Parapam Meningkatkan Pemberian Asi Eksklusif dan Mp-Asi pada Bayi 0-12 Bulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

MODEL KELAS IBU HAMIL UNTUK PEMETAAN RISIKO KEHAMILAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI PERSALINAN

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

OPTIMALISASI DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAGELANG UTARA

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

PENGEMBANGAN INTERVENSI MP-ASI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA KADER POSYANDU DI DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB 1 : PENDAHULUAN. individu, dimulai sejak janin masih dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG SADARI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KADER KESEHATAN DI DESA GUNUNG SARI DAN DESA SINDANG SARI KECAMATAN CIANJUR.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian bayi terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

1

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Daftar Masalah di Puskesmas Pauh No Program Masalah Target / Indikator

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

INISIASI MENYUSU DINI & PEMBERIAN ASI SECARA EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP BERAT BADAN BAYI UMUR 4 6 BULAN (Di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban)

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Cakupan K4 di Desa Sukarame Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 102/ kelahiran hidup (Visi Indonesia Sehat 2015). Penyebab tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

Memperkenalkan indikator pemberian makan pada bayi dan anak-anak (IYCF) ke dalam sistem pengawasan gizi nasional: pelajaran dari Vietnam

Transkripsi:

Parapam Meningkatkan Pemberian Asi Eksklusif dan Mp-Asi pada Bayi 0-12 Bulan Nurlaila 1*, Eka Riyanti 2, Evi Setianingsih 3, Frastyo 4, Indri Astriani 5, Juliana 6 1 2 Prodi S1 Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Gombong 3 4 5 *Email: ners_ela@yahoo.co.id Abstrak Keywords: ASI; Kader Parapam; Makanan Pendamping ASI Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dipengaruhi oleh asupan gizi yang didapat ibu saat hamil maupun sesudah bayi lahir. Asupan gizi pada bayi diberikan memalui praktik pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI dengan benar. Di Indonesia masih banyak ibu yang tidak memiliki kesempatan untuk memberikan ASI Eksklusif karena berbagai faktor. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa masalah gizi pada bayi dan anak disebabkan kebiasaan ASI dan MP- ASI yang tidak tepat baik secara kuantitas maupun kualitas. Perilaku pemberian MP-ASI yang tidak tepat meliputi pemberian makanan yang terlalu awal atau terlambat, porsi dan frekuensi makanan yang diberikan tidak sesuai kebutuhan. Tujuan. Tujuan Program kegiatan ini adalah pembentukan kader PARAPAM (Para Pendamping ASI dan MP-ASI) untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI pada bayi di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar Kabupaten Kebumen. Metode. Metode pelatihan yang digunakan adalah ceramah, diskusi, dan demostrasi. Materi yang diberikan meliputi kader kesehatan, Pendidikan Kesehatan, ASI eksklusif dan MP-ASI. Jumlah kader yang dilatih 9 orang, Kader PARAPAM dilatih melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat dan melakukan pendampingan saat menyusui dan memberikan MP-ASI pada bulan Mei 2017. Media yang digunakan kader PARAPAM berupa lembar balik, Leaflet serta booklet Pemberian ASI dan MP-ASI. Hasil. Kader PARAPAM membantu ibu dalam pemberian ASI Ekslusif dan MP-ASI. Ibu yang memiliki bayi usia kurang dari 6 bulan dapat memberikan ASI ekslusif dan ibu yang memiliki bayi usia lebih dari 6 bulan dapat menyiapkan MP-ASI dengan baik. Kesimpulan. Terbentuknya kader PARAPAM meningkatkan pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI yang benar Rekomendasi. Kader PARAPAM dapat diaplikasikan untuk mendampingi pasien yang memiliki masalah kesehatan yang lainnya 1. PENDAHULUAN Gizi berperan penting dalam tumbuh kembang bayi. Pertumbuhan bayi sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang didapat ibu saat hamil maupun sesudah bayi lahir. Tumbuh kembang bayi juga dipengaruhi oleh asupan air susu ibu (Saragih et al, 2007). Pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat mempengaruhi status gizi bayi. Pemberian ASI dapat mencegah terjadinya gizi buruk. Salah satu penyebab gizi kurang dan hambatan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi adalah rendahnya pemberian ASI. Berdasarkan 31

