mengembangkan daerah tujuan wisata yang seudah tercantum dalam kebijakan saja tetapi juga harus mengembangkan Obyek Daya Tarik Wisata lainnya. Ketiga adalah sumber daya sarana prasarana. Sarana merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata, serta biasanya berupa sarana fisik seperti akses jalan, tempat parkir, kamar mandi umum serta sarana pendukung lainnya. Dalam penelitian ini sarana yang terdapat dibeberapa obyek wisata di Kabupaten Wonosobo masih harus ditingkatkan lagi. Sarana yang perlu ditingkatkan salah satunya dikawasan Taman Rekreasi Kalianget, kamar ganti kotor dan tidak terawat. Hal ini tentu akan mengganggu kenyamanan wisatawan yang berkunjung. Lahan parkir yang ada di kawasan Telaga Menjer yang masih tanah belum diaspal, apabila musim hujan sangat mengganggu pengunjung. Selain itu akses jalan di depan obyek Gelanggang Renang Mangli yang rusak dan belum diiperbaiki, hal ini selain mengganggu juga membahayakan para wisatawan yang berkunjung. 3. Disposisi Pada penilitian ini disposisi ataupun sikap yang ditunjukan oleh beberapa staff terlihat posistif. Hal ini terlihat dari kedisiplinan para implementor terutama pada Unit Pelaksanaan Teknis yang setiap pagi selalu berkeliling memantau diberbagai obyek wisata yang sudah menjadi tanggung jawab mereka. Namun disisi lain dari pihak pemerintah pusat sendiri belum memiliki komitmen yang kuat terkait pengembangan pariwisata yang ada di Kabupaten Wonosobo. Hal ini terlihat dari anggaran dana yang dialokasikan masih minim, sehingga pengembangan pariwisata tidak bisa berjalan dengan maksimal. 4. Struktur Birokrasi Struktur birokrasi mencangkup Standart Operating Procedures (SOP) dan penyebaran tanggung jawab. Pada implementasi kebijakan pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo belum mempunyi Standart Operating Procedures (SOP) khusus terkait pengembangan pariwisata, sehingga dalam membuat 399

program masih mangacu pada Undang Undang Kepariwisataan dan juga RPJM Daerah Kabupaten Wonosobo. selain itu dalam menjalankan programnya masih menggunakan Logframe RPJM Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo dan Peraturan Bupati No 51 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. Sedangkan untuk penyebaran tanggung jawab pada bidang lain sudah disesuaikan dengan kemampuan dan tugasnya masing-masing. Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Wonosobo Pengembangan pariwiwsata di Kabupaten Wonosobo menghadapi beberapa permasalahan yang berpotensi sebagai faktor peghambat. Adapun faktor penghambat tersebut meliputi: 1. Alokasi anggaran untuk pengembangan masih terlalu minim sehingga akan menghambat program pengembangan pariwisata yang telah dibuat. 2. Sarana/ fasilitas pendukung diberbagai kawasan obyek wisata yang belum maksimal seperti lahan parkir, kebersihan serta akses jalan yang sulit. 3. Disposisi/ kemauan dari pemerintah pusat yang belum serius untuk mengembangkan potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Wonosobo. Padahal apabila potensi yang ada dikembangkan secara maksimal maka akan menciptakan daya saing yang tinggi dengan daerah lain serta dapat menjadi salah satu penyumbang pendapatan daerah. 4. Minimnya kesadaran untuk merawat obyek wisata juga belum dimiliki oleh para wisatawan, hal ini terlihat ada beberapa sampah yang dan coretan yang ada diberbagai kawasan wisata. 5. Belum adanya Standart Operating Procedures (SOP) khusus yang mengatur kebijakan pengembangn pariwisata di Kabupaten Wonosobo. Seperti yang kita tahu pedoman kebijakan masih mengacu pada Logframe RPJM Disparbud serta pelaksanaanya dengan menggunakan Peraturan Bupati tentang Tugas Pokok dan Fungsi. Pemerintah belum membuat peraturan khusus terkait pengembangan PENUTUP Simpulan Berdasarkan analisis keempat variabel dapat dikatakan implementasi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo belum optimal. Hal ini disebabkan masih terdapat beberapa variabel yang belum terpenuhi seperti minimnya anggaran, sarana dan prasaran pendukung yang belum maksimal, belum adanya Standart Operating Procedure (SOP) terkait pengembangan pariwista. Dalam implementasi kebijakan ke empat variabel memiliki kaitan satu sama lain sehingga apabila salah satu variabel 400

belum terpenuhi maka akan menghambat implementasi kebijakan yang ada. Hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa kebijakan pengembangan pariwisata merupakan suatu kebijakan yang harus dilakukan oleh setiap daerah yang memiliki potensi wisata. Dengan adanya kebijakan pengembangan pariwsiata ini setiap potensi wisata yang ada diberbagai daerah dapat dioptimalkan sebagi salah satu daya tarik dan menyumbang pendapatan daerah. Berdasarkan analisis diatas, implementasi kebijakan harus mempunyai indikator keberhasilan yang harus dicapai dalam pelaksanaan kebijakan. Beberapa indikator seperti komunikasi, sumber daya, disposisi serta struktur birokrasi harus tercapai agar suatu kebijakan dapat dikatakan berhasil. Walupun sudah ada terdapat sumber daya manusia yang cukup serta upaya perbaikan sarana dan prasana pendukung namun apabila indikator lain belum tercukupi maka kebijakan tidak akan berjalan dengan baik. Selain itu perlunya peraturan yang kuat juga dapat mendukung pelaksanaan kebijakan. Oleh karena itu semua indikator harus terpenuhi agar pelaksanaan kebijakan berjalan dengan maksimal. Saran Penelitian tentang Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Wonosobo masih terdapat beberapa permasalah. Oleh karenanya dibutuhkan beberapa saran untuk mengatasi permasalahan yang ada sebagai berikut: 1. Meningkatan jumlah anggaran yang dialokasikan untuk pengembangan 2. Membuat peraturan khusus terkait Wonosobo. 3. Meningkatkan intensitas sosialisasi kepada masyarakat terkait pengembangan pariwisata untuk ikut serta dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo. 4. Meningkatkan promosi wisata di melalui beberapa media masa. 5. Meningkatkan kompetensi para pelaksana pengembangan melalui Diklat, agar kompetensi yang dimiliki oleh para pelaksana semakin baik. 6. Melakukan peningkatan sarana dan prasarana di beberapa obyek wisata agar menarik wisatawan untuk berkunjung. 7. Memperluas kerjasama dengan berbagai pihak baik dari pemerintah, swasta serta masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Joko, Widodo. 2007. Analisa Kebijakan Publik. Malang:Bayu Media Publishing Muljadi. 2009. Pariwisata dan Perjalanan. Jakarta: PT Raja Gravindo Pustaka. Logframe RPJMD 2016-2021 Dinas Pariwisata an Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. LKPJ AMJ Kabupaten Wonosobo Tahun 2015 401