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 hanya 32% bayi umur dibawah 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif. Di Indonesia masih banyak ibu yang tidak memiliki kesempatan untuk memberikan ASI Eksklusif karena berbagai faktor. Praktek pemberian ASI eksklusif lebih ditentukan oleh keinginan pribadi ibu dan keberhasilan manajemen laktasi pada saat pertolongan persalinan di institusi pelayanan kesehatan, yang sangat diwarnai oleh komitmen petugas kesehatan (penolong persalinan) terhadap program peningkatan ASI Eksklusif (Sartono & Utaminingrum, 2012). Pada penelitian Rahmawati (2010) menunjukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif pada ibu menyusui adalah usia ibu, status pekerjaan, urutan kelahiran bayi, dukungan petugas kesehatan dan faktor yang paling dominan adalah status pekerjaan. Seorang ibu menyusui yang sudah mulai masuk kerja menghadapi persoalan dalam pemberian ASI. Ibu menyusui yang bekerja, terikat dengan waktu kerjanya sehingga menggangu upaya dalam pemberian ASI eksklusif. Saat ini telah berkembang manajemen laktasi bagi ibu bekerja, namun keterbatasan pengetahuan ibu tentang hal ini juga akan menghambat keberhasilan menyusui eksklusif Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 cakupan pemberian ASI Eksklusif di Jawa Tengah adalah sebesar 60, 7%. Terdapat peningkatan cakupan pemberian ASI eksklusif di Jawa Tengah pada tahun 2015 yaitu sebesar 61,6%. Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2015 menunjukan bahwa cakupan pemberian ASI Eksklusif di akbupaten kebumen adalah sebelar 81,40 %. Kabuaten yang mengalami cakupan tertinggi pemberian ASI eksklusif terbesar yaitu Cilacap 86, 31% sedangkan Kabupaten Semarang merupakan kota yang mengalami cakupan pemberian ASI eksklusif terendah sebesar 6, 72%. Banyak hal yang menimbulkan minimnya pemberian ASI pada bayi diantaranya yaitu minimnya pengetahuan ibu dalam hal manfaat ASI dan pemberian ASI eksklusif secara benar, kurangnya pelayanan pendidikan kesehatan terhadap ibu menyusui, faktor sosial budaya,keadaan kurang memadai pada ibu yang bekerja,dan banyaknya produk susu formula dengan berbagai manfaat. Menurut hasil penelitian Fikawati & Syafiq (2010) menunjukan bahwa Hasil kajian implementasi menunjukkan masih rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indonesia dan masih kurang optimalnya fasilitasi IMD. Kebijakan ASI eksklusif belum lengkap dan komprehensif, IMD belum masuk secara eksplisit dalam kebijakan. Pertumbuhan dan perkembangan bayi usia lebih dari 6 bulan juga dipengaruhi oleh pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa masalah gizi pada bayi dan anak disebabkan kebiasaan ASI dan MP- ASI yang tidak tepat (kuantitas dan kualitas). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Motsa, et al (2016) yang menyebutkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif dan gizi yang baik mebhurangi resiko kematian. Perilaku pemberian MP-ASI yang tidak tepat meliputi pemberian makanan yang terlalu awal atau terlambat, porsi dan frekuensi makanan yang diberikan tidak sesuai kebutuhan. Pemberian makanan yang terlalu lambat akan menyebabkan bayi mengalami kesulitan mengunyah, tidak menyukai makanan padat dan kekurangan gizi. Berdasarkan hasil penelitian Kristianto & Sulistyarini (2013) faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian MP-ASI yang benar adalah pengetahuan. Banyak hal yang telah dilakukan pemerintah dalam upaya peningkatan pemberian ASI Eksklusif diantaranya adalah diterbitkannya Peraturan Pemerintah No.33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif, Pelatihan konselor Laktasi dan MP-ASI, edukasi oleh petugas kesehatan tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan yang dilakukan di ruang bersalin (inisiasi menyusui dini). Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang ditemukan adalah (1). Bagaimana peran kader dalam upaya peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif?; (2) Bagaimana peran kader dalam upaya peningkatan pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) yang benar? 32

Tujuan Program kegiatan ini adalah pembentukan kader PARAPAM (Para Pendamping ASI) untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI pada bayi di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar Kabupaten Kebumen. Kader PARAPAM diharapkan mampu mendampingi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif dan MP-ASI. Peningkatan pemberian ASI dan MP-ASI diharapkan dapat meningkatkan statyus gizi, pertumbuhan serta perkembangan anak di wilayah desa karanganyar kecamatan karanganyar kabupaten kebumen. Upaya untuk menjaga keberlanjutan program ini melalui kerjasama dengan ketua RW IV Kelurahan Karanganyar untuk memantau kegiatan Kader PARAPAM. Monitoring kegiatan kader PARAPAM juga akan dilanjutkan oleh Puskesmas Karanganyar melalui program KIA. 2. METODE Kader PARAPAM dipilih dari kader kesehatan yang telah ada di desa karanganyar, kecamatan karanganyar kabupaten kebumen. Pemilihan kader PARAPAM dilakukan bersama dengan Ketuar RW 4 Desa karanganyar dan ketua kader kesehatan di Posyandu Subur II. Pelatihan kader diberikan oleh perawat yang merupakan konselor Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA). Metode pelatihan yang digunakan adalah ceramah, diskusi, dan demostrasi. Materi yang diberikan meliputi kader kesehatan, Pendidikan Kesehatan, ASI eksklusif dan MP-ASI. Kader PARAPAM dilatih melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat dan melakukan pendampingan saat menyusui dan memberikan MP-ASI. Media yang digunakan kader PARAPAM berupa lembar balik, Leaflet serta booklet Pemberian ASI dan MP-ASI. Evaluasi pelatihan kader dilakukan dengan membandingkan nilai pre test dan pos test menggunakan kuesioner yang berisi materi pelatihan. Kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan multiple choice. Jawaban yang benar akan diberi skor 1 dan jawaban salah akan diberi skor 0 sehingga akan didapatkan nilai total 0 s/d 20. Nilai post test akan dibandingkan dengan nilai pre test. Kegiatan dikatakan berhasil jika nilai post etst lebih besar dibandingkan dengan nilai pre test. Obsevasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan kader dalam memberikan pendidikan kesehatan dan mendampingi ibu menyusui serta memberikan MP-ASI. Observasi dilakukan menggunakan lembar observasi yang berisi tentang kemampuan kader dalam memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan kader dalam memberikan arahan pada ibu, kemampuan kader dalam mendengarkan, kemampuan kader dalam memberikan motivasi dan saran positif. Hasil observasi akan menyatakan bahwa kader mampu atau belum mampu untuk menjadi pendamping ASI dan MP-ASI. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan diawali dengan pemilihan kader bersama dengan ketua kader kesehatan dan ketua RW 4 Desa Karanganyar. Hasil diskusi dengan ketua kader dan Ketua RW, terpilih 9 orang kader yang akan mengikuti pelatihan kader PARAPAM. Pelatihan kader PARAPAM telah dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 8 dan 9 Mei 2017. Pada tanggal 8 Mei 2017 dilakukan pelatihan tentang ASI Eksklusif dan cara menyusui yang benar. Pada tanggal 8 Mei 2017 telah dilakukan pelatihan tentang MP-ASI dan cara membuat MP-ASI sesuai standar WHO. Setelah kader PARAPAM mengikuti pelatihan, selanjutnya kader melakukan pendidikan kesehatan kepada ibu menyusui tentang ASI Eksklusif dan MP-ASI. Sebanyak 5 orang ibu menyusui telah diberikan pendidikan kesehatan tentang ASI dan MP-ASI. Evaluasi kegiatan pelatihan ini dilakukan melalui pemberian kuesioner kepada kader PARAPAM sebelum pelatihan. indikator keberhasilan dilihat dari peningkatan nilai yang didapatkan setelah pelatihan dibandingkan dengan nilai sebelum pelatihan. 33

Tabel 1. Penilaian pre dan post test: Pre Tes Post Tes Rata-rata = 51 Tertinggi = 67 Terendah = 40 Rata-rata = 68,44 Tertinggi = 83 Terendah = 50 Berdasarkan hasil pre tes dan post tes dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan pengetahuan setelah dilakukan pelatihan dengan nilai rata-rata sebesar 68,44 %. Observasi telah dilakukan oleh penulis kepada kader saat melakukan pendidikan kesehatan dan mendampingi ibu menyusui serta mendampingi pemberian MP-ASI. Observasi dilakukan menggunakan lembar observasi. Hasil observasi menunjukan bahwa semua kader PARAPAM mampu melakukan pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif dan MP-ASI serta mampu mendampingi pasien dalam menyusui dan memberikan MP-ASI. Hal ini menunjukan bahwa terbentuknya kader PARAPAM merupakan salah satu implementasi kegiatan pemberdayaan masyarakat. Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang sangat penting dan sebagai ujung tombak tercapainya sasaran kesehatan. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice) (Kemenkes RI, 2011). Hasil observasi ini juga sesuai dengan penelitian kandou (2009) yang melakukan pelatihan uji torniquet pada kader kesehatan menunjukan bahwa setelah diberikan penyuluhan dan simulasi pemeriksaan uji tourniquet terjadi perubahan yang bermakna dimana para kader menjadi tahu dan paham tentang penyakit demam berdarah dengue serta cara deteksi dini sederhana yang dapat dilakukan sebelum merujuk penderita ke tempat pelayanan kesehatan. Program yang dilakukan berjalan dengan lancar dan mendapatkan nilai positif dari ketua RW, kader dan masyarakat di desa Karanganyar. Pendidikan kesehatan dan pendampingan yang dilakukan oleh kader PARAPAM meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan MP ASI pada masyarakat RW 4 Desa Karanganyar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ambarwati (2012) menunjukan bahwa pada kelompok yang tidak mendapat konseling laktasi intensif tidak ada perubahan skor pengetahuan, sikap terhadap inisiasi menyusu dini, ASI eksklusif, ASI, menyusui dan tidak ada peningkatan jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif sampai 3 bulan serta pada anak yang dilahirkan sebelum dan selama penelitian. Kelompok yang mendapat konseling laktasi yang intensif menunjukkanada perubahan skor pada semua anak dan peningkatan jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif sampai 3 bulan pada anak yang dilahirkan selama penelitian menjadi 5 kali lipat. Hasil wawancara dengan salah satu ibu yang memiliki bayi usia 9 bulan menyampaikan bahwa sudah dapat membuat M-ASI sendiri dengan benar serta dengan adanya kader, masyarakat bisa mendapatkan informasi dari para kader dengan mudah. Penulis juga melakukan wawancara dengan salah satu ibu yang memiliki bayi usia 40 hari menyampaikan bahwa setelah diberikan penyuluhan dari kader PARAPAM, ibu jadi bisa menyusui dengan baik dan memberikan ASI Eksklusif. Dibentukanya kader PARAPAM juga membantu masyarakat lebih akrab dan menjalin hubungan yang baik dengan kader dengan kader mematau masyarakat. Dengan para ibu memberikan ASI Ekslusif dapat membantu ekonomi keluarga untuk tidak membeli susu formula dan didampingi oleh kader untuk ibu lebih percaya dalam memberikan ASI kepada anaknya. MP-ASI membantu ibu untuk memberikan kecukupan gizi untuk buah hati. 34

Kader PARAPAM membantu dinas kesehatan dalam memantau kesehatan masyarakat dan dapat melakukan tindakan segera jika ada masalah seputar menyusui dan MP-ASI. Terbentuknya kader PARAPAM juga mendukung upaya promosi kesehatan salah satunya melalui bina suasana yang dilakukan kader di lingkungannya sendiri. Seseorang akan terdorong memperbaiki perilaku kesehatan apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, organisasi siswa/mahasiswa, serikat pekerja/karyawan, orang-orang yang menjadi panutan/idola, kelompok arisan, majelis agama dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Kader PARAPAmM dipilih dari kader eksehatan di lingkungan masyarakat RV IV desa Karanganyar. Melalui pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh orang dilingkungannya, diharapkan seseorang akan terdorong untuk mau melakukan pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI yang benar (Kemenkes RI, 2011). Manfaat jangka panjang dari kegiatan ini adalah terbentukmya generasi muda yang sehat dapat memberikan kontribusi kepada keluarga, masyarakat dan Negara. Keberlajutan program ini akan terus dipantau oleh Puskesmas Karanganyar dan Ketua RW 4 Desa Karanganyar. 4. KESIMPULAN Hasil program Pengabdian masyarakat ini yaitu terbentuk kader PARAPAM sebanyak 9 orang. Kader PARAPAM mampu melakukan pendidikan kesehatan dan mendampingi masyarakat dalam praktik menyusui dan pemberian MP-ASI. Berdasarkan hasil wawancara, ibu yang memiliki bayi usia kurang dari 6 bulan mampu menyusui dengan benar dan memberikan ASI Eksklusif. Sedangkan pada ibu yang memiliki bayi usia lebih dari 6 bulan mampu menyiapkan MP-ASI dengan benar. REFERENSI Ambarwati, R., Muis, S.F. Susantini, P. (2012). Konseling Laktasi Intensif dan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Sampai 3 Bulan. Media Medika Indonesia, Volume 46, Nomor 3 Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kementrian Kesehatan RI. (2012). Modul Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa tengah. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015. Semarang: Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah Fikawati, S., Syafiq, A. (2010). Kajian Implementasi Dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif Dan Inisiasi Menyusu Dini Di Indonesia. Makara Kesehatan, VOL. 14, NO. 1, : 17-24 Kandou, G.D. (2009). Pelatihan Uji Tourniquet Bagi Kader Kesehatan Sebagai Salah Satu Cara Deteksi Dini Demam Berdarah Dengue. Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 3, hlm. 174-179 Kementrian Kesehatan RI. (2011). Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan: Panduan bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Kemenkes RI Kementrian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: kementrian Kesehatan RI Kristianto, Y., Sulistyarini, T. (2013). Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi Umur 6 36 Bulan. Jurnal STIKES Volume 6, No. 1 Motsa, L.F., Ibisomi, L., Odimegwu, C., (2016). The Influence of Infant Feeding Practices on Infant Mortality in Southern Africa. Matern Child Health J. 20:2130 2141 35

Hockenberry, M.J., Wilson, D. (2011). Wong s Nursing Care of Infants and Children. 9th edition. Missouri : Mosby Elsevier Perry, S.E., Hockenberry, M.J., Lowdermilk, D.L., & Wilson, D. (2010). Maternal and Child Nursing Care. Vol 1.4th ed. Missouri : Mosby Elsevier Rahmawati, D.R. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui di Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Jurnal KESMADASKA Vol. 1 No. 1. Saragih, B., Syarief, H., Riyadi, H., Nasoetion, A. (2007). Pengaruh Pemberian Pangan Fortifikasi Zat Multi Gizi Mikro pada Ibu Hamil terhadap Status Gizi dan Morbiditas Bayi dari Usia 0-6 bulan, Gizi Indon 2007, 30(1):12-24 Sartono, A., Utaminingrum, H. (2012). Hubungan Pengetahuan Ibu, Pendidikan Ibu dan Dukungan Suami dengan Praktek Pemberian Asi Eksklusif di Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Telogosari Kota Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang, Volume 1, Nomor 1. WHO. (2009). Infant and Young Child Feeding: Model Chapter for textbooks for medical students and allied health Professionals. Geneva: WHO Press. 